Anda di halaman 1dari 20

KEPENDUDUKAN DAN PENGANGGURAN

1. STRUKTUR PENDUDUK INDONESIA


Struktur penduduk adalah penggolongan penduduk menurut ciri tertentu. Struktur
penduduk disebut juga komposisi atau susunan penduduk. Penggolongan yang sering dilakukan
adalah penggolongan menurut umur, jenis kelamin, mata pencarian, dan tempat tinggal.
Struktur dan bentuk piramida penduduk terdiri dari 3 jenis, yaitu:
a. Piramida Penduduk Muda (Expansive): Piramida ini menggambarkan komposisi
penduduk dalam pertumbuhan dan sedang berkembang. Jumlah angka kelahiran lebih
besar daripada jumlah kematian. Suatu wilayah yang memiliki angka kelahiran yang
tinggi dan angka kematian yang rendah sehingga daerah ini mengalami pertumbuhan
penduduk yang cepat. Piramida ini dicirikan sebagian besar penduduk masuk dalam
kelompok umur muda. Bentuk ini umumnya kita lihat pada negara negara yang sedang
berkembang. Contoh: India, Brazil dan Indonesia.

b. Piramida Stationer: Bentuk piramida ini menggambarkan keadaan penduduk yang tetap
(statis) sebab tingkat kematian rendah dan tingkat kelahiran tidak begitu tinggi. Piramida
penduduk yang berbentuk sistem ini terdapat pada negara-negara yang maju seperti
Swedia, Belanda dan Skandinavia.

1
c. Piramida Penduduk Tua: Bentuk piramida penduduk ini menggambarkan adanya
penurunan tingkat kelahiran yang sangat pesat dan tingkat kematian yang kecil sekali.
Apabila angka kelahiran jenis kelamin pria besar, maka suatu negara bisa kekurangan
penduduk. Negara yang bentuk piramida penduduknya seperti ini adalah Jerman, Inggris,
Belgia dan Perancis.

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 237.641.326 jiwa, hal ini menjadikan
Indonesia berada di posisi ke-4 penduduk terbanyak di dunia setelah China, India, dan Amerika
Serikat. Tetapi, jumlah ini tidak didukung dengan persebaran penduduk yang merata. Menurut
BPS pada sensus penduduk tahun 2010, penduduk yang bertempat tinggal di Pulau Jawa yaitu

2
sebesar 136.610.590 jiwa yang artinya 57, 49% penduduk Indonesia menjadikan Pulau Jawa
merupakan Pulau yang paling padat penduduknya di Indonesia.

1.1 Sebaran per Wilayah Geografis


Sebaran penduduk di Indonesia pada tahun 2010 pada provinsi-provinsi di Indonesia dapat
dilihat pada tabel berikut, yang menunjukkan dengan jelas terjadinya ketimpangan distribusi
penduduk antar provinsi.

Tabel 1 : Distribusi Geografis Penduduk Indonesia, 2010

Jumlah Jumlah
Provinsi Penduduk Th Provinsi Penduduk Th
2010 2010
Aceh 4 494 410 Nusa Tenggara Barat 4 500 212
Sumatera Utara 12 982 204 Nusa Tenggara Timur 4 683 827
Sumatera Barat 4 846 909 Kalimantan Barat 4 395 983
Riau 5 538 367 Kalimantan Tengah 2 212 089
Jambi 3 092 265 Kalimantan Selatan 3 626 616
Sumatera Selatan 7 450 394 Kalimantan Timur 3 553 143
Bengkulu 1 715 518 Sulawesi Utara 2 270 596
Lampung 7 608 405 Sulawesi Tengah 2 635 009
Kepulauan Bangka Belitung 1 223 296 Sulawesi Selatan 8 034 776
Kepulauan Riau 1 679 163 Sulawesi Tenggara 2 232 586
DKI Jakarta 9 607 787 Gorontalo 1 040 164
Jawa Barat 43 053 732 Sulawesi Barat 1 158 651
Jawa Tengah 32 382 657 Maluku 1 533 506
DI Yogyakarta 3 457 491 Maluku Utara 1 038 087
Jawa Timur 37 476 757 Papua Barat 760 422
Banten 10 632 166 Papua 2 833 381
Bali 3 890 757

INDONESIA 237 641 326


Sumber : http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/

1.2 Struktur Usia di Indonesia


Salah satu kekuatan penting dalam komposisi demografi Indonesia yang memiliki
hubungan dengan perekenomian adalah penduduk usia muda yang ada di Indonesia. Mereka
adalah kekuatan kerja (asal ada cukup banyak kesempatan kerja). Rata-rata usia penduduk
Indonesia adalah 28.2 tahun (perkiraan tahun 2011). Ini adalah median age yang berarti separuh

