Kesempatan Franschisee
Kesempatan Franschisee
A. Pengertian Franchise
arti memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise
yang dipromosikan oleh perusahaan franchise seperti be your own boss yang
artinya (jadilah bos dalam perusahaan yang anda miliki sendiri) atau ungkapan
lain seperti each office is owned operated independently yang artinya (setiap
atau privelege untuk menjalankan bisnis dalam waktu dan tempat tertentu kepada
individu atau perusahaan yang relatif lebih kecil. Dari segi bisnis, franchise
merupakan salah satu metode produksi dan distribusi barang dan jasa kepada
7
UNCTC, Transnational Corporation and Technology Transfer : Effects and Policy
Issues, United Nations, New York, 1987. Hal. 4.
melibatkan dua pihak yakni pihak pemilik usaha (franchisor) dan penyewa atau
waralaba jika kita artikan, maka menjadi bermakna usaha yang memberikan
keuntungan lebih istimewa. Secara harfiah, waralaba berarti persetujuan legal atas
pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk atau jasa dari
pemilik kepada pihak lain, yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu.
waralaba atau franchise ialah Suatu sistem pendistribusian barang atau jasa
kepada pelanggan akhir, dimana pemilik merek atau franchisor memberikan hak
kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama,
sistem, prosedur dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka
Selain itu, pengertian franchise dapat dilihat dari 2 (dua) aspek yang lain
yaitu : aspek yuridis dan aspek bisnis. Dari aspek yuridis, pengertian franchise
dapat kita lihat Pasal 1 angka (1) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997
Perikatan di mana salah satu pihak diberikan hak untuk memanfaatkan dan/atau
menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang
Dari segi aspek yuridis yang lain, dapat juga kita lihat rumusan dari Pasal
Pemberi waralaba, yaitu badan usaha atau perorangan yang memberikan haknya
kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan/atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pemberi
waralaba, sedangkan penerima waralaba adalah badan usaha atau perorangan yang
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pemberi waralaba . 9
Dari aspek bisnis yang dikemukakan oleh Bryce Webster (dikutip oleh
Salah satu metode produksi dan pendistribusian barang dan jasa kepada
konsumen dengan suatu standar dan sistem eksploitasi tertentu. Pengertian standar
barang dan jasa kepada konsumen. Franchisor dalam jangka waktu tertentu
8
Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba.
9
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No.
259/MPP/KEP/7/1977 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba.
Hal.2
10
Ridhwan Khaerandy, Aspek-Aspek Hukum Franchise, Majalah Unisa, Yogyakarta,
1992. Hal.87.
tertentu. Usaha tersebut harus dijalankan sesuai dengan prosedur dan cara yang
Right to sell a product or service yang artinya Hak untuk menjual sebuah
1. Adanya perikatan.
11
Suharnoko, Hukum Perjanjian, Kencana, Jakarta, 2004. Hal.83
12
Oxford Learner,s Pocket Dictionary, Oxford, England, 2000. Hal.170
13
Martin Mendelsohn, The Guide to Franchising, Oxford, England, 1986. Hal.6
pengedarannya.
5. Adanya imbalan, jasa atau sejumlah fee yang harus dibayarkan oleh pihak
unit usaha.
maka beberapa ahli menyatakan bahwa esensi utama dari franchise sebenarnya
lisensi diikuti oleh kewenangan pemilik merek untuk melakukan kontrol guna
menjamin kualitas barang dan jasa yang dilisensikan dan juga punya kewenangan
melahirkan the complex agreement. Satu hal lagi yang patut dikemukakan untuk
B. Sejarah Franchise
kurang lebih satu abad yang lalu. Pada masa itu, Isaac Singer seorang pemilik
tersebut.
pandangan yang menyatakan bahwa jauh sebelum Isaac Singer, telah terdapat
demikian mungkin saja pelopor franchise bukan Amerika Serikat melainkan Cina.
14
Lihat Moch Basarah dan H.M. Faiz Mufidin, Op.Cit. Hal. 36.
kegiatan franchise ini mulai diikuti oleh perusahaan minuman soft drink, yakni
Coca Cola. Singer, General Motors, Coca Cola dapat dikatakan sebagai pelopor
memberikan lisensi mereka kepada perusahaan bir kecil sebagai upaya untuk
kesempatan kepada perusahaan bir kecil untuk lebih berkembang dan maju.
