Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KASUS

Seorang laki-laki 18 tahun datang ke poliklinik THT-KL RSMH dengan keluhan utama
pembesaran amandel semenjak 5 tahun lalu, terakhir kambuh 1 tahun lalu. Saat kambuh,
penderita merasa nyeri saat menelan, kering tenggorokan, demam. Tidak ada suara ngorok dan
bau mulut. Tidak ada rasa mengganjal. Tidak ada batuk pilek. Tidak ada nyeri bawah mata. Tidak
ada gangguan pendengaran dan nyeri pada telinga. Pasien mengaku gejalan akan muncul ketika
kelelahan dan banyak minum es. Pasien merokok sejak usia 12 tahun. Riwayat alergi, asma, dan
bersin pagi hari disangkal. Pasien berobat ke rumah sakit daerah dan diberikan obat, pasien
dirujuk ke RSMH untuk dilakukan operasi pengangkatan amandel.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dan
vital sign dalam batas normal. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan arcus faring simetris,
uvula ditengah, tonsil T3-T3, kripta melebar, tidak ada detritus, permukaan tidak rata, konsistensi
kenyal, tidak lekat, tidak hiperemis, tidak ada ulkus. Pemeriksaan telinga kiri didapatkan CAE
lapang, tidak ada sekret, tidak ada serumen plug, membrane timpani tidak hiperemis, intak,
reflex cahaya arah jam 7. Pemeriksaan telinga kanan didapatkan CAE lapang, tidak ada sekret,
terdapat serumen plug, membrane timpani tidak hiperemis, intak, reflex cahaya arah jam 5. Pada
pemeriksaan hidung kanan dan kiri cavum lapang, tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum,
konka inferior eutropi. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium (CT, BT, dan
darah rutin) dan foto thorax PA untuk persiapan operasi, hasil belum keluar.
Penegakkan diagnosis berdasrkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan keterangan diatas pasien didiagnosis tonsillitis kronis. Tatalaksana
operaif pada pasien ini berupa tonsilektomi. Edukasi paada pasien untuk menjaga hygiene mulut
dengan berkumur.

DISKUSI

Dilaporkan satu kasus tonsillitis kronis pada seorang laki-laki usia 18 tahun. Dari
anamnesis didapatkan keluhan utama pembesaran amandel sejak 5 tahun lalu. Pasien megaku
terakhir kambuh 1 tahun lalu. Saat kambuh, penderita merasa nyeri saat menelan, kering
tenggorokan, demam. Tidak ada suara ngorok dan bau mulut. Tidak ada rasa mengganjal. Tidak
ada batuk pilek. Tidak ada nyeri bawah mata. Tidak ada gangguan pendengaran dan nyeri pada
telinga. Pasien mengaku gejalan akan muncul ketika kelelahan dan banyak minum es. Pasien
merokok sejak usia 12 tahun. Riwayat alergi, asma, dan bersin pagi hari disangkal. Pasien
berobat ke rumah sakit daerah dan diberikan obat, pasien dirujuk ke RSMH untuk dilakukan
operasi pengangkatan amandel.
Pemeriiksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos mentis, dan vital
sign dalam batas normal. Pada pemeriksaan tenggorokan didapatkan arcus faring simetris, uvula
ditengah, tonsil T3-T3, kripta melebar, tidak ada detritus, permukaan tidak rata, konsistensi
kenyal, tidak lekat, tidak hiperemis, tidak ada ulkus. Pemeriksaan telinga kiri didapatkan CAE
lapang, tidak ada sekret, tidak ada serumen plug, membrane timpani tidak hiperemis, intak,
reflex cahaya arah jam 7. Pemeriksaan telinga kanan didapatkan CAE lapang, tidak ada sekret,
terdapat serumen plug, membrane timpani tidak hiperemis, intak, reflex cahaya arah jam 5. Hal
ini menunjukkan bahwa pasien sedang tidak dalam kondisi akut dan tidak ada komplikasi pada
telinga. Pada pemeriksaan hidung kanan dan kiri cavum lapang, tidak ada sekret, tidak ada
deviasi septum, konka inferior eutropi. Hal ini seuai dengan kondisi pasien yaitu tonsillitis
kronis. Tidak terdapat komplikasi ke hidung. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan
laboratorium (CT, BT, dan darah rutin) dan foto thorax PA untuk persiapan operasi, hasil belum
keluar.
Penegakkan diagnosis berdasrkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang. Berdasarkan keterangan diatas pasien didiagnosis tonsillitis kronis. Tatalaksana
operaif pada pasien ini berupa tonsilektomi. Tonsilektomi dilakukan atas indikasi social karena
pasien akan masuk akademi. Tidak ada indikasi medis tonsilektomi pada pasien ini. Edukasi
paada pasien untuk menjaga hygiene mulut dengan berkumur. Hal ini dilakukan untuk mencegah
kekambuhan dan komplikasi pada pasien. Tidak diberikan obat-obatan seperti antibiotic karena
pasien tidak mempunyai keluhan saat ini.
Telah dilaporkan satu kasus seeorang laki-laki usia 18 tahunyang di diagnosis dengan tonsillitis
kronis. Diagnosis tonsillitis kronis dapat ditehgakkan beerdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan penunjang. Pada pasien ini dari anamnesis didapatkan keluhan utama pembesaran
amandel semenjak 5 tahun lalu, terakhir kambuh 1 tahun lalu. Saat kambuh, penderita merasa
nyeri saat menelan, kering tenggorokan, demam. Tidak ada suara ngorok dan bau mulut. Tidak
ada rasa mengganjal. Tidak ada batuk pilek. Tidak ada nyeri bawah mata. Tidak ada gangguan
pendengaran dan nyeri pada telinga. Pasien mengaku gejalan akan muncul ketika kelelahan dan
banyak minum es.

Berdasarkan literatur, diketahui bahwa etiologi dari tonsillitis kronik adalah bakteri gram positif,
tetapi dapat juga di sebabkan oleh bakteri gram negative, Pasien sering menegeluh demam saat
kambuh,, kemungkinan tonsillitis kronis pada laki-laki ini adalah infeksi bakteri akibat higine
mulut yang kurang baik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan kavum nasi dextra dan sinistra tidak ada kelainan. Pada
pemeriksaan orofaringditemukan palatum molle simetris dan tonsil dextra dan sinistra dengan
ukuran T3-T3, dengan permukaaan tidak rata, muara kripti melebar, dan tanpa disertai
detritusatau perlengketan dengan pilar pada kedua tonsil. Pada pemeriksaan kelenjar getah
bening tidak terlihat dan teraba pemebesaran KGB

Paien ini didiagnosis kerja sebagai tonsillitis kronis. Pemeriksaan anjuranyang dilakuakan adalah
pemeriksaan darah rutin (Hb, Ht, Leukosit, LLD). Tatalaksana operatif pada pasien ini berupa
tonsilektomi. Tonsilektomi dilakukan atas indikasi social karena pasien akan masuk akademi.
Tidak ada indikasi medis tonsilektomi pada pasien ini. Edukasi paada pasien untuk menjaga
hygiene mulut dengan berkumur. Hal ini dilakukan untuk mencegah kekambuhan dan komplikasi
pada pasien. Tidak diberikan obat-obatan seperti antibiotic karena pasien tidak mempunyai
keluhan saat ini.

Komplikasi yang sering ditemukan pada tonsillitis kronik berupa komplikasi ke daerah
sekitarnya yaitu rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum. Namun pada
pasien ini walaupun telah menderitatonsilitis kronik selama 5 tahun, tidak ditemukan komplikasi
kedaerah sekitar berupa rhinitis kronik, sinusitis, atau otitis media secara perkontinuitatum

Anda mungkin juga menyukai