3
dari populasi Indonesia berusia 28.2 tahun lebih dan separuhnya lagi umurnya di bawah 28.2
tahun. Mengenai jenis kelamin, rata-rata median age wanita di Indonesia adalah 28.7 tahun,
sementara median age pria lebih muda setahun (27.7 tahun).
Di bawah ini adalah persentase penduduk Indonesia yang dikategorikan dalam tiga
kelompok usia dan jenis kelamin:
Tabel 2 : Presentase Penduduk Indonesia, 2010

Persentase gabungan
Pria (absolut) Wanita (absolut)
total populasi

0-14 tahun 27.3 34,165,213 32,978,841

15-64 tahun 66.5 82,104,636 81,263,055

65 tahun ke atas 6.1 6,654,695 8,446,603

Sumber : CIA World Factbook

Pada tahun 2010, sekitar 19 persen penduduk Indonesia adalah anak yang umurnya di
bawah sepuluh tahun, sekitar 37 persen di bawah dua puluh tahun dan sekitar setengah populasi
Indonesia berusia di bawah tiga puluh tahun. Angka-angka ini menunjukkan dari perspektif
demografis bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal produktifitas dan kreatifitas.

1.3 Momentum Pertumbuhan Penduduk yang Tersembunyi


Terdapat dua alasan pokok yang melatarbelakangi momentum pertumbuhan penduduk
yang tersembunyi. Yang pertama yaitu tingkat kelahiran yang tidak mungkin diturunkan hanya
dalam waktu yang singkat. Berbagai upaya telah dilakukan Indonesia dalam mengendalikan laju
pertumbuhan penduduk seperti dengan penyelenggaraan program KB, meskipun begitu
Indonesia tidak akan memperoleh hasilnya segera. Diperlukan usaha yang gigih dan
berkesinambungan untuk menurunkan fertilitas sampai pada tingkat yang diinginkan yang
memerlukan waktu yang cukup lama.
Alasan pokok yang kedua adalah struktur usia penduduk di Indonesia yang jumlah
penduduk usia anak-anak dan remaja mencapai lebih dari 50% dari jumlah penduduk
keseluruhan akan menyebabkan jumlah penduduk tetap tinggi sebelum menurun beberapa saat
kemudian karena apabila anak dan remaja ini nantinya menjadi dewasa maka jumlah orang tua
yang potensial dengan sendirinya akan bergerak naik melebihi jumlah yang ada pada saat ini.

4
2. PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
Permasalahan penduduk di Indonesia terdapat 3 (tiga) faktor utama, yaitu :
A. Kualitas penduduk rendah
Kualitas penduduk yang rendah menimbulkan dampak negatif yang berantai, yaitu :
1) Dunia usaha terpaksa menyerap tenaga kerja yang tidak berkualitas. Saat ini sekitar 70
persen angkatan kerja Indonesia hanya berpendidikan Sekolah Dasar (SD) dan tidak
tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dampaknya produktivitas rendah sehingga
produk hasil industri Indonesia kurang bisa bisa bersaing di pasar global.

2) Tingkat pengangguran tinggi, karena penduduk tidak mempunyai pendidikan yang


memadai dan tidak pula memiliki ketrampilan kerja, maka sulit diterima untuk bekerja di
sektor formal, di pemerintah maupun di swasta. Satu-satunya jalan keluar bagi mereka
untuk bertahan hidup adalah terjun ke sektor informal. Sektor ini hampir tidak ada
prospeknya, karena tidak mendapat dukungan dari perbankan, tidak ada perlindungan
hukum dari pemerintah, tidak ada tempat berusaha permanen, sehingga mereka
berdagang dipinggir jalan atau di trotoar, yang setiap saat ditertibkan aparat.

3) Kemiskinan masif. Pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah
penduduk miskin pada Maret 2014 berjumlah 28,28 juta orang, dengan garis kemiskinan
sebesar Rp 302.732 perkapita menurut AntaraNews.com, Selasa, 01 Juli 2014. Jika batas
garis kemiskinan tersebut dibagi 30 hari, maka penghasilan perkapita setiap hari sebesar
Rp 10.091. Batas garis kemiskinan tersebut tidak masuk akal, karena ditengah tingginya
inflasi sembilan bahan pokok yang dalam 5 tahun terakhir mencapai 60 persen, maka
jumlah tersebut sangat kecil dan tidak ada orang yang bisa hidup dengan penghasilan
sebesar itu. Dengan garis kemiskinan yang ditetapkan Bank Dunia sebesar US$ 2/hari
dengan kurs rupiah 1 dolar Amerika Serikat sebesar Rp 12.000, berarti garis kemiskinan
Rp 24.000/hari, maka masih sangat sulit hidup dengan penghasilan sebesar itu.

B. Kuantitas Penduduk
Sejatinya jumlah penduduk yang besar bisa memberi dampak positif bagi kemajuan suatu
bangsa seperti China, Amerika Serikat dan lain-lain. Akan tetapi, jumlah penduduk yang besar,

5
jika tidak diimbangi dengan kualitas penduduk, maka akan menjadi beban bagi suatu bangsa dan
negara. Indonesia sedang menghadapi masalah kependudukan karena mayoritas penduduknya
tidak berkualitas. Dampak negatifnya antara lain :
Kesenjangan sosial ekonomi. Gini ratio Indonesia telah mencapai 0,43 persen. Ini amat
membahayakan bagi stabilitas sosial politik dan keamanan.
Kekerasan sosial mudah terjadi. Hal itu sudah terbukti dalam kehidupan sosial, karena
persoalan kecil bisa meledak menjadi konflik sosial.

C. Penyebaran Penduduk yang Tidak Merata


Penyebaran penduduk yang tidak merata yang menyebabkan daerah tertentu menjadi
padat seperti Jakarta, Bekasi, Bandung dan kota lain di Indonesia yang tidak meratanya
penyebaran penduduk. Sebagai gambaran, pulau Jawa jumlah persentase penduduk mencapai
57,49 %, sementara pulau Sulawesi hanya 7,31 %, pulau Kalimantan sebesar 5,80 %, Bali dan
Nusa Tenggara sebesar 5,50 persen, sedang Maluku dan Papua sebesar 2,60 persen.
Hal ini juga didukung dengan warga yang berbondong-bondong datang ke Ibukota pada
musim mudik lebaran. Yang menambah kepadatan ibukota, mungkin apabila mereka memiliki
keahlian yang bisa digunakan untuk bertahan hidup di ibukota. Tapi beberapa dari orang tersebut
malah tidak memiliki keahlian untuk bertahan hidup di ibukota, alhasil mereka menjadi masalah
baru di ibukota seperti menambah tingkat kemiskinan, pengangguran, kejahatan dan lainya.
Faktor yang mempengaruhi penyebaran penduduk tidak merata yaitu :
1. Kesuburan tanah, daerah atau wilayah yang ditempati banyak penduduk, karena dapat
dijadikan sebagai lahan bercocok tanam dan sebaliknya.
2. Iklim, wilayah yang beriklim terlalu panas, terlalu dingin, dan terlalu basah biasanya
tidak disenangi sebagai tempat tinggal

3. Topografi atau bentuk permukaan tanah pada umumnya masyarakat banyak bertempat
tinggal di daerah datar

4. Sumber air

5. Perhubungan atau transportasi

6. Fasilitas dan juga pusat-pusat ekonomi, pemerintahan.

6
2.1 Upaya-Upaya Pemerintah untuk Mengatasi Permasalahan Kependudukan di
Indonesia
Berikut adalah upaya-upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan kependudukan di
Indonesia :
1. Mengontrol tingkat kelahiran dengan program KB
Dengan semboyan 2 anak lebih baik, diharapakan anak bisa terurus dengan baik dan
sekaligus untuk mengontrol jumlah penduduk.
2. Meratakan kepadatan penduduk
Menjalankan program transmigrasi dan mulai membangun di daerah luar pulau Jawa.
Transmigrasi dilakukan untuk mengurangi kepadatan penduduk.
3. Meningkatkan pelayanan kesehatan
Dengan meingkatkan pelayanan kesehatan dan mengadakan program jaminan kesehatan
seperti BPJS Kesehatan, diharapkan masyarakat Indonesia dapat menikmati pelayanan
kesehatan dan meningkatkan kesehatan masyarakat yang masih rendah. Jika masyarakat
termasuk remaja Indonesia sehat diharapkan bisa memberikan jasa terhadap negara seperti
membuka lapangan pekerjaan untuk mengurangi tingkat pengangguran.
4. Meningkatkan dan meratakan mutu pendidikan di seluruh daerah
Pendidikan sangat penting bagi seseorang untuk menjadi seorang yang berguna bagi
orang lain. Dengan program wajib belajar 9 tahun dan meratanya pendidikan di seluruh
daerah di Indonesia, diharapkan Indonesia kedepannya dapat memanfaatkan SDA Indonesia
dengan baik dan dengan meningkatkan mutu pendidikan diharapkan bisa membuat lapangan
pekerjaan.

3. MASALAH PENGANGGURAN, TERBUKA, DAN TERSEMBUNYI

3.1 Pengertian Pengangguran


Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama
sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang
sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan
karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
7
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
3.2 Jenis Jenis Pengangguran
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
Pengangguran terselubung (disguised unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Pengangguran setengah menganggur (under unemployment) adalah tenaga kerja yang
tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja
setengah menganggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam
selama seminggu.
Pengangguran terbuka (open unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh
tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.

