Anda di halaman 1dari 1

NEGARA ISLAM BUKAN ISLAMI

Oleh : M. Akmal P.

Merupakan hal yang menarik ketika mengkaji Islam dalam skala global. Islam sebagai agama yang
mengklaim rahmatan lil alamin dengan segudang instrumen yang menyertainya seharusnya dapat
menjadi landasan kuat negara yang adil, makmur, dan sejahtera. Terebih lagi, hal ini diperkuat dalam
Alquran Surat An-Nur ayat 55.

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh
diantara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa. Sungguh,
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia
benar-benar akan menukar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan Aku
dengan sesuatu (apa)pun. Siapa saja yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.

Sementara itu, sebuah jurnal ekonomi global tahun 2010 karya Prof. Scheherazade S. Rehman dan Prof.
Hossein Askar dengan judul An Economic Islamicity Index (EI2) memuat penelitian tentang negara islami.
Definisi dari negara islami pun diambil dari ayat dan hadis yang merepresentasikan suatu negara yang
dapat dikategorikan dalam negara islami. Parameternya beragam diambil dari berbagai macam bidang,
seperti hubungan manusia dengan Tuhan dan sesama manusia, sistem ekonomi dan peradilan, HAM,
politik, dan lain-lain.

Hasil yang cukup mengejutkan didapat ketika, negara-negara yang diteliti dibuatkan daftar peringkatnya.
Negara Irlandia menempati peringkat satu sebagai negara paling islami, diikuti oleh Denmark dan
Luxemburg. Hal ini tentu di luar dugaan dari yang seharusnya. Di sisi lain, negara-negara timur tengah
sendiri menempati posisi yang tersebar di tengah dan akhir peringkat.

Padahal, mengacu pada pernyataan di awal tulisan, negara Islam seharusnya negara maju yang kuat dan
sejahtera. Dimanakah hal yang salah dalam kedua pernyataan tersebut?

Pembahasan ini mengingatkan saya pada surat Ar-Rad ayat 11.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang
mengubah apa apa yang pada diri mereka

Dimana memang kondisi umat Islam saat ini sedang berada di bawah. Semenjak berakhirnya zaman
keemasan Islam, sudah tidak ada lagi ilmuwan yang menghiasi buku sejarah dunia. Terjadinya konflik
menyebabkan ketidakstabilan politik, rakyat tidak terpenuhi kebutuhannya. Islam semakin terpuruk,
disudutkan oleh media, bahkan dikriminalisasi atas tindakan terorisme. Untuk itu, alasan mengapa
negara Islam sendiri tidak bangkit, nyatanya terletak dari umat Islam sendiri yang belum mengubah
nasibnya menjadi lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai