Anda di halaman 1dari 17

TUGAS 1 PROSES INDUSTRI KIMIA 2

PROSES KIMIA PADA PABRIK UREA

Ditulis oleh:

M. ALDIAN ASTRAYUDHA

14/363316/TK/41457

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2015
A. Pendahuluan
Pupuk Urea adalah pupuk kimia mengandung Nitrogen (N) berkadar
tinggi. Unsur Nitrogen merupakan zat hara yang sangat diperlukan tanaman.
Pupuk urea berbentuk butir-butir kristal berwarna putih. Pupuk urea dengan
rumus kimia NH2CONH2 merupakan pupuk yang mudah larut dalam air dan
sifatnya sangat mudah menghisap air (higroskopis), karena itu sebaiknya
disimpan di tempat yang kering dan tertutup rapat. Pupuk urea mengandung
unsur hara N sebesar 46% dengan pengertian setiap 100kg mengandung 46 Kg
Nitrogen, Moisture 0,5%, Kadar Biuret 1%, ukuran 1-3,35MM 90% Min serta
berbentuk Prill.
Urea diproduksi dengan bahan baku berupa Amoniak dan Karbon
Dioksida. Pada beberapa industri, Pabrik Amoniak sudah terintegrasi dengan
Pabrik Urea. Namun, ada juga beberapa industri yang hanya memproduksi
Urea saja, sedangkan bahan baku Amoniaknya dapat dibeli dari industri lain.
Pada makalah kali ini, akan dibahas proses produksi Amoniak terlebih dahulu
baru kemudian akan membahas proses produksi Urea. Mengingat, Amoniak
juga merupakan produk industri kimia yang memiliki nilai jual yang tinggi.
Unsur hara Nitrogen dikandung dalam pupuk urea sangat besar
kegunaannya bagi tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan,
diantaranya.
1. Membuat daun tanaman lebih hijau segar dan banyak mengandung butir hijau
daun (chlorophyl) yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses
fotosintesa.
2. Mempercepat pertumbuhan tanaman (tinggi, jumlah anakan, cabang dan lain-
lain)
3. Menambah kandungan protein tanaman
4. Dapat dipakai untuk semua jenis tanaman baik tanaman pangan, holtikultura,
tanaman perkebunan, usaha peternakan dan usaha perikanan.

Dengan pemupukan yang tepat & benar (berimbang) secara teratur,


tanaman akan tumbuh segar, sehat dan memberikan hasil yang berlipat ganda
dan tidak merusak struktur tanah.

B. Uraian Proses
1. Produksi Amoniak
Persiapan Bahan Baku Produksi Amoniak : Hidrogen (H2)

Pertama, gas alam harus dimurnikan terlebih dahulu. Komponen utama


dari gas alam adalah CH4, namun mengandung banyak pengotor yang
bergantung pada sumbernya. Pemurnian gas alam bertujuan untuk
menghilangkan pengotor agar tidak merusak katalisator. Pengotor pada gas
alam dapat berupa uap air, hidrokarbon berat, CO 2, debu, merkuri,
belerang organik maupun anorganik. Berikut adalah beberapa metode yang
umumnya digunakan untuk menghilangkan pengotor pada gas alam.
a. Penghilangan Senyawa Belerang atau Sulfur
Sulfur terbagi dua, yaitu sulfur organik dan sulfur anorganik. Jika
sulfur organik dapat dihilangkan dengan Hydrotreater dengan
menggunakan Katalisator Cobalt-Mobybdeum (Co-Mo), menurut
reaksi sebagai berikut.
RSH + H2 RH + H2S..............................................(2)
Sedangkan, Co--Mo
untuk sulfur anorganik, dalam bentuh H2S diserap
dengan ZnO-Guard Chamber, menurut reaksi sebagai berikut.
H2S + ZnO ZnO + H2O.........................................(3)
b. Penghilangan Merkuri
Jika gas alam mengandung merkuri maka penghilangan merkuri
dilakukan dengan Mercury (Hg) Guard Chamber yang berisi sulfur
impregnated dan dalam karbon aktif dengan reaksi yang terjadi
sebagai berikut.
Hg + S HgS...........................................................(4)
Penanganan pemurnian gas alam bergantung pada komposisi gas
alam yang digunakan. Seperti pada contoh kasus, gas alam yang
digunakan oleh PT Pupuk Sriwidjadja banyak mengandung CO 2
dengan kadar sebesar 5 %. Maka harus dilakukan dua tahapan
desulfurisasi. Pada tahapan pertama terjadi reaksi sebagai berikut.
Fe2O3.6H2O + 3H2S Fe2S3.6H2O + 3H2O..............(5)
Dengan melewatkan gas alam ke vessel yang berisi sponge iron.
Kemudian, dilanjutkan dengan dehidrasi menggunakan bahan
penyerap tri etilen glikol. Serta pemisahan hidrokarbon berat dengan
pengembunan suhu rendah. Untuk pemisahan CO2 dapat
menggunakan larutan Benfield dan terakhir disulfurisasi dengan Co-
Mo dan ZnO. Sebelum sulfurisasi terakhir, CO 2 harus diturunkan
terlebih dahulu agar tidak merusak katalisator. Reaksi desulfurisasi
yang kedua, berlangsung berdasarkan persamaan berikut.
CO2 + H2 CO + H2O + Q..........................................(6)
CO + 3H2 CH4 + H2O + Q........................................(7)
Co--Mo
Kemudian, gas yang telah bersih dari pengotor barulah dapat dirubah
menjadi gas sintesis dengan cara memasukkannya ke reformer untuk
membentuk H2.Co--Mo
Reformer terdiri dari primary reformerdan secondary
reformer.
a. Primary Reformer

Reaksi yang terjadi pada primary reformer adalah sebagai berikut.


Gambar 1. Berbagai Jenis Primary Reformer

CH4 + H2O 3H2 + CO - 49,3 kcal/mol...........................................(8)

CO + H2O H2 + CO2 + 9,8 kcal/mol................................................(9)

Gas alam dan steam dimasukkan ke dalam tube dengan katalisator Ni.
Sedangkan reaksi samping yang mungkin terjadi adalah.

CH4 2H2 + C + Q1 kcal/mol...................................................................(10)

2CO C + CO2 Q2 kcal/mol.................................................................(11)


Reaksi diatas terjadi karena steam yang ditambahkan kurang, karena
reaksi diatas adalah rekasi eksotermis maka akan memunculkan hot
spot di tube katalisator dan dapat mengganggu kinerja katalisator.
Maka dari itu disarankan perbandingan S/C antara 2,8 sampai 3,3.

CH4 + O2 CO2 + H2O + Q kcal/mol...................................................(12)

Panas reaksi yang dilepas dari rekasi diatas diperlukan untuk mensuplai
kalor reaksi untuk keseluruhan reaksi di dalam tube yang mulanya
bersifat endotermis.

Reaktor tempat terjadinya H2 merupakan fixed bed multi tube yang


berada dalam furnace untuk mensuplai suhu tinggi sekitar 10000C
dengan pengapian langsung. Furnace meliputi dua bagian yaitu radiant
section ( tempat tube katalis), dan convection section (berisi coil untuk
mengambil sisa panas untuk berbagai keperluan lain), salah satu
keluaran dari convection section adalah untuk flue gas ( gas dibuang ke
udara bebas), dengan syarat suhu keluaran yaitu 160 0C, sehingga tidak terjadi
kondensasi sulfur yang dapat menyebabkan korosi pipa.

Umur tube katalisator dibatasi hanya 100.000 jam atau sekitar 4 sampai 5
tahun operasi, umur yang terbatas tersebut disebabkan karena beberapa
kegagalan sepeti kegagalan fisika seperti suhu operasi yang naik diatas suhu
rancangan, atau kegagalan reaksi kimia yang dapat menyebabkan tube katalis
overheating. Contohnya adalah kehilangan umpan, karbonasi katalisator, dan
hancurnya katalisator.

Upaya-upaya untuk mempercepat dan memaksimalkan produk dari reaksi


(8) dan (9) maka langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah.

1. Memperbesar perbandingan steam dan karbon sekaligus dapat


menghindari hot spot.
2. Tempratur tinggi dari pembakaran gas alam akan menggeser reaksi ke
kanan atau memperbanyak produk H2 dan reaksi semakin cepat tapi
umur katalisator pendek.
3. Memperbanyak kandungan gas CH4 namun akan berdampak pada
aspek ekonomi.
b. Secondary Reformer
Sisa CH4 yang belum terkonversi di primary reformer dilanjutkan pada
secondary reformer menjadi H2. Udara juga perlu ditambahkan sebagai
sumber nitrogen. Secondary reformer merupakan reaktor fix bed yang berisi
katalisator Ni. Reaktor tersebut terbagi atas dua bagian, bagian atasnya disebut
combustion zone yang tidak mengandung katalisator. Pada daerah ini terjadi
pembakaran amtara H2, CH4 dan O2. Berdasarkan reaksi sebagai berikut.

2H2 + O2 2H2O + 2(56,8) kcal/mol..................................................(13)

CH4 + O2 CO2 + H2O + 191,8 kcal/mol.......................................(14)

2CO+ O2 2CO2 + 2(67,6) kcal/mol..................................................(15)

Sedangkan pada bagian bawah disebut reaction zone yang berisi katalisator
Ni dan merupakan tempat terjadinya reaksi (8) dan (9).

Reaktan harus tercampur homogen menggunakan burner khusus, jika tidak


Gambar 2. Ilustrasi Secondary Reformer
akan menghasilkan temperatur tinggi secara lokal. Hal tersebut dapat
menyebabkan katalisator terbakar, pressure drop, dan distribusi tidak merata.
Panas reaksi dari secondary reformer dimanfaatkan untuk keperluan lain
seperti pembangkit steam dan superheater. Sebelum masuk ke sintesis loop
maka perbandingan mol hidrogen dan nitrogen dikontrol dari laju udara yang
Gambar 1. Berbagai Jenis Primary Reformer
masuk ke secondary reformer. Untuk mempercepat reaksi dan menggeser
kesetimbangan maka dapat dilakukan cara yang sama seperti primary
reformer.
Gas yang keluar dari secondary reformer masih mengadung CO dan
CO2.Oleh karena itu perlu dilakukan pemurnian sebelum masuk synthesis
loop, karena yang masuk ke synthesis loop hanya boleh H2, N2, dan gas inert
berupa Argon dan CH4. Proses pemurnian gas sintesis dilakukan di CO Shift
Converter, CO2 Removal (Absorber and Stripper), serta Methanator.
a. Shift Converter
Shift Converter berfungsi merubah gas CO menjadi CO2, yang meliputi
dua bagian yaitu High Temperature Shift (HTS) yang menggunakan
katalisator Fe dan Low Temperature Shift (LTS) yang menggunakan
katalisator Cu. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

CO+ H2O CO2 + H2 + 9,8 kcal/mol.................................................(16)

Permasalahan yang dihadapi dari reaksi diatas adalah suhu yang


rendah akan menggeser kesetimbangan ke kanan, sedangkan suhu
yang tinggi akan mempercepat reaksi tetapi kesetimbangan akan
bergeser ke kiri, karena reaksi diatas adalah reaksi eksotermis.

Untuk mengatasi masalah tersebut, konversi CO dilakukan


melalui dua tahap yaitu melalui HTS dan LTS. Pada mulanya gas dari
secondary reformer dimasukkan ke HTS (315-500) 0C agar reaksi
berlangsung cepat dengan CO Slip sebesar 3,2% dan sebelum
kesetimbangan bergeser ke kiri lalu dialirkan ke LTS (200-250) 0C
untuk menggeser kesetimbangan ke kanan dengan CO Slip sebesar
0,17%. Gas CO Slip harus ditekan seminimal mungkin karena akan
menurunkan produksi Amoniak. Konversi CO dipengaruhi oleh suhu,
tekanan, dan aktivitas katalisator.

b. CO2 Removal
Gas yang keluar dari shift converter dipisahkan dari CO2 melalui
alat ini. Pada pemisahan Karbon Dioksida digunakan dua alat yaitu,
Absorber dan Stripper.
Gambar 3. Ilustrasi Absorber dan Stripper
Absorber dioperasikan pada tekanan tinggi dam suhu rendah
penurunan tekanan dari Absorber ke Stripper dapat dimanfaatkan
untuk menggerakkan turbin. Gas keluar Absorber yang bebas CO2
dikirim ke methanator. Untuk Stripper dioperasikan pada tekanan
rendah dan suhu tinggi. Suhu yang tinggi dapat memanfaatkan pasnas
yang dibawa gas keluar LTS. Gas CO 2 yang keluar dari Stripper
dikirim ke pabrik Urea.
Larutan Benfield berperan sebagai larutan penyerap, larutan
tersebut mengandung CO2 dan V2O5 untuk membentuk lapisan
pasivasi. Sedangkan DEA untuk aktivator penyerap CO2, aktivator
tersebut dapat terdergradasi oleh suhu tinggi. Reaksi pada proses
penyerapan di Absorber adalah sebagai berikut.

CO2 + K2CO3 + H2O 2KHCO3.............................................................(17)

Regenerasi Larutan Benfield pada Stripper, mengikuti reaksi berikut.

2KHCO3 CO2 + K2CO3 + H2O............................................................(18)

Kontrol terhadap CO2 harus dilakukan dengan ketat karena jika


ada yang lolos akan berbahaya bagi Methanator yang dapat
menghasilkan rekasi eksotermis jika bereaksi dengan H 2. Menurut
reaksi sebagai berikut.

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q kcal/mol...........................................(16)

Larutan penyerap yang digunakan harus memenuhi dua kriteria,


sebagai berikut.

a. Aspek Teknis
Aspek teknis meliputi kapasitas penyerapan larutan penyerap
terhadap CO2 besar, energi stripping kecil, energi pemompaan
kecil karena viskositas rendah, korosi rendah, stabil dan tidak
volatil.
b. Aspek Ekonomis
Mudah dan murah untuk didapatkan.

Selain larutan Benfield dan DEA digunakan penyerap lainnya.


Berikut perbandingan antara MEA (monoethanolamine) dan DEA
(diethanolamine).

Variabel MEA DEA


Pembanding (monoethanolamine) (diethanolamine)
pH Basa Basa Lemah
-Lebih reaktif terhadap
-Tidak bersifat korosif
CO2
- Membentuk ikatan yang
lebih kuat
Tekanan Tekanan operasi rendah Tekanan operasi tinggi
Tekanan Uap Tekanan uapnya lebih Tekanan uapnya lebih
tinggi daripada DEA rendah daripada DEA
sehingga penguapan
minimal dan solven tidak
hilang
Energi Regenerasi Lebih tinggi, untuk Lebih rendah untuk
kontaminan yang sama. kontaminan yang sama

c. Methanator
Karbon Monoksida dan Karbon Dioksida yang lolos dari
proses sebelumnya direaksikan menjadi CH4. Karena jika tidak
direaksikan, gas tersebut bersifat racun pada Amoniak Konverter.
Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut.

CO2 + 4H2 CH4 + 2H2O + Q kcal/mol...........................................(16)

CO + 3H2 CH4 + H2O + Q kcal/mol................................................(17)

Gas yang lolos maksimal kurang dari 10 ppm. Sedangkan


Gas Metan bersifat inert bagi Synthesis Loop dan air hasil reaksi
harus dipisahkan. Jika ada CO2 yang lolos makan akan terjadi
rekasi sebagai berikut.

CO2 + NH3 NH4COONH2.......................................................................(18)

Produk reaksi diatas berupa Amonium Karbamat bersifat


sangat korosif dan dapat mengendap di kompressor sync gas.
Methanator dilengkapi temprature high trip yang melindungi
vessenya jika melebihi suhu desain yaitu 4500C. Karena reaksi
yang terjadi sangat eksotermis.

Katalisator yang digunakan adalah Nikel (Ni), namun dijual


dalam bentuk oksidanya (NiO), dan sebelum digunakan harus
direduksi dahulu, dengan reaksi sebagai berikut.

NiO + H2 Ni + H2O + Q...........................................................................(19)

CO + NiO Ni + CO2 + Q....................................................................(20)


Reaksi samping yang harus diwaspadai adalah pembentukan
Nikel Karbonil yang beracun.

Ni + 4CO Ni(CO)4.......................................................................................(16)

Persiapan Bahan Baku Produksi Amoniak : Nitrogen (N2)

Gambar 4. Proses Produksi Nitrogen dari Udara dengan Distilasi Udara Cair
Nitrogen diudara diperoleh dengan cara destruksi bertingkat dan
pencairan (distilasi udara cair). Komposisi Nitrogen di udara hampir
mencapai 78%, oleh karena itu sumber utama Nitrogen pada industri
biasanya diperoleh dari udara, karena harganya murah. Nitrogen
mempunyai titik didih lebih rendah daripada Oksigen, maka pada
distilasi Nitrogen akan lebih dahulu menguap sebagai fraksi pertama.
Nitrogen memiliki titik didih -195,80C, sedangkan Oksigen memiliki
titik didih sebesar -1830C. Udara bersih difilter untuk
membersihkannya dari partikel-partikel berukuran besar seperti debu.
Kemudian udara disedot dengan bantuan kompressor, penggunaan
kompressor ini akan menaikkan suhu udara. Selanjutnya udara
didinginkan pada menara pendingin. Pada tahap ini, air dan Karbon
Dioksida yang sudah beku dapat dipisahkan. Udara diekspansikan ke
pipa yang semakin besar sehingga suhunya akan menurun dan
sebagian udara mencair. Kemudian udara cair masuk pada proses
penyulingan. Pada bagian atas kolom akan keluar Nitrogen sebagai
senyawa dengan titik didih paling rendah. Pada pertengahan kolom
akan keluar Argon dan Oksigen cair.

Sintesis Amoniak (NH3)


Pada proses ini terjadi reaksi pembentukan Amoniak, tempat
pemisahan Amoniak cair dari hasil pendinginan dan tempat pemisahan gas
inert seperti Metana dan Argon yang terbawa dari awal proses. Reaksi
pada bagian ini, adalah sebagai berikut.

N2 + 3H2 K1 2NH3 + 3903 kcal/mol........................................................(1)


K2
Reaksi diatas adalah reaksi bolak-balik yang eksotermis dengan tekanan
berkisar antara (120-300) kg/cm2 dan suhu (300-500)oC. Monitor harus dilakukan
pada perbandingan Hidrogen dan Nitrogen yang berkisar antara 2,5 sampai 3,5,
serta Gas Inert yang masuk harus di keluarkan (purge) agar tidak menurunkan
tekanan parsial sehingga konversi menjadi rendah. Gas Inert yang masuk hanya
boleh 5 sampai 10 % dari total flow sirkulasi. Pengeluaran Gas Inert dapat
dengan pengeluaran secara kontinyu dengan purge control valve, namun metode
ini dapat mengeluarkan rekatan dan juga produk sehingga purge harus diolah lagi
untuk memisahkan Amoniak dan Gas Reaktan. Sehingga diharapkan konsentrasi
Amoniak produk berkisar antara 12-22%, gas yang tidak bereaksi di recycle
kembali. Gas CO, CO2, dan H2O tidak boleh kontak dengan katalisator karena
bersifat racun. Kalor reaksi yang dihasilkan dimanfaatkan untuk pembangkit
steam.

2. Produksi Urea [CO(NH2)]


Proses pembuatan Urea dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu unit
sintesis, dan unit purifikasi atau dekomposisi, unit konsentrasi dan
finishing, unit recovery dan unit pengalahan proses kondensat
dikelompokkan menjadi unit finishing. Berikut adalah diagram alir proses
Produksi Urea
Gambar 5. Diagram Proses Produksi Urea

Unit Sintesis Urea [CO(NH2)]