3.3 Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja dan Pengangguran Terbuka
Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja. Baik yang sudah
bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Menurut ketentuan pemerintah
indonesia, penduduk yang sudah memasuki usia kerja adalah berusia minimal 15 tahun sampai
65 tahun. Akan tetapi tidak semua penduduk yang memasuki usia kerja termasuk angkatan kerja.
Sebab penduduk yang tidak akif dalam kegiatan ekonomi tidak termasuk dalam kelompok
angkatan kerja. Misalnya ibu rumah tangga, pelajar, mahasiswa dsb. Berikut tabel yang
menunjukan jumlah angkatan kerja, penduduk yang bekerja, pengangguran, TPAK dan TPT.

Tabel 3 : Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 2004
2013

Tahun Angkatan Bekerja Pengangguran Tingkat Tingkat


Kerja Partisipasi Pengangguran
Angkatan Kerja - Terbuka - TPT
TPAK

8
(Juta
(Juta Orang) (Juta Orang) (%) (%)
Orang)
2004 103.97 93.72 10.25 67.54 9.86
Februa
2005 105.80 94.95 10.85 68.02 10.26
ri
Novem
105.86 93.96 11.90 66.79 11.24
ber
Februa
2006 106.28 95.18 11.10 66.74 10.45
ri
Agustu
106.39 95.46 10.93 66.16 10.28
s
Februa
2007 108.13 97.58 10.55 66.60 9.75
ri
Agustu
109.94 99.93 10.01 66.99 9.11
s
Februa
2008 111.48 102.05 9.43 67.33 8.46
ri
Agustu
111.95 102.55 9.39 67.18 8.39
s
Februa
2009 113.74 104.49 9.26 67.60 8.14
ri
Agustu
113.83 104.87 8.96 67.23 7.87
s
Februa
2010 116.00 107.41 8.59 67.83 7.41
ri
Agustu
116.53 108.21 8.32 67.72 7.14
s
Februa
2011 119.40 111.28 8.12 69.96 6.80
ri
Agustu
117.37 109.67 7.70 68.34 6.56
s
Februa
2012 120.41 112.80 7.61 69.66 6.32
ri
Agustu
118.05 110.81 7.24 67.88 6.14
s
Februa
2013 121.19 114.02 7.17 69.21 5.92
ri
Agustu
118.19
s 110.80 7.39 66.90 6.25
2004-
2013 max 121.19 114.02 11.90 69.96 11.24
min 103.97 93.72 7.17 66.16 5.92

Sumber:
Sakernas, BPS

Dari tabel diatas terlihat jelas jumlah tertinggi angkatan kerja pada Februari 2013 dan jumlah
terendah pada tahun 2004, penduduk yang bekerja pun tertinggi pada februari 2013 dan terendah pada
tahun 2004, jumlah pengangguran pun semakin tahun semakin berkurang dibuktikan pada februari
2013 merupakan jumlah pengangguran yang terendah meskipun di bulan agustus 2013 terjadi
peningkatan 0.22 juta jiwa.

Penganggur terbuka, terdiri dari:

9
a. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mencari pekerjaan.
b. Mereka yang tak punya pekerjaan dan mempersiapkan usaha.

c. Mereka yang tak punya pekerjaan dan tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak
mungkin mendapatkan pekerjaan.

d. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Berikut tabel pengangguran terbuka menurut pendidikan:

Tabel 4: Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan 2012 - 2014*)

Pendidikan 2012 2013 2014


No. Tertinggi Yang
Ditamatkan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

Tidak/belum pernah
1 126 972 85 374 112 435 81 432
sekolah 134 040 74 898
2 Belum/tidak tamat SD 601 753 512 041 523 400 489 152
610 574 389 550
3 SD 1 418 683 1 452 047 1 421 873 1 347 555
1 374 822 1 229 652
4 SLTP 1 736 670 1 714 776 1 821 429 1 689 643
1 693 203 1 566 838
5 SLTA Umum 2 043 697 1 867 755 1 874 799 1 925 660
1 893 509 1 962 786
6 SLTA Kejuruan 1 018 465 1 067 009 864 649 1 258 201
847 365 1 332 521
7 Diploma I,II,III/Akademi 258 385 200 028 197 270 185 103
195 258 193 517
8 Universitas 553 206 445 836 425 042 434 185
398 298 495 143
Total 7 757 831 7 344 866 7 240 897 7 410 931
7 147 069 7 244 905

*) Data 2012-2013 backcast

Sumber: Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) 2012, 2013, dan 2014

Dapat dilihat bahwa dari tahun ketahun pengangguran terbuka didominasi terjadi pada
lulusan SD, SMP, SMA/SMK. Menghadapi MEA ini masyarakat harus bersaing dalam

10
meningkatkan kemampuan diri agar dapat di setarakan oleh para angkatan kerja dari Negara
sahabat sehingga Indonesia mampu menunjukkan eksistensinya dan menekan jumlah
pengangguran di Indonesia. Memasuki tahun diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA), persaingan di bursa tenaga kerja akan semakin meningkat. Pasalnya MEA yang
memungkinkan terbukanya arus perdagangan barang dan jasa juga berimbas pada terbukanya
peluang tenaga kerja asing untuk bekerja di Indonesia.

Untuk membendung serbuan tenaga kerja asing, pemerintah telah melakukan berbagai
usaha, salah satunya adalah sertifikasi, yaitu dengan menetapkan standar dan kompetensi yang
diperlukan di kancah ASEAN. Hal ini penting dilakukan agar masyarakat Indonesia dapat
bersaing, dan lapangan kerja Indonesia tidak didominasi oleh pekerja asing.

Dari sekian profesi yang ada di Indonesia terdapat beberapa profesi yang dianggap
persaingannya akan sangat ketat dalam MEA. Diantaranya adalah:

1. Insinyur atau Sarjana Teknik

Salah satu profesi yang akan bersaing dalam MEA adalah Sarjana Teknik. Ini berlaku untuk
semua Sarjana Teknik. Ada sekitar 14 jenis profesi insinyur atau Sarjana Teknik, mulai dari
teknik mesin, geodesi, teknik fisika, teknik sipil, dan hingga teknik kimia.

2. Arsitek

Arsitek adalah mereka yang ahli merancang bangunan. Luasnya lahan kerja seorang arsitek,
karena menyangkup banyak bidang seperti interior, lingkup bangunan, lingkup kompleks
bangunan, sampai kota dan regional, membuat profesi ini akan mengalami persaingan yang
sangat ketat dalam MEA.

3. Tenaga Pariwisata

Mengingat Indonesia memiliki banyak objek wisata, tenaga pariwisata menjadi lahan
pekerjaan yang paling dibutuhkan saat ini. Tantangan yang sesungguhnya terjadi saat ini
karena banyak pemodal asing yang berinvestasi di sektor pariwisata Indonesia.
Tak hanya pramuwisata, jenis tenaga pariwisata sangat banyak mengingat sektor ini juga

11
sangat luas dan berkaitan dengan profesi lainnya, seperti pramugari, pilot, katering, hingga
jasa perhotelan.

4. Akuntan

Akuntan adalah merea yang ahli di bidang akuntansi. Profesi ini dibedakan atas beberapa
macam, yaitu akuntan publik, akuntan intern, akuntan pemerintah, hingga akuntan
pendidikan. Mengingat banyaknya profesi akuntan handal yang dibutuhkan, Sarjana
Akuntansi akan bersaing ketat dengan tenaga kerja asing yang tak kalah kualitasnya.

5. Dokter Gigi

Angka profesi dokter gigi masih sangat jarang di Indonesia jika dibandingkan dengan profesi
lain. Jumlah tenaga ahlinya tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga profesi
dokter gigi menjadi salah satu profesi yang dibutuhkan saat ini. Jangan sampai profesi ini
nantinya menjadi ladang empuk bagi tenaga kerja asing di Indonesia.

6. Tenaga Survei

Tenaga Survei dalam hal ini adalah mereka tenaga ahli dalam bidang pengukuran bumi,
pengukuran tanah dan darat. Tenaga ahli ini berasal dari kampus-kampus yang mengajarkan
ilmu bumi, seperti Teknik Geodesi dan Geomatika. Hingga saat ini, kebutuhan akan tenaga
ahli survei ini sangat dibutuhkan oleh Indonesia.

7. Praktisi Medis

Dibukanya keran MEA memungkinkan Anda bertemu dengan dokter asing saat berada di
Rumah Sakit. Tenaga ahli di bidang kedokteran menjadi profesi yang sangat bersaing ketat
dengan berbagai negara yang tergabung dalam MEA. Jika tidak mampu bersaing, jangan
heran jika Rumah Sakit yang Anda kunjungi dipenuhi oleh tenaga medis asing

8. Perawat

12
Kebutuhan akan hidup sehat tentu menjadi kebutuhan semua orang. Oleh karenanya tenaga
ahli di bidang kedokteran sangat dibutuhkan. Tak hanya dokter, perawat juga perlu memiliki
kompetensi yang unggul agar dapat bersaing dengan tenaga perawat asing. Jika Anda
merupakan seorang perawat dengan kompetensi unggul dan memiliki jam terbang yang
tinggi, tidak ada salahnya untuk bekerja di Rumah Sakit luar negeri, namun jika Anda merasa
belum memiliki jam terbang tinggi, ada baiknya Anda meningkatkan kompetensi diri Anda
agar dapat bersaing.

4. MASALAH DISTRIBUSI DAN PERPINDAHAN PENDUDUK


Informasi tentang distribusi penduduk secara geografis dan terpusat penduduk di
beberapa pulau terutama Jawa memungkinkan pemerintah mengatasi kepadatan penduduk,
dengan pembangunan dan program-program untuk mengurangi beban kepadatan penduduk atau
melakukan realokasi pembangunan di luar Jawa atau realokasi penduduk untuk bermukim di
tempat lain. Di mana-mana di dunia ini, tidak hanya di Indonesia, perpindahan penduduk
(migrasi) dari satu tempat ke tempat lainnya tidak bisa dihindarkan, baik yang bersifat antar
negara maupun internal dalam satu negara (Indonesia).
Analisis dan perkiraan besaran dan arus migrasi merupakan hal yang penting bagi
terlaksananya pembangunan manusia seutuhnya. Apalagi kalau analisis mobilitas tersebut
dilakukan pada satu wilayah administrasi yang lebih rendah daripada tingkat provinsi. Karena
justru tingkat mobilitas penduduk baik yang permanen maupun yang tidak permanen akan
tampak lebih nyata terlihat pada satuan unit administrasi yang lebih kecil seperti kabupaten,
kecamatan, dan desa atau kelurahan. Pada dasarnya migrasi penduduk merupakan refleksi
perbedaan kesejahteraan ekonomi dan kurang meratanya fasilitas pembangunan antara satu
negara/daerah dengan negara/daerah lain. Penduduk dari negara/daerah yang tingkat
kemakmuran ekonominya kurang akan bergerak menuju ke Negara/daerah yang mempunyai
tingkat kemakmuran ekonomi yang lebih tinggi.
4.1 Faktor Pendorong dan Penarik Migrasi
Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factors) satu wilayah dan daya tarik (pull
factors) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke tempat lain,
misalnya karena daerah itu tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk memberikan
jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak terlepas dari persoalan
kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut.

13
Adapun faktor-faktor pendorong (push factors), antara lain, adalah:
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan, seperti menurunnya daya dukung
lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu, atau bahan dari pertanian.
2. Menyempitan lapangan pekerjaan di tempat asal, misalnya tanah untuk pertanian di
wilayah pedesaan yang makin menyempit.
3. Adanya tekanan-tekanan seperti, politik, agama, dan suku, sehingga menganggu hak asasi
penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan, atau perkawinan
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang
atau adanya wabah penyakit.
Sedangkan daya tarik wilayah adalah jika satu wilayah mampu atau dianggap mampu
menyediakan fasilitas dan sumber-sumber penghidupan bagi penduduk, baik penduduk di
wilayah itu sendiri maupun penduduk di sekitarnya dan daerah-daerah lain.
Adapun faktor-faktor penarik (pull factors), antara lain:
1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki taraf hidup atau
kesejahteraannya.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan misalnya iklim, perumahan,
sekolah dan fasilitas-fasilitas public lainnya
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar
Perpindahan penduduk dengan berbagai alasan diistilahkan sebagai migrasi. Secara luas
migrasi diartikan sebagai perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari satu tempat
ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi
internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen
dari satu daerah (Negara) ke daerah (Negara) lain.

4.2 Migrasi dalam Dimensi Spasial dan Dimensi Waktu


Migrasi dapat dikelompokkan berdasarkan dua dimensi penting yaitu dimesti
ruang/daerah (spasial) dan dimensi waktu.
1. Dimensi Ruang/Daerah (Spasial)
Dalam dimensi ruang/daerah atau dimensi spasial dikenal migrasi internasional dan
migrasi internal (dalam satu Negara). Migrasi Internasional merupakan perpindahan penduduk

14
dari satu Negara ke Negara lain atau dari satu benua ke benua lain. Misalnya saja bangsa-bangsa
di Eropa Barat ketika berlomba-lomba menari daerah baru di benua Amerika, Amerika Latin,
Afrika dan juga sampai ke Asia (termasuk Indonesia).
Migrasi internasional ini terdapat juga di Indonesia. Bayangkan banyaknya orang luar
yang bermukim di Indonesia dengn berbagai macam alasan dan tujuan. Migrasi ke luar Indonesia
pun tidak kalah jumlahnya dari yang disponsori oleh pemerintah sampai yang gelap (tidak
resmi). Migrasi ke luar Indonesia yang resmi di sponsori oleh pemerintah, misalnya untuk TKW
(tenaga kerja wanita) yang dikirim ke Timur Tengah, Arab Saudi, Singapura dan Malaysia.
Sekarang ini, banyak orang Indonesia (dari Bali) yang mencari pekerjaan di Amerika Serikat dan
Eropa untuk bekerja di kapal pesiar.