Sekitar tahun 1950, sistem franchise juga telah berkembang dengan tipe
business format franchising. Tipe ini tidak hanya menjual lisensi merek dagang,
tetapi juga sekaligus menjual konsep atau sistem bisnisnya. Para pelopor dari
sistem ini antara lain : MC.Donalds dan Dunkin Donuts untuk bisnis siap saji
(fast food) serta restoran. Dalam bisnis bukan makanan atau minuman, pelopor
menjadi model yang sangat dominan dalam mendistribusikan barang dan jasa di
mampu menyerap delapan juta tenaga kerja dan mencapai empat puluh satu
dunia perdagangan saja, namun juga telah merambah ke dunia jasa, seperti :
restoran, bisnis retail, salon rambut, hotel, dealer mobil, stasiun pompa bensin,
dan sebagainya. 16
yang cukup besar bagi dunia usaha kita. Pengaruh utama yang dapat kita lihat
bergerak dalam bidang barang dan jasa yang sangat banyak di Indonesia akan
Suwarno, Rental Film Disc Tarra, dan English Course Tumbletooth yang
Jakarta, telah dibentuk Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Asosiasi ini didirikan
15
Robert W. Emerson, Franchisee Contract Clauses and the Francisors Duty of care
Towards Its Franchisees, North Carolina, North Carolina Law Review, 1993. Hal.920.
16
Ibid. Hal. 12
usaha dan pembinaan pengusaha kecil. Bagi swasta, franchise dianggap sebagai
metode bisnis yang baru dengan tingkat keberhasilan yang tinggi. Sekarang ini,
para anggota AFI terdiri dari franchise dan master franchise, yaitu perusahaan
Selain AFI, pada akhir tahun 1995, juga telah terbentuk Asosiasi Restoran
Waralaba Indonesia (ARWI). Salah satu alasan dibentuknya ARWI adalah untuk
dan minuman yang semakin ketat. Persaingan yang ingin ditumbuhkan oleh
ARWI juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk saling tukar menukar informasi
dan berbagi pengalaman di antara para anggotanya. Tujuan utama dari ARWI
kesehatan dan gizi. Perbedaan utama antara AFI dengan ARWI adalah jika AFI
17
Amir Karamoy, Sukses Lewat Usaha Waralaba, Jakarta, Bisnis Indonesia, 1996. Hal.5-
11.
Dengan dibentuknya dua jenis asosiasi franchise ini, maka kita dapat
yang cukup tinggi sejak tahun 1980, sehingga perlu dibentuknya AFI dan ARWI
Indonesia menjadi lebih terarah dalam sebuah koordinasi dan komunikasi yang
baik.
C. Penggolongan Franchise
melihat penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East Asian
berikut:
1. Product franchisee
Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise hanya
areal, seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau
18
Ibid. Hal.13-14
dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky
Fried Chicken.
1. Product franchising
produk franchisor. Sering kali terjadi franchise diberi hak eksklusif untuk
2. Manufacturing franchises
19
Bryce Webster, The Insiders Guide to Franchising, AMACON, 1986. Hal.6.
bisnis ini dan sebagai imbalan dari penggunaan nama franchisor, maka
persyaratan karyawan.
Stephen Fox, seorang ahli franchise dari Amerika Serikat juga mempunyai
1. Franchise produk
kontrak franchise.
20
Lihat Stephen Fox, Op.Cit. Hal.45.
kepaa sistem penjualan yang dirancang oleh franchisor. Franchise jenis ini
royalti yang biasanya berlanjut atas penggunaan nama atau merek dagang
franchise produk sebagaimana yang dimaksud oleh Stephen Fox di atas pada
sekali tidak terlibat dalam pembuatan produk dan hanya menjual produk
franchisor sehingga peranan pihak penyewa hampir sama dengan fungsi sebagai
pihak penyewa di samping menjual produk juga terlibat dalam proses pembuatan
produk franchisor. 22
barang atau jasa berdasarkan sistem penjualan yang dirancang oleh franchisor.
Pada umumnya, pada franchise jenis ini pihak franchisor bukanlah pembuat
dari produk yang dijual penyewa. Pada franchise jenis ini, franchisor selain
menerima biaya franchise, juga akan menerima uang melalui royalti dan berlanjut
atas penggunaan nama atau merek dagang beserta sistem bisnisnya yang
21
Stephen Fox, Membeli dan Menjual Bisnis dan Franchise, Elex Media Konputindo,
Jakarta, 1993. Hal. 218.
22
Bryce Webster, The Insiders Guide to Franchising, AMACON, 1986. Hal. 23.
kepada penyewa untuk membuka toko eceran, store atau jaringan penjualan atas
yakni franchisor merupakan pemilik dari nama dan merek dagang dari produk
yang dijual oleh franchise dan pada keduanya pihak franchisor menerima
dealer-nya.
23
Rocco M Angelo dan Andrew N. Vladimir, Business Law, South West, Cincinnati,
1990. Hal. 403.
24
Ibid. Hal. 123.
penyewaan mobil dan truk. Tipe ini berkembang pesat dalam beberapa
Indonesia, pada masa sekarang ini juga telah mulai berkembang suatu franchise
jenis baru yang dikenal dengan group trading franchise, yang menunjuk pada
pemberian hak toko grosir maupun pengecer, seperti yang telah dilakukan oleh
toko Seven Eleven, Indo Maret maupun Econ Minimart. Bahkan toko grosir Indo
Maret dapat dikatakan telah merajai perkembangan franchise jenis ini. Di Kota
Medan saja disinyalir telah berkembang lebih dari 25 toko Indo Maret dan lebih
dari 1.000 toko Indo Maret di seluruh Indonesia. Jika kita berasumsi setiap toko
mempunyai omset Rp 100 juta saja, maka dapat kita simpulkan bahwa seluruh
toko Indo Maret mempunyai omset lebih dari Rp 100 Milyar. Hal ini tentu saja
masyarakat dan dapat memberikan nilai positif bagi Usaha Kecil dan Menengah
faktor tertentu yang harus diperhatikan terutama bagi franchise yang franchisor-
franchise.
penyewa franchise.
negara penerima.
