Anda di halaman 1dari 5

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE

KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN

STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

Program : Program Diare Puskesmas Megang

Hasil (Outcome) : Terselengaranya Pogram Diare yang sesuai dengan

visi dan misi Puskesmas Megang

Kegiatan : Pengendalian dan Pemerantasan Penyakit Diare

Bersama Program dan Sekator Terkait

Indikator Kegiatan Kerja : Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat

Jenis Keluaran : Menurunnya Angka Kesakitan Penyakit Diare

Volume Keluaran : 1 (satu) kali Pasien Penderita Diare

Satuan Keluaran : Pasien

A. LATAR BELAKANG

1. Sumber

a. UU Nomot 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

b. Kementrian Kesehatan RI. 2010. Pedoman Kader Seri Anak.

c. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buku Pedoman Pengdalian Penyakit

Diare.

d. Kementrian Kesehatan RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi

Kesehatan tentang Situasi Diare Indonesia.

B. GAMBARAN UMUM SINGKAT

Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

diperhatikan oleh pemerintah. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator

penting dalam menentukan kesejahteraan suatu bangsa di samping ekonomi dan

sosial. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945 pasal 28 H
ayat 1, yang menyatakan bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan

kesehatan. Selain itu Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

juga menjelaskan dengan tegas tentang hak dan kewajiban pemerintah maupun

masyarakat yang berkenaan dengan pemenuhan akan kesehatan.

Pelaksanaan pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan

dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya. Untuk mewujudkan pembangunan

kesehatan tersebut diselenggarakan upaya kesehatan dalam bentuk pencegahan

penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit dan pemulihan

kesehatan oleh pemerintah dan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu,

terintregasi dan berkesinambungan.

Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut dilakukan

upaya-upaya kesehatan. Salah satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah

dalam meningkatkan derajat kesehatan yang optimal adalah program

pencegahan dan pengendalian penyakit menular. Penyakit menular yang sampai

saat ini masih menjadi program pemerintah di antaranya adalah program

pengendalian penyakit diare yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan

dan kematian karena diare bersama lintas program dan sektor terkait

(Kemenkes RI, 2011).

Diare adalah penyakit yang terjadi ketika terjadi perubahan konsistensi

feses selain dari frekuensi buang air besar. Seseorang dikatakan menderita

Diare bila feses lebih berair dari biasanya, atau bila buang air besar tiga kali

atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24

jam (Kemenkes RI, 2011).

Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009,

Secara global setiap tahunnya ada sekitar 2 miliar kasus diare dengan angka
kematian 1.5 juta pertahun. Di negara berkembang, rata-rata anak usia di bawah

3 tahun mengalami episode diare 3 kali dalam setahun.

Setiap episodenya diare akan menyebabkan kehilangan nutrisi yang dibutuhkan

anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan penyebab utama malnutrisi pada

anak.

Hingga saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan

masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

kesakitan diare dari tahun ke tahun. Hasil survey Subdit Diare, angka kesakitan

diare semua umur tahun 2000 adalah 301/1000 penduduk, tahun 2003 adalah

374/1000 penduduk, tahun 2006 adalah 423/1000 penduduk dan tahun 2010

adalah 411/1000 penduduk. Diare merupakan penyebab kematian nomor 4

(13,2%) pada semua umur dalam kelompok penyakit menular. Proporsi diare

sebagai penyebab kematian nomor 1 pada bayi postneonatal (31,4%) dan pada

anak balita (25,2%) (Kemenkes RI, 2011).

Diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Penyebab utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik

di rumah tangga maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian

karena diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat (Kemenkes RI, 2011).

Dalam pelaksanaan program pengendalian penyakit diare dibutuhkan

adanya kerjasama lintas program dan sektor terkait. Melalui kerjasama tersebut

diharapkan pelaksanaan program pengendalian penyakit diare akan mendapat

dukungan baik politis maupun operasional dari institusi lain sesuai dengan porsi

masing-masing (Kemenkes RI, 2011).

Puskesmas memegang peranan penting sebagai unit pelayanan kesehatan

terdepan dalam upaya pengendalian penyakit menular yang salah satunya

adalah penyakit diare. Puskesmas diharapkan dapat melakukan pencegahan

penularan penyakit serta mengurangi angka kesakitan dan kematian akibat diare

baik dengan penanganan aktif maupun dengan penyuluhan.


C. PENERIMA MANFAAT

1. Jasa Pelayanan

Penerima jasa pelayanan di Puskesmas Megang sebanyak 1 Orang

Pemegang Program Diare.

2. Pasien Penderita Diare

3. Masyarakat

D. STRATEGI PENCAPAIAN KELUARAN

1. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan kegiatan sesuai dengan SOP Program Diare Di

Puskesmas

2. Tahap

a. Melaksanakan tatalaksana penderita diare yang standar di sarana

kesehatan melalui Lima Langkah Tuntas Diare (Lintas Diare) yaitu:

1) Berikan oralit

2) Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

3) Teruskan ASI-makan

4) Berikan antibiotik secara selektif

5) Berikan nasihat pada ibu/keluarga

b. Meningkatkan tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan

benar (kunjungan rumah)

c. Meningkatkan standar kesehatan dan penanggulangan KLB Diare

d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi

E. TAHAPAN WAKTU PELAKSANAAN

a. Tatalaksana penderita diare yang standar di sarana kesehatan melalui

Lima Langkah Tuntas Diare (Lintas Diare) dilakukan setiap hari pada

pasien penderita diare.


b. Tatalaksana penderita diare di rumah tangga yang tepat dan benar

(kunjungan rumah) dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.

c. Meningkatkan standar kesehatan dan penanggulangan KLB Diare

dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali.

d. Melaksanakan upaya kegiatan pencegahan yang efektif dilakuan setiap 3

(tiga) bulan sekali

e. Melaksanakan monitoring dan evaluasi dilakukan setiap 1 bulan sekali.

F. KURUN WAKTU YANG DIPERLUKAN

Waktu yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas keluaran program

diare adalah 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai