Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KATA PENGANTAR
Sehubungan dengan pelaksanaan jasa konsultasi PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN
SARANA DAN PRASARANA PENDUKUNG WISATA BAHARI, TAHUN ANGGARAN
2016, maka dengan ini disampaikan Laporan Pendahuluan untuk pekerjaan tersebut.
Buku Laporan Pendahuluan ini merupakan tahapan awal dari proses penyusunan dokumen
perencanaan teknis, sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan fisik
pada tahapan selanjutnya. Adapun sistematika materi Laporan Pendahuluan ini adalah :
BAGIAN A PENDAHULUAN
BAGIAN B TANGGAPAN TERHADAP KAK
BAGIAN C GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN
BAGIAN D PENDEKATAN PEKERJAAN, METODOLOGI, DAN PROGRAM KERJA
BAGIAN E JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAGIAN F TENAGA AHLI DAN TANGGUNG JAWAB
BAGIAN G JADWAL PENUGASAN / KETERLIBATAN TENAGA AHLI
BAGIAN H ORGANISASI PELAKSANAAN PEKERJAAN
BAGIAN I PELAPORAN
BAGIAN J PENUTUP
i
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI i
BAGIAN A. PENDAHULUAN ........................................................................................................................A-1
A.1 Latar Belakang .....................................................................................................................................A-1
A.2 Tujuan dan Sasaran ...........................................................................................................................A-2
A.3 Lingkup Pekerjaan .............................................................................................................................A-3
A.3.1 Waktu Pelaksanaan .................................................................................................................A-3
A.3.2 Lokasi .............................................................................................................................................A-3
A.3.3 Materi .............................................................................................................................................A-3
A.4 Hasil dan Keluaran.............................................................................................................................A-5
A.5 Personalia ..............................................................................................................................................A-5
A.6 Tanggung Jawab Konsultan ...........................................................................................................A-6
BAGIAN B. TANGGAPAN TERHADAP KAK........................................................................................... B-1
B.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... B-1
B.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................................................................... B-1
B.3 Lingkup Kajian ..................................................................................................................................... B-2
B.3.1 Lokasi ............................................................................................................................................. B-2
B.3.2 Waktu Pelaksanaan ................................................................................................................. B-2
B.3.3 Lingkup Materi Kajian............................................................................................................ B-2
B.4 Tenaga Ahli ............................................................................................................................................ B-6
B.5 Apresiasi dan Inovasi ....................................................................................................................... B-6
B.5.1 Kajian Awal.................................................................................................................................. B-7
B.5.2 Desain Pelaksanaan Survei .................................................................................................. B-9
BAGIAN C. GAMBARAN UMUM LOKASI PEKERJAAN ..................................................................... C-1
C.1 Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Bangka Tengah .................................... C-1
C.2 Topografi ................................................................................................................................................ C-2
C.3 Kondisi Iklim ........................................................................................................................................ C-3
C.4 Profil Demografi.................................................................................................................................. C-3
C.5 Profil Perekonomian ......................................................................................................................... C-3
C.6 Potensi Wisata ..................................................................................................................................... C-5
C.7 Jaringan Transportasi ...................................................................................................................... C-6
ii
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
BAGIAN A. PENDAHULUAN
Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan
secara maksimal, termasuk di dalamnya di sektor pariwisata. Untuk lebih memantapkan
pertumbuhan sektor pariwisata dalam rangka mendukung pencapaian sasaran
pembangunan, sehingga perlu diupayakan pengembangan produk-produk yang
mempunyai keterkaitan dengan sektor pariwisata. Pengembangan pariwisata berkaitan
erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan pengembangan budaya bangsa.
Saat ini permasalahan yang sering terjad pada pengelolaan pariwisata pantai selain
penurunan kualitas lingkungan dan keberadaan sarana dan prasarana yang kurang
memadai adalah kurangnya integrase antara masyarakat sekitar dengan kawasan
pariwisata itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manfaat yang dihasilkan dari keberadaan
kawasan pariwisata tersebut belum sepenuhnya dirasakan oleh masyarakat dan
menyebabkan kurangnya rasa memiliki terhadap kawasan pariwisata tersebut. Padahal
dari keberadaan masyarakat yang sering dibaikan ini dapat dikembangkan potensi
kebudayaan yang dimiliki masyarakat sekitar seperti upacara adat, dsb.
A-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Kecamatan Koba mempunyai garis pantai yang sangat panjang, yang membentang mulai
dari Desa Kurau Barat sampai ke wilayah Kelurahan Padang Mulia. Hal ini sangat potensial
untuk pengembangan perikanan laut. Di Kecamatan Koba juga terdapat Pantai yang sangat
cocok untuk dikembangkan menjadi objek wisata bahari, dari sekian banyak pantai salah
satunya yaitu panta iDesa Terentang yang terletak di Kecamatan Koba, yang memiliki daya
tarik untuk dijadikan daerah kunjungan wisata, untuk itu Pemerintah Kabupaten Bangka
Tengah telah menetapkan sebagai salah satu kawasan destinasi.
Kawasan destinasi Pantai Desa Terentang, dilihat dari sisi infrastuktur penunjang
kepariwisataan sangat minim. Sehingga kurang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan.
Untuk itu langkah awal mengisi infrastruktur di kawasan ini harus disertakan dengan
perencanaan kawasan yang terukur, sehingga pada tahun anggaran 2016 melalui
penetapan APBD Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah telah membuat anggaran
Penyusunan Detail Engeneering (DED) Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung
Wisata Bahari.
Adapun tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini antara lain adalah sebagai berikut:
A-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Adapun lingkup waktu pelaksanaan kajian yang disediakan untuk menyelesaikan pekerjaan
ini adalah selama 150 hari kalender yang dimulai sejak disahkannya Surat Perintah Kerja
dari pihak pemberi pekerjaan kepada pihak konsultan sebagai pelaksana pekerjaan.
A.3.2 LOKASI
A.3.3 MATERI
Secara umum, ruang lingkup kegiatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut :
1. Survey Lapangan
Pengumpulan berbagai buku, jurnal dan laporan yang relevan dengan pengembangan
pariwisata berupa budaya, arus wisatawan, sarana dan prasarana pendukung di
kawasan Pantai Desa Terentang dan nantinya dapat dicocokkan dengan data lapangan.
Adapun jenis-jenis survey yang dilakukan adalah sebagai berikut :
A-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Survei Topografi
Dalam pengukuran topografi di stage ini di lakukan di darat atau pesisir yang tidak
terpengaruh oleh pasang surut. Fungsi dari survei topografi ini adalah untuk
mengetahui ketinggian rata-rata dari suatu lokasi survei yang nantinya dijadikan
acuan dalam membangun fasilitas Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata Bahari.
Survey Pasang surutadalah untuk menentukan elevasi muka air yang akan
digunakan untuk merancang dimensi bangunan fasilitas Sarana dan Prasarana
Pendukung Wisata Bahari, untuk melengkapi kebutuhan penggambaran peta
bathimetri (kontur kedalaman laut), untuk menentukan pola pasut selama
pengamatan.
Survey Pengamatan arus bertujuan untuk mendapatkan data arah dan kecepatan
arus pada area rencana konstruksi dilaut setiap saat sehingga didapatkan gambaran
arah arus dominan dan besaran arus setiap waktu. Fungsi survei arus laut adalah
untuk menghindari pengaruh tekanan arus berarah tegak lurus kapal agar dapat
manuver dengan cepat dan mudah, untuk mengevaluasi kondisi stabilitas garis
pantai (erosi atau sedimentasi).
Gelombang merupakan salah satu faktor penting di dalam perencanaan Sarana dan
Prasarana Pendukung Wisata Bahari. Gelombang di laut bisa dibangkitkan oleh
pasang-surut. Fungsi survei gelombang adalah untuk merencanakan bangunan
Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata Bahari, untuk mengetahui gaya-gaya yang
bekerja pada bangunan Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata Bahari dan untuk
mengetahui besarnya arus dan sedimen yang ditimbulkan gelombang sehingga
nantinya dapat diantisipasi.
Angin adalah udara yang bergerak dari daerah dengan tekanan udara tinggi ke
daerah dengan tekanan udara rendah. Fungsi dari survei angin adalah untuk
menyusun analisa gelombang, untuk mengetahui distribusi arah dan kecepatan
angin tepat di rencana pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata
Baharidan untuk merencanakan beban bangunan pada kawasan wisata bahari.
Survey Sedimentasi
Fungsi survei sedimentasi atau penyelidikan tanah dan geologi ini untuk
mengetahui kondisi lapisan tanah (sub soil) yang hasilnya akan dipakai sebagai
dasar perencanaan pondasi di lokasi dan juga untuk mengetahui sulit/tidaknya
melakukan pengerukan untuk menimbun di tempat lain.
Survey Tanah
A-4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Survey tanah antara lain meliputi tes sondir dan boring yang berfungsi untuk
mengetahui letak kedalaman tanah keras, yang nantinya dapat diperkirakan
kekuatan tanah dalam menahan beban yang didirikan diatas tanah tersebut. Hasil
dari tes sondir ini dipakai untuk menentukan tipe atau jenis pondasi apa yang mau
dipakai, menghitung daya dukung tanah asli dan menentukan seberapa dalam
pondasi yang akan dibangun.
Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini yaitu terlaksananya Penyusunan DED
Pembangunan Sarana Prasarana Pendukung Wisata Bahari.
Berdasarkan arahan dalam KAK, hasil yang diharapkan secara umum adalah merupakan
hasil dari tahapan pelaksanaan seperti yang telah dijelaskan diatas, yaitu:
Sedangkan keluaran yang diharapkan dari hasil tersebut berdasarkan pemahaman KAK
secara umum adalah tersedianya guideline pembangunan kontruksi objek pelabuhan laut
berdasarkan pertimbangan teknis yang didasari pemikiran tingkat ekonomis dari kontruksi
yang direncanakan serta kesesuaian kestabilan kontruksi terkait kondisi fisik di lokasi
rencana pembangunan
A.5 PERSONALIA
A-5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Ketua Tim disyaratkan seorang Sarjana Strata Dua (S2) Teknik Sipil dengan pengalaman
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan memiliki SKA Sumber Daya Air Madya. Ketua tim
bertanggungjawab untuk memimpin dan mengkoordinir seluruh kegiatan anggota tim kerja
dalam pelaksanaan kegiatan.
B. Tenaga Ahli
Tenaga ahli yang disyaratkan serang sarjana Strata Satu (S1) memiliki pengalaman
sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun diantaranya :
Jumlah
No. Tenaga Ahli Sertifikat Keahlian
(Orang)
1 Ahli Arsitektur 1 Arsitektur Muda
2 Ahli Struktur 1 Bangunan Gedung Muda
3 Ahli Teknik Kelautan 1 Rawa dan Pantai Muda
4 Ahli Geodesi 1 Geodesi Muda
5 Ahli Sipil / Geoteknik 1 Geoteknik Muda
C. Tenaga Pendukung
Tenaga pendukung yaitu Asisten Tenaga Ahli yang disyaratkan Strata Satu (S1) memiliki
pengalaman sekurang kurangnya 3 (tiga) tahun, diantaranya :
Setelah mempelajari hal-hal teknis terkait dalam KAK, sebagai komitmen dari pengaju
usulan pelaksana pekerjaan, beberapa hal yang menjadi tanggung jawab konsultan apabila
menjadi pelaksana pekerjaan diantaranya adalah sebagai berikut:
A-6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
A-7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Bagian ini akan membahas mengenai tanggapan dan saran terhadap KAK setelah
melakukan pemahaman mendalam mengenai hal-hal teknis yang telah diuraikan pada
bagian terdahulu. Bagian tanggapan KAK ini berisi mengenai respon yang diajukan terkait
tuntutan teknis dalam KAK, baik itu tanggapan terhadap latar belakang, tujuan dan sasaran,
juga lingkup kajian. Lebih jelas mengenai tanggapan ini akan dibahas pada bagian ini
selanjutnya.
Secara umum, Kerangka Acuan Kerja (KAK) Jasa Konsultansi DED Pembangunan Sarana dan
Prasarana Pendukung Wisata Bahari ini dapat dipahami dengan baik oleh konsultan,
sehingga tidak diperoleh hambatan dalam rencana penyusunan Usulan Teknis Pelaksanaan
Pekerjaan. Berikut ini hasil tanggapan yang beberapa diantaranya disampaikan dalam
bentuk saran mengenai Kerangka Acuan Kerja Jasa Konsultansi Penyusunan DED
Pembangunan Sarana dan Prasarana Pendukung Wisata Bahari.