Migrasi internal di Indonesia yang penting meliputi:


A. Transmigrasi
Transmigrasi merupakan perpindahan penduduk antar provinsi/kabupaten antar pulau.
Seperti perpindahan penduduk dari pulau Jawa, Madura, dan Bali ke pulau Sumatra, Kalimantan,
dan Sulawesi. Meskipun ada juga transmigrasi swakarsa, pada umunya transmigrasi yang sudah
dilaksanakan sampai sekarang ini adalah sponsor pemerintah. Dalam persektif pembangunan
nasional, transmigrasi dapat dikatakan sebagai derivatif dari cita-cita kemerdekaan dalam
mengelola dan mengembangkan wilayah yang diintegrasikan dengan penataan penyebaran
penduduk.
Kontibusi transimigrasi terhadap pertumbuhan dan pembangunan wilayah tujuan
perpindahan penduduk ( terutama di luar pulau jawa) cukup signifikan. Melalui transmigrasi
jutaan potensi sumber daya yang kurang bermakna telah berhasil digali dan dikembangkan.
Sekitar 2,2 juta kepala keluarga atau sekitar 8,8 juta orang miskin dan pengangguran
memperoleh secara langsung peluang berusaha dan kesempatan kerja untuk memenuhi
kebutuhan dasar hidupnya.
B. Urbanisasi dan Deurbanisasi
Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari pedesaaan ke wilayah perkotaan.
Urbanisasi itu sendiri ada sejak berkembangnya kota kecil menjadi pusat-pusat perdagangan,
pendidikan, dan pemerintahan. Keadaan di Indonesia hamper sama dengan keadaan di Inggris

15
dan Eropa Barat setelah revolusi industry, bahwa masyarakat pedesaan berbondong-bondong
dating ke kota besar.
Keadaan demikian ini mulai terasa sejak awal Orde Baru. Katakanlah, sebagai contoh,
perkembangan kota Batavia menjadi Jakarta sebagai pusat perdagangan dan pusat pemerintahan.
Penduduk dari pedesaan sekitarnya, dari Bekasi, Bogor, Tanggerang, malah dari daerah pedesaan
seluruh Indonesia berdatangan ke Jakarta, sampai-sampai sekarang ini dihimbau agar para
pendatang dibatasi dating ke Jakarta. Demikian juga halnya dengan kota-kota besar lainnya
seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta, Denpasar dan yang lainnya.
Aliran sebaliknya dari kota ke pedesaan disebut dengan Deurbanisasi. Istilah ini muncul
di Amerika Serikat dan kota-kota besar di Eropa Barat, ketika kota-kota besar sudah begitu padat
sehingga pasangan muda tidak nyaman bermukim di pusat kota. Mereka memilih untuk
bermukim di pinggir-pinggir kota. Keadaan demikian juga dapat disaksikan di Indonesia. Di
Jakarta misalnya, banyak orang yang memilih tinggal di Bogor dan daerah sekitarnya, dan pergi
tiap hari bekerja di Jakarta.

2. Dimensi Waktu
Selain migrasi dalam dimensi ruang atau spasial, kita juga mengenal migrasi dalam
dimensi waktu, yang artinya penduduk pindah ke tempat lain dengan tujuan menetap dalam
waktu enam bulan atau lebih.
Jenis migrasi dalam dimensi waktu yang paling umum adalah:
A. Migrasi Sirkuler (Musim)
Migrasi sirkuler atau migrasi musim adalah penduduk yang berpindah tempat tetapi tidak
bermaksud menetap di tempat tujuan. Migrasi sirkuler biasanya adalah orang yang masih
mempunyai keluarga atau ikatan dengan tempat asalnya seperti tukang becak, kuli bangunan dan
yang lainnya yang sehari-harinya mencari nafkah di kota dan pulang kampungnya setiap bulan
atau beberapa bulan sekali.
B. Migrasi Ulang-Alik (Commuter Migration)
Migrasi ulang-alik adalah orang yang pergi meninggalkan tempat tinggalnya secara
teratur, missal setiap hari atau setiap minggu, pergi ke tempat lain untuk bekerja, berdagang,
sekolah atau untuk kegiatan-kegiatan lainnya, dan pulang ketempat asalnya secara teratur pula.
Migrasi ulang-alik biasanya menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan lebih banyak pada
waktu tertentu, misalnya pada siang hari. Contoh, jumlah penduduk Jakarta pada siang harinya

16
diperkirakan mencapai 11-12 juta orang, sedangkan jumlah penduduk di malam hari hanya
sekitar 7-8 juta orang.

4.3 Kriteria Migrasi


Masalah lain yang juga penting dalam hal perpindahan penduduk adalah apa kriteria
seorang agar dia bisa disebut dengan migran. Dalam hal ini dikenal migrasi seumur hidup,
migrasi risen, dan migrasi total. Disebut migrasi seumur hidup (life time migration) apabila
seorang bertempat tinggal pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada
waktu mereka lahir. Migrasi risen (recent migration) adalah apabila tempat tinggal seseorang
pada saat pengumpulan data berbeda dengan tempat tinggalnya pada waktu lima tahun
sebelumnya. Sedangkan Migrasi total (total migration)adalah apabila seseorang pernah
bertempat tinggal di tempat yang berbeda dengan tempat tinggal pada waktu pengumpulan data.
Kriteria migrasi risen (recent migration) lebih mencerminkan dinamika spasial penduduk
antar daerah daripada migrasi seumur hidup (life time migration) yang relatif statis. Sedangkan
migrasi total (total migration) tidak memasukkan batasan waktu antara tempat tinggal sekarang
(waktu pencacahan) dan tempat tinggal terakhir sebelum tempat tinggal sekarang. Akan tetapi
migrasi total biasanya dipakai untuk menghitung migrasi kembali (return migration).
Selanjutnya untuk perhitungan angka migrasi, penduduk yang ada yang dihitung atau dicacah
adalah penduduk usia 5 tahun atau lebih. Penduduk usia 0-4 tahun tidak dimasukkan, karena
kelompok penduduk ini merupakan kelompok penduduk yang lahir pada periode antar dua
survei/sensus. Namun demikian, angka-angka migrasi sangat sulit diperoleh, baik untuk migrasi
internasional, migrasi antar pulau (transmigrasi), apalagi urbanisasi, oleh karena itu tidak
disajikan data mengenai migrasi.

17
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Struktur penduduk dibagi menjadi tiga yaitu struktur penduduk piramida penduduk muda,
piramida penduduk stationer, dan piramida penduduk tua. Struktur penduduk di Indonesia yaitu
piramida penduduk muda karena terdapat lebih dari 50% penduduk Indonesia berusia sekitar 15
hingga 64 tahun.
Permasalahan kependudukan di Indonesia terdapat 3 (tiga) faktor utama yaitu kualitas
penduduk Indonesia yang rendah, kuantitas penduduk yang tinggi, dan penyebaran penduduk
yang tidak merata.
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari
kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha
mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat
akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial
lainnya.
Migrasi dipengaruhi oleh daya dorong (push factors) satu wilayah dan daya tarik (pull
factors) wilayah lainnya. Daya dorong wilayah menyebabkan orang pergi ke tempat lain,
misalnya karena daerah itu tidak tersedia sumber daya yang memadai untuk memberikan

18
jaminan kehidupan bagi penduduknya. Pada umumnya, hal ini tidak terlepas dari persoalan
kemiskinan dan pengangguran yang terjadi di wilayah tersebut.

B. SARAN

Masalah penduduk di Indonesia, sebagaimana kita ketahui, bukan hanya masalah tingkat
pertumbuhan, melainkan lebih dari itu, yakni menyangkut masalah distribusinya yang akhirnya
bermuara pada kepentingan pembangunan serta kesejahteraannya. Permasalahan kependudukan
ini harus kita benahi bersama. Tidak bisa hanya dibenahi oleh pemerintah saja, kita sebagai
warga negara harus turut andil untuk memajukan negeri ini. Khususnya dalam hal kependudukan
yang banyak terjadi masalah.

REFERENSI

Aprillia, A.. 2015. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran Terbuka, dan
Indeks Pembangunan Manusia terhadap Tingkat Kemiskinan (Studi Kasus di Malang
Raya Tahun 2004-2013). Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 3(2).

Ciptoheriyanto, P. 1997. Migrasi, Urbanisasi, dan Pasar Kerja di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Universitas Indonesia.

http://jurnalnasional.com/?med=Koran%20Harian&sec=Opini&rbrk=&id=64173&detail=Opini
diakses tanggal 9 Februari 2016.

Mankiw N.Gregory, Euston Quah, Peter Wilson. 2014. Pengantar Ekonomi Makro. Jakarta:
Salemba Empat.

Mantra, I.B., 2000. Demografi umum. Pustaka Pelajar.

http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?id=75667&lokasi=lokal diakses tanggal 12


Februari 2016.

http://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12#subjekViewTab3|accordion-daftar-subjek1 diakses
tanggal 13 Februari 2016.

http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/demografi/item67 diakses tanggal 13 Februari


2016.

http://www.kompasiana.com/musniumar/musni-umar-permasalahan-kependudukan-di-

19
indonesia-dan-pemecahannya_54f42048745513802b6c87c6 diakses tanggal 13 Februari
2016.

https://id.wikipedia.org/wiki/Demografi_Indonesia diakses tanggal 13 Februari 2016.

Nehen, Ketut.2012.Perekonomian Indonesia.Kampus Universitas Udayana : Udayana


University Press.

Tjiptoherijanto, P., 2001. Proyeksi Penduduk, Angkatan Kerja, Tenaga Kerja dan Peran Serikat
Pekerja dalam Peningkatan Kesejahteraan. Majalah Perencanaan Pembangunan, Edisi,
23.

20

Anda mungkin juga menyukai