Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA


DI RUANG HEMODIALISA RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 23 DESEMBER 2016

Oleh:
Ketut Resmiani 16089142039

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG


PROGRAM PROFESI NERS
2016
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA


DI RUANG HEMODIALISA RSUP SANGLAH DENPASAR
TANGGAL 23 DESEMBER 2016

Telah disahkan dan diterima oleh Clinical Instruktur (CI) dan Clinical
Teacher (CT) Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) sebagai syarat
memperoleh nilai dari Departement Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
Program Profesi Ners STIKes BULELENG.

Denpasar, 23 Desember 2016

Clinical Instruktur (CI) Clinical Teacher (CT)


Ruang Hemodialisa Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB)
RSUP Sanglah STIKES BULELENG

NIP. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA

DI RUANG HEMODIALISA RSUP SANGLAH DENPASAR

TANGGAL 23 DESEMBER 2016

1.1 Konsep Dasar Teori


1.1.1 Pengertian Hemodialisa
Dialisis merupakan suatu proses yang di gunakan untuk mengeluarkan
cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu
melaksanakan proses tersebut. Tujuan dialisis adalah untuk mempertahankan
kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Metode
terapi mencakup hemodialisis, hemofiltrasi dan peritoneal dialisis. Pada dialisis
molekul solut berdifusi lewat membran semipermeabel dengan cara mengalir dari
sisi cairan yang lebih pekat (konsentarsi solut lebih tinggi) ke cairan yang lebih
encer (kondisi solut yang lebih rendah). Cairan mengalir lewat membran
semipermeabel dengan cara osmosis atau ultrafiltrasi (aplikasi tekanan exsternal
pada membran) pada hemodialisis membran merupakan bagian dari dialiser atau
ginjal artifisial. Pada perritoneal dialisis, merupakan peritoneum atau lapisan
dinding abdomen berfungsi sebagai membran semipermeabel .
Hemodialisa adalah pergerakan larutan dan air dari darah pasien melewati
membran semipermeabel (dializer) ke dalam dialisat. Dializer juga dapat
dipergunakan untuk memindahkan sebagian besar volume cairan (Tisher &
Wilcox, 2010).
Hemodialisa merupakan menggerakkan cairan dari partikel-pertikel lewat
membran semipermeabel yang mempunyai pengobatan yang bisa membantu
mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal, mengendalikan
asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh. Membran selaput
semipermeabel adalah lembar tipis, berpori-pori, terbuat dari selulosa atau bahan
sintetik. Ukuran pori-pori membrane memungkinkan difusi zat dengan berat
molekul rendah seperti urea, kreatinin, dan asam urat berdifusi. Molekul air juga
sangat kecil dan bergerak bebas melalui membran, tetapi kebanyakan protein
plasma, bakteri dan sel darah terlalu besar untuk melewati pori-pori membrane.
Perbedaan konsentrasi zat pada dua kompartemen disebut gradian konsentrasi
(Long, C.B, 2012).

1.1.2 Indikasi Hemodialisa


1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. pH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
9. Fluid overload
The National Kidney Foundation USA menyarankan apabila LFG
10ml /menit/1,73m2, Indikasi absolut untuk dimulainya hemodialisis, yaitu:
1. Perikarditis
2. Keadaan overload sampai menimbulkan gejala-gejala oedem paru
3. Hipertensi berat dan progresif
4. Uremic Bleeding
5. Mual muntah yang persisten
6. Kreatinin serum 10 mg%

1.1.3 Kontra Indikasi Hemodialisa


Kontra indikasi dari hemodialisa adalah :
Hipotensi yang tidak responsif terhadap presor
Penyakit stadium terminal
Sindrom otak organik
Tidak mungkin didapatkan akses vaskuler pada hemodialisa
Akses vaskuler sulit
Instabilitas hemodinamik dan koagulasi
Penyakit alzheimer
Demensia multi infark
Sindrom hepatorenal
Sirosis hati lanjut dengan ensefalopati dan keganasan lanjut
Tidak dilakukan pada pasien yang mengalami suhu yang tinggi.
Cairan dialisis pada suhu tubuh akan meningkatkan kecepatan difusi,
tetapi suhu yang terlalu tinggi menyebabkan hemodialisis sel-sel darah
merah sehingga kemungkinan penderita akan meninggal.

1.1.4 Tujuan Hemodialisa


Tujuan dari pengobatan hemodialisa antara lain :
1. Menjaga keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa dan mengeluarkan
sisa-sisa metabolisme.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
3. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
4. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita penurunan fungsi
ginjal dan menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program
pengobatan yang lain.