Secara umum, Latar Belakang yang dijelaskan dalam Kerangka acuan kerja sudah cukup
jelas, hanya saja perlu ditambahkan beberapa hal berikut ini.
Akan tetapi kekurangan tersebut akan dijadikan sebagai acuan dalam melakukan
pembahasan awal dengan pihak pemberi pekerjaan pada saat konsultan ditunjuk sebagai
pelaksana kegiatan, dan untuk sementara pada usulan teknis ini dipergunakan asumsi
umum untuk memaparkan pendekatan kegiatan dan metodologi teknis pengerjaan.
Pemaparan maksud dan tujuan dari pelaksanaan pekerjaan ini cukup jelas seperti apa yang
telah diuraikan dalam pembahasan pemahaman KAK diatas. Pada bagian ini tidak
B-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
diperlukan tanggapan atau saran terhadap apa yang telah disampaikan dalam KAK, adapun
hal-hal yang terkait dengan penajaman pemahaman mengenai maksud dan tujuan akan
diuraikan dalam bentuk pendekatan serta metodologi teknik pekerjaan yang akan
diuraikan pada bagian selanjutnya.
B.3.1 LOKASI
Pemahaman lokasi pekerjaan secara umum cukup dijelaskan dalam KAK, akan tetapi untuk
lokasi yang lebih fokus disepanjang garis pantai di lokasi yang disebutkan belum
terdefinisikan dengan baik. Untuk lebih mempertajam pemahaman lokasi pekerjaan
konsultan melakukan kajian umum dari hasil rencana induk saraqna prasarana wisata
bahari yang telah dilakukan, dimana pada dokumen tersebut ditunjukkan bahwa lokasi
fokus dari rencana pengembangan pelabuhan laut tersebut.
Dengan lingkup waktu yang disediakan selama 150 hari kalender oleh pihak pemberi
pekerjaan diperlukan perencanaan pelaksanaan pekerjaan serta strategi organisasi
pekerjaan yang matang, sehingga diharapkan dapat mengefektifkan pelaksanaan pekerjaan.
Secara umum uraian lingkup materi dari pelaksanaan pekerjaan cukup detail dan lengkap
untuk dapat memenuhi sasaran serta hasil dari pekerjaan yang diharapkan. Akan tetapi
terdapat beberapa tanggapan yang bersifat saran, dimana tanggapan/saran ini akan
menjadi dasar acuan pengembangan pendekatan pekerjaan serta metodologi yang akan
diuraikan lebih rinci pada bagian selanjutnya . Adapun beberapa tanggapan/saran terhadap
lingkup materi diantaranya adalah sebagai berikut:
A. Pendahuluan
Berikut ini akan dijelaskan saran atau usulan teknis terkait dengan lingkup kegiatan dalam
KAK yang akan dijadikan acuan usulan pendekatan pelaksanaan serta metodologi
pekerjaan. Dalam uraian lingkup kegiatan pada KAK tidak dijelaskan secara rinci mengenai
survei oseanografi. Pada dasarnya kondisi oseanografi dapat diberlakukan general dari data
B-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
yang telah ada, misalnya diadopsi dari data oseanografi pada pekerjaan Masterplan
pembangunan sarana prasarana widsata bahari yang telah dikerjakan di lokasi ini, akan
tetapi terdapat beberapa parameter oseanografi yang perlu didetailkan terkait dengan
pekerjaan SID ini, adapun paramter oseanografi dimaksud adalah batimetri serta seabed
investigation (soil investigation dasar laut). Kedua parameter ini akan berpengaruh
signifikan terhadap analisis konstruksi objek bangunan yang akan dilakukan, disamping itu,
parameter tersebut untuk pekerjaan yang bersifat mikro atau detail diperlukan informasi
yang lebih akurat menggambarkan kondisi lokasi pekerjaan.
Disamping hal tersebut diatas, tanggapan yang disampaikan terkait dengan lingkup materi
pekerjaan adalah tingkat kedetailan dari parameter terkait seperti diuraikan dalam KAK,
misalnya jumlah stasiun pengukuran, interval pengukuran line batimetri, jumlah titik bor,
dan sebagainya. Kondisi ini menjadi dasar bagi konsultan dalam menyusun desain survei
disesuaikan dengan volume pekerjaan dari pihak pelaksana pekerjaan.
Lebih jelas mengenai respon dari tanggapan dan saran diatas akan diuraikan lebih lanjut
pada bagian pembahasan pendekatan pelaksanaan pekerjaan serta metolodi teknis yang
akan disampaikan kemudian.
Tahapan ini merupakan tahapan perencanaan teknis detail untuk memberikan alternatif
solusi, dalam hal menentukan tipe dan jenis pembangunan yang akan direncanakan, serta
pembahasan atas alternatif-alternatif desain. Mengacu pada pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh Konsultan maka disajikan metodologi yang akan dipakai dalam
pekerjaan selanjutnya.
Dalam tahap ini disajikan perhitungan perencanaan secara rinci bangunan dermaga
berdasarkan kondisi-kondisi yang ada agar memenuhi syarat kekuatan struktur dan sesuai
dengan umur rencana yang diharapkan.
B-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Persiapan
Survei Data
Survei Topografi
Sekunder
Survei Oseanografi
Survei Penyelidikan
tanah
Pengolahan data
Desain bangunan
floating stage
Kontrol stabilitas
floating stage
Gambar B-1 Pendekatan umum DED pembangunan sarana prasarana pendukung wisata
Lebih jelas mengenai tahapan pelaksanaan perencanaan desain objek bangunan floating
stage pada lingkup kegiatan DED, akan diuraikan pada bagian selanjutnya.
D. Penggambaran
Berikut ini akan diuraikan saran untuk standarisasi gambar peta yang dihasilkan agar
diperoleh informasi standar dari pelaksanaan pekerjaan ini, adapun beberapa standar yang
akan diterapkan pada proses penggambaran diuraikan berikut ini:
a. Site Plan
Dari hasil pengukuran di lapangan, perhitungan dan pengumpulan data-data
lainnya yang diperlukan selanjutnya dibuat Peta Site Plan (Peta Dasar) dengan skala
1 : 1.000 atau 1: 500. Beberapa acuan dalam penggambaran disajikan sebagai
berikut, namun tentunya sebelum dimulai penggambaran akan dilakukan asistensi
kepada Direksi (bagian pengukuran). Acuan tersebut di antaranya :
Garis silang untuk grid dibuat untuk setiap 10 cm
Gambar draft dilakukan di atas kertas milimeter (grafik) kalkir yang telah
disetujui Direksi
Semua BM dan titik kerangka (titik pengikat) yang ada di lapangan digambar
dengan legenda yang telah ditentukan dan dilengkapi dengan elevasi dan
koordinat
Legenda pada gambar sesuai dengan apa yang ada di lapangan
Gambar/peta site plan digambar di atas kertas kalkir jenis kodactrace dengan
ukuran A1
Gambar kampung dan sungai diberi nama yang jelas
B-4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Lembar peta diberi nomor urut yang jelas dan teratur yaitu dimulai dari kiri
berurut ke kanan
Format gambar etiket peta disesuaikan dengan ketentuan yang telah ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan
Sebelum pelaksanaan dimulai penggambaran disarankan untuk asistensi
dahulu kepada Direksi (bagian pengukuran)
b. Gambar Bangunan
Setiap bangunan yang direncanakan, baik untuk bangunan yang akan direhabilitasi
maupun bangunan yang akan dibuat, dibuat gambar lengkap sebagai berikut,
Pada setiap gambar diberikan posisi bangunan di lokasi UPTD, keterangan ini
diletakkan pada legenda gambar yang bersangkutan. Untuk bangunan yang akan
direhabilitasi, akan diberi keterangan bagian mana yang akan dikerjakan, dan
bagian mana yang tampak pada gambar tetapi tidak termasuk ke dalam item
pekerjaan konstruksi.
Untuk memenuhi standar gambar peta secara umum, diterapkan beberapa syarat
penggambaran sebagai berikut
Semua gambar dibuat dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD ver. 14/ver.
2000
Semua gambar diplot di atas kertas kalkir A1 dengan bantuan plotter
Sesuai dengan Standar Perencanaan Bangunan Air, Ditjen Air, Desember 1986
Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pembuatan volume pekerjaan (BOQ) untuk
konstruksi dan perkiraan rencana anggaran biaya (RAB) selanjutnya antara lain :
Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dirinci untuk seluruh usulan paket
pekerjaan yang sesuai dengan hasil perencanaan. Dibuat daftar rekapitulasi pada
masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume beton bertulang, berat
tulangan besi, volume galian dan timbunan (m3), volume pasangan batu (m3) dsb.
Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan konstruksi didasarkan
atas harga bahan dan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi pekerjaan. Data
untuk hal tersebut dapat diperoleh pada Daftar PITB (Pusat Informasi Teknik
Bangunan- Dinas PU Cipta Karya), informasi dari dinas/ cabang dinas PU Pengairan
dan Survey harga upah nyata di lapangan.
Upah tenaga kerja mengacu pada Upah Minimum Regional yang dikeluarkan
Menteri Tenaga Kerja dan Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Pembuatan Analisa
Harga Satuan Pekerjaan menggunakan format dari keputusan Menteri PU Nomor
172/KPTS/1993-6 April 1993, dengan referensi BOW dan P.5 (penggunaan alat
B-5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
berat), serta disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Format RAB mengacu pada
surat Edaran Menteri PU Nomor 06/SE/M/1995-1 Maret 1995, perihal
pengelompokan jenis pekerjaan.
Pada KAK untuk pemenuhan tim teknis telah disebutkan kuantitas serta kualifikasi dari tim
teknis yang dianggap perlu dalam penyusunan kajian ini. Akan tetapi pada pelaksanaannya
konsultan akan menggunakan beberapa sumberdaya manusia untuk mendukung
pelaksanaan pekerjaan ini. Adapun sumberdaya manusia yang akan dilibatkan sebagai
bagian dari komitmen mutu pekerjaan yang akan dipergunakan oleh pelaksana pekerjaan
meliputi tenaga dengan kapabilitas sebagai asisten ahli serta operator Cad untuk membantu
proses teknis pelaksanaan kajian.
Selanjutnya tenaga asisten ini akan membantu beberapa ahli dalam bidang tertentu,
misalnya dalam proses pengambilan data serta pengolahan data, serta meng-assist tenaga
ahli dalam melakukan analisis kajian. Adapun tenaga asisten yang akan dilibatkan meliputi:
Asisten Sipil
Asisten Oseanografi
Selain tenaga asisten, tenaga pembantu lainnya yang akan dilibatkan oleh pihak pelaksana
pekerjaan adalah tenaga surveyor diluar asisten seperti telah disebutkan diatas. Tenaga
surveyor ini akan dilibatkan selama pelaksanaan pengambilan data di lokasi kajian dan
sekitarnya untuk melaksanakan metode pengambilan data yang telah didesain oleh tim ahli.
Adapun spesifikasi kapabilitas dari tenaga surveyor ini tidak memerlukan spesifikasi
dengan latar belakang pendidikan yang khusus, yang diperlukan adalah kemampuan
adaptasi lapangan yang baik dan memahami metodologi pengambilan data yang telah di
tentukan oleh tim teknis.
Lebih jelas mengenai peran dan fungsi dari tenaga pendukung ini akan dibahas pada bagian
personalia selanjutnya.
Berdasarkan pemahaman, dan tanggapan terhadap KAK diatas, perlu adanya kajian dan
metode tambahan yang sangat berhubungan dan melengkapi hasil yang akan didapatkan
dalam Penyusunan DED sarana parasaran wisata bahari. Adapun pengejawantahan dari
tanggapan dan saran yang telah dibahas diatas kemudian dipertajam dengan apresiasi dan
inovasi yang akan diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Mengenai beberapa inovasi
B-6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
sebagai upaya apresiasi dari KAK yang ada akan diuraikan pada bagian ini untuk
memperkaya dan mempertajam pelaksanaan kegiatan.
Studi yang dilakukan secara makro, adalah menyangkut kondisi sosial ekonomi pada masa
kini serta kecenderungannya dimasa datang yang meliputi potensi-potensi dan
permasalahan-permasalahan yang ada, yakni pengaruhnya terhadap daerah belakang
(hinterland), seperti perdagangan, kemungkinan-kemungkinan sistem perhubungan darat
yang berpengaruh terhadap angkutan Penyeberangan, kebijaksanaan (policy) dan
kebijakan (wisdom) yang diterapkan, baik yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah. Studi-studi makro dilaksanakan dalam berbagai kegiatan seperti studi
pendukung, studi pra kelayakan, studi kelayakan, studi masterplan, studi lingkungan, dll.
Studi mikro (detail) yang dilakukan adalah dengan menentukan lokasi serta kontruksi
pelabuhan khususnya dermaga yang aman dari pengaruh dan sifat-sifat perairan (angin,
gelombang, arus pasang surut dan lain-lain), kedalaman kolam pelabuhan, alur pelayaran,
kriteria-kriteria navigasi serta pemenuhan terhadap standar-standar keselamatan yang
berlaku, termasuk didalamnya perumusan dokumen-dokumen pra konstruksi, penilaian
konstruksi dan kegiatan sipil pelabuhan lainnya. Studi mikro diakomodir dalam kegiatan
penyusunan DED.
Apresiasi dan inovasi berupa usulan yang diajukan oleh pihak konsultan sebagai upaya
improvement atau pengembangan teknis kajian untuk lebih menambah mutu kajian dititik
beratkan pada lingkup materi kajian. Secara garis besar, sepintas mengenai usulan
improvement ini telah diuraikan pada bagian tanggapan KAK. Pada bagian ini akan
diuraikan beberapa improvement teknis yang akan dilakukan pada pelaksanaan pekerjaan.
Pada lingkup pekerjaan dijelaskan bahwa hal awal yang dilakukan adalah melakukan kajian
awal dari data sekunder yang sementara tersedia. Pada umumnya dengan keterbatasan
waktu, data sekunder yang sementara tersedia lebih bersifat tekstual dan tabulasi statistic.
Untuk lebih mempertajam kajian awal ini konsultan akan melakukan kajian data spasial
dengan menggunakan beberapa data yang merupakan arsip dari konsultan atau data yang
tersedia free dengan pengolahan lebih lanjut, adapun data yang dipergunakan diantaranya
adalah sebagai berikut:
a) Peta RBI Kabupaten Bangka tengah, Skala 1:25.000. Peta ini merupakan arsip yang
dimiliki oleh konsultan. Dari data ini informasi yang dapat dipergunakan
diantaranya adalah:
Garis pantai
Batas administrasi
Badan air (sungai / danau)
Jaringan jalan
Penggunaan lahan
Topografi (interval 12,5 m)
Toponimi
b) GTOPO, merupakan data level ketinggian lahan atau topografi yang diperoleh free
dari USGS yang menyediadan data tersebut untuk semua wilayah. Adapun ketelitian
B-7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
data GTOPO ini yaitu topografi dengan interval ketinggian 30 meter. Data ini
dipergunakan untuk mengetahui secara garis besar topografi dari kawasan lokasi
rencana pekerjaan dan sekitarnya yang merupakan bagian dari kajian.
c) GoogleEarth, merupakan data image dari raster citra yang dapat diolah lebih lanjut
untuk kepentingan orientasi lokasi yang lebih detail dibandingkan dengan peta RBI
yang memiliki skala 1:25.000. Untuk lokasi Kabupaten Bangka Tengah dan
sekitarnya, GoogleEarth mempunyai arsip image raster dengan resolusi yang sangat
tinggi, dan dapat diolah untuk kepentingan pemetaan 1:1000. Informasi yang
diperoleh dari data image GoogleEarth ini dipergunakan untuk memperbaharui dan
mendetailkan data berikut ini:
Garis pantai
Guna lahan
Badan air
Dengan menggunakan data spasial seperti tersebut diatas, diharapkan kajian awal akan
lebih tajam dengan pengenalan lokasi secara spasial baik dalam skala makro maupun mikro.
Selain itu dengan pemahaman lokasi kajian melalui data spasial akan diperoleh data
kombinasi lainnya yang dapat dipergunakan sebagai bahan analisis lebih lanjut.
Adapun data tersebut sebelum digunakan untuk analisis lebih lanjut memerlukan proses
pengolahan lebih lanjut dimana teknik dan metodologi pengolahan data spasial akan
dijelaskan lebih rinci pada bagian metodologi.
Internet sebagai gudang informasi yang menyediakan banyak informasi dari berbagai
sumber dalam rentang waktu yang tak terbatas dipergunakan sebagai data sekunder
pendukung dalam melakukan kajian awal. Dengan bantuan internet kita dapat mengetahui
kondisi lokasi kajian secara serial time, perubahan yang terjadi dilokasi kajian dapat dilacak
dengan melakukan pelacakan informasi terkait untuk lebih mengenal kondisi lokasi kajian.
Selain itu artikel-artikel yang mengupas lokasi kajian akan digunakan sebagai informasi
pendukung dan pelengkap yang biasanya tidak terdokumentasi dengan baik pada data
sekunder resmi. Jenis artikel ini dapat berupa hasil observasi, telaah, atau opini yang dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan hipotesis awal.
Selain limpahan data dan informasi yang ditawarkan dari internet ini, hal positif lainnya
yang dapat diambil adalah kemudahan akses data sehingga pemanfaatan waktu pekerjaan
dapat diefektifkan dan diefisienkan dengan bantuan pelacakan data dan informasi melalui
internet.
Akan tetapi untuk menjaga kualitas data dan informasi, pada proses pelacakan, adopsi
artikel ini akan dilakukan pada sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
kualitas datanya, misalnya data yang diterbitkan oleh media online, website resmi suatu
organisasi, atau website personal / blog yang menampilkan riwayat hidup dari si pemilik
sehingga kualitas dari informasi dapat dipertanggung jawabkan. Selain itu untuk menjaga
orisinalitas dari tulisan, setiap artikel yang diadopsi akan ditampilkan alamat url-nya agar
informasi dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.
B-8
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Hasil observasi
Hasil investigasi
Hasil penelitian
Photo dokumentasi
Tabulasi
Seperti telah disinggung diatas, data ini lebih bersifat sebagai data pendukung untuk
memperkaya pemahaman lokasi kajian disamping data sekunder yang diambil dari instansi
atau stakeholder terkait. Data ini dimaksudkan untuk memperkaya pertimbangan kajian
dan wawasan dengan harapan pendeskripsian potensi dan permasalahan dilokasi kajian
menjadi lebih tajam.
Hal yang lebih mendasar sebelum melakukan survey pengambilan data di lokasi kajian
adalah menysusun desain survey untuk lebih mengefektifkan pelaksanaan kegiatan ini.
Desain survey ini meliputi penyusunan rencana pengambilan data secara spesifik yang
mencakup lingkup area pengambilan data baik itu di darat maupun diperairan, jumlah
stasiun pengamatan beserta lokasi rencana penempatan stasiun, line batimetri dan
topografi, serta perencanaan survei untuk parameter lainnya.
Hal lain yang dilakukan pada proses desain survey adalah deliniasi orientasi focus
pengambilan data, proses ini harus memiliki pengenalan lokasi kajian secara spasial agar
informasi yang diperoleh dapat mewakili tema kajian secara menyeluruh. Deliniasi ini juga
dilakukan sebagai justifikasi awal dalam menentukan lokasi-lokasi yang berpotensi untuk
dijadikan simpul transportasi secara 2D bentang alam yang dapat dilihat dari data spasial.
Adapun hasil dari proses desain survey ini diantaranya berupa peta kerja yang berisi
informasi lokasi kajian mengenai penggunaan lahan, jaringan jalan, badan air, toponimi dan
lain sebagainya. Selain peta kerja hasil dari desain survey ini berupa daftar object yang akan
di observasi, sehingga diharapkan hasil dari kegiatan survey ini sesuai dengan kebutuhan
untuk proses selanjutnya. Disamping daftar objek yang harus di observasi, dilengkapi juga
dengan daftar isian atau tally sheet untuk mendapatkan informasi detail dari suatu objek
yang diobservasi. Untuk pelengkap dalam melakukan interview, pada proses desain
pekerjaan ini disusun juga script wawancara berisi pertanyaan kunci untuk menggali
informasi lebih dalam untuk suatu sub-topik permasalahan yang akan diangkat, dengan
bantuan ini diharapkan proses wawancara juga FGD akan menghasilkan informasi yang
berguna untuk tahap selanjutnya.
B-9
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
C-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
C.2 TOPOGRAFI
Kondisi topografi Kabupaten Bangka Tengah sebagian besar merupakan topografi yang
berombak dan bergelombang, yaitu sebesar 51%, tanahnya berjenis Asosiasi Podsolik
Coklat Kekuning-kuningan dengan bahan induk Komplek Batu pasir Kwarsit dan Batuan
Plutonik Masam. Daerah lembah dan datar sebesar 20%, jenis tanahnya Asosiasi Podsolik
berasal dari Komplek Batu Pasir dan Kwarsit, dan 25% berupa daerah rawa dan
bencah/datar dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta
Regosol Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Daerah berbukit sebesar
4% seperti Bukit Mangkol dengan ketinggian sekitar 395 meter dari permukan laut, jenis
tanah perbukitan tersebut adalah Komplek Podsolik Coklat Kekuning-kuningan dan Litosol
berasal dari Batu Plutonik Masam. Tanah di daerah Kabupaten Bangka Tengah mempunyai
PH rata-rata di bawah 5, didalamnya mengandung mineral bijih timah dan bahan galian
lainnya seperti: Pasir Kwarsa, Kaolin, dan batu Gunung.
C-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Kabupaten Bangka Tengah beriklim Tropis Type A dengan besar curah hujan antara 137,4
hingga 471,8 mm tiap bulan untuk tahun 2010. Suhu rata-rata daerah Kabupaten Bangka
Tengah berdasarkan data dari Stasiun Meteorologi Pangkalpinang antara 26,0 o Celcius
hingga 28,0o Celcius. Sedangkan kelembaban udara rata-rata bervariasi antara 79,6 hingga
86,1 persen pada tahun 2010.
Jumlah penduduk Kabupaten Bangka Tengah pada Tahun 2014 sekitar 165.021 jiwa.
Berikut adalah jumlah penduduk Kabupaten Bangka berdasarkan kecamatan.
PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) Kabupaten Bangka Tengah tahun 2014 mencapai
6.72 triliun rupiah atau meningkat sebesar 7.64 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Kenaikan Nilai PDRB ADHB di tahun 2014 sebesar 477.23 miliar rupiah lebih rendah jika
dibandingkan dengan tahun 2013 yang memiliki kenaikan nilai sebesar 552.64 miliar
rupiah. Kenaikan nilai PDRB juga menggambarkan adanya kenaikan harga yang mendorong
peningkatannya lebih tinggi jika dibandingkan tahun sebelumnya. Begitu juga untuk PDRB
Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) pada tahun 2014 Kabupaten Bangka Tengah memiliki
nilai PDRB sebesar 5.3 triliun rupiah atau tumbuh sekitar 1.52 persen. Pertumbuhan PDRB
ADHK biasa disebut dengan pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan kenaikan
produksi di Kabupaten Bangka Tengah.
C-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar C-3. PDRB ADHB & ADHK 2010 Dengan dan Tanpa Migas (juta rupiah), 2010 -2014
Selama kurun waktu 2010-2014 perkembangan kontribusi kedua lapangan usaha tersebut
menunjukkan penurunan setiap tahunnya. Pada tahun 2010 kontribusi dari lapangan usaha
industri pengolahan sekitar 24 persen dan di tahun 2014 hanya sekitar 16 persen. begitu
juga untuk lapangan usaha Pertambangan dan Penggalian tahun 2010 peranannya sekitar
23 persen dan ditahun 2014 sekitar 21 persen.
Sementara itu lapangan usaha lainnya yang memiliki peranan besar adalah Pertanian
Kehutanan dan Perikanan serta lapangan usaha Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi
Mobil dan Sepeda Motor dimana kontribusinya semakin tahun kecenderungannya semakin
meningkat. Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Sepeda Motor pada tahun
2010 memiliki peranan sekitar 12.09 persen dan ditahun 2014 meningkat menjadi 13.13
persen. Begitu juga untuk Pertanian Kehutanan dan Perikanan pada tahun 2010
kontribusinya sekitar 10.47 persen di tahun 2014 meningkat menjadi 13.12 persen.
C-4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Tabel 3. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2010 2014
Ex mining Perlang
Pulau Ketawai
Hutan Pelawan
C-5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Adapun jaringan transportasi yang terdapat di Provinsi Sulawesi Tenggara meliputi jalur
udara, laut dan darat, yaitu:
a. Udara
b. Laut
2. Dermaga khusus di Desa Batu Beriga Kecamatan Koba, Kabupaten Bangka Tengah
yang digunakan untuk bongkar muat pasir.
c. Darat
Untuk saat ini keterangan panjang jalan dan keadaan jalan masih belum diketahui.
C-6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Pendekatan umum pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan arahan yang ada dalam KAK,
maka pelaksanaan pekerjaan ini akan dibagi menjadi beberapa tahapan pekerjaan.
Pentahapan pekerjaan ini dimaksudkan untuk menjaga kualitas pekerjaan dengan menjaga
pencapaian untuk masing-masing tahapan yang telah ditentukan, sehingga diharapkan hasil
akhir yang diperoleh melalui pencapaian target pekerjaan pertahapan ini dapat menjaga
kualitas serta tetap sesuai dengan tujuan dan sasaran pekerjaan yang telah ditentukan.
Adapun secara garis besar pembagian atau pentahapan pelaksanaan pekerjaan dapat
dilihat berikut ini:
1) Persiapan
2) Survei pendahuluan
3) Desain survey
4) Survei primer dan sekunder
5) Pengolahan data
6) Analisis desain objek bangunan
7) Kontrol stabilitas objek
8) Penyusunan output
Tahapan pelaksanaan pekerjaan tersebut bersifat saling berkaitan antara tahapan tersebut,
dimana output dari satu tahapan menjadi input untuk tahapan selanjutnya. Sehingga
kualtas dari output akhir sangat bergantung pada kualitas dari output untuk masing-masing
tahapan tersebut.
Adapun keterkaitan antar tahapan pelaksanaan pekerjaan diatas secara umum dapat dilihat
pada diagram alir pendekatan umum pekerjaan dibawah. Dari diagram alir tersebut dapat
dilihat keterkaitan antar tahapan, selain itu peran dan kontribusi dari masing-masing
tahapan terhadap hasil akhir dapat dilihat dengan jelas.
D-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Persiapan
Administrasi Teknis
Perangkat
Rekonsolidasi teknis
tim teknis pelaksanan
pekerjaan
Survei
Pendahuluan
Desain Survei
Kunjungan
Oseanografi Topografi instansi dan
stakeholder terkait
Pengolahan dan
Analisis
Desain dan
analisis kontruksi
objek bangunan
Penyusunan
output pekerjaan
Adapun lebih detail mengenai lingkup kegiatan terutama untuk survei yang dilakukan dapat
dilihat pada diagram alir dibawah yang merupakan pendekatan lain dari diagram alir yang
telah ditunjukkan diatas.
D-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Pasang surut
Arus Gambar
Survei detail Klimatologi Teknik
Perairan Gelombang
Analisis teknik
Batimetri
Sarana prasarana Nota Design
Survei Investigasi Soil seabed pantai, laut dan
Desain investigation darat
Bill of
Survei detail Topografi Quantity
Daratan Soil Inestigation
Berdasarkan diagram alir diatas dapat dilihat bahwa secara teknis, data yang tercakup
dalam kegiatan ini terdiri dari data teknis perairan (oseanografi) dan teresterial (daratan).
Adapun data oseanografi yang tercakup diantaranya adalah kondisi pasang surut, arus,
gelombang, batimetri, serta kondisi lapisan dasar laut, sedangkan untuk data teresterial
terdiri dari data ketinggian lahan (topografi) dan data lapisan tanah yang merupakan hasil
dari soil investigasi atau data penyelidikan tanah.
D.2 METODOLOGI
Dalam kerangka acuan dijelaskan bahwa secara umum tugas konsultan dalam proyek ini
adalah menyusun DED Sarana Prasarana Pendukung Wisata Bahari, Tahun anggaran 2016.
Survei pendahuluan ini bermaksud untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai
daerah yang akan disurvei. Disamping itu untuk memberitahukan kepada pimpinan atau
pejabat di daerah tersebut, bahwa pada tahun 2016 terdapat kegiatan yang berlokasikan
diwilayah administratifnya.
Sedangkan tujuan survei pendahuluan ini adalah dengan suatu gambaran atau informasi
yang didapat, maka akan disusun suatu perencanaan dan persiapan yang optimal, sehingga
dalam pelaksanaan survei pada saatnya akan berjalan dengan lancar dan mendapatkan
hasil dan kualitas yang baik.
D-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
2) Kondisi dan situasi wilayah pesisir/pantai, termasuk data iklim terakhir dari kantor
BMKG setempat.
3) Ketersediaan dan kesesuaian kapal survei
4) Daerah untuk bekal ulang bahan bakar maupun logistik lainnya
5) Penentuan rencana lokasi pengamatan pasang surut laut
6) Orientasi lokasi titik kontrol yang sudah ada dan rencana pembuatan titik kontrol.
7) Orientasi lokasi untuk rencana basecamp
8) Survei umum tentang harga-harga peralatan dan perlengkapan penunjang survei
lainnya.
Pengamatan pasang surut merupakan bagian dari kegiatan survei hidro-oseanografi yang
bertujuan untuk menentukan bidang acuan kedalaman (muka air laut rerata, muka surutan)
serta menentukan koreksi hasil pemeruman, dengan ketentuan berikut :
Secara umum suatu lokasi stasiun pasut dapat mewakili sifat pasut daerah sekitar lokasi
stasiun, sepanjang kondisi perairan mendekati ideal, yaitu tidak banyak pulau-pulau dan
teluk-teluk, jauh dari muara sungai, serta kondisi meteorologi dan oseanografi yang relatif
homogen.
D-4
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Metoda yang digunakan pada analisa data pasang surut ini adalah metoda harmonis kuadrat
terkecil (least square adjustment) yaitu menghitung konstanta-konstanta harmonik pasang
surut. Besarnya amplitudo dan beda fasa dari konstanta-konstanta harmonik ini ditentukan
berdasarkan data pengamatan pasut.
Dari konstanta-konstanta harmonik utama pasang surut, dapat ditentukan tipe pasang
surutnya, berdasarkan perbandingan antara jumlah jumlah amplitudo konstanta-konstanta
diurnal (K1, O1) dengan jumlah amplitudo konstanta-konstanta semi diurnal (M2, S2).
Perbandingan amplitudo tersebut dikenal sebagai FORMZAL, yaitu :
(A(K1) + A(O1))
F = ---------------------- , dimana A = amplitudo
(A(M2) + A(S2))
Tipe-tipe pasang surut bisa diklasifikasikan dengan menggunakan harga F sebagai berikut:
Dalam metode Least Square, jumlah konstanta yang muncul akan semakin banyak,
berbanding lurus dengan lamanya pengamatan pasut tersebut.
D-5
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Sebagai datum vertikal untuk keperluan pemetaan hidrografi digunakan kedudukan muka
air surutan terendah (LWS).
No Alat Banyaknya
1 Palm / mistar ukur 2
2 Binokular (optional) 1
3 Senter 2
4 Penunjuk waktu 2
Gambar D-3 Peralatan pengamatan pasang surut yang dipergunakan mistar ukur
Arus laut pada hakekatnya timbul akibat pemanasan yang tidak merata pada permukaan
bumi. Pemanasan yang tidak merata ini menimbulkan perbedaan tekanan atmosfir yang
mengakibatkan gerakan udara (angin) dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Angin yang
bertiup diatas permukaan laut akan menimbulkan arus dan gelombang laut. Pemanasan
yang tidak merata ini juga menimbulkan perbedaan (gradien) densitas air laut dalam arah
horizontal yang pada gilirannya mengakibatkan terbentuknya arus laut. Arus laut timbul
akibat berbagai faktor penyebab, antara lain :
Arus laut dan angin memainkan peranan yang penting dalam memindahkan kelebihan
panas di daerah ekuator ke daerah di lintang tinggi. Arus dipengaruhi oleh :
Kecepatan angin
Viskositas dan densitas air
Percepatan gravitasi
Keadaan dasar laut
Geometri pantai
D-6
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Rotasi bumi
Arus pasut adalah termasuk jenis gerakan air laut dalan arah horizontal. Arus residu adalah
kolom air rata-rata yang telah melalui current meter pada suatu periode waktu tertentu.
Dari hasil pengolahan data arus residu dapat kita analisis penyebab dominan terjadinya
arus residu, dengan melihat bagaimana periode ulang dari magnitudenya atau bentuk siklus
dari arus pembentuknya.
Pengamatan arus pasut pada umumnya bertujuan untuk mengetahui variasi arus di suatu
daerah survei berkaitan dengan variasi pasut di daerah tersebut. Pengamatan arus pasut
biasanya dilakukan di beberapa titik/stasiun sehingga memungkinkan untuk
mendapatkan pola sirkulasi arus dan variasinya terhadap waktu (Herunadi 1996).
A. Pengolahan data
Untuk menguraikan vector arus hasil pengukuran, kecepatan arus dipecahkan dalam dua
komponen u (komponen timur-barat) dan v (komponen utara-selatan). komponen
kecepatan u dan v dipresentasikan sebagai plot vector versus waktu. Dimana dapat
dituliskan sebagai:
Tabel D-2 Kebutuhan data sekunder pendukung untuk feature data Arus
D-7
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Hasil dari pengambilan data dan arus ini selanjutnya dipergunakan sebagai masukan dalam
melakukan pemodelan hidrodinamika. Untuk lebih jelasnya metoda analisis menggunakan
model hidrodinamika ini akan dijelaskan berikut ini.
Persamaan Pengatur
Persamaan Kontinuitas :
U V
+ + = 0
t x y
U U U U2 + V2
+ U + V + gH + rU + A H H 2 U = Wx W2x + W2y
t x y x H2 (5.1.1b)
V V V U2 + V2
+ U + V + gH + rV + A H H 2 V = Wy W2x + W2y
t x y y H2 (5.1.1c)
Kecepatan transpor arus arah sumbu-x atau Barat-Timur (U), kecepatan transpor arus arah
sumbu-y atau Selatan-Utara (V), dan elevasi muka air sesaat () dapat dihitung dengan
menyelesaikan persamaan (5.1.1a), (5.1.1b), dan (5.1.1c) secara numerik dengan
memberikan kondisi awal dan kondisi batas yang sesuai.
Persamaan Numerik
Diskritisasi sistem persamaan kekekalan momentum dengan notasi indeks ruang (i,j) dan
waktu (n) adalah :
D-8
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Ui,n+1
j = QR(u )i,n j Ui,n j + t E(u )i,n j - gH(u )i,n j i+1, j i, j
2 x
(5.1.2a)
i+1, n
j - i, j + i+1, j - i, j
n+1 n+1 n
Vi,n+1
j = QR(v )i,n j Vi,n j + t E(v )i,n j - gH(v )i,n j
2 y
(5.1.2b)
Persamaan kontinuitas didiskretisasi terhadap ruang dan waktu sehingga menjadi suatu
sistem persamaan linier, dan selanjutnya diselesaikan dengan metode iteratif SOR
(Succesive Over Relaxation) yang mempunyai sifat cepat konvergen, dengan pemilihan nilai
koefisien yang optimum yang berada pada interval 1<<2. Diskretisasi persamaan
kontinuitas menjadi:
i,n+1,l+1
j = [1- ] i,n+1,l
j
+ * Pi,n j + Ki,x j i+1,
n+1,l
j + Ki-1, j i-1, j
x n+1,l+1
+ Ki,y j i,n+1,l
j+1 + Ki, j-1i, j-1
y n+1,l+1
dimana :
* =
1 + K x
i, j
x
+ Ki-1, j + Ki, j + Ki, j-1
y y
(5.1.2c)
t
2
t
2
n n
Ki,y j = g QR(v )i, j H(v )i, j
2 y (5.1.2e)
Pi,n j = t Ui-1,
n
n n
j 1+ QR(u )i-1, j + tQR(u )i-1, j E(u )i-1, j
n
- Ui,n j 1+ QR(u )i,n j + t QR(u )i,n j E(u )i,n j} / 2 x - Vi, j-1 1 + QR(v ) i, j + t QR(v ) i, j-1 E(v ) i, j-1} / 2 y
n n n n
+ Vi,n j 1+ QR(v )i,n j + t QR(v )i,n j E(v )i,n j
+ K x
i, j
x
+ Ki-1, j + Ki, j + Ki, j-1 i, j + Ki, j i+1, j
y y n x n
D-9
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
x
+ Ki-1, n y n y n
j i-1, j + Ki, j+1i-1, j + Ki, j-1i, j-1
(5.2f)
Kriteria konvergensi absolut adalah : i,j n+1,l+1 - i,jn+1, l , dengan mengambil harga
= 10-3 .
Sistem gridnya adalah sistem kasa ruang Richardson, dimana dalam suatu sel titik U, V, dan
dipisahkan satu sama lainnya. Sistem iterasi sumbu-x dijalankan ke arah kanan (ke
Timur) dan iterasi sumbu-y ke arah bawah (ke Selatan). Namun dalam perhitungannya,
komponen vektor U bernilai positif bila mengarah ke Timur (dan sebaliknya), serta
komponen vektor V bernilai positif bila mengarah ke Utara (dan sebaliknya).
Untuk memungkinkan penyelesaian persaman (5.1.2a) dan (5.1.2b) selama waktu simulasi
diperlukan syarat batas dan nilai awal. Syarat batas terdiri dari syarat batas terbuka (batas
daerah model dengan laut) dan syarat batas tertutup (batas daerah model dengan pulau).
Adapun nilai awal dimaksud adalah memberikan harga awal (inisialisasi) kepada
variabel-variabel keadaan pada saat t = 0.
Pada batas terbuka gradien kecepatan arus dianggap sangat kecil sehingga dapat diabaikan,
terutama jika kedalaman perairan di batas terbuka cukup besar. Ini berarti kecepatan pada
sel terluar di batas terbuka sama dengan kecepatan pada sel sebelah dalamnya. Elevasi
muka air pada batas ini diambil dari data lapangan pengukuran elevasi pasang surut dengan
melakukan interpolasi Cubic-Spline untuk setiap langkah waktunya. Pada batas tertutup,
garis pantai dianggap merupakan tembok vertikal yang tidak memungkinkan massa air
melewatinya; diambil kondisi batas semi-slip, yaitu kecepatan arus dalam arah tegak lurus
pantai sama dengan nol, sedangkan kecepatan arus tangensialnya tidak harus nol.
Diasumsikan bahwa perairan yang ditinjau pada saat mulai simulasi berada dalam keadaan
tenang yang secara matematis ditulis sebagai berikut:
Bila simulasi tidak dimulai dari awal, maka nilai kecepatan dan elevasinya diambil dari
harga sebelumnya.
Data yang dihasilkan dari hasil pemodelan hidrodinamika arus laut ini dipergunakan untuk
mendapatkan gambaran kondisi arus pada 2 musim utama. Informasi yang diperoleh
disajikan dalam bentuk bunga arus yang menunjukkan informasi statistik dominasi arah
dan magnitud arus serta data simulasi pola arus musiman, lebih jelas dapat dilihat pada
gambar berikut:
D-10
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar D-5 Contoh hasil pemodelan arus pada suatu musim yang menunjukkan pola arah dan
besaran arus di suatu kawasan
D.2.2.3 Gelombang
Gelombang adalah fenomena alam yang biasa kita jumpai di sekitar pesisir dan laut.
Berdasarkan teori, gelombang dibangkitkan dari jauh di lautan dalam yang menjalar
menuju pantai. Selama waktu penjalaran gelombang menghimpun energi dimana
selanjutnya tinggi dan besar gelombang di area pantai dipengaruhi oleh kedalaman dan
morfologi dasar laut. Sehingga pada kenyataannya di wilayah pesisir dengan morfologi
landai tinggi gelombang yang masuk relatif lebih kecil dibandingkan dengan tinggi
gelombang yang masuk ke wilayah pesisir dengan morfologi pantai yang relatif curam.
D-11
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Tabel D-3 Kebutuhan data sekunder pendukung untuk feature data Gelombang
Hasil dari pengambilan data lapangan selanjutnya dijadikan masukan pada pemodelan
gelombang yang akan dilakukan. Adapun pendekatan analisis menggunakan pemodelan
gelombang ini akan dijelaskan berikut ini.
Gelombang pada kawasan pantai (coastal area) berasal dari laut lepas pantai. Penyebaran
gelombang dipengaruhi oleh kontur dasar perairan dimana pergerakan gelombang
ditransformasikan menurut variasi topografi dasar perairan tersebut. Ada beberapa tipe
transformasi gelombang, diantaranya: pendangkalan (shoaling), pecah (breaking), refraksi
(refraction), difraksi (difraction) dan lain-lain. Untuk keperluan pekerjaan ini lebih
ditekankan pada analisa refraksi/difraksi saja.
Refraksi adalah peristiwa berubahnya arah perambatan dan tinggi gelombang akibat
perubahan kedalaman dasar laut. Gelombang akan merambat lebih cepat pada perairan
yang dalam dari pada perairan yang dangkal. Hal ini menyebabkan puncak gelombang
membelok dan menyesuaikan diri dengan kontur dasar laut.
Ks : koefisien pendangkalan
Kr : koefisien refraksi
dimana:
C go
Ks
Cg
bo
Ks
b
D-12
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Sementara, tinggi gelombang yang terjadi pada perairan dangkal (H) dapat dihitung sebagai
berikut:
H = Ho.Ks.Kr
Difraksi adalah peristiwa transmisi energi gelombang dalam arah kesamping (lateral) dari
arah perambatan gelombang. Peristiwa ini terjadi apabila terdapat bangunan laut yang
menghalangi perambatan gelombang. Pada bagian yang terlindung oleh bangunan laut,
tetap terbentuk gelombang akibat transmisi lateral tadi. Fenomena difraksi tidak terbatas
pada perairan dangkal saja karena difraksi terjadi dimana terdapat bangunan laut yang
menghalangi perambatan gelombang.
Analisis fenomena refraksi/difraksi yang akan digunakan dalam pekerjaan ini dilaksanakan
dengan mensimulasikan proses refraksi-difraksi di kawasan perairan proyek. Model
numerik yang akan digunakan adalah REF/DIF yang disusun oleh Center for Applied Coastal
Research, University of Delaware, USA.
a) Batimetri Perairan
Analisis refraksi/difraksi memerlukan kawasan perairan yang agak luas, yang dapat
diperoleh dari Dinas Hidro-Oseanografi TNI-AL (DISHIDROSAL). Batas laut paling luar dari
perairan diambil suatu anggapan bahwa gelombang yang ada atau terbentuk berupa
gelombang sempurna yang belum mengalami refraksi/difraksi. Sedang pada kawasan di
sebelah dalam (dekat pantai) dilakukan simulasi yang lebih teliti dengan peta batimetri
berskala lebih kecil.
b) Tinggi Gelombang
Tinggi gelombang yang digunakan sebagai data masukan model numerik ini adalah tinggi
gelombang yang diperoleh dari hasil pasca-kiraan gelombang berdasarkan data angin
jangka panjang.
Arah datangnya pergerakan gelombang yang ditinjau dalam simulasi ini adalah arah-arah
yang menghadap ke laut bebas atau relatif bebas.
d) Perioda Gelombang
Dalam proses perhitungan tinggi gelombang rencana, informasi mengenai perioda (dan
arah) gelombang telah hilang karena besaran yang menjadi obyek perhitungan adalah
tinggi gelombang.
Hasil yang diperoleh dari analisa refraksi/difraksi gelombang adalah tinggi gelombang dan
arah perambatan gelombang.
Seperti halnya data arus, penyajian data gelombang ini terdiri dari informasi dari wave rose,
dan model pola tinggi gelombang pada suatu musim, untuk lebih jelas dapat dilihat pada
gambar berikut ini:
D-13
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar D-6 Contoh wind rose sebagai informasi penyerta, dimana angin sebagai indicator pembangkit
gelombang pada suatu kawasan
Gambar D-7 Contoh Wave rose yang menunjukkan distribusi besaran dan arah gelombang
D-14
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar D-8 Contoh hasil pemodelan gelombang yang menunjukkan arah dan tinggi gelombang
signifikan pada suatu wilayah
Survei batimetri untuk kepentingan teknis dermaga harus memenuhi klasifikasi survei orde
2 dari IHO. Secara lengkap penjelasan klasifikasi tersebut dapat dilihat di IHO Standards for
Hydrographic Surveys 4th Edition, Special Publication No. 44.
Di bawah ini adalah ringkasan standar ketelitian pengukuran pada survei hidrografi :
Kelas
No Deskripsi
Orde Khusus Orde 1 Orde 2 Orde 3
20 m + 5% 150 m + 5%
5 m + 5% dari
dari dari
1 Akurasi horisontal 2m kedalaman
kedalaman kedalaman
rata-rata
rata-rata rata-rata
Alat bantu navigasi
tetap dan kenampakan
2 2m 2 m 5m 5m
yang berhubungan
dengan navigasi
3 Garis pantai 10 m 20 m 20 m 20 m
Alat bantu navigasi
4 10 m 10 m 20 m 20 m
terapung
5 Kenampakan topografi 10 m 10 m 20 m 20 m
a = 0,25 m a = 0,5 m a = 1,0 m a = 1,0 m
6 Akurasi Kedalaman
b = 0,0075 b = 0,013 b = 0,023 b = 0,023
CATATAN:
D-15
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Batas toleransi kesalahan antara kedalaman titik fix perum pada lajur utama dan lajur silang
dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
2 + ( )2
dimana :
Datum horisontal harus menggunakan WGS 1984. Sedangkan untuk datum vertikal
mengacu pada muka surutan yang ditentukan melalui pengamatan pasut pada stasiun
permanen atau temporal yang dilakukan minimal selama 29 hari. Nilai datum ditetapkan
dari nilai hitungan Lowest Water Spring (LWS) pada stasiun-stasiun pasut tersebut.
Lajur perum utama sedapat mungkin harus tegak lurus garis pantai dengan interval
maksimal 50 meter pada skala survei. Lajur silang diperlukan untuk memastikan ketelitian
posisi pemeruman dan reduksi pasut. Jarak antar lajur silang adalah 10 kali lebar lajur
utama dan membentuk sudut antara 60O sampai 90O terhadap lajur utama. Lajur silang
tambahan bisa ditambahkan pada daerah yang direkomendasikan atau terdapat keragu-
raguan. Jika terdapat perbedaan yang melebihi toleransi yang ditetapkan (sesuai dengan
ordenya) harus dilakukan uji lanjutan dalam suatu analisis secara sistematik terhadap
sumbersumber kesalahan penyebabnya. Setiap ketidakcocokan harus ditindak-lanjuti
dengan cara analisis atau survei ulang selama kegiatan survei berlangsung.
Data batimetri akan di logging serapat mungkin untuk keperluan rawdata, dan untuk
interval fix perum akan dibuat setiap 250 meter (0.5 cm pada skala peta). Bila diperlukan
untuk pemrosesan lebih lanjut, maka dari rawdata dengan interval yang rapat, akan
digunakan kembali dan interval fix perumnya dapat disesuaikan dengan keperluan tertentu
(binning process). Kecepatan kapal pada saat survei, berkisar antara 5-6 knots.
Pada survey batimetri ini, akan digunakan 1 kapal survei dengan menggunakan peralatan
survei sebagai berikut:
D-16
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
D-17
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Pengolahan data pada pekerjaan pemeruman ialah untuk meredusir semua data ukuran
kedalaman laut ke bidang acuan muka surutan peta (chart datum), yaitu dengan
memberikan koreksi pada data ukuran kedalaman. Adapun koreksi-koreksi yang perlu
diberikan pada angka ukuran kedalaman hasil pemeruman laut ini ialah :
Koreksi alat umumnya hanya diberikan pada angka-angka kedalaman yang diperoleh dari
alat perekam yang sifatnya analog (grafik). Untuk alat perum gema digital umumnya bebas
dari kesalahan alat. Kesalahan alat umumnya merupakan kumpulan kesalahan dari
bermacam-macam penyebab, antara lain ketidaktepatan pengesetan pulsa awal,
ketidaktepatan penggunaan frekuensi, adanya variasi pada kekuatan sinyal dan kelambatan
waktu di dalam rangkaian alat.
Kesalahan yang cukup berpengaruh pada kedalaman ukuran ialah ketidaksamaan antara
kecepatan standar yang di set pada alat dengan kecepatan perambatan suara pada medium
air yang sebenarnya, disamping ketidakseragaman kecepatan perambatan suara pada
kolom air pengukuran yang disebabkan oleh perubahan sifat fisik air laut (temperatur,
salinitas dan tekanan) disamping lintasan gelombang pulsa tersebut. Secara praktis untuk
perairan dangkal kesalahan ini dapat dikoreksi dengan cara barcheck, namun untuk
kedalaman yang besar dan tempat tertentu cara ini tidak realistis lagi karena pengaruh arus
laut di bawah permukaan dan ombak permukaan sehingga data ukuran barcheck tidak
sesuai dengan yang seharusnya akibat melengkungnya tali barcheck. Untuk itulah
dilakukan cara analitis dengan menggunakan sifat fisik air laut pada beberapa tempat yang
representatif yang diturunkan oleh Wood sebagai berikut [Adil dan Windupranata, 1998] :
v : kecepatan suara pada temperatur (T), salinitas (S), dan kedalaman (d)
S : salinitas air laut (o/oo)
T : temperatur ( 0C )
d : kedalaman laut (m)
Koreksi draft tranducer ialah koreksi yang disebabkan letak tranducer ada di bawah
permukaan air, sehingga kedalaman yang terukur bukan terhitung dari permukaan laut,
melainkan dari permukaan tranducer. Untuk mendapatkan kedalaman terhadap
permukaan laut, maka kedalaman hasil ukuran dikoreksikan terhadap kedalaman draft
tranducer, sehingga besar koreksi draft tranducer ini ialah positif. Besar koreksi ini dapat
ditentukan langsung sebelum pemeruman, dilakukan dengan mengukur langsung draft
terhadap permukaan air laut.
D-18
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Hasil pengukuran kedalaman ialah kedalaman terhadap air laut saat pengukuran,
sedangkan angka kedalaman di dalam lembar lukis teliti adalah kedalaman dengan bidang
acuan muka surutan peta (chart datum). Untuk melakukan pengeplotan angka kedalaman
dengan acuan muka surutan peta (chart datum), terlebih dahulu perlu di hitung muka air
laut rerata dan muka air laut terendah di daerah survei. Koreksi untuk mereduksi data
ukuran kedalaman sesaat ke kedalaman terhadap muka air laut rerata ialah koreksi pasang
surut laut.
D-19
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
D-20
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Adapun dalam penentuan posisinya menggunakan GPS Handheld dan Tongkat Penduga
(Rambu Ukur)
Sedimen adalah bahan utama pembentuk morfologi (topografi dan batimetri) pesisir.
Sedimen berasal dari fragmentasi (pemecahan) batuan, yang terjadi karena pelapukanbaik
secara kimiawi maupun biologis. Berubahnya morfologi pesisir terjadi sebagai akibat
berpindahnya sedimen yang berlangsung melalui mekanisme erosi, pengangkutan
(transport) dan pengendapan (deposition). Sedimen yang dipindahkan adalah sedimen
yang terletak pada permukaan dasar perairan. Agen yang berperan dalam perpindahan
sedimen ini adalah arus laut.
Hal-hal yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dasar laut adalah pemilihan alat
sampling harus bisa memenuhi tujuan pengambilan sampel yaitu untuk mengetahui jenis
material dasar laut di daerah survei. Misalnya dilakukan dengan grabing yaitu mengambil
sample dengan menggunakan grab sampler atau peralatan yang lain.
D-21
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Jarak antar titik pengambilan sample adalah 10 kali interval antar lajur perum utama dan
dilakukan sampai dengan kedalaman sekitar 20 30 meter. Kepadatan bisa ditingkatkan
untuk daerah-daerah yang sering digunakan untuk penjangkaran dan daerah yang
direkomendasikan.
Alat yang digunakan adalah Grab Sampler dan rencana pengambilan titik sampel ini adalah
sebanyak 6 titik.
Pengambilan sedimen dasar laut dilakukan dari atas kapal dengan menurunkan grab
sampler sampai ke dasar laut. Lokasi pengambilan sample diukur menggunakan GPS.
Dalam pelaksanaannya, grab sampler diturunkan perlahan-lahan ke dasar laut dibantu ABK
(Anak Buah Kapal) mengarahkan grab sampler tegak lurus dengan dasar laut, juga dengan
nakhoda kapal mengarahkan kapal agar menahan arus permukaan. Setelah grab sampler
sampai di dasar laut, kunci pembuka di tarik ke atas dan dibiarkan sebentar lalu ditarik ke
atas kapal. Sampai di atas kapal grab sampler dibuka dan sampel dasar laut yang diperoleh
dimasukkan ke dalam wadah sampel (kantong plastik) dan diberi label.
Jika pengambilan sampel dasar laut gagal/tidak dapat sampel maka dilakukan pengambilan
kembali sampai 3 (tiga) kali pengambilan, kalau gagal lagi maka lokasi pengambilan sampel
akan diubah tidak jauh dari lokasi rencana. Sampel dasar laut yang telah didapat diberi
kode, selanjutnya di analisa.
Analisa sample dasar laut dilakukan secara visual ketika pengambilan sample seperti warna
sample, bau, jenis sample, kemudian di laboratorium ukuran partikel dan tipe substrat
(grain size).
D-22
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
BM GPS disini pada intinya adalah sebagai BM pengikatan pasut, namun sekaligus
mempunyai kualitas BM GPS orde 2, baik spesifikasi BM maupun pengukuran GPS-nya.
D-23
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
D-24
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Lama pengamatan metode statik, dapat dilihat dalam tabel berikut ini
Pada survei akan dilakukan pengamatan GPS menggunakan GPS receiver dual Frekuensi
Trimble 4000 SSi atau Trimble 4700. Sedangkan pengolahan baseline dan networknya
menggunakan Software Trimble Geomatic Office, atau Trimble Total Commander.
Pengukuran tinggi vertikal yang di maksud dalam hal ini adalah mengukur tinggi BM yang
telah amati dengan GPS relatif terhadap palem pasut (rambu ukur pasut) sehingga dapat
diperoleh tinggi BM terhadap Chart Datum maupun MSL (Mean Sea Level). Penentuan posisi
vertikal adalah menentukan tinggi titik terhadap bidang referensi tinggi tertentu dengan
melakukan pengukuran beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi menggunakan
metode pengukuran beda tinggi tertentu.
Penentuan posisi vertikal adalah menentukan tinggi titik terhadap bidang referensi
tinggi tertentu dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara titik-titik di atas
permukaan bumi menggunakan metode pengukuran beda tinggi tertentu
Bidang referensi adalah suatu bidang tertentu dimana ketinggian titik-titik mulai
dihitung.
Bidang nivo adalah bidang lengkung yang tegak lurus arah gaya berat pada setiap
titiknya atau dalam ilmu fisika bidang nivo dikatakan sebagai bidang ekuipotensial
gaya berat, yaitu suatu bidang dimana potensial gaya berat pada setiap titiknya
sama besar.
Garis nivo adalah garis yang terletak pada bidang nivo. Oleh karenanya arah gaya
berat di setiap titik pada garis nivo akan tegak lurus
Garis mendatar adalah garis lurus yang menyinggung satu titik pada garis nivo.
Beda tinggi antara dua titik di permukan bumi merupakan jarak terdekat antara dua
bidang nivo yang melalui kedua titik tersebut
Seksi merupakan jalur pengukuran sipat datar yang diselesaikan dalam satu hari
pergi-pulang, pembagian seksi dilakukan apabila pengukurannya harus
diselesaikan dalam beberapa hari. Titik-titik seksi merupakan perapatan titik yang
akan digunakan sebagai kerangka dasar vertikal.
Slag (selang) merupakan pengukuran beda tinggi yang dilakukan secara bertahap
untuk membawa tinggi awal ke tinggi akhir. Titik selang merupakan alas rambu yng
terbuat dari bahan logam. Gambar slag dapat dilihat pada gambar di bawah ini
D-25
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
A B
Alat sipat datar, yaitu Instrumen sipat datar selain digunakan untuk mengukur beda
tinggi antara dua titik juga dapat digunakan untuk mengukur jarak secara optis.
Statip, yaitu Statip berguna sebagai tempat berdirinya alat, atau dapat dikatakan
juga sebagai kaki alat, dimana alat akan diletakkan di atas meja statip
Rambu ukur, yaitu Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam almunium,
berukuran; tebal 3 cm 4 cm, lebar 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, atau 5 m,
seperti yang terlihat pada gambar di bawah, pada bagian bawah diberi sepatu (alas),
agar tidak aus karena sering dipakai. Rambu ukur dibagi dalam skala, angka-angka
menunjukkan ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter
oleh E dan oleh kedua garis.
Rambu ukur merupakan alat bantu ukur untuk mempermudah membantu mengukur beda
tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah dan mengukur jarak secara optis. Rambu
ukur biasanya dibaca langsung oleh pembidik.
D-26
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
6 Benang tegak
4
6
2
Gambar 1.6a. Benang bacaan
1
Rumus untuk mencari koreksi pembacaan rambu adalah:
BA BT = BT BB
BA + BB = 2 BT
BA + BB = BT
2
D-27
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Seperti telah dijelaskan semula, untuk mendapatkan data ketinggian lahan, atau topografi,
maka dilakukan pengukuran topografi, dimana hal-hal yang menjadi perhatian dalam
pelaksanaan pengukuran ini diantaranya adalah meliputi :
Jalur pengukuran sipat datar dilakukan mengikuti jalur-jalur pengukuran poligon, karena
itu bentuk kerangka dasar dan jalur pengukuran waterpass (WP) sama dengan jalur
poligon. Untuk menjamin tegak, serta stabilnya rambu, maka selain rambu tersebut
dilengkapi nivo kotak, rambu ditegakkan dengan bilah bambu yang ditancapkan kebawah
saat rambu sudah dalam posisi tegak yang dapat dilihat dari gelembung nivo kotak rambu
berada dalam koinsidensi. Pada kondisi rambu tegak dan stabil inilah pembacaan rambu
dilakukan.
D-28
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
No Alat Banyaknya
1 Total Station 1
2 Stick ukur 2
3 handyTalkie 2
Selain pengukuran lahan, cakupan dari kegiatan pengukuran ini juga meliputi area
perbatasan air-darat, dimana untuk area perairannya tidak terlikupi oleh kegiatan
pengukuran batimetri atau daerah laut dangkal. Pengukuran di perairan dangkal
dilaksanakan dengan metode topometri, yakni dengan mengukur beda tinggi titik-titik dari
garis pantai sampai batas yang dapat dilewati perahu pemeruman. Pengukuran topometri
dilaksanakan dengan peranti pengukur level otomatik (Waterpass). Sebagai acuan tinggi
sementara digunakan tinggi benchmark, yang nantinya akan dikonversikan dari ketinggian
LWS sebagai Datum Peta.
D-29
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Ukuran waterpass dilakukan double stand dalam setiap seksi dan benang dibaca
lengkap.
Pengukuran dilakukan dalam bentuk loop (kring tertutup) yang dibagi beberapa
seksi.
Bacaan rambu ukur dilakukan pada 3 benang dan langsung di kontrol sbb :
2 bt = (ba + bb)
dimana :
bt = benang tengah.
ba = benang atas.
bb = benang bawah.
H
H 1 H 2
2
Jarak pergi, didapat dari jumlah jarak belakang ditambah jarak muka, demikian pula jarak
pulang. salah penutup yang diijinkan 10 mm D, dimana : D = adalah jarak rata-rata dalam
km. Hasil dari pengolahan data data topografi ini dapat dilihat pada peta topografi untuk
kedua blok area pengukuran seperti dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Adapun rencana pelaksanaan survei topografi dilakkan diwilayah darat pada lokasi rencana
pengembangan pelabuhan sesuai yang ditunjukkan dalam dokumen masterplan pelabuhan
laut di pelabuhan ratu yang telah dilakukan sebelumnya. Lokasi dimaksud dapat dilihat
pada gambar dibawah.
Dalam pembangunan bangunan Teknik Sipil, ahli sipil harus dapat memberikan analisa
geologi mengenai suatu tempat. Hal ini sangat penting, mengingat bangunan yang akan
dibangun pada suatu daerah harus memperhitungkan faktor daya dukung tanah, ataupun
aspek geologis lainnya (daerah gempa, daerah patahan, dan sebagainya). Secara umum
informasi yang diperoleh diantaranya adalah:
Untuk dapat melakukan hal tersebut dibutuhkan adanya suatu Penyelidikan Geologi Teknik.
Dalam standar internasional (British) kita mengenal kode etik mengenai investigasi
lapangan, yakni BS 5930 : 1981 dimana di dalamnya berisi definisi serta aturan investigasi
lapangan (tujuan, cakupan, prosedur pengerjaan dan metode yang digunakan).
D-30
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
D-31
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Posisi alat bantu navigasi tetap, sarana navigasi apung, garis pantai dan fitur topografis
penting (seperti gosong, bagan ikan, dsb.) harus diikatkan dalam kerangka kontrol
horisontal yang telah dibuat (datum WGS-84).
Sebagai pedoman akan digunakan Peta Navigasi / Pelayaran dan Buku Perambuan
Dishidros TNI AL.
Tabel D-7 Contoh format tabulasi data penentuan sarana bantu navigasi pelayaran
Jarak
Tinggi
No DSI Lokasi Jenis SBNP Posisi karakter tampak
(meter)
(NM)
06o 05 40.0 N
1 1675 Meulaboh mercusuar 45 8
105o 53 77.0 E
dst
D-32
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
pengembangan kawasan serta dapat menjadi bahan masukan teknis dalam proses
penyusunan rencana bersama masyarakat. Berikut dibawah ini adalah tabel uraian serta
keluaran pada tahap identifikasi karakteristik kawasan perencanaan :
Tabel D-8 Uraian serta keluaran pada tahap identifikasi karakteristik kawasan
Dengan mengetahui karakteristik local dari kawasan kajian, diharapkan penyusunan desain
objek bangunan menjadi bagian dari lingkungan sekitarnya, baik secara fisik maupun sosial
budaya, karena produk perencanaan yang dihasilkan akan lebih dapat diterima oleh
masyarakat serta sesuai dengan karakteristik alam setempat.
D-33
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Sebagai alternatif jenis struktur Pelabuhan dipilih struktur Pelabuhan yang umum
digunakan, yaitu :
Struktur deck on pile menggunakan tiang pancang sebagai pondasi bagi lantai
Pelabuhan. Seluruh beban di lantai Pelabuhan (termasuk gaya akibat berthing dan
mooring) diterima sistem lantai Pelabuhan dan tiang pancang tersebut. Dibawah lantai
Pelabuhan, kemiringan tanah dibuat sesuai dengan kemiringan alaminya serta dilapisi
dengan perkuatan (revetment) untuk mencegah tergerusnya tanah akibat gerakan air
yang disebabkan oleh manuver kapal. Untuk menahan gaya lateral yang cukup besar
akibat berthing dan mooring kapal, jika diperlukan dilakukan pemasangan tiang
pancang miring.
Struktur ini merupakan struktur gabungan antara struktur Deck on Pile ataupun Sheet
Pile dengan ditambah konstruksi ponton. Ponton apung ini akan menyesuaikan
tingginya dengan tinggi muka air. Dengan demikian moda yang ada dapat bertambat
pada dermaga ini baik saat musim hujan maupun musim kemarau. Elevasi dermaga
mengikuti pergerakan deviasi muka air karena struktur dermaga merupakan floating
berth. Untuk menahan agar floating berth tersebut tidak terbawa aliran arus sungai,
maka dipasang tiang stabilisator dan ring pengikat pada samping pier.
N Tipe
Keuntungan Kerugian
o Pelabuhan
1. Deck on pile Sudah umum digunakan. Diperlukan proteksi tanah dibawah
Mudah dilaksanakan. Pelabuhan.
Perawatan mudah (beton). Perlu dipasang tiang miring untuk
Waktu pelaksanaan relatif cepat. menahan gaya lateral yang besar.
Diperlukan pengerukan yang cukup
besar.
Tidak fleksibel terhadap pengembangan
fungsi Pelabuhan.
Perlu perlindungan pile terhadap korosi.
Masalah stabilitas yang dihadapi adalah
pembebanan berlebih.
D-34
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
N Tipe
Keuntungan Kerugian
o Pelabuhan
2. Sheet pile Tidak diperlukan pengerukan tanah dibawah Diperlukan perbaikan tanah.
deck. Perlu dipasang tiang miring untuk
Fleksibel terhadap pengembangan fungsi menahan gaya lateral yang besar
Pelabuhan. Perlu perlindungan pile terhadap korosi.
Butuh spesialis untuk pelaksanaannya.
Material sheetpile sulit didapat dan
mahal.
Pelaksanaannya relatif lama.
Masalah stabilitas yang dihadapi adalah
penggerusan scouring.
Dari hasil studi terhadap alternatif-altematif diatas, dilakukan pemilihan sistem struktur
Pelabuhan yang didasarkan atas beberapa aspek berikut:
Dari beberapa alternatif yang ada maka untuk pemilihan jenis dermaga direncanakan
menggunakan jenis dermaga beton (deck on pile), pertimbangan pemilihan sistim struktur
dermaga ini adalah sebagai berikut:
Seluruh beban di lantai Pelabuhan (termasuk gaya akibat berthing dan mooring)
diterima sistem lantai Pelabuhan dan tiang pancang.
Material untuk struktur ini relatif mudah didapatkan.
Teknologi dan pelaksanaan konstruksi struktur ini mudah dipahami dan diterapkan
Mudah dalam perawatannya.
D-35
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Terlepas dari pertimbangan teknis seperti telah diuraikan diatas, layout dermaga yang
direncanakan adalah bertipe jetty atau pier, dimana daratan dihubungkan oleh suatu
jembatan ke jetty pada kedalaman yang direncanakan. Pelabuhan didesain sedemikian rupa
sehingga mampu menahan gaya tumbuk kapal (gaya lateral), mampu menahan beban
aktifitas dan peralatan bongkar muat (beban vertikal) serta fleksible terhadap fluktuasi
muka air.
D-36
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Dari hasil pengukuran di lapangan, perhitungan dan pengumpulan data-data lainnya yang
diperlukan selanjutnya dibuat Peta Site Plan (Peta Dasar) dengan skala 1 : 1.000 atau 1: 500.
Beberapa acuan dalam penggambaran disajikan sebagai berikut, namun tentunya sebelum
dimulai penggambaran akan dilakukan asistensi kepada Direksi (bagian pengukuran).
Acuan tersebut di antaranya :
D-37
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Setiap bangunan yang direncanakan, baik untuk bangunan yang akan direhabilitasi maupun
bangunan yang akan dibuat, dibuat gambar lengkap sebagai berikut,
Pada setiap gambar diberikan posisi bangunan di lokasi UPTD, keterangan ini diletakkan
pada legenda gambar yang bersangkutan. Untuk bangunan yang akan direhabilitasi, akan
diberi keterangan bagian mana yang akan dikerjakan, dan bagian mana yang tampak pada
gambar tetapi tidak termasuk ke dalam item pekerjaan konstruksi.
D-38
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar D-27 Contoh gambar detail engineering design bangunan air (breakwater)
Adapun standar umum persayaratan gambar yang diberlakukan pada semua hasil gambar
teknis harus memenuhi syarat berikut ini:
- Semua gambar dibuat dengan menggunakan perangkat lunak AutoCAD ver. 14/ver.
2000
- Semua gambar diplot di atas kertas kalkir A1 dengan bantuan plotter
- Sesuai dengan Standar Perencanaan Bangunan Air, Ditjen Air, Desember 1986
Beberapa hal yang perlu dicatat dalam pembuatan volume pekerjaan (BOQ) untuk
konstruksi dan perkiraan rencana anggaran biaya (RAB) selanjutnya antara lain :
- Lembar perhitungan volume pekerjaan (BOQ) dirinci untuk seluruh usulan paket
pekerjaan yang sesuai dengan hasil perencanaan. Dibuat daftar rekapitulasi pada
masing-masing perincian tersebut, antara lain : volume beton bertulang, berat
tulangan besi, volume galian dan timbunan (m3), volume pasangan batu (m3) dsb.
- Pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) untuk pekerjaan konstruksi didasarkan
atas harga bahan dan upah tenaga kerja yang berlaku di lokasi pekerjaan. Data
D-39
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
untuk hal tersebut dapat diperoleh pada Daftar PITB (Pusat Informasi Teknik
Bangunan- Dinas PU Cipta Karya), informasi dari dinas/ cabang dinas PU Pengairan
dan Survey harga upah nyata di lapangan.
Upah tenaga kerja mengacu pada Upah Minimum Regional yang dikeluarkan Menteri
Tenaga Kerja dan Gubernur Kepala Daerah Provinsi. Pembuatan Analisa Harga Satuan
Pekerjaan menggunakan format dari keputusan Menteri PU Nomor 172/KPTS/1993-6
April 1993, dengan referensi BOW dan P.5 (penggunaan alat berat), serta disesuaikan
dengan kebutuhan di lapangan. Format RAB mengacu pada surat Edaran Menteri PU Nomor
06/SE/M/1995-1 Maret 1995, perihal pengelompokan jenis pekerjaan.
Berdasarkan pemahaman dan tanggapan KAK, dan Metodologi diatas, maka disusun
rencana kerja yang diuraikan dibawah ini. Program Kerja disusun berdasarkan ruang
lingkup pekerjaan serta batasan waktu penyelesaian untuk setiap tahap pekerjaan yang
ditentukan dalam Dokumen Lelang. Adapun pembahasan rencakerja ini akan diuraikan
berdasarkan pembagian tahapan pekerjaan seperti telah diuraikan pada bagian
sebelumnya.
Untuk lebih jelas mengenai rencana kerja pada Penyusunan DED Pembangunan Sarana dan
Prasarana Pendukung Wisata Bahari akan dijelaskan dalam bentul tabel dibawah.
D-40
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
D-41
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Uraian jadwal pelaksanaan kajian ini berdasarkan pembagian alokasi waktu pertahapan
pekerjaan seperti telah dijelaskan sebelumnya. Pada bagian sebelumnya telah ditunjukkan
durasi pelaksanaan pekerjaan untuk masing-masing tahapan, akan tetapi belum dapat
dilihat posisi waktu pelaksanaan pekerjaan dalam time frame kegiatan secara keseluruhan.
Manfaat lain yang diperoleh dengan kedua model schedule tersebut adalah untuk
pelaksanaan QUALITY ASSURANCE atau penerapan system jaminan mutu.
Waktu
A Studi Pendahuluan
Pelaksanaan
1 Persiapan dan Mobilisasi Personil 7 hari
2 Pengumpulan Data Sekunder 7 hari
3 Tinjauan Lapangan 7 hari
4 Penyusunan Rencana Kerja dan Laporan Pendahuluan 8 hari
Waktu
B Survey, Investigasi dan Analisa Data
Pelaksanaan
1 Survey Topografi 30 hari
2 Survey Hidro-oseanografi 30 hari
3 Penyelidikan Geologi Teknik 30 hari
4 Penggambaran Topografi dan Bathimetri 30 hari
5 Analisa Geologi & Mekanika Tanah 30 hari
6 Kajian Lingkungan 30 hari
Waktu
C Tahap Detail Desain
Pelaksanaan
2 Alternatif Konstruksi 21 hari
3 Kajian Teknis Konstruksi 21 hari
4 Penggambaran Detail Konstruksi 21 hari
5 Penyusunan BOQ dan RAB 21 hari
6 Penyusunan Program Pelaksanaan Konstruksi 21 hari
Waktu
D Pelaporan
Pelaksanaan
1 Laporan Rencana Mutu Design 7 hari
E-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Tabel diatas menunjukkan runtutan serta keterkaitan antara satu tahapan terhadap
tahapan lainnya. Kolom predecessor menunjukkan pekerjaan yang dapat dilakukan hanya
E-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
apabila tahapan yang ditunjukkan telah selesai, sedangkan kolom successor menunjukkan
keterkaitan suatu tahapan dengan tahapan selanjutnya yang harus dikerjakan setelah
tahapan tersebut terselesaikan. Berdasarkan analisis tabel predecessor-successor untuk
masing-masing tahapan pada rangkaian rencana pekerjaan ini, untuk lebih dapat
mengoptimalkan pengalokasian waktu pelaksanaan pekerjaan dalam menyusun rencana
jadwal pelaksanaan terlebih dahulu dilakukan analisis jalur kritis pekerjaan dengan
menggunakan critical path methode (CPM). Lebih jelas mengenai analisis kritis jalur
pekerjaan dapat dilihat pada gambar dibawah diikuti oleh kurva-s rencana jadwal
pelaksanaan pekerjaan.
E-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Gambar E-1 Critical path methode untuk pekerjaan penyusunan DED Sarana Prasarana Wisata Bahari
E-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
minggu ke-
durasi
No Uraian Pekerjaan bobot (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
(hari)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120
BOBOT PRESTASI RENCANA (mingguan) 3.46 4.24 8.01 7.23 5.46 6.83 5.46 6.83 10.27 6.81 4.78 6.83 10.93 6.83 1.78 2.32 1.91
BOBOT PRESTASI RENCANA KUMULATIF 3.46 7.70 15.72 22.95 28.42 35.25 40.71 47.54 57.81 64.62 69.40 76.23 87.16 93.99 95.77 98.09 100.00
E-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Pada bagian ini akan diperlihatkan mengenai komposisi tim teknis yang akan dilibatkan
dalam pelaksanaan pekerjaan ini, termasuk posisi yang diusulkan, lingkup keahlian, serta
uraian tugas dari masing-masing tenaga ahli, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
berikut ini:
Jumlah
Lingkup Posisi
Nama Uraian Pekerjaan Orang
Keahlian Diusulkan
Bulan
leadership Team Leader Mendesain pekerjaan secara umum 5
manajerial / Ahli Sipil Meminta masukan dan berkoordinasi dengan tim
Sipil teknis terkait review metodologi dan rencana kerja
Kepelabuhan Bersama tim teknis menyusun rencana survey
Menyusun konsep sarana prasarana wisata bahari di
lokasi rencana
Bersama ahli teknik kelautan dan sipil kelautan
mengkaji desain pelabuhan yang sesuai dengan
kondisi lingkungan di lokasi rencana
Struktur Teknik Membantu Team Leader dalam melakukan kontrol 3
bangunan Kelautan dan koordinasi terhadap semua personil anggota tim,
pantai dan serta memegang tanggung jawab penuh atas seluruh
laut aktivitas pekerjaan;
Manajemen Bertanggung jawab atas kemajuan pekerjaan dan
pelabuhan menjaga profesionalisme dan standar teknis selama
Keselamatan pelaksanaan pekerjaan;
pelayaran Mengawasi dan mengkoordinir aktivitas anggota tim
sehingga dapat dijalin integrasi antar bidang keahlian;
Melakukan identifikasi, merencanakan dan
melaksanakan survei yang diperlukan;
Mempelajari dan menganalisa data hasil survei serta
mendiskusikannya dengan Ahli Geodesi untuk
dijadikan dasar pertimbangan dan data penunjang
dalam perencanaan struktur fasilitas laut;
Bersama-sama dengan tenaga ahli lain membuat
perencanaan detail struktur bangunan/fasilitas;
Membuat spesifikasi teknis untuk pelaksanaan
konstruksi fasilitas laut yang direncanakan;
Mempelajari dan menganalisa data dan informasi
sebagai bahan penyusunan laporan;
Membantu Team Leader dalam penyusunan laporan;
Sipil Struktur Ahli Struktur Mendesain data untuk kepentingan analisis strutur 5
Sipil objek bangunan yang direncanakan
bangunan Melakukan pengolahan dan analisis stabilitas struktur
pantai yang akan dibangun
Memberikan inputan kepada ahli cost estimator dalam
menyusun BoQ
Hidro- Teknik Sipil Mendesain survey hidro-oseanografi bersama ahli 5
oaseanografi Hidrologi geodesi
Memberikan masukan secara hidro-oseanografi dalam
penentuan lokasi focus rencana
F-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Jumlah
Lingkup Posisi
Nama Uraian Pekerjaan Orang
Keahlian Diusulkan
Bulan
Lingkungan Melakukan model oseanografi
pesisir dan Meberikan rekomendasi teknis oseanografi dalam
pantai mendesai tapak pelabuhan
Model Memberikan masukan kepada ketua tim dalam
oseanografi merumuskan rekomendasi
Survei hidro- Membantu ketua tim dalam mempersiapkan kajian
oseanografi oseanografi
Survei Membahas semua data dan informasi yang
Topografi berhubungan dengan pemetaan topografi, bathimetri
Pemetaan dan lain-lain, serta kondisi lokasi pelabuhan dan
menetapkan kriteria desain yang diperlukan;
Mengidentifikasi survei - survei tambahan oleh Tim
surveyor dan mengawasi hasil-hasil survei;
Menganalisa hasil-hasil survei dan menentukan
kriteria desain untuk pelabuhan tersebut diatas;
Mensurvei bahan-bahan dan sumber untuk konstruksi
di daerah pelabuhan;
Menentukan masukan-masukan yang behubungan
dengan kinerja desain, laporan-laporan pendahuluan
dan final dokumen tender.
Ahli pemataan Ahli Geodesi Melakukan survei darat dan perairan untuk 3
darat dan laut menyediakan data dukung teknis pada proses desain
objek sarana dan parasarana
Melakukan pengolahan dan analisis data lapangan
untuk proses desain selanjutnya
Menyediakan peta kerja
Menyediakan peta dasar
Ahli desain Ahli Mendesain bangunan dengan estetika arsitektur yang 5
bangunan arsitektur sesuai dengan nilai-nilai local
Bersama ahli sipil mendesain struktur objek yang
didesain
Memberikan masukan kepada ahli sipil dalam
menentukan nilai pembangunan objek
Selain tugas dan fungsi spesifik seperti telah dijelaskan diatas, masing-masing kelompok
keahlian itu memiliki tugas dan peran sebagai anggota tim ahli yang lebih bersifat umum.
Adapun tugas dan fungsi umum dapat dilihat pada uraian berikut ini:
A. Ketua Tim
a. Mewakili perusahaan dalam hal teknis
b. Berkoordinasi dengan pihak pemberi kerja melalui wakilnya yang ditunjuk
c. Mengkoordinir kegiatan dari sdm pada tim teknis
d. Mengoptimalkan peran sekretaris dan administrasi keuangan proyek untuk
kelancaran pekerjaan
e. Bersama tim teknis menyusun laporan kegiatan dan mengkompilasi data
dan informasi dalam penyusunan dokumen pelaporan pekerjaan
penyusunan sistem informasi kualitas lingkungan
B. Tim Teknis
a. Memberikan masukan teknis kepada tim leader
b. Berkoordinasi dengan sesame ahli lainnya dibawah koordinasi ketua tim
c. Membantu ketua tim dalam proses diskusi dengan pihak pemberi pekerjaan
d. Menyusun laporan kegiatan
e. Menyelesaikan semua hasil dan keluaran dari pekerjaan ini
C. Tim Pendukung
a. Membantu pekerjaan dari ahli yang dibantu
b. Melaksanakan tanggung jawab dengan baik dan selalu berkoordinasi
dengan tenaga ahli
F-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Berdasarkan tugas dan fungsi dari masing-masing tenaga ahli seperti disebutkan diatas,
selanjutnya perlu disusun struktur organisasi untuk lebih mengefektifkan komunikasi dan
koordinasi diatara persinil tim, sehingga diharapkan akan menghasilkan pola kerja yang
efektif dan efisien untuk menghasilkan kualitas pekerjaan yang baik
F-3
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Sesuai dengan tugas dan tanggung jawab masing-masing tenaga ahli, maka setiap tenaga
ahli akan diberikan jadwal penugasan dalam melaksanakan pekerjaan ini sesuai dengan
porsi pekerjaannya. Penyusunan jadwal penugasan atau keterlibatan tenaga ahli disusun
berdasarkan tugas dan fungsi dari masing-masing personil serta tahapan pelaksanaan
kegiatan seperti telah dijelaskan pada bagian-bagian sebelumnya. Jadwal tersebut mewakili
waktu dimana tenaga ahli dituntut untuk berperan penuh dalam menjalankan peran dan
fungsinya, akan tetapi pada pelaksanaannya, hampir semua tenaga ahli diberlakukan status
standby selama masa persiapan dan selang waktu peran dan fungsinya terjadwalkan sesuai
rencana untuk kelancaran koordinasi teknis yang akan dipimpin oleh ketua tim. Lebih jelas
mengenai distribusi keterlibatan tenaga ahli, dapat dilihat pada tabel jadwal penugasan
dibawah.
G-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Bulan
No Jabatan I II III IV V
A Tenaga ahli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Team leader / Sipil Kelautan
2 Ahli Struktur
3 Ahli Arsitektur
4 Ahli Sipil Hidrologi
5 Ahli Teknik Kelautan
6 Ahli Geodesi
B Tenaga pendukung
1 Asisten ahli sipil
2 Asisten ahli arsitektur
3 Operator komputer
4 Administrasi dan keuangan
5 Drafter
6 Surveyor
G-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
Terciptanya koordinasi yang baik antara Pemberi Tugas dan pihak terkait lainnya.
Terciptanya koordinasi yang baik antar Tim Konsultan, agar pekerjaan dapat benar-
benar dilaksanakan secara efektif, efisien, dengan berpedoman pada rencana /
schedule yang telah dibuat, agar pekerjaan dapat diselesaikan tepat pada waktunya
dan dapat memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan.
Terciptanya Koordinasi Tim Pelaksana dengan Pihak Pemberi Kerja.
Hubungan dan Koordinasi dengan Pihak Pemberi Kerja dalam pelaksanaan
pekerjaan diperlukan hubungan dan koordinasi yang sinergi antara Konsultan dan
Pemberi Kerja.
Konsultan akan bekerja sama sepenuhnya dengan pemberi kerja dan instansi
terkait lainnya sesuai kebijakan dan ketentuan ketentuan yang berlaku.
Pelaksanaan Pekerjaan ini ditangani oleh sebuah tim yang terdiri dari seorang
Ketua Tim yang dibantu oleh Tenaga-tenaga Ahli beserta tenaga pendukungnya.
Tim Konsultan dalam pelaksanaan pekerjaan mempunyai Struktur Organisasi yang
menggambarkan tugas, koordinasi pekerjaan dan letak tanggung jawab masing-
masing personil didalamnya. Struktur Organisasi yang menunjukan fungsi dari
masing-masing unit kerja.
Untuk lebih jelas mengenai struktur pengorganisasian tim teknis kaitannya dengan pihak
pemberi pekerjaan dapat dilihat pada diagram organisasi dibawah.
H-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
AHLI GEODESI AHLI STRUKTUR AHLI ARSITEKTUR AHLI SIPIL HIDROLOGI AHLI KELAUTAN
TENAGA PENDUKUNG
Dari diagram tersebut dapat dilihat posisi dari tim teknis (ketua tim, tenaga ahli, dan
asisten) terkait dengan peran pada pelaksanaan pekerjaan. Diagram tersebut menunjukkan
bahwa ketua tim dalam hal ini mewakili direktur perusahaan sebagai pihak pelaksana
pekerjaan dalam urusan teknis. Delain itu diagram tersebut menunjukkan bahwa
koordinasi semua tenaga ahli sepenuhnya berada dalam koordinasi ketua tim. Kaitannya
dengan pihak pemberi pekerjaan, ketua tim berperan mewakili perusahaan dalam urusan
teknis, dan terbuka jalur komunikasi dengan pihak pemberi pekerjaan terkait dengan
urusan teknis pekerjaan.
H-2
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
BAGIAN I. PELAPORAN
Terkait dengan pelaporan pelaksanaan pekerjaan, sesuai dengan KAK, pelaporan dibagi
menjadi 4 tahapan, yaitu:
1. Laporan Pendahuluan. Laporan ini berisi rencana kerja yang akan dilakukan oleh
pihak pelaksana pekerjaan mencakup metodologi, rencana survey, serta
pelaksanaan tahapan pekerjaan. Laporan pendahuluan ini diserahkan dalam bentuk
hard copy sebanyak 10 eksemplar.
2. Laporan Interim. Laporan ini berisi kemajuan pelaksanaan kajian, mencakup data
hasil survey beserta pengolahannya sementara. Pada laporan ini juga ditampilkan
rencana kerja selanjutnya, kendala dan hambatan yang dihadapi beserta alternative
pemecahan yang akan dilaksanakan pada tahap selanjutnya. Laporan yang
diserahkan berupa 10 eksemplar hard copy.
3. Laporan Draft akhir. Laporan ini merupakan konsep laporan akhir yang masih
memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Laporan ini masih terbuka untuk
perbaikan yang akan disempurnakan pada penyampaian laporan akhir. Laporan
yang diserahkan berupa 10 eksemplar hard copy.
4. Laporan Akhir. Laporan ini berisi semua hasil akhir yang disyaratkan dalam KAK.
Laporan akhir ini diserahkan sebelum berakhir kontrak pekerjaan selama 120 hari
kalender setelah penandatanganan kontrak kerja. Laporan akhir diserahkan dalam
bentuk hard copy sebanyak 10 eksemplar, disertai dengan laporan ringkas
(executive summary), serta album gambar yang berisi gambar/foto/peta sebagaian
bagian pendukung dari pelaporan, selain itu paket laporan tersebut disampaikan
dalam format soft copy dalam bentuk CD sebanyak 10 keping.
5. Dokumen Lelang, sebanyak 10 eksemplar. Paket dokumen lelang ini terdiri dari:
a. Album peta dan gambar perencanaan
b. Rencana kerja dan syarat-syarat (RKS)
c. Rencana anggaran biaya (RAB)
d. Bill of Quantity (B0Q)
I-1
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYUSUNAN DED PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA
PENDUKUNG WISATA BAHARI
BAGIAN J. PENUTUP
Laporan Pendahuluan ini merupakan rencana dan program kerja yang diajukan oleh pihak
konsultan sebagai gambaran dari kesiapan dan pemahaman pekerjaan yang disampaikan
dalam KAK, dimana usulan teknis ini pada dasarnya adalah proyeksi dari kapabilitas
konsultan sebagai pihak pengaju sebagai pelaksana pekerjaan berdasarkan kemampuan
teknis dari tim ahli yang dimiliki oleh konsultan.
Berdasarkan hal tersebut, Keandalan Tim teknis serta penguasaan materi pekerjaan
menjadi dasar keyakinan lainnya seperti tergambarkan dalam uraian usulan teknis diatas.
Oleh karena itu, besar harapan kami untuk dapat menjadi rekanan pelaksana dari Dinas
pekerjaan umum Kabupaten Bangka Tengah dalam pelaksanaan pekerjaan ini.
J-1