Anda di halaman 1dari 36

Data dan Informasi Bencana Indonesia

Many countries are increasingly


2
vulnerable to violent conflicts or
natural disasters that can erase
decades of development and
further entrench poverty and
inequality. Through its global
network, UNDP seeks out and
shares innovative approaches to
crisis prevention, early warning and
conflict resolution.
And UNDP is on the ground in
almost every developing country --
so wherever the next crisis occurs,
we will be there to help bridge the
gap between emergency relief and
long-term development
Pendahuluan

Termotivasi dari kehancuran 26 mempersiapkan untuk menghadapi


3
Desember 2004 akibat gempa dan bencana dan merencanakan
Tsunami Samudra Hindia, paradigma pembangunan.
bencana bergeser dari pengelolaan
tanggap bencana (Disaster Response) Adopsi dari HFA1 pada tahun 2005 dan
menjadi pengurangan resiko pembentukan aliansi GRIP (Program
bencana (Disaster Risk Reduction). Identifikasi Resiko Global) di awal 2006-
Pergeseran ini terjadi baik di tingkat keduanya sama-sama tepat waktu dan
internasional dan di Indonesia. saling menguntungkan. Dukungan
Pengelolaan bencana masyarakat itu oleh Regional Biro Pencegahan Krisis
didorong untuk memastikan bahwa dan Pemulihan UNDP dan ISDR PBB
perekaman, pemantauan dan analisis yang dipimpin GRIP untuk mencontoh
kecenderungan yang jelas dalam LARED2 American Latin - yang
kejadian, magnitude, dan dampak kemudian dikembangkan-menjadi
bencana secara efektif dilaksanakan. DesInventar - perangkat lunak untuk
Untuk memahami lebih lanjut dampak pelacakan sejarah dampak bencana
bencana terhadap manusia dan juga di seluruh wilayah. Pengumpulan
untuk menangani dengan lebih dari data spesifik negara baik dari
baik bencana sebagai perusak hasil pemerintah dan sumber-sumber non-
pembangunan, adalah penting untuk pemerintah kemudian memperoleh
memahami bukti sejarah bencana. kemudahan politis dan dukungan
Melalui pemahaman ini, komunitas keuangan yang diperlukan.
pembangunan kemanusiaan
internasional yang lebih luas dapat 1
Konferensi Dunia mengenai Pengurangan Bencana
diadakan dari 18 22 Januari 2005 di Kobe, Hyogo,
berkontribusi dalam diskusi tentang Jepang, dan menerima Kerangka Kegiatan untuk 2005-
bagaimana membekali masyarakat 2015: Membangun Pemulihan yang Cepat Negara dan
Masyarakat dari Bencana (untuk kemudian disebut
yang rentan dan pemerintah dengan HFA).
Konferensi menyediakan kesempatan yang unik untuk
dengan lebih baik dengan kapasitas mempromosikan pendekatan yang strategis dan
untuk mengidentifikasi bahaya dan sistematik untuk mengurangi kerentanan [1] dan resiko
bahaya. [2] Menggarisbawahi kebutuhan untuk, dan
resiko, mengurangi resiko yang mengetahui cara untuk, membangun pemulihan yang
cepat untuk negara dan masyarakat dari Bencana [3]
telah teridentifikasi, sementara Sumber: http://www.unisdr.org/eng/hfa/hfa.htm
Di Indonesia, pada tahun 2005, keraguan: departemen-departemen
4
DesInventar berada di dalam UNDP pemerintah tidak mempunyai
Indonesia, dan disiapkan untuk otoritas, kemampuan atau kemauan
diserahkan kepada Pemerintah untuk menjadi pemegang database
Indonesia. Pada tahun 2006, usaha dan data yang dianggap tidak
awal untuk mentransfer data, valid. (Lihat Pelajaran yang didapat:
perangkat lunak dan kepemilikan Reformasi Hukum Pengelolaan
DesInventar ke Pemerintah Indonesia Bencana Pengalaman Indonesia.)
dipenuhi dengan keengganan. Selain itu, waktu yang direncanakan
Keengganan ini sebagian disebabkan untuk penyerahan database ini tidak
oleh adanya database inventarisasi direncanakan dan dilaksanakan
serupa pada individu di tingkat dengan baik: ada sedikit insentif bagi
kementerian, serta pemasaran yang pihak berwenang untuk menerima
tidak efektif mengenai metodologi tanggung jawab; pihak berwenang
DesInventar: DesInventar adalah tidak siap untuk memahami
alat pengelolaan data dan informasi kekuatan DesInventar sebagai
yang kuat yang sudah diuji dalam alat pengelolaan informasi untuk
banyak negara lain, dan tidak sekedar advokasi, perencanaan dan sumber
database lain. Pemerintah Indonesia, daya tujuan mobilisasi; dan, terutama
dalam hal ini BAKORNAS PB tidak otoritas pemerintahan ini tidak yakin
memiliki mandat operasional untuk akan terjadinya reformasi hukum dan
pengambilalihan kepemilikan data dampak pada mandat masing-masing
sejarah DesInventar, dan hal ini otoritas.
diperparah dengan tidak adanya
pengakuan pemerintah mengenai Pelajaran yang didapatkan melalui
validasi data. Pada tahun 2006, evaluasi DesInventar menjadi yang
struktur Pengelolaan Bencana sekarang dimiliki secara nasional
Indonesia mendapatkan kemudahan Database Informasi dan Data Bencana
tetapi masih ada kekosongan Indonesia (DIBI) dapat menyediakan
hukum dan karena itu penerimaan komunitas pembangunan yang
DesInventar disambut dengan lebih luas, serta pemerintah negara
lainnya, dengan pengetahuan
5
untuk pemanfaatan peralatan
pengelolaan informasi dan politik
dalam pembentukan alat pelacak
informasi yang kuat dan lengkap
tersebut. Mungkin yang terutama
untuk Indonesia, pemerintah daerah
provinsi, kabupaten dan kecamatan
akan mengerti tujuan pembentukan
platform informasi jenis DIBI di
daerah yang terhubung dengan DIBI
nasional dan dapat menggambarkan
secara jelas biaya bencana dalam
hubungannya dengan kerugian
dalam kemajuan pembangunan.
Administrasi ini dapat didukung
oleh DIBI dalam memimpin proses
penanaman pengurangan resiko
bencana, yang sesuai dengan konteks
yurisdiksi mereka, dalam rencana
pembangunan mereka sendiri.
Dengan hal ini di dalam benak,
DIBI akhirnya diluncurkan sebagai
database yang dimiliki secara nasional
pada 29 Juli 2008, yang berada di
dalam kewenangan Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB)
yang baru dibentuk.
Bagaimana situasi Sebelum adanya
DesInventar dan DIBI?

Seperti yang disebutkan dalam administrasi untuk kota / daerah yang


6
pendahuluan, ada banyak pelaku berbeda) pada tahun 1999 menjadi
pengumpulan data pemerintah 492 kabupaten dengan otonomi
termasuk: BAKORNAS PB (Badan administratif pada 2008.2
Koordinasi Nasional untuk
Penanggulangan Bencana), Dengan berlakunya UU no. 24/2007
BAPPENAS (Badan Perencanaan tentang pembentukan Badan Nasional
Pembangunan Nasional), Koordinator Penanggulangan Bencana (BNPB),
Kementerian Kesejahteraan Rakyat, BNPB kini memiliki mandat untuk
Departemen Sosial, Departemen mengumpulkan dan menganalisa
Kesehatan, Departemen Pendidikan, informasi mengenai terjadinya dan
Departemen Pertahanan, Polri, dampak bencana alam di Indonesia.
kekuatan militer, BPS (Badan (Lihat Pelajaran yang Didapat:
statistik National) serta layanan dan Reformasi Hukum Pengelolaan
biro di tingkat daerah (di provinsi Bencana). Data sejarah DIBI digunakan
dan kabupaten). Masalah rumit oleh BNPB untuk identifikasi
berikutnya, desentralisasi tanggung resiko, perumusan kebijakan dan
jawab administrasi pemerintahan pengambilan keputusan, terutama
kepada kabupaten dan provinsi untuk memastikan bahwa dana
sebagai bagian dari Undang-undang disalurkan untuk mengurangi resiko
Otonomi Daerah Indonesia (antara berdasarkan kecenderungan dan pola
lain UU No.22/1999 dan UU 25/1999) yang diidentifikasi melalui analisa
yang berarti bahwa tanggung jawab berdasarkan DIBI. Jenis analisa ini
pengumpulan data tidak jelas, menguntungkan semua pemangku
sementara secara bersamaan banyak kepentingan, fokus perhatian pada
dari provinsi dan kabupaten baru inisiatif resiko bencana dalam cara
sedang dibentuk. (Jumlah provinsi yang koheren di seluruh negeri.
meningkat dari 27 pada tahun 1999
menjadi 33 pada tahun 2008. Jumlah
kabupaten meningkat dari sekitar 340
(terdapat berbagai jenis pengaturan 2
Sumber: Badan Statistik Nasional www.bps.go.id
Apakah DesInventar itu
dan bagaimana Berevolusi menjadi DIBI?
Siapa yang terlibat?
DIBI adalah singkatan dari bencana dan kerugian yang
7
Database Pengelolaan Data dan disebabkannya. Sejak dimulainya
Informasi Bencana Indonesia yang pada tahun 1993, ketika Jaringan
dikembangkan dengan menggunakan Studi Sosial mengenai Pencegahan
perangkat lunak dan metodologi Bencana di Amerika Latin (LA RED)
DesInventar dan DesConsultar. Modul mulai membangun database inventori
DesInventar adalah database yang bencana yang sistematis, perbaikan
relational dan struktural yang berisi terus-menerus dan percobaan yang
data dalam bidang-bidang yang tidak teliti telah dilaksanakan. Banyak
pasti (data interval dan temporal, tipe badan-badan nasional di Amerika
kejadian, dll.) dan akibat langsung Latin dan lainnya menggunakan
(kematian manusia, hilangnya rumah, DesInventar untuk menilai resiko,
infrastruktur, aktivitas ekonomi). merencanakan pengurangan resiko,
Modul DesConsultar memberikan dan merancang sistem peringatan
akses kepada database dengan dini. Selain itu, metodologi
pertanyaan-pertanyaan yang DesInventar secara bertambah
mencakup hubungan bermacam- diaplikasikan untuk memantau
macam variabel efek, jenis kejadian, langkah-langkah pengurangan resiko,
lokasi, tanggal, dll. Pada saat yang dan mengevaluasi kesiapan rencana
sama, modul ini memberikan mitigasi.
gambaran dari jawaban pertanyaan-
pertanyaan tersebut dalam bentuk Didorong oleh Biro untuk Pencegahan
tabulasi dan grafik dan peta tematis. dan Pemulihan Krisis Regional
UNDP (RBCPR), UNDP Indonesia
Perangkat lunak DesInventar adalah menggunakan DesInventar dalam
satu dari sangat sedikit metodologi respon post-Tsunami sebagian
yang terbukti untuk membangun untuk memperkenalkan standar
sistem pengelolaan informasi internasional dalam pengumpulan
bencana yang dapat mengelola secara data dan pengelolaan informasi
homogen, analisa dan penggambaran bencana ketika sistem nasional yang
grafik informasi tentang kejadian komprehensif tidak tersedia pada
saat itu. Bersama dengan BAPPENAS, DIBI dapat diakses online di: http://
8
BAKORNAS PB (sekarang BNPB), dibi.bnpb.go.id
Departemen Dalam Negeri dan
DFID, program SC-DRR UNDP, telah Saat ini, data yang tersedia secara
mendukung desentralisasi dan aplikasi online dalam DIBI didasarkan pada
metodologi DesInventar di Indonesia. data pemerintah resmi untuk tahun
RBCPR UNDP di Bangkok telah 1997-2007. Tim DIBI telah mulai
menyediakan dukungan tambahan mengumpulkan data tentang
yang diperlukan dengan cara instalasi bencana yang telah terjadi selama
dan pengaturan perangkat lunak, 30 tahun di tingkat provinsi dalam
pelatihan teknis serta bimbingan format yang disepakati. Orientasi
dan dukungan yang menyeluruh. dan pelatihan terus diberikan kepada
BCPR PBB telah memberikan personil di provinsi-provinsi untuk
kesempatan teratur bagi BNPB, mengumpulkan dan memasukkan
BAPPENAS dan personil pemerintah data bencana. Pada waktu yang
lainnya untuk berpartisipasi dalam sama, BNPB telah membentuk
kesempatan pembelajaran di sebuah Forum Data dan Informasi
daerah. Semua dukungan ini telah yang menyediakan platform untuk
mendorong transfer pengetahuan semua pemangku kepentingan kunci
dan membangun momentum untuk untuk mendiskusikan dan mencari
membangun DIBI. kesepakatan atas isu-isu mengenai
data yang terkait bencana. Melalui
UNDP dan program SC-DRR telah forum ini, BNPB bekerja dengan
mendukung penyusunan dan validasi pemangku kepentingan untuk
sejumlah besar data melalui alat mengumpulkan dan memvalidasi
pengelolaan informasi bencana, data bencana dan memastikan
DesInventar, yang mencapai ketersediaannya untuk semua pihak
puncaknya dengan peluncuran melalui DIBI.
DIBI (Data dan Informasi Bencana
Indonesia) pada tanggal 29 Juli 2008 Sumber data untuk telah DIBI
oleh Kepala BNPB, Dr. Syamsul Maarif. diambil dari unit koordinasi tanggap
Klimatologi dan Geofisika), dan Badan
9
Koordinasi Survei dan Pemetaan
Nasional (Bakosurtanal), dan
Departemen Sumber Daya Energi dan
Mineral (DESDM).