1.1.5 Proses Hemodialisa


Pada hemodialisis aliran darah yang penuh dengan toksin dan limbah
nitrogen dialihkan dari tubuh pasien ke tempat darah tersebut dibersihkan dan
kemudian di kembalikan lagi ke tubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasar
kerja atau proses dari hemodialisis yaitu: difusi, osmosis dan ultra filtrasi.
Toksin dan zat limbah di dalam darah di keluarkan melalui proses difusi
dengan cara bergerak dari darah yang memiliki konsentrasi lebih tinggi ke cairan
dialisis dengan konsenterasi yang lebih rendah. Air yang berlebihan di keluarkan
dari dalam tubuh di keluarkan melalui proses osmosis. Pengeluaran air dapat di
kendalikan dengan menciptakan gradien tekanan, dengan kata lain bergerak dari
daerah dengan tekanan yang lebih tinggi (tubuh pasien) ke tekanan yang lebih
rendah (cairan dialist). Gradient ini dapat di tingkatkan melalui penambahan
tekanan negatif yang dikenal sebagai ultrafiltasi pada mesin dialis. Tekanan
negatif diterapkan pada alat fasilitasi pengeluaran air. Karena pasien tidak dapat
mengekresikan air, kekuatan ini diperlukan untuk mengeluarkan cairan hingga
tercapai isovolemia (keseimbangan cairan).
Waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Tiap hemodialisa dilakukan 4 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu.
Hemodialisa idealnya dilakukan 10 15 jam/minggu dengan Blood flow (QB)
200300 mL/menit. Sedangkan menurut Corwin (2011) hemodialisa memerlukan
waktu 3-5 jam dan dilakukan 3 kali seminggu. Pada akhir interval 2-3 hari
diantara hemodialisa, keseimbangan garam, air, dan pH sudah tidak normal lagi.
Hemodialisa ikut berperan menyebabkan anemia karena sebagian sel darah merah
rusak dalam proses hemodialisa.

1.1.6 Komponen Hemodialisa


Beberapa komponen dari hemodialisa, adalah :
1. Dialyzer/Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur keseimbangan cairan
dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi
dari gagal ginjal. Sedangkan fungsi hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih
oleh ginjal buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80
% saja dari ginjal alami yang normal.
Macam-macam ginjal buatan, antara lain :
a. Paraller-Plate Dialyzer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena darah
dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara menyiapkannya
sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai karena
volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc, sehingga bila terjadi
kebocoran pada ginjal buatan darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga
memerlukan mesin khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang
lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam ginjal
buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara menyiapkannya mudah dan
cepat.
2. Dialisat
Dialisat adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah. Fungsi Dialisat pada
dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisis

Air Water Treatment : Air dalam tindakan hemodialisis dipakai sebagai


pencampur dialisat peka (diasol). Air ini dapat berasal dari berbagai sumber,
seperti air PAM dan air sumur yang harus dimurnikan dengan cara water
treatment sehingga memenuhi standar AAMI (Association for the
Advancement of Medical Instrument). Jumlah air yang dibutuhkan untuk satu
sesi hemodialisis seorang pasien sekitar 120 liter.

Tabel Perbandingan Darah dan Dialisat


Komponen elektrolit Darah Dialisat
Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L

3. Akses Vaskular Hemodialisis


Untuk melakukan hemodialisis intermiten jangka panjang, maka perlu ada
jalan masuk kedalam sistem vascular penderita. Darah harus keluar dan masuk
tubuh penderita dengan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses
vascular diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Akses Vaskuler Eksternal (Sementara)
a. Pirau arteriovenosa (AV) atau sistem kanula diciptakan dengan
menempatkan ujung kanula dari teflon dalam arteri dan sebuah vena yang
berdekatan. Ujung kanula dihubungkan dengan selang karet silicon dan
suatu sambungan teflon yang melengkapi pirau.
b. Kateter vena femoralis sering dipakai pada kasus gagal ginjal akut bila
diperlukan akses vascular sementara, atau bila teknik akses vaskuler lain
tidak dapat berfungsi. Terdapat dua tipe kateter dialysis femoralis. Kateter
saldon adalah kateter berlumen tunggal yang memerlukan akses kedua.
Tipe kateter femoralis yang lebih baru memiliki lumen ganda, satu lumen
untuk mengeluarkan darah menuju alat dialysis dan satu lagi untuk
mengembalikan darah ketubuh penderita. Komplikasi pada kateter vena
femoralis adalah laserasi arteria femoralis, perdarahan, thrombosis,
emboli, hematoma, dan infeksi.
c. Kateter vena sub klavia semakin banyak dipakai sebagai alat akses
vascular karena pemasangan yang mudah dan komplikasinya lebih sedikit
disbanding kateter vena femoralis. Kateter vena subklavia mempunyai
lumen ganda untuk aliran masuk dan keluar. Kateter vena subklavia dapat
digunakan sampai empat minggu sedangkan kateter vena femoralis
dibuang setelah satu sampai dua hari setelah pemasangan. Komplikasi
yang disebabkan oleh katerisasi vena subklavia serupa dengan katerisasi
vena femoralis yang termasuk pneumotoraks robeknya arteria subklavia,
perdarahan, thrombosis, embolus, hematoma, daninfeksi.
2. AksesVaskular Internal (Permanen)
a. Fistula
Fistula yang lebih permanen dibuat melalui pembedahan yang (biasanya
dilakukan pada lengan bawah) dengan cara menghubungkan atau
menyambungkan (anastomosis) pembuluh aretri dengan vena secara side
to-side (dihubungkan antar-sisi) atau end-to-side (dihubungkan antara
ujung dan sisi pembuluh darah). Segmen-arteri fistula diganakan untuk
aliran darah arteri dan segmen vena digunakan untuk memasukan kembali
(reinfus) darah yang sudah didialisis. Umur fistula AV adalah empat tahun
dan komplikasinya lebih sedikit dengan pirau AV. Masalah yang paling
utama adalah nyeri pada fungsi vena terbentuknya aneurisma, trombosis,
kesulitan hemostatis pasca dialisis, dan iskemia pada tangan.
b. Tandur
Dalam menyediakan lumen sebagai tempat penusukan jarum dialisis,
sebuah tandur dapat dibuat dengan cara menjahit sepotong pembuluh arteri
atau vena dari sapi, material Gore-Tex (heterograft) atau tandur vena
safena dari pasien sendiri. Biasanya tandur tersebut dibuat bila pembuluh
darah pasien sendiri tidak cocok untuk dijadikan fistula.Tandur biasanya
dipasang pada lengan bawah, lengan atas atau paha bagian atas. Pasien
dengan sistem vaskuler yang terganggu, seperti pasien diabetes, biasanya
memerlukan pemasangan tandur sebelum menjalani hemodialisis. Karena
tandur tersebut merupakan pembuluh drah artifisial risiko infeksi akan
meningkat. Komplikasi tandur AV sama dengan fistula AV. trombosis,
infeksi, aneurisma dan iskemia tangan yang disebabkan oleh pirau darah
melalui prosthesis dan jauh dari sirkulasi distal.

1.1.7 Penatalaksanaan
1. Diet Masalah Cairan.
Diet merupakan faktor penting bagi pasien yang menjalani hemodialisis
mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang rusak tidak mampu
mengeksresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini akan
menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun atau toksik. Gejala
yang terjadi akibat penumpukan tersebut secara kolektif dikenal sebagai gejala
uremik dan akan mempengaruhi setiap sistem tubuh. Lebih banyak toksin yang
menumpuk, lebih berat gejala yang timbul. Diet rend protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala.
Penumpukan cairan juga dapat terjadi dan dapat mengakibatkan gagal jantung
kongestif serta edema paru. Dengan demikian, pembatasan cairan juga merupakan
bagian dengan resep diet untuk pasien ini.
Dengan penggunaan hemodialisis yang efektif, asupan makanan pasien
dapat diperbaiki meskipun biasanya memerlukan beberapa penyesuaian atau
pembatasan pada asupan protein, natrium, kalium dan cairan. Berkaitan dengan
pembatasan protein, maka protein dari makanan harus memiliki nilai biologis
yang tinggi dan tersusun dari asam-amino esensial untuk mencegah penggunaan
protein yang buruk serta mempertahankan keseimbangan nitrogen yang positif.
Contoh protein dengan nilai biologis yang tinggi adalah telur, daging, susu dan
ikan.
Dampak Diet Rendah Protein. Diet yang bersifat membatasi akan merubah
gaya hidup dan dirasakan pasien sebagai gangguan serta tidak disukai bagi banyak
penderita gagal ginjal kronis. Karena makanan dan minuman merupakan aspek
penting dalam sosialisasi, pasien sering merasa disingkirkan ketika berada
bersama orang-orang lain karena hanya ada beberapa pilihan makanan saja yang
tersedia baginya. Jika pembatasan ini dibiasakan, komplikasi yang dapat
membawa kematian seperti hiperkalemia dan edema paru dapat terjadi.
2. Pertimbangan Medikasi.
Banyak obat yang dieksresikan seluruhnya atau sebagian melalui ginjal.
Pasien yang memerlukan obat-obatan (preparat glikosida jantung, antibiotik,
antiaritmia, antihipertensi) harus dipantau dengan ketat untuk memastikan agar
kadar obat-obat ini dalam darah dan jaringan dapat dipertahankan tanpa
menimbulkan akumulasi toksik.
Beberapa obat akan dikeluarkan dari darah pada saat dialisis oleh karena itu,
penyesuaian dosis oleh dokter mungkin diperlukan. Obat-obat yang terikat dengan
protein tidak akan dikeluarkan selama dialisis. Pengeluaran metabolit obat yang
lain bergantung pada berat dan ukuran molekulnya. Apabila seorang pasien
menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus dievaluasi dengan cermat.
Pasien harus mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai
contoh, jika obat antihipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat
menjalani hemodialisis, efek hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan
menyebabkan tekanan darah rendah yang berbahaya.

1.1.8 Komplikasi Hemodialisa


Tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang terjadi,
antara lain:
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram otot
seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat dengan volume
yang tinggi.
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati otonomik,
dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa, penurunan
kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang cepat berpengaruh
terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang kurang cepat
dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu gradien osmotik diantara
kompartemen-kompartemen ini. Gradien osmotik ini menyebabkan perpindahan
air ke dalam otak yang menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan
biasanya terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pada pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar.
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit dapat
dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan heparin selama
hemodialisa juga merupakan faktor risiko terjadinya perdarahan.

7. Ganguan Pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah yang
disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering disertai dengan
sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin yang tidak
adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
1.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian
1. Identitas
Biasanya berisikan nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan, agama, alamat,
pendidikan serta identitas penanggung jawab.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien hemodialisa adalah :
1) Sindrom uremia
2) Mual, muntah, perdarahan GI.
3) Pusing, nafas kusmaul, koma.
4) Perikarditis, cardiar aritmia
5) Edema, gagal jantung, edema paru
6) Hipertensi
Tanda-tanda dan gejala uremia yang mengenai sistem tubuh (mual, muntah,
anoreksia berat, peningkatan letargi, konfunsi mental), kadar serum yang
meningkat.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien penderita gagal ginjal kronis (stadium terminal).
4. Riwayat Pengobatan/Alergi
Pasien yang menjalani dialisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi dengan cermat. Terapi anti hipertensi, yang sering merupakan bagian
dari susunan terapi dialisis, merupakan salah satu contoh di mana komunikasi,
pendidikan dan evaluasi dapat memberikan hasil yang berbeda. Pasien harus
mengetahui kapan minum obat dan kapan menundanya. Sebagai contoh, obat anti
hipertensi diminum pada hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek
hipotensi dapat terjadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah
rendah yang berbahaya. Mengetahui obat-obatan yang pernah dikonsumsi oleh
pasien sebelumnya yang menyebabkan terjadinya penurunan fungsi ginjal.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga


Perlu ditanyakan apakah orang tua atau kelauarga lain ada yang menderita
penyakit gagal ginjal kronik (GGK) yang erat kaitannya dengan penyakit
keturunannya seperti GGK akibat DM.
6. Riwayat Dialisis
Pada pasien dengan hemodalisa perlu di kaji sudah berpa lama hemodalisa (
bulan, tahun), kemudian berapa kali melakuakan hemodalisa, apakah ada masalah
pada akses vaskuler ( AV Fistula, Femoral, Doble Lument, Jugularis dan
Subclavia). Serta tanyakan juga gejala klinis yang terjadi selama proses
hemodalisis ( lemas, pusing, gatal, bengkak, muntah, mual, berdebar debar,
hipotensi, neyri otot, mencret, tidak bisa BAB, sakit kepala, pandangan gelap,
rembes pada akses darah, keringat dingin, batuk berdahak atu tidak).
7. Pola Fungsi Kesehatan
a. Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Pada pasien hemodalisa biasanya perlu di kaji adalah pengetahuan tentang gaya
hidup pasien, pengetahuan pasien tentang praktik kesehatan preventif, biasanya
terjadi persepsi yang negatif dan cendrung tidak mematuhi prosudur
pengobatan dan perawatan yang lama
b. Nutrisi
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan keluhan mual
muntah akibat peningkatab ureum dalam darah.Pasien dengan hemodialisis
harus diet ketat dan pembatasan cairan masuk untuk meminimalkan gejala
seperti penumpukan cairan yang dapat mengakibatkan gagal jantung kongesti
serta edema paru, pembatasan pada asupan protein akan mengurangi
penumpukan limbah nitrogen dan dengan demikian meminimalkan gejala,
mual muntah.
c. Aktivitas dan Latihan
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan penurunan gerak
sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat toksik lainnya dalam
jaringan.dialisis menyebabkan perubahan gaya hidup pada keluarga. Waktu
yang diperlukan untuk terapi dialisis akan mengurangi waktu yang tersedia
untuk melakukan aktivitas sosial dan dapat menciptakan konflik, frustasi.
Karena waktu yang terbatas dalam menjalani aktivitas sehai-hari.
d. Istrahat/ Tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat keluhan-
keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-zat toksik seperti
mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan sebagainya.
e. Eliminasi
Biasanya terjadi ganggutian pengeluaran urine seperti oliguri, anuria, disuria,
dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan fungsi filtrasi, reabsorsi dan
sekresi.
f. Persepsi Diri
a) Gambaran diri
Biasanya pada pasien dengan hemodalisa dirinya pasrah dengan kondisi yang
dia alami
b) Ideal diri
Biasanya pada idial diri berisi harapan pasien seprti ingin cepat sembuh
c) Peran diri
Pada pasien dengan hemodalisa biasanya berkaitan dengan peranya sebagai
orag tua atau anak, serta sudah menikah atau tidak
d) Harga diri
Klien biasaya redah diri dengan kondisi yang di alaminya, klien mempunyai
motifasi untuk cepat sembuh
e) Identitas diri
Pada identias diri menceritakan apakah dirinya seorang anak, anak keberapa
dan memiliki saudara
g. Peran dan Hubungan Sosial
Pada pasien dengan hemodalisa biasanya terjadi perubahan pola peran untuk
menentukan kodisi seperti tidak mampu bekerja, tidak mampu mempertahan
fungsi peran, serta terjadi kerbatasan hubungan dengan orang lain maupun
lingkungan sekitar.

h. Seksual dan Reproduksi


Pada pola seksual biasa pasien dengan gagal ginjal kronik angiopati dapat
terjadi pada system pembuluh darah di oragan reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan kualitas maupun ereksi serta member dampak pada
proses ejakulasi serta orgasme, biasanya sering terjadi perubahan penurunan
libido, amenorea, infertilasi
i. Nilai dan Kepercayaan
Pada pasien hemodalisa biasanya terjadi perubahan dalam melaksanakan
ibadah kemungkinan besar tidak mampu melaksanakan ibadah karena
perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
j. Manajemen Koping
Biasanya terjadi perubahan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh
klien, justrus menyebabkan reaksi ketergantungan yang negative seperti marah,
persaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak,
perubahan kepribadian takut dan mudah tersinggung
k. Kongnitif Perceptual
Penderita hemodialisis jangka panjang sering merasa khawatir akan kondisi
penyakitnya yang tidak dapat diramalkan. Biasanya menghadapi masalah
financial, kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, dorongan seksual yang
menghilang serta impotensi, dipresi akibat sakit yang kronis dan ketakutan
terhadap kematian. Prosedur kecemasan merupakan hal yang paling sering
dialami pasien yang pertama kali dilakukan hemodialisis.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Umum
BB: Setelah melakukan hemodialisis biasanya berat badan akan menurun.TTV:
Sebelum dilakukan prosedur hemodialisis biasanya denyut nadi dan tekanan
darah diatas rentang normal. Kondisi ini harus di ukur kembali pada saat
prosedur selesai dengan membandingkan hasil pra dan sesudah prosedur.
b. Kepala
Pada kepala yang perlu dikaji biasanya bentuk kepala, warna rambut, mudah
rontok, kulit kepala bersih atau kotor, berbau, ada nyeri atau tidak, lesi, aserta
bekas luka.
c. Mata
Kaji kedua mata apakah simetris atau tidak, konjungtiva anemis, sclera tidak
hikterik, apakah kalien mengalami gangguan penglihtan, pupinya isokor atau
anisokor, adakah nyeri atau tidak, edema.
d. Hidung
Lihat kesimetrisan hidung, wanra kulit hidung, apakah pemebekaan pada
hidung, kemudian lihat apakah ada massa di bagian hidung dan nyeri tekan
pada hidung.
e. Telinga
Amati bentuk telinga, warna kulit telinga, lesi, adanya massa pada pinna, amati
adanya nyeri tekan pada telinga.
f. Mulut
Pada mulut yang perlu dikaji adalah bentuk mulut, radang mukosa (stomatitis),
bau mulut (aseton, uremia), karang gigi, benda asing ( gigi palsu), gusi, warna
gigi, karang gigi, warna lidah, tipe lidah hipertemik, nyeri tekan pada lidah,
apakah ada pembesaran tonsil.
g. Leher
Pada leher yang perlu dikaji adalah bentuk leher, warna kulit leher, gerakan
leher, pembesaran kelenjar tiroid, peningkatan tekanan vena jugularis misalnya
karena pasien menggunakan doble lument, pembesaran getah bening, dan
apakah ada nyeri pada bagian leher.
h. Thorax
Pemeriksaan fisik pada bagian dada yang perlu dikaji adalah kesimetrisan atau
bentuk dada, gerak napas ( frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya bernapas
atau mengunakan alat bantu napas) warna kulit, lesi, edema, tidak ada tanda
tanda disetres pernapasan warna kulit sama dengan kulit yang lain, tidak ada
sianosis, tidak ada nyeri tekan.
i. Abdomen
Pada pasien hemodalisa yang perlu dikaji dan dilihat adalah bentuk abdomen
apakah membusung atau membuncit, perut menonjol atau tidak, amati apakah
ada tampak benjolan benjolan atau massa , apakah ada bising usus dan
peristaltic usus, apakah ada nyeri tekan, bekas luka, rarna kulit perut, dan
apakah ada edema perut atau adanya asites.
j. Genital
Kaji jenis kelamin klien, apakah mempunyai penyakit kelamin, kemudian
penyebaran rambut pubis, ada tidaknya edema atau asites pada skrotum.
k. Integument
Kulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan
urokrom, gatal gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh.
l. Muskuluskletal
Resiles leg sindrom ( pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan ), burning
feet syndrom ( rasa kesemutan dan terbakar).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Urine lengkap
Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre dan post,
kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin, SGOT-SGPT,
bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor, kalium, natrium,
klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin, feritin serum, pth, vit D,
kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida, asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti
HIV, CRP, astrup:pH/P02/pC02/HCO3.
Biasanya dapat ditemukan adanya: anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia,
hipokalsemi, ureumikum, kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien
DM menurun.
b. Radiologi
Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran
pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran korteks,
gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran ginjal, vaskularisasi
ginjal.
Sidik nuklir dapat menentukan GFR
c. EKG
Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama, hiperkalemi,
hipoksia miokard.
d. Biopsi
Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah : (NANDA, 2012)
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler ditandai dengan pernafasan abnormal
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
ditandai dengan gangguan elektrolit, edema.
3. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif (efek ultrafiltrasi).
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
faktor biologis, ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, bising usus hiperaktif.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik,
perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan lapisan kulit.
6. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan
gelisah/ketakutan, ekspresi wajah khawatir.
7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (gangguan
jantung dan paru), imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas, menyatakan merasa
letih atau lemas.
8. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, ketidakadekuatan
pertahanan sekunder.

1.2.3 Intervensi Keperawatan


1) Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membrane alveolar
kapiler ditandai dengan pernafasan abnormal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan
tidak terjadi gangguan pertukaran gas, dengan kriteria hasil :
NOC : Respiratory Status (Gas Exchange)
Tekanan parsial dari O2 di darah arteri dalam rentang normal
Tekanan parsial dari CO2 di darah arteri dalam rentang normal
Ph arteri dalam rentang normal
Terjadi keseimbangan ventilasi-perfusi
Intervensi : NIC : Respiratory Monitoring
O : Monitor laju, irama dan kedalaman pernafasan
R/ Untuk mengetahui status pernafasan klien
N : Berikan pasien posisi yang nyaman, buka jalan nafas dengan mengangkat
dagu bila diperlukan
R/ Mengurangi sesak dan memperlancar sistem pernafasan
E: Instruksikan pasien atau keluarga untuk tetap menjaga lingkungan agar
tetap bersih
R/ Mencegah timbulnya rasa sesak
C : Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi O2
R/ Mengurangi sesak dan memenuhi kebutuhan O2 klien

2) Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi


ditandai dengan gangguan elektrolit, edema.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..x.. jam diharapkan
kebutuhan cairan klien kembali seimbang, dengan kriteria hasil :
NOC : Fluid Overload Severity
Edema berkurang
Tekanan darah dalam rentang normal
Kongesti vena berkurang
Intervensi : NIC : Fluid/Electrolite Management
O : Monitor tanda dan gejala terjadinyana asites, retensi cairan, atau edema
R/ Untuk menunjukan/mengetahui tanda kelebihan volume cairan
N : Catat intake dan output cairan secara akurat, batasi masukan cairan
R/ Untuk menyeimbangkan antara cairan yang masuk dengan cairan yang
keluar
E : Ajarkan pasien dan keluarga tentang rasional pembatasan cairan
R/ Pemahaman meningkatkan kerjasama dalam pembatasan cairan
C : Kolaborasi dalam melakukan terapi hemodialisa (HD) selama 4,5 jam
dengan ultrafiltrasi cairan sesuai dengan peningkatan BB atau status
cairan pasien
R/ Membantu menjaga keseimbangan cairan tubuh klien (mengatasi
kelebihan volume cairan klien)

3) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan


aktif (efek ultrafiltrasi).
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x.. jam diharapkan
kebutuhan cairan klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :
NOC : Fluid Ballance
Tekanan darah normal
Intake dan output seimbang
Turgor kulit elastis
Membran mukosa lembab
Intervensi : NIC : Fluid Management
O : Monitor status hidrasi, kelembaban membran mukosa
R/ Untuk menunjukan ada tidaknya dehidrasi dan menentukan intervensi
selanjutnya
N : Pertahankan intake dan output yang akurat, tingkatkan masukan oral
( minum banyak, minum diantara makan )
R/ Meningkatkan intake cairan pasien
E : Ajarkan pasien dan keluarga menjaga kebutuhan intake cairan
R/ Menyeimbangan cairan yang masuk dan cairan yang keluar
C : Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan intravena (IV)
R/ Mengganti cairan tubuh yang hilang, penanganan yang lebih cepat

4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


faktor biologis, ketidakmampuan mencerna makanan ditandai dengan
anoreksia, mual muntah, nyeri abdomen, bising usus hiperaktif.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x.. jam diharapkan
kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria hasil:
NOC : Nutritional Status
Nutrisi yang masuk sesuai dengan kebutuhan/adekuat
BB ideal, meingkat sesuai umur
Tonus otot meningkat
Intervensi : NIC : Nutrition Management
O : Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan (monitor intake kandungan
makanan dan kalori)
R/ Untuk mengetahui keadaan umum dan kebutuhan nutrisi klien
N : Berikan makanan sesuai dengan kebutuhan (diet pasien)
R/ Memberikan nutrisi yang adekuat
E : Ajarkan keluarga dan klien untuk membuat catatan makanan harian yang
sesuai dengan kebutuhan kalori pasien
R/ Mengetahui makanan harian yang telah dikonsumsi klien
C : Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mendapat informasi tentang diet klien
dan jumlah kalori yang dibutuhkan klien setiap harinya
R/ Pemberian diet yang sesuai mempercepat proses penyembuhan dan
mencegah terjadinya komplikasi.

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kondisi gangguan metabolik,


perubahan status cairan ditandai dengan kerusakan lapisan kulit.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x.. jam diharapkan
kerusakan integritas kulit dapat teratasi/berkurang, dengan kriteria
hasil :
NOC : Tissue Integrity : Skin and Mocous Membranes
Suhu kulit normal
Tekstur kulit baik
Tidak ada lesi pada kulit
Intervensi : NIC (Skin Care: Topical Treatments)
O : Kaji luka, keadaan luka, lokasi, luas, kedalaman luka, karakteristik,
warna, cairan, infeksi.
R/ Untuk mengetahui karakteristik umum dari luka yang dialami
N : Lakukan perawatan luka secara steril dengan teknik aseptik setiap harinya
R/ Mencegah terjadinya infeksi dan mempercepat penyembuhan
E : Ajarkan pasien cara menjaga kebersihan luka dan perawatan luka dirumah
R/ Mencegah infeksi dan merawat luka secara mandiri
C : Kolaborasi dalam pemberian obat seperti seperti antibiotik
R/ Membantu untuk mencegah terjadinya infeksi

6) Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan


gelisah/ketakutan, ekspresi wajah khawatir.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamax jam
diharapkan cemas klien berkurang-hilang, dengan kriteria hasil :
NOC: Anxiety Self Control
Tanda cemas hilang
Mampu menggunakan strategi koping efektif
Mampu menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi cemas
Intervensi : NIC : Anxiety Reduction
O : Observasi tanda dan gejala cemas
R/ Untuk menentukan intervensi selanjutnya
N : Bantu pasien mengidentifikasi situasi dari faktor penyebab rasa cemas
pasien
R/ Untuk mengetahui faktor penyebab cemas klien
E : Ajarkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi
R/ Untuk mengurangi cemas pasien secara non farmakologis
C : Kolaborasi dengan keluarga dalam memberikan dukungan dalam
pemberian obat anticemas
R/ Menurunkan tingkat kecemasan klien
7) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum (gangguan
jantung dan paru), imobilitas, ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen ditandai dengan dispnea setelah beraktivitas,
menyatakan merasa letih atau lemas.
Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selamax jam
diharapkan aktivitas klien kembali normal, dengan kriteria hasil:
NOC : Activity Tolerance
Mampu melakukan aktivitas sehari-hari (ADL) secara mandiri
Berpartisipasi melakukan aktivitas
Intervensi : NIC : Activity Therapy
O : Monitor respon emosional, fisik, social dan spiritual terhadap aktivitas
R/ Mengetahui respon pasien dalam melakukan aktivitas
N : Bantu klien untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan
fisik, psikologi dan sosial
R/ Membantu memilih aktivitas sesuai dengan kemampuan agar tidak
memberatkan pasien
E : Ajarkan pasien menggunakan alat bantu dalam beraktivitas
R/ Mempermudah dalam melakukan aktivitas tanpa bantuan orang lain
C : Kolaborasi dengan tenaga medis dalam pemberian terapi yang tepat
misalnya dalam melakukan latihan
R/ Mempercepat proses penyembuhan, dan melatih kekuatan otot

8) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive, ketidakadekuatan


pertahanan sekunder.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x.. jam,
diharapkan ibu tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil:
NOC : Risk Control : Infections Proces.
Mampu mengidentifikasi tanda dan gejala personal yang mengindikasi
resiko potensial.
Mampu mengidentifikasi strategi untuk melindungi diri sendiri dari
orang lain dengan infeksi.
Intervensi : NIC : Infection Protection.
O : Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
R/ Untuk menentukan intervensi dan terapi selanjutnya.
N : Inspeksi kulit, membrane mukosa
R/ Untuk mengetahui sumber yang berisiko terjadi infeksi
E : Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi.
R/ Untuk mengetahui risiko lebih cepat.
C : Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi, seperti
antibiotik.
R/ Untuk mencegah terjadinya infeksi.

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi atau tindakan yang
direncanakan.

1.2.5 Evaluasi Keperawatan


1. Tidak terjadi gangguan pertukaran gas
2. Tidak terjadi kelebihan volume cairan
3. Tidak terjadi kekurangan volume cairan
4. Ketidakseimbangan nutrisi klien teratasi
5. Integritas kulit tidak mengalami kerusakan
6. Ansietas klien berkurang-hilang
7. Dapat beraktivitas seperti biasa
8. Tidak ada tanda-tanda terjadinya infeksi

DAFTAR PUSTAKA
Ariany, Arin. 2013. Asuhan Keperawatan Hemodialisis. (online),
:http://arinariany.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-
hemodialisis.html, diakses tanggal 5 desember 2016.
Bulechek,Gloria M. 2008. Nursing Interventions classification (NIC) fifth edition.
USA:Mosby Inc an Affiliate of Elservier.
Herdman, T. Heather. 2012. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Moorhead,Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) fifth
edition.USA:Mosby Inc an Affiliate of Elservier.
Setiawati, Wiwik. 2013. Laporan Pendahuluan Hemodialisa. (online),
http://kesehatan-ilmu.blogspot.com/2012/01/laporan-
pendahuluan-hemodialisa.html, diakses tanggal 5 desember 2016.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • II
    II
    Dokumen3 halaman
    II
    desy
    Belum ada peringkat
  • Definisi
    Definisi
    Dokumen3 halaman
    Definisi
    desy
    Belum ada peringkat
  • LP Varikokel
    LP Varikokel
    Dokumen8 halaman
    LP Varikokel
    rissa08
    Belum ada peringkat
  • 1
    1
    Dokumen1 halaman
    1
    desy
    Belum ada peringkat