Dalam sebuah perikatan atau perjanjian tentu terdapat adanya subyek dan
obyek dari perikatan tersebut. Pada pembahasan ini, penulis akan mencoba untuk
Subyek franchise
1. Franchisor
Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik
berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas
maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise.
2. Franchise
Franchise adalah orang atau badan usaha yang menerima lisensi dari
maupun ciri khas dari franchisor, namun harus tetap tunduk kepada
ternyata masih terdapat dua pihak lainnya yang dapat dikaitkan sebagai subyek
hukum franchise dalam perjanjian franchise yang juga terkena dampak dari
sama.
Obyek dalam franchise adalah lisensi. Lisensi adalah izin yang diberikan
wilayah lain. Ada dua kriteria lisensi sebagaimana yang telah dikemukakan oleh
Lisensi jenis ini merupakan jenis lisensi yang bertujuan untuk mencapai
maka lisensi dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut :
Perjanjian antara para pesaing yang bergerak dalam kegiatan yang sama
hak-hak termasuk hak milik perindustrian dari pihak lain. Oleh karena itu,
Sebagai kebalikan dari jenis lisensi yang pertama, dalam kelompok ini
perjanjian itu dari luarnya saja akan tampak sebagai perjanjian lisensi,
Lisensi jenis ini merupakan lisensi dalam arti yang sebenarnya, tanpa
jenis ini terdapat adanya perikatan antara franchisor dan franchise secara
kedua belah pihak, tanpa adanya unsur penipuan maupun unsur-unsur lain
an, dengan berdirinya KFC, Swensen, dan Shakey Pisa yang kemudian diikuti
oleh Burger King dan Seven Eleven. Kemudian pada tahun 1980-an franchise
telah berkembang bukan hanya dari makanan, namun telah merambah ke pasar-
membaik, politik yang stabil dan keamanan yang terjamin, para investor dari luar
negeri mulai melirik Indonesia dan di sini. Franchise asing mulai berkembang di
pasar Indonesia, dan harus diakui ternyata minat penduduk Indonesia terhadap
franchise yang dari luar negeri ini sangat besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan
Chicken.
Pada tahun 1992, di Indonesia terdapat 29 franchise yang berasal dari luar
negeri dan 6 franchise lokal, dan secara keseluruhan, di Indonesia tersebar sekitar
300 outlet. Pada tahun 1997, jumlah franchisor meningkat hingga 265 franchise,
di mana terdapat 235 franchise internasional dan 30 franchise lokal. Dan jumlah
keseluruhan outlet adalah 2000. Pada tahun 1997, terjadi krisis moneter di
Indonesia. Pada saat ini, diikuti oleh krisis ekonomi dan politik di Indonesia pada
franchisor asing yang meninggalkan Indonesia dan hampir sekitar 500 outlet yang
Pada saat itu, jumlah franchise dari luar negeri yang beroperasi di
Indonesia menurun dari 230 hingga 170-180 franchise. Tetapi justru pada saat itu,
25
WWW.Franchising_Indonesia.com
Hingga saat ini, franchise lokal berkembang hingga 360 merek produk, di
mana terdapat 9000 outlet, baik sebagai franchise ataupun company owned. Hal
ini tidaklah mengherankan dikarenakan franchise lokal mempunyai cita rasa lokal
yang diyakini mempunyai nilai jual yang sangat tinggi baik di Indonesia maupun
jumlah mall dan retail space yang meningkat dari 75.900m menjadi 1.78 juta m
di tahun 2004 dan 2.82 juta m di tahun 2006 serta terus berkembang sampai hari
ini. Agen properti mempromosikan space di mall sebagai salah satu investasi yang
menguntungkan. Faktor ke-2, tarif / bunga deposito yang perlahan lahan menurun.
Hal ini mendorong para investor untuk melihat kesempatan investasi lainnya yang
lebih prospektif dan menguntungkan serta dengan risiko yang lebih kecil.
26
WWW.Franchising_Indonesia.com
lokal maupun asing. Stabilitas ekonomi, politik dan kemanan yang semakin
penduduk yang besar (sensus bulan Juli 2007 : 234,693,997, no.4 terbesar di
ekonomi yang mencapai GDP US$1,038 billion dan US$4.616 per kapitanya
4. Servis Real-estate
27
WWW.Franchising_Indonesia.com