Sejak diluncurkan pada tahun 2008,


sistem Pengelolaan Informasi DIBI
telah diperkenalkan secara bertahap
Dari kiri ke kanan: UNDP Country Director - Mr Hakan pada pemerintah melalui lokakarya
Bjokrman, Direktur Khusus dan Daerah Tertinggal, Badan sosialisasi / familiarisasi. Baru-baru
Perencanaan Pembangunan Nasional sebagai SC-DRR
Nasional Program Director - Mr Suprayoga Hadi, Kepala ini, beberapa propinsi juga telah
BNPB -- Mr Syamsul Maarif dan Kepala BNPB Pusat Data
dan Informasi - Mr Priyadi Kardono melakukan lokakarya sosialisasi /
familiarisasi, Jawa Tengah, Yogyakarta,
bencana daerah yang terdahulu Aceh, dan Bengkulu. Provinsi-provinsi
-- Satkorlak PB (Unit Koordinasi di timur Indonesia dijadwalkan untuk
Tanggap Bencana Provinsi) dan lokakarya sosialisasi / familiarisasi DIBI
Satlak PB (Unit Koordinasi Tanggap pada setengah tahun kedua tahun
Bencana Kabupaten). Satkorlak PB 2009. Di samping lokakarya sosialisasi /
akan menjadi BPBD pada akhir 2009 familiarisasi, SCDRR dan tim DIBI BNPB
dan Satlak PB akan berubah menjadi BPS melakukan FGD sebagai tindak
BPBD tingkat kabupaten di mana lanjut lokakarya sosialisasi awal: FGD
resiko bencana dianggap tinggi pada ini dimaksudkan untuk memberikan
kabupaten tersebut. Metodologi kesempatan interaktif lebih baik
analisa data, penyusunan informasi bagi peserta untuk mengajukan
dan pemanfaatan pengetahuan telah pertanyaan, mencari penjelasan
ditingkatkan oleh pasukan gabungan dan mengusulkan modifikasi
Badan Penelitian dan Penerapan berbasis konteks untuk kebutuhan
Teknologi (BPPT), Lembaga khusus masing-masing pemangku
Penerbangan dan Antariksa Nasional kepentingan, baik di tingkat nasional
(LAPAN), BMKG (Badan Meteorologi, maupun daerah. DIBI, sebagai
alat analisa data sejarah bencana, grup. Pengembangan perwakilan ini
10
dapat membantu pemerintah dan menunjukkan kesadaran yang meluas
pemangku kepentingan lain untuk mengenai DIBI dan juga penerimaan
merencanakan program-program yang lebih luas untuk DIBI sebagai
pembangunan yang lebih baik dan alat pengelola informasi yang kuat:
mengamankan investasi mereka. tidak hanya dalam tingkat pelaku
Analisa dampak bencana berbasis tanggap bencana tradisional, tetapi
DIBI dalam lokasi dan konteks tertentu kini juga dalam perencanaan dan
memberikan pemahaman yang lebih struktur operasional pemerintah yang
baik mengenai peraturan, tindakan, lebih luas.
atau inisiatif lain yang diperlukan
untuk mengurangi kerugian yang
disebabkan oleh bencana.

Forum data dan informasi yang


diadakan oleh BNPB, kini terdiri dari
12 badan / dinas pemerintah. Peserta
forum meliputi polisi, militer, pekerja
publik, dinas sosial, departemen
kesehatan, dan departemen
pendidikan. Forum ini menyediakan
kesempatan untuk berbagi
pengalaman dan membangun
koalisi yang penting untuk kerangka
kerja yang sama karena DIBI akan
diterapkan di seluruh wilayah. Pada
forum Maret 2009, BPS (Biro Statistik
Nasional), direktorat tambahan
dari dalam dinas kesehatan dan
perwakilan dari Departemen
Pertanian ikut bergabung ke dalam
Bagaimana DIBI digunakan? Oleh siapa?

Bappenas dan BNPB membentuk pendanaan DRR (Pengurangan


11
sistem informasi peristiwa bencana Resiko Bencana) dan keputusan
yang disebut dengan Data dan perencanaan pembangunan. DIBI
Informasi Bencana Indonesia akan menyediakan informasi untuk
(DIBI), yang sekarang secara formal melaporkan penerapan HFA. DIBI
digunakan oleh Pemerintah Indonesia, telah menyediakan rincian kerugian
sebagai database sejarah bencana di beberapa provinsi dan kabupaten,
lintas-sektor di semua kabupaten yang apabila digabungkan dengan
dan provinsi di Indonesia. Diharapkan penilaian resiko bencana nasional
dalam jangka menengah, BNPB dan akan mendapatkan analisa yang lebih
BPBD dapat mengisi alat pengelola mendalam mengenai kemajuan yang
informasi bencana online ini sehingga dibuat dalam mengurangi kerugian
dapat mencakup semua provinsi melalui penerapan kewaspadaan
dan dapat dimanfaatkan oleh semua / program mitigasi dan inisiatif
pihak yang terkait. Utamanya, DIBI, pengembangan kapasitas.
pada tingkat nasional dan daerah
diharapkan untuk: meningkatkan Program SCDRR (Safer Communities
kapasitas perencanaan pengelolaan through Disaster Risk Reduction)
bencana di setiap tahapan siklus yang telah menggunakan DIBI untuk
pengelolaan bencana; mendukung mengidentifikasi daerah Rawan
pelaporan dan pemantauan bencana; Bencana di seluruh Indonesia. Indeks
dan, menyediakan informasi Rawan Bencana memeriksa sembilan
mengenai bencana untuk pemerintah jenis bencana di semua provinsi dan
dan aksi kemanusiaan di Indonesia kabupaten berdasarkan pada data
dan negara-negara lain. sejarah. Indeks Rawan Bencana dapat
menjadi dasar keputusan mengenai
DIBI nasional akan segera kabupaten-kabupaten mana yang
mencakup hasil penilaian resiko harus mempunyai BPBD-nya sendiri.
bencana nasional pertama Lihat Gambar 1 di bawah, dan http://gis.
Indonesia, dan telah digunakan sc-drr.org/?p=440 untuk peta daerah
sebagai dasar untuk kebijakan, rawan bencana di tingkat kabupaten.
Tinjauan web-traffic situs DIBI pada dari kunjungan atas tiga perempat
12
bulan November 2008, Februari data webtraffic. Tingkat kunjungan
2009, dan Juni 2009, menunjukkan kembali sekitar 30% dan adanya
peningkatan yang stabil halaman yang kecenderungan meningkatnya waktu
dilihat dan waktu yang dihabiskan yang dihabiskan di situs karena
di situs. Pelacakan alamat masing- pengunjung menjadi lebih akrab
masing IP menunjukkan bahwa jumlah dengan tampilannya. Sebagian
pengguna meningkat dua kali lipat besar pengguna dapat diidentifikasi
selama periode tersebut. Pengunjung sebagai BNPB, jajaran departemen/
baru, berdasarkan pelacakan kementerian, dan administrasi daerah:
alamat IP, menyumbangkan 40% sebagai hasil dari lokakarya sosialisasi/

Gambar 1. Peta - Indeks Wilayah Rawan Bencana di Indonesia


familiarisasi, FGD dan pelatihan untuk membentuk BPBD sendiri
13
pemangku kepentingan nasional dan di tingkat kabupaten atau kota. Di
daerah. Kebanyakan pengunjung luar sensitifitas politik dan birokrasi,
situs menggunakan fungsi riset / jenis informasi ini juga digunakan
hasil, dan lebih sedikit halaman grafik oleh Departemen Keuangan dan
dan peta yang dilihat. Juga terdapat BAPPENAS untuk menetapkan garis
bukti bahwa meningkatnya jumlah anggaran pada Dana Anggaran
pengunjung kembali menggunakan Umum untuk pengucuran dana
fungsi pencarian yang lebih canggih, kepada kabupaten-kabupaten yang
seperti, pencarian tematik dengan membentuk BPBD.
jenis resiko dan kabupaten untuk
menilai kerugian dan kerusakan Dalam BAPPENAS, Direktorat
historis dan prioritas langkah- Pengentasan Kemiskinan, membentuk
langkah potensial pengurangan SCDRR NPD (Direktur Kabupaten-
resiko. Statistik web dan bukti yang Kabupaten belum berkembang
bersifat anekdot mengindikasikan berada di bawah BAPPENAS) untuk
bahwa para akademis mengakses dan membuat prioritisasi berdasarkan
menggunakan DIBI untuk keperluan daerah rawan bencana. Prioritisasi
riset dan para mahasiswa juga telah daerah rawan bencana ini hendaknya
memanfaatkan DIBI. Keragaman dilaksanakan untuk semua kegiatan
dari pengguna juga meningkat: SCDRR, serta program-program
pengunjung internasional dari lebih lainnya yang didanai oleh donor.
dari 10 negara menyumbangkan Program yang didanai oleh donor
sekitar 10% dari keseluruhan lainnya termasuk: PNPM Mandiri,
kunjungan. Program Pengembangan Kecamatan
(PPK), Program Penanggulangan
DIBI telah digunakan untuk membuat Kemiskinan di Perkotaan (P2KP);
kebijakan seperti ketika pemerintah Program Percepatan Pembangunan
menggunakan analisa daerah rawan Daerah (P2DTK); Program Peningkatan
banjir untuk mengembangkan daftar Infrastruktur Pedesaan (PPIP); dan,
kabupaten yang harus didorong Pengembangan Infrastruktur Sosial
Ekonomi Wilayah (PISEW); yang penilaian internasional atas
14
pada intinya hal ini bertujuan untuk kerawanan terhadap bencana dengan
meningkatkan data dalam DIBI untuk jenis dan sosial-ekonomi data.
menilai tingkat kerawanan dan tingkat
resiko (risk exposure) di daerah. Proses SCDRR bersama dengan BNPB
telah dimulai untuk menggabungkan telah mengembangkan dua modul
sumber data dari anggota Forum Data pelatihan, keduanya memerlukan
dan Informasi yang meliputi anak- waktu satu hari: Data Input Training dan
anak usia sekolah, status kesehatan, Data User Training. Data User Training
infrastruktur, fasilitas umum, tingkat (Pelatihan Pengguna Data) ditujukan
pendapatan, jenis mata pencaharian, untuk memberikan kepada pengguna
dan data perencanaan berkala. Hal keterampilan yang diperlukan untuk
ini akan memungkinkan pembuatan membuat pertanyaan yang efektif
target yang lebih baik atas program- menggunakan DIBI untuk kepentingan
program untuk mengurangi resiko riset dan analisa. Data Input Training
bencana pada daerah-daerah yang (Pelatihan untuk Memasukkan Data)
paling rentan. Selain contoh-contoh dirancang untuk personil dalam
penggunaan DIBI oleh BAPPENAS pemerintah pusat maupun daerah
ini, direncanakan juga untuk yang akan bertanggungjawab untuk
menggunakan metodologi yang memasukkan data. Pada tingkat
sama untuk memantau dampak krisis nasional, data akan dimasukkan ke
ekonomi global. dalam DIBI nasional, Pada tingkat
daerah, masing-masing BPBD akan
ISDR PBB mendorong upaya untuk mempunyai sistem pengelolaan
menghubungkan kemiskinan informasi model-DIBI sendiri yang
dan resiko bencana dan akan dapat dihubungkan dengan DIBI
menggunakan DIBI untuk analisa tingkat nasional.
data, akhirnya menghubungkannya
kepada Database Peristiwa Darurat Pada tingkat nasional, Data User
Internasional, (www.emdat.net) Training telah disediakan untuk
yang memungkinkan perbandingan mereka yang disebutkan dalam Forum
Data dan Informasi, serta pelaku PNPM untuk DIBI Aceh direncanakan pada
15
Mandiri, Bank Dunia dan Kementrian Oktober 2009 sehubungan dengan
Koordinasi Kesejahteraan Rakyat. Data User Training (Pelatihan untuk
Sedangkan pada tingkat daerah, Pengguna Data) untuk badan-badan
pelatihan ditujukan agar sesuai yang terkait DRR provinsi dan Pusat
dengan kebutuhan, tergantung dari Riset Mitigasi Bencana dan Tsunami
kebutuhan provinsi atau kabupaten (TDMRC).
dan berdasarkan pada penilaian
resiko bencana nasional dengan Seperti telah disebutkan di atas,
prioritas yang ditentukan oleh Index proses pengembangan DIBI di
Rawan Bencana. Dapat dilihat bahwa tingkat daerah telah dimulai: SCDRR
perencanaan pembangunan di tingkat mentargetkan empat provinsi
kabupaten dan provinsi, contohnya untuk mempunyai kapasitas dan
Rencana Pengembangan Jangka- infrastruktur teknologi untuk sistem
Menengah Daerah dan Rencana Kerja pengelolaan informasi bencana
Tahunan, akan mengacu kepada model-DIBI mereka sendiri telah
data DIBI kabupaten / provinsi dan terbentuk pada akhir 2009, termasuk
DIBI nasional untuk memasukkan Yogyakarta (DIY) dan Provinsi
DRR ke dalam rencana ini. Beberapa Bengkulu. (Lihat Tabel 1 dan 2 di
Departemen dan dinas pelayanan bawah).
di tingkat nasional dan daerah telah
meminta pelatihan, baik Data Input
dan Data User, agar dapat dipenuhi
oleh BNPB.

Saat ini, BNPB sedang dalam proses


bekerja bersama provinsi-provinsi
yang terpilih seperti Yogyakarta, Jawa
Tengah, Bengkulu dan Aceh untuk
membentuk sistem DIBI provinsi (Lihat
Tabel 1 dan 2 di bawah.) Peluncuran
Bagaimana DIBI akan dikembangkan
dan ditingkatkan lebih lanjut?

Dalam tahun-tahun mendatang,


16
karena BPBD tingkat provinsi dan
kabupaten telah dibentuk, BNPB
akan mendukung pemerintah daerah
untuk melaksanakan DIBI dengan
pelatihan untuk Data User dan Data
Input: mengikuti model Bengkulu
yang dijelaskan pada Kotak 1. Setelah
BPBD dibentuk dan sistem DIBI yang
diadopsi, pelatihan dan dukungan
teknis akan disediakan (Lihat Kotak
2 di bawah ini tentang komentar
mengenai peluncuran DIBI di Provinsi
Yogyakarta (DIY) dan komentar
mengenai pemanfaatannya untuk
saat ini dan rencana pengembangan
lebih lanjut.)
Tabel 1: DIBI Daerah Model Bengkulu

Pada 21 April 2009, BNPB,


didukung oleh SCDRR mengadakan
lokakarya sosialisasi / familiarisasi
di Provinsi Bengkulu dengan
tujuan pelaksanaan DIBI di tingkat 17
provinsi. Lokakarya ini dihadiri
oleh 42 perwakilan dari semua unit
pemerintah daerah, perguruan
tinggi dan LSM. Tujuan lokakarya
Sosialisasi DIBI di Bengkulu
ini adalah untuk mendapatkan
dukungan dari pemerintah provinsi untuk memanfaatkan DIBI di tingkat
provinsi untuk menganalisa kecenderungan dan dampak bencana secara
sistematis sehingga dapat membawa ke pencegahan , mitigasi yang lebih
baik dan langkah-langkah kewaspadaan dan untuk mengurangi dampak
keparahan bencana pada masyarakat.