Pada unit sintesis Urea terbentuk dari pembentukan Amonium
Karbamat berdasarkan reaksi berikut.
NH3(l) + CO2(g) NH2COONH4(l) + Q1..................................... (21)
NH2COONH4(l) NH2CONH2 + H2O Q2..................(22)
Pada reaksi pertama Amonium Karbamat yang terbentuk bersifat
sangat eksotermis dan mudah terdekomposisi. Sedangkan pada reaksi
dua adalah reaksi yang endotermis yang berlangsung lambat dan tidak
sempurna. Oleh karena itu perlu ada pengaturan pada kondisi operasi
untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Beberapa kondisi operasi
yang dapat diatur, adalah sebagai berikut.
a. Menaikkan Suhu
Mengatur suhu pada suhu tinggi akan menaikkan konversi. Namun,
suhu yang tinggi ini akan menaikkan laju korosi, menaikkan tekanan
kesetimbangan, dan menaikkan potensi pembentukan biuret. Reaksi
pembentukan buret adalah sebagai berikut.
2NH2CONH2 NH2CONHCONH2 + NH3.............(3)
Reaksi diatas mudah terjadi pada suhu tinggi dan konsentras biuret
maksimal 1,12% karena bersifat racun bagi tanaman.
b. Menaikkan Tekanan
Dengan menaikkan tekanan , maka konversi juga akan bertambah
namun tekanan tinggi tersebut membutuhkan energi yang besar dan
dapat menyebabkan naiknya tekanan stripping dan membutuhkan
suhu yang tinggi dan menyebabkan pembentuka biuret semakin
banyak.
c. Menaikkan Kemurnian dan Melebihkan Bahan Baku
Amoniak yang berasal dari unit sintesa Amoniak dan CO2 dari stripper
pada pembuatan gas sintesis harus ditingkatkan kemurniannya, agar
konversinya semakin besar. Selain itu upaya lain yang dapar dikaukan
adalah menekan pembentukan biuret dan membuat Amoniak berlebih.
Kemudian air juga diperlukan untuk mengirim Larutan Karbamat dari
Recovery ke unit sintesa. Jika air terlalu banyak maka konversi akan
turun. Sedangkan jika terlalu sedikit akan menyebabkan solidifikasi
Larutan Karbamat.
Kondisi operasi tersebut, tidak hanya memperhitungkan faktor
konversi, tetapi juga mempertimbangkan energi, korosi dan harga
material. Saat ini Titanium menjadi salah satu pilihan terbaik untuk
unit sintesa dengan alasan akan lebih mudah untuk dilakukan
pengelasan dan lebih murah.

Unit Finisihing

Pada bagian ini Larutan Urea dimurnikan dari Amoniak dan Karbamat
yang bersisa. Pada bagian ini tekanan diturunkan dan dilakukan
pemanasan. Sehingga diperoleh hasil berupa Larutan Karbamat,
Larutan Urea, Amoniak, Biuret dan air. Reaksi yang terjadi pada
tahapan ini adalah sebagai berikut.
NH4COONH2 NH3 + CO2...................................................................... (4)
Pada proses ini suhu operasi berkisar antara 120-165 0C. Reaksi
hidrolisis urea dan pembentukan biuret terjadi pada suhu tinggi,
tekanan rendah dan waktu tinggal yang lama. Reaksi hidrolisis Urea
terjadi menurut reaksi berikut.
NH2CONH2 + H2O CO2 + 2NH3 ..............................(5)
Amoniak yang berlebih dari unit sintesa akan mengurangi potensi
terbentuknya Biuret. Reaksi dekomposisi (4) terjadi dalam dua sampai
tiga step pada tekanan yang semakin rendah dan hasilnya dikirim
absorber recovery untuk dikembalikkan ke sintesis. Konsentrasi Urea
keluar unit adalah 68%.
Kemudian Urea masuk pada unit konsentrasi, pada unit ini Larutan
Urea dipekatkan untuk dikirim ke dirubah ke bentuk butiran atau prill
melalui unit prilling atau granulasi. Pemekatan terjadi jika tekanan
diturunkan dan suhu dinaikkan. Konsentrasi Amoniak yang rendah
akan menyebabkan tebentuknya Larutan Biuret. Air hasil pemekatan
harus diproses sebelum digunakan kembali dikirim ke Process
Condensate Treatment. Larutan Urea 99,8% dikirim ke Prilling Tower
untuk dijadikan urea pill bahkan ada yang menggunakan Kristal Urea
(Crystalizer).

KemudianGambar
gas CO6. dan Larutan
2 Flow Process NH 3 yang Konsntreasi
Diagram tidak bereaksi diserap dan
Urea
Amoniak dari unit purfikasi untuk kembali ke unit sintesis melalui unit
recovery. Metode pengambilan gas yang tidak bereaksi ada dua macam,
yaitu mengubah sebagian gas dalam bentuk larutan atau mengubah semua
gas dalam bentuk larutan. Gas NH3 dan CO2 diserap dengan air dan
Larutan Karbamat sebelum dikirim kembali ke reaktor. Penyerapan
dilakukan pada temperatur rendah dan dijaga diatas suhu solidifikasi atau
menjaga konsentrasi Larutan karbamat. Membuang gas inert atau tidak
dapat diserap seperti Nitrogen dan Argon.
Terakhir, kondensat diolah kembali menjadi kondensat yang dapat
digunakan sebagai Boiler Feed Water. Reaksi pembuatan urea
menghasilkan air dan harus dikeluarkan dengan sistem. Pengeluaran air
akan membawa sedikit Urea dan Karbon Dioksida dan dapat mencemari
lingkungan. Sebelum digunakan kembali kandungan Urea harus dipecah
menjadi CO2 dan NH3 dengan Urea Hydrolizer. Gas CO2 dan NH3 dikirim
ke unit purifikasi sebagai media stripping. Kondensat yang telah diolah
akan digunakan kembali sebagai BFW. Kandungan Urea dalam BFW
dapat diserap dengan Ion Exchanger pada unit Demin Plant. Sehingga
kandungan Hydrolizer harus dikontrol dengan ketat

REFERENSI

Supranto. 2015. Diktat Proses Industri Kimia I. Yogyakarta: Universitas


Gadjah Mada, hal 11-14.
Saito, Taro. 1996. Kimia Anorganik. Tokyo : Iwanami Publishing
Company.
https://wimboharyoanindito.wordpress.com/author/wimboharyoanindito/
Diakses pada 5 Oktober 2015, Pukul 20.30 WIB
http://www.pusri.co.id/ina/urea-tentang-urea/ Diakses pada 5 Oktober
2015, Pukul 20.34 WIB
https://www.google.co.id/search?
q=diagram+alir+produksi+amonia&biw=1366&bih=623&source=lnms&tbm=isc
h&sa=X&ved=0CAYQ_AUoAWoVChMIi5T7pNeKyAIVpZ6mCh1ZOA7R#img
rc=VYBVXfzZ5cEYxM%3A, Diakses pada tanggal 22 September 2015, Pukul
19.59 WIB.
https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=1&q=Secondary+reformer+in+ammonia+ind
ustry&oq=Secondary+reformer+in+ammonia+industry&gs_l=img.3...196530.198
032.0.198292.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.img..0.0.0.RGtfU9LTQ4s#imgrc=
MRRX8xO4u6PP_M%3A Diakses pada 27 Februari 2016, Pukul 21.05 WIB.
https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=1&q=Primary+reformer+in+ammonia+indus
try&oq=Primary+reformer+in+ammonia+industry&gs_l=img.3...14278.25579.0.2
5811.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c.1.64.img..0.0.0.v92BGf8KWJo#imgrc=LGmbFv
FU2QmeIM%3A Diakses pada 27 Februari 2016, Pukul 21.06 WIB
https://www.google.co.id/search?
biw=1366&bih=667&tbm=isch&sa=1&q=Absorber+and+stripper&oq=Absorber
+and+stripper&gs_l=img.3...672480.677807.0.677942.0.0.0.0.0.0.0.0..0.0....0...1c
.1.64.img..0.0.0.l3xpWZVZTnw#imgrc=qTz8VfHdGdu8bM%3A Diakses pada
27 Februari 2016, Pukul 21.22 WIB.
http://rpras8.blog.com/2013/10/29/nitrogen/ Diakses pada 27 Februari
2016, Pukul 21.37

Anda mungkin juga menyukai