PERCOBAAN 7
Disusun oleh :
Ai Kusmiati (1147040004)
Kimia 5-A
JURUSAN KIMIA 5 A
I. TUJUAN
I.1 Mengisolasi enzim papain dari sampel papaya
I.2 Menentukan aktivitas enzim papain dengan metode murachi
I.3 Menentukan nilai absorbansi pada panjang gelombang 280 nm dengan metode
murachi
I.4 Menentukan nilai absorbansi blanko pada panjang gelombang 280 nm
I.5 Menentukan jumlah tirosin dari kurva standar tirosin
I.6 Menentukan persamaan linier dari kurva standar tirosin
B. Bahan
Nama Bahan Jumlah
Buah Pepaya Muda 1 Buah
Aquades Secukupnya
Aseton 20 ml
Buffer Pospat 0,1 M (pH7) 50 ml
Kasein 2 % 10 ml
L-Sistein 0,1 M 0,4 ml
TCA 20 % 2 ml
Standar Tirosin 1 mg/l 1 gram
4.2.2 Blanko
Sebanyak 5ml kasein 2% ditambahkan 0,2ml L-sistein 0,1M sebagai
aktivatornya lalu dimasukan kedalam campuran tersebut1ml larutan asam
trikloroasetat (TCA) 20% kemudian larutan diinkubasi pada 50 oC selama 20
menit lalu ditambahkan1ml enzim kemudian panaskan kembali pada temperatur
50oC selama 20 menit. Lalu protein tersebut di sentrifugasi dan filtrat yang
diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280nm.
Perlakuan Hasil
- 2 Buah Pepaya muda disiapkan - Pepaya muda berupa buah
berbentuk bulat lonjong berwarna
hijau
- Pepaya muda digores dengan - Getah pepaya keluar dan getaj
pecahan kaca berwarna putih
- Getah pepaya ditampung didalam - Getah pepaya di dalam gelas kimia
gelas kimia 100 mL 100 mL
- 3 mL Getah pepaya diambil dan - Campuran berwarna putih, dan
diencerkan dengan akuades (1:4) tidak bercampur sempurna dengan
akuades
- Campuran didiamkan selama 20 - Campuran mengental, terdapat
menit gumpalan dan tidak bercampur
sempurna
- Campuran dimasukan ke dalam - Terdapat 2 fasa :
tabung valcon dan di sentrifugasi Filtrat = larutan tidak berwarna
selama 15 menit Residu = endapan berupa gumpalan
putih
- Filtrat di ambil dan di tambahkan - Tidak saling melarutkan
aseton (1:6) Fasa atas = larutan tidak berwarna
Fasa bawah = gumpalan berwarna
putih
- Campuran di diamkan selama 2 - Terdapat 2 fasa :
jam dalam penangas es Fasa atas = larutan putih keruh
Fasa bawah = endapan berwarna putih
- Campuran di sentrifugasi selama 5 - Terdapat 2 fasa :
menit Fasa atas = larutan tidak berwarna
Fasa bawah = endapan berwarna putih
- Endapan di ambil dan di larutkan - Endapan melarut dan larutan
dalam 5 mL larutan buffer fosfat berwarna putih keruh
pH 7,0
Perlakuan Hasil
- 5 mL larutan kasein 2 % - Larutan kasein berupa larutan
berwarna kuning
- Di tambahkan 0,2 mL larutan L- - Campuran berwarna kuning (-)
sistein 0,1 M
- Di tambahkan 1 mL enzim - Campuran berwarna kuning (--)
- Di panaskan dalam penangas air - Campuran berwarna kuning (--)
panas pada T=50 C selama 20
menit
- Di tambahkan 1mL larutan TCA - Campuran berwarna putih keruh
- Di panaskan kembali selama 20 - Terdapat gumpalan puith
menit mengapung dan larutan tidak
berwarna
- Campuran di saring - Terdapat 2 fasa :
Filtrat = larutan tidak berwarna
Residu = endapan berwarna putih
- Filtrat di ukur absorbansinya pada - Abs = 10
= 280 nm
Perlakuan Hasil
- 5 mL larutan kasein 2 % - Larutan kasein berupa larutan
berwarna kuning
- Di tambahkan 0,2 mL larutan L- - Campuran berwarna kuning (-)
sistein 0,1 M
- Di tambahkan 1mL larutan TCA - Campuran tidak berwarna
- Di panaskan dalam penangas air - Campuran tidak berwarna
panas pada T=50 C selama 20
menit
- Di tambahkan 1 mL enzim - Campuran tidak berwarna
- Di panaskan kembali selama 20 - Campuran tidak berwarna, terdapat
menit gumpalan putih di tengah larutan
seperti cincin
- Campuran di saring - Terdapat 2 fasa :
Filtrat = larutan tidak berwarna
Residu = endapan berwarna putih
- Filtrat di ukur absorbansinya pada - Abs = 0
= 280 nm
massa
100
30 % = 10 mL
300
Massa = 100 = 3 gram
d. Larutan Kasein 2 %
m
V = 2%
m
50 mL = 2%
massa = 1 gram
b. Larutan Standar
- 16 g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
16 x 10 = 100 x V2
V2 = 1,6 mL
- 12 g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
12 x 10 = 100 x V2
V2 = 1,2 mL
- 8 g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
8 x 10 = 100 x V2
V2 = 0,8 mL
- 4 g/mL
M1 x V1 = M2 x V2
4 x 10 = 100 x V2
V2 = 0,4 mL
c. Grafik
2.9
2.85
Absorabnsi () 2.8 f(x) = 0.01x + 2.82 Linear ()
R = 0.02
2.75
2.7
4 8 12 16
[Tirosin] (g/mL)
VII. PEMBAHASAN
Ai Kusmiati (1147040004)
Enzim papain merupakan enzim yang banyak diperlukan untuk mendukung produk
makanan atau industri karena enzim papain dapat memecah protein. Semua bagian pepaya
seperti buah, daun, tangkai daun, dan batang mengandung enzim papain dalam getahnya, tetapi
bagian yang paling banyak mengandung enzim papain adalah buah yang masih muda.
Pada percobaan kali ini bagian pepaya yang digunakan adalah getahnya. Getah pepaya
menjadi sumber enzim, buah pepaya muda di ambil getahnya dengan cara digores menggunakan
serpihan kaca. Kemudian diencerkan dengan aquades, penambahan aquades adalah untuk
melarutkan protein enzim. Selanjutnya didiamkan selama 20 menit dan disentrifugasi selama 15
menit untuk mengambil filtrat yakni kandungan enzim papain yang terdapat dalam getah pepaya.
Kemudian, filtrat ditambahkan dengan aseton 1 : 6 tujuan penambahan aseton adalah sebagai
tenaga pemisah dalam ekstraksi cair-padat untuk mendapatkan enzim dari getah. Selanjutnya
disimpan dalam penangas es selama 2 jam dan disentrifugasi kembali selama 5 menit, endapan
yang didapatkan dilarutkan dengan larutan buffer fosfat pH 7. Tujuan penambahan larutan buffer
fosfat adalah untuk mempertahankan pH dari enzim ketika ditambahkan sedikit asam atau basa.
Selanjutnya enzim yang telah ada dilakukan pengujian aktivitas enzim. Larutan kasein
yang beerfungsi sebagai substrat dan penyedia protein untuk diendapkan ditambakan dengan L-
sistein, tujuan penambahan L-sistein adalah untuk mengikat protein, mengikat enzim sehingga
bisa menembus kertas saring, melarutkan enzim yang telah diendapkan. Kemudian ditambahkan
enzim dan dipanaskan selama 20 menit pada suhu 50 o C. Tujuan pemanasan adalah untuk
melakukan proses presipitasi (pengendapan protein). Pemanasan yang dilakukan tidak
menggunakan suhu yang terlalu tinngi karena bisa menyebabkan protein terdenaturasi. Karena
panas bisa menyebakan protein terdenaturasi yaitu memisahkan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik nonpolar hal ini karena suhu tinggi meningkatkan energi kinetika dan menyebabkan
molekul penyusun protein bergerak sangat cepat sehingga merusak ikatan molekul. Kemudian
filtrat diukur asorbansinya pada panjang gelombang 280 nm
Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh pH medium. pH saat aktivitas enzim maksimum adalah
pH optimum untuk itulah diperlukan penambahan buffer fosfat. pH optimum merupakan pH saat
gugus pemberi dan penerima proton yang berperan penting pada sisi katalitik enzim atau pada
sisi pengikat substrat berada dalam tingkat ionisasi yang diinginkan sehingga substrat lebih
mudah berinteraksi dengan sisi katalitik enzim. Temperatur sangat erat berhubungan dengan
energi aktivitas enzim dan kestabilan enzim. Peningkatan temperatur dapat menyebabkan
peningkatan kecepatan reaksi dan secara bersamaan meningkatkan kecepatan inaktivasi enzim.
Enzim bekerja dengan cara bereaksi dengan molekul substrat untuk menghasilkan senyawa
turunan melalui suatu reaksi kimia organik yang membutuhkan energi aktivasi lebih rendah,
sehingga percepatan reaksi kimia terjadi karena reaksi kimia dengan energi aktivasi lebih tinggi
membutuhkan waktu lebih lama. Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, terutama adalah
substrat, suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor.Tiap enzim memerlukan suhu dan pH (tingkat
keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein, yang dapat mengalami
perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah. Di luar suhu atau pH yang sesuai, enzim
tidak dapat bekerja secara optimal atau strukturnya akan mengalami kerusakan. Hal ini akan
menyebabkan enzim kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh
molekul lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan aktivitas enzim, sedangkan aktivator
adalah yang meningkatkan aktivitas enzim.
Enzim mencerna baik protein menjadi arginin. Senyawa arginin adalah asam amino
esensial yang didapat dari telur dan ragi yang tidak biasa diproduksi oleh tubuh dalam keadaan
normal. Dengan enzim Papain maka senyawa arginin yang membantu produksi hormon
pertumbuhan dapat diproduksi dengan baik. Papain dalam pepaya sangat baik guna mencerna
protein yang bersifat membuang subtansi-subtansi yang tidak dibutuhkan oleh tubuh akibat
pencernaan yang tidak sempurna.Buah Pepaya berfungsi membantu mengeluarkan racun,
membantu mengatur pendapatan asam amino dalam tubuh, sehingga menambah kekebalan
tubuh.
Pada percobaan ini mengisolai enzim papain dari getah papaya. Kemudian getah
diencerkan dengan akuades 1: 4, agar getah tersebut tidak cepat menggumpal atau terlalu kental
dan enzim dari getah dapat keluar. Selanjutnya diaduk dan didiamkan selama 20 menit agar
reaksi antara akuades dan getah lebih cepat. Kemudian disentrifugasi selama 15 menit agar
bersih dari zat pengotor, sehingga zat pengotor atau senyawa lain mengendap. Filtrat
ditambahkan dengan aseton 1: 6 yang berfungsi untuk memisahkan dan mengendapan enzim.
Selanjutnya disimpan dalam penangas es selama 2 jam agar enzim tidak rusak dan terbentuk
lebih banyak endapan dari enzim tersebut.
Asam trikloroasetat (TCA) adalah asam kuat, dan dapat mendenaturasi protein, sehingga
digunakan untuk menghentikan reaksi. Pada tabung t = 20 menit, TCA ditambahkan setelah 20
menit. Berarti, pemotongan ikatan peptida berlangsung selama 20 menit. Sisa protein yang
belum terhidrolisis akan mengendap oleh TCA. Sedangkan untuk larutan blanko kasein langsung
ditambahkan TCA di awal, kasein akan langsung terdenaturasi oleh TCA, sehingga pemotongan
ikatan peptida belum sempat berlangsung. Kasein yang terdenaturasi difiltrasi, dan filtrat
dianalisis dengan spektrofotometri. Karena panjang gelombang maksimum tirosin adalah 280
nm, maka analisis spektrofotometri dilakukan pada = 280 nm untuk nilai absorbansi blanko 0,
sedangkan untuk sampel 10.
Penentuan aktivitas dan kinetika papain dengan metode Unit-Tirosin. Salah satu residu
asam amino hasil pemotongan ikatan peptida adalah tirosin. Tirosin dapat menyerap sinar UV
sehingga dapat dianalisis secara spektrofotometri. Jumlah tirosin yang dihasillkan dianggap
setara dengan aktivitas papain. Aktivitas papain pada percobaan ini dinyatakan sebagai g
tirosin/mL enzim/20 menit. Dengan konsentrasi berbeda yaitu 4, 8, 12 dan 16 g tirosin/mL dan
untuk hasil absorbansi larutan tirosin masing masing adalah 2.7927, 2.9092, 2.7775 dan
2,8571.
Aktivitas papain berbeda-beda, tergantung dari konsentrasi kasein sebagai substrat. Jika
konsentrasi kasein meningkat, berarti substrat yang dapat dikonversi lebih banyak, dan produk
yang terbentuk juga menjadi lebih banyak. Namun pada suatu saat, aktivitas akan mencapai nilai
maksimum, karena enzim sudah jenuh dengan substrat. Dari hasil percobaan, aktivitas papain
menunjukkan tren yang meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi kasein.
Percobaan pertama, yaitu isolasi enzim papain dari getah papaya. Disini digunakan buah
pepaya sebagai sumber enzim papain karena kandungan tertinggi papain terdapat pada getah
buah pepaya muda. Secara umum yang dimaksud dengan papain adalah salah satu enzim
proteolitik yang dihasilkan dari isolasi penyadapan getah buah pepaya (Carica papaya, L.).
Enzim papain berfungsi sebagai salah satu pengganti enzim renet yang mempunyai beberapa
kelebihan antara lain lebih mudah didapat, tersedia dalam jumlah banyak, lebih tahan terhadap
kondisi asam dan kondisi basa, suhu tinggi serta harganya murah. Enzim papain sebagai protease
sulfhidril dapat diaktifkan oleh zat-zat pereduksi dan menjadi tidak aktif jika terdapat zat
pengoksidasi. Dalam getah pepaya yang masih muda terdapat tiga jenis enzim, yaitu enzim
papain, kimopapain dan lisozim. Enzim papain dan kimopapain ini mempunyai kemampuan
menguraikan ikatan-ikatan dalam molekul protein, sehingga protein terurai menjadi polipeptida
dan dipeptida. Sedangkan keistimewaan tersendiri dari enzim papain dalam hal ini adalah
mempunyai kestabilan yang baik pada larutan yang mempunyai pH 5.0, memiliki keaktifan
sintetik serta daya tahan panas yang lebih tinggi dari enzim lain. Disamping itu, enzim papain
memiliki kemampuan membentuk protein baru atau senyawa yang menyerupai protein disebut
dengan plastein dari hasil hidrolisis protein.
Setelah getah pepaya yang di dapat dari pepaya muda di tampung dalam gelas kimia, lalu
dilakukan pengenceran getah pepaya dengan akuades (1:4) yang berfungsi sebagai pengencer
getah pepaya dan untuk melarutkan protein enzim. Kemudian, di diamkan selama 20 menit
untuk memperjelas pembentukan endapan jika terdapat endapan. Selanjutnya dilakukan
sentrifugasi selama 15 menit untuk memisahkan pengotor-pengotor dari ekstrak kasar enzim.
Filtrat yang diperoleh diendapkan menggunakan aseton 85 % dengan perbandingan (1:6). Aseton
disini berperan sebagai solvent yang berfungsi sebagai tenaga pemisah dalam ekstraksi cair-padat
untuk mendapatkan enzim dari getah. Aseton akan mengendapkan enzim dengan prinsip salting
out. Penambahan aseton menyebabkan molekul air yang mengelilingi protein terlepas dan diikat
oleh aseton, sehingga molekul protein mengendap. Setelah itu tabung di diamkan dalam
freezdryer selama 2 jam yang bertujuan untuk menyempurnakan pengendapan. Kemudian
dilakukan kembali sentrifugasi selama 5 menit untuk mendapatkan fraksi enzim (endapan) yang
nantinya akan dilarutkan dengan buffer fosfat pH 7 yang berperan untuk menjaga pH optimum
enzim agar tidak mudah berubah akibat penambahan sedikit asam maupun basa. Yang nantinya
endapan akan melarut dan menghasilkan larutan berwarna putih keruh.
Percobaan kedua, yaitu pengujian aktivitas enzim papain. Dilakukan tiga perlakuan yaitu
pada sampel, larutan blanko dan larutan standar tirosin.
Perlakuan pertama, aktivitas enzim ditentukan dengan metode murachi dengan
menggunakan larutan kasein 2% sebagai substrat. Sebanyak 0,2 mL ditambahkan larutan
L-sistein 0,1 M sebagai aktivator. Ke dalam campuran tersebut ditambahkan 1 mL enzim papain.
Lalu, dilakukan pemanasan dalam penangas air panas pada T=50 C selama 20 menit untuk
mendapatkan kondisi optimum aktfitas enzim dibuat variasi pH dan temperatur. Setelah
dipanaskan, ke dalam campuran ditambahkan 1 mL larutan TCA 30% yang berfungsi untuk
menghentikan aktivitas enzim dan substrat. Lalu, di panaskan kembali pada temepratur 50 C
selama 20 menit. Kemudian, dilakukan penyaringan untuk memisahkan filtrat dan residu nya.
Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280 nm. Unit aktifitas
protease dinyatakan sebagai jumlah enzim yang menyebabkan kenaikan absorbansi pada panjang
gelombang 280 nm yang setara dengan 1 ug tirosin/mL enzim/20 menit. Nilai absorbansi yang
didapat sebesar 10 .
Perlakuan kedua, yaitu pengujian larutan blanko. Perlakuan pada larutan blanko persis
dengan perlakuan sebelumnya. Perbedaanya yaitu terletak pada pemberian enzim papain. Pada
larutan blanko pemberian enzim papain dimasukkan diakhir setelah penambahan TCA. Lalu,
Filtrat yang diperoleh diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280 nm. Nilai absorbansi
yang didapat sebesar 0.
Perlakuan ketiga, yaitu pengujian larutan standar tirosin. Ini bertujuan untuk mengetahui
kadar tirosin yang dihasilkan digunakan kurva standar tirosin. Pertama, dilakukan pembuatan
larutan induk 100 g/mL dari padatan tirosin yang dilarutkan dalam 10 mL akuades yang
nantinya akan digunakan untuk membuat larutan standar. Larutan standar tirosin yang dibuat
bervariasi yaitu 4 g/mL, 8 g/mL, 12 g/mL dan 16 g/mL. Kemudian, dilakukan pengukuran
absorbansi larutan standar tirosin pada = 280 nm. Nilai absorabsi yang didapat adalah sebagai
berikut 4 g/mL = 2,7927 , 8 g/mL = 2,9093 , 12 g/mL = 2,7775 dan 16 g/mL = 2,8571
.
Pada percobaan kali ini pertama yaitu isolasi enzim papain dari getah papaya. Hal
pertama yang dilakukan adalah menyadap getah buah pepaya yang masih melekat di pohon
dengan digores memanjang dari pangkal sampai ujung buah dengan kedalaman goresan kurang
lebih 2 mm. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penyadapan getah buah pepaya agar
diperoleh hasil yang maksimal adalah umur buah antara 2,5-3 bulan. Ataupunbuah papaya muda
yang digores dengan serpihan kaca yang masih besar kemudian digores pada papaya muda
tersebut sehingga getah papaya pun keluar, dan getah yang akan dipakai dalam penggunaan
isolasi enzim papain nya.
Setelah mendapatkan getah papaya, pada getah papaya tersebut kemudian diencerkan
dengan aquades dengan perbandingan (1 : 4). Kemudian didiamkan selama 20 menit dan
disentrifugasi sebanyak 3 kali. Hal ini dilakukan agar larutangetah papaya dan aquades tersebut
terpisah antara filtrat dan endapan nya. Setelah disentrifugasi filtrat diambil, lalu ditambahkan
larutan aseton 85% dengan perbandingan (1 : 6). Hal ini disebut dengan proses lisis
(penghancuran) enzim papain kasar. Kemudian campuran tersebut didiamkan selama 2 jam pada
suhu 10oC. Hal ini disebut proses pemisahan, dimana enzim akan terpisah sebagai endapan.
Kemudian larutan campuran disaring, diambil endapan nya. Endapan tersebut kemudian
ditambahkan buffer fosfat pH 7. Hal ini dilakukan agar enzim papain berada pada pH optimum
nya yaitu pada kisaran antara pH 5-7,5.
Kedua yaitu, pengujian aktivitas enzim papain. Pada percobaan ini digunakan kasein 2%
sebagai substrat. Sebelum percobaan aktivasi, dibuat terlebih dahulu larutan blanko, hal ini
dilakukan karena pada pengujiannya dilakukan dengan spektrofotometer UV-Vis sehingga
membutuhkan larutan blanko. Larutan blanko dibuat dengan penambahan larutan L-sistein
sebagai aktivator enzim dan TCA 20% terhadap larutan kasein 2%. Kemudian diinkubasi selama
20 menit pada suhu 50oC, lalu ditambahkan larutan enzim dan dipanaskan kembali pada suhu
50oC selama 20 menit yang kemudian diukur absorbansinya pada panjang gelombang 280 nm.
Didapat absorbansinya yaitu pada 280 nm sebesar 0 A.
Pada percobaan selanjutnya yaitu pengujian aktivitas enzim papain. Pengujian ini
prosedurnya hampir sama dengan pembuatan larutan blanko. Substrat atau kasein 2%
ditambahkan dengan L-sistein sebagai aktivator enzim dan larutan enzim. Campuran ini
kemudian diinkubasi pada suhu 60oC selama 20 menit. Kemudian ditambahkan larutan TCA
20% dan dipanaskan pada suhu 50oC. pemanasan ini dilakukan agar enzim tetap berada pada
suhu yang stabil. Faktor yang mempengaruhi kerja enzim yaitu pengaruh suhu, pengaruh pH dan
pengaruh inhibitor. Karena reaksi kimia sangat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang
dikatalisis oleh enzim juga peka terhadap suhu. Enzim sebagai protein akan mengalami
denaturasi jika suhunya dinaaikkan. Akibatnya daya kerja enzim menurun. Sehingga sangat
penting untuk menjaga suhu agar enzim tetap stabil. Setelah itu dilakukan pengukuran
absorbansi dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 280 nm. Didapatkan
hasil yaitu pada 280 nm sebesar 10 A.
VIII. KESIMPULAN
Ai Kusmiati
Dari prcobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Faktor yang mempengaruhi aktivitas enzim adalah konsentrasi substrat, pengaruh pH,
konsentrasi enzim, temperatur dan aktivator serta inhibitor.
2. Nilai absorbansi aktivitas enzim papain pada panjang gelombang 280 nm adalah 10.
3. Mengisolasi enzim papain dari getah pepaya dilakukan 3 proses pemisahan yaitu
ekstraksi padat-cair, sentrifugasi dan presipitasi.
4. Nilai absorbansi yang didapat untuk larutan blanko pada =280 nm adalah sebesar 0 A
Anggraeni Wijayanti
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
Kurnia Wardana
1. Papain merupakan enzim proteolitik yang diambil dari papaya (carica papaya).
2. Larutan yang digunakan sebagai aktivator enzim adalah L-sistein.
3. Absorbansi yang didapat untuk larutan blanko yaitu pada 280 nm sebesar 0 A.
4. Absorbansi yang didapat untuk percobaan pengujian aktivitas enzim papain yaitu pada
280 nm sebesar 10 A .
Svehla, G. (1985). Analisis Organik kualitatif Makro dan semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media
Pusaka.
Anggraeni Wijayanti
Fessenden, R. (1990). Kimia Organik Jilid 2 Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Svehla, G. (1985). Analisis Organik kualitatif Makro dan semimikro. Jakarta: PT. Kalman Media
Pusaka.
Winarno, F. G.(1993). Biokimia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kurnia Wardana
Aditya.1992.Biokimia.Jakarta:Erlangga
Guelfh