Acara sosialisasi pertama di Bengkulu ini sukses, dengan partisipasi luas


semua sektor pemerintah daerah, LSM lokal dan akademis. Program SCDRR
bertujuan untuk membantu BNPB mentransfer DIBI ke tingkat propinsi dan
kabupaten melalui serangkaian kegiatan yang direncanakan: sosialisasi
/ familiarisasi, FGD, pelatihan Data User dan Data Input. Langkah kedua
dalam proses ini, FGD, dijadwalkan pada Oktober 2009, dan dimaksudkan
untuk menerapkan metodologi DIBI untuk konteks di Bengkulu dengan
menekankan pentingnya melengkapi DIBI setempat dengan 30 tahun data
bencana sehingga memungkinkan analisa yang komprehensif mengenai
kecenderungan bencana di Bengkulu.

Sebuah workshop lanjutan akan diselenggarakan untuk menyelesaikan


penyesuaian DIBI lokal dan pengumpulan data sejarah tambahan.
Pemerintah daerah, dalam hal ini pemerintah provinsi Bengkulu, akan
memilih peserta untuk pelatihan DIBI. Hal ini diantisipasi bahwa dengan
pelatihan awal 2010 Input Data akan terjadi dan pada pertengahan tahun
2010, 30 tahun data yang akan menjadi elektronik tersedia untuk analisis.
Data Pengguna Pelatihan akan dilakukan secara paralel dengan input data
kemajuan: pembersihan data sehingga memungkinkan dan debugging
sementara yang DIBI dihuni.
Model Bengkulu yang direncanakan untuk Sub-DIBI nasional dimaksudkan
untuk mendorong inisiatif PRB, embed kepemilikan lokal dan data DIBI
lokal, sementara juga mengurangi beban BNPB untuk mengumpulkan data
yang diselenggarakan secara regional. DIBI lokal akan dimiliki oleh BPBD
18 dan akhirnya terkait dengan DIBI nasional, memungkinkan untuk intra-
provinsi yang komprehensif dan perbandingan antar provinsi. Diharapkan
sampai awal 2010 pelatihan Data Input telah selesai dilaksanakan dan pada
pertengahan 2010, data selama 30 tahun telah tersedia secara elektronik
untuk dianalisa. Pelatihan Data User akan dilaksanakan sejalan dengan
kemajuan data input: oleh karena itu pembersihan dan penghapusan
kesalahan pada data (data cleaning and debugging) dapat dilakukan
sementara DIBI diisi dengan data.

Perencanaan Model Bengkulu untuk DIBI di tingkat daerah ditujukan untuk


menggerakkan inisiatif DRR, menanamkan kepemilikan data lokal dan DIBI
lokal, serta mengurangi hambatan pada BNPB untuk mengumpulkan data
yang dimiliki daerah. DIBI lokal akan dimiliki oleh BPBD dan pada akhirnya
terhubung dengan DIBI nasional, sehingga memungkinkan perbandingan
yang komprehensif inter dan antar provinsi.
Tabel 2: Propinsi Yogyakarta (DIY) meluncurkan DIBI Jogja.

Pengelolaan data dan informasi


bencana adalah elemen utama
pengelolaan bencana. Ketersediaan
data dan informasi bencana tidak
hanya membantu pemangku 19
kepentingan untuk fokus pada
upaya pengurangan resiko bencana
di daerah rawan bencana, namun
Acara Peluncuran DIBI di Jogja juga memungkinkan perencanaan
pengelolaan bencana yang
komprehensif dan terpadu, menurut Wakil Gubernur DIY, Paku Alam IX
pada peluncuran Database Pengelolaan Data dan Informasi Bencana DIY
(DIBI Jogja) pada 31 Juli 2009.

Sejak gempa bumi besar tahun 2006, DIY telah berusaha untuk
meningkatkan kapasitas untuk melacak informasi data bencana. Tetapi baru
sekarang, dengan dukungan dari SC-DRR, DIBI Jogja diluncurkan. Danang
Samsurizal dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) DIY
memuji peluncuran: Akhirnya, kami memiliki sistem yang terstruktur
untuk menangkap data dan informasi sejarah yang memungkinkan analisa
akurat kecenderungan bencana dan menyoroti kebutuhan pengurangan
resiko bencana dalam perencanaan pembangunan.

Dalam upaya bersama untuk meningkatkan pengelolaan bencana melalui


pengelolaan informasi yang lebih baik, BAPEDA DIY dan BNPB, dengan
dukungan program SC-DRR, memulai proses dengan lokakarya sosialisasi
awal tentang DIBI Jogja pada 27 Juni 2009. Lokakarya ini dihadiri oleh
wakil-wakil dari instansi pemerintah, universitas, dan LSM lokal dengan
agenda yang meliputi presentasi publik pertama mengenai DIBI Jogja dan
rancangan strukturnya yang diusulkan. Rancangan tersebut menyertakan
beberapa penyesuaian awal untuk konteks lokal. Dari 2003-2008,
pengumpulan data dimandatkan kepada BAPEDA dan Kesbanglinmas
(Kesatuan Bangsa dan Perlindungan masyarakat) DIY dan keduanya telah
mengumpulkan data bencana sampai ke tingkat desa tapi tidak dalam
struktur yang sama dan tidak dengan cara yang memungkinkan pemecahan/
pemilahan data. Data bencana sebelum tahun 2003 dikumpulkan oleh
konsultan yang didanai oleh program SC-DRR. Data dikumpulkan dari
SATLAK (Disaster Response Unit) dan dikombinasikan dengan data yang
dipunyai oleh UPNV (Universitas Pembangunan Nasional Veteran) DIY.
Data awal disajikan untuk verifikasi di FGD pada 17 Juli 2009 yang dihadiri
20 oleh lembaga-lembaga pemerintah, universitas, dan LSM. Sebagai hasil
dari diskusi pemangku kepentingan, disepakati bahwa kapasitas DIBI
untuk menangkap data sejarah membuatnya sebagai database yang ideal
untuk menggabungkan data dari UPNV DIY, dapat memverifikasi semua
data, dan akhirnya menyediakan sarana analisa informasi yang terstruktur
- menggunakan metodologi DesInventar: mengatasi keterbatasan
struktural sebelumnya pada analisis informasi bencana.

Sesuai dengan Keputusan Presiden yang mengarahkan semua provinsi


untuk membentuk BPBD pada tahun 2009, pemerintah DIY akan
membentuk BPBD sendiri pada tahun 2009 dan DIBI Jogja akan dimiliki
oleh BPBD dan menjadi pusat referensi dan alat perencanaan untuk badan
pengelola bencana baru ini. BAPEDA menyambut baik kesempatan untuk
menjadi salah satu provinsi pertama di Indonesia yang memiliki DIBI-nya
sendiri, sambut Danang Samsurizal dari BAPEDA DIY.
Sekarang, pada tahun 2009, badan- laporan kejadian bencana harian
21
badan pemerintah di daerah BNPB akan segera dimasukkan ke
masih menyerahkan data peristiwa dalam DIBI.
bencana dalam bentuk hardcopy
(di atas kertas) kepada otoritas Program SCDRR telah secara ambisius
pemerintahan yang lebih tinggi, mentargetkan empat provinsi (dipilih
contohnya provinsi menyerahkan dari tujuh provinsi fokus SCDRR)
laporan hardcopy kepada BNPB dan untuk membentuk BPBD provinsi dan
administrasi kabupaten menyerahkan dilengkapi dengan kapasitas untuk
hardcopy data peristiwa bencana meluncurkan sistem pengelolaan
mereka kepada administrasi provinsi. informasi bencana model-DIBI mereka
Ke depan, semua BPBD akan sendiri, pada akhir 2009. Pada tahun
mengumpulkan dan melaporkan data 2008, atas dasar analisa pendahuluan
secara elektronik kepada administrasi atas 10 tahun data nasional yang
provinsi dan nasional: hal ini akan ada pada DIBI, BNPB bersama SCDRR
merepresentasikan lompatan besar mengidentifikasi tiga provinsi yang
dalam efisiensi pemasukan data pada harus segera memulai mengumpulkan
tingkat nasional dan peningkatan data yang dimiliki secara lokal sejak
dalam validasi informasi bencana tahun 1972. Provinsi yang dipilih
yang dapat diakses secara tepat adalah Yogyakarta, Jawa Tengah, dan
waktu. Sumatera Barat. Pemilihan provinsi
berdasarkan pada tingkat kapasitas
Dalam lokakarya sosialisasi, peserta dasar dan infrastruktur ICT, keteraturan
telah diberikan informasi mengenai laporan kepada BNPB dan kualitas
pengembangan BNPB sat ini, seperti validasi data yang tersedia. BNPB dan
sistem ICT (Teknologi Informasi dan SCDRR mendukung provinsi-provinsi
Komunikasi) dan DIBI. Personil BNPB terpilih ini dengan pengumpulan 30
masih menggunakan sistem laporan tahun data di wilayah mereka dan
kejadian bencana harian yang lama. hal ini merupakan langkah pertama
Sekarang, setelah data sejarah hampir terhadap pembentukan DIBI daerah
selesai dilengkapi untuk 1997-2009, mereka.
Pelatihan pengguna data (Data User Juli 2009 di Jenewa, GRIP secara
22
Training) berikutnya direncanakan terbuka memuji kerja delegasi
untuk kalangan akademis dan Indonesia (BNPB, BAPPENAS, PNPM
perwakilan media terutama Bank Dunia dan Program SCDRR
ditargetkan untuk mereka yang UNDP) dalam mendukung integrasi
terlibat dalam Plafon Nasional PRB DesInventar dengan data sosial
(PLANAS PRB). Keterlibatan kalangan ekonomi, khususnya, menyoroti
akademis dan organisasi media massa hubungan antara resiko bencana dan
memperkenalkan penggunaan DIBI kemiskinan. Integrasi data kemiskinan
di luar wilayah pemerintahan dan dan bencana merupakan yang
kemanusiaan, meningkatkan reputasi pertama di dunia, dengan dasar data
DIBI sebagai sumber informasi bencana di tingkat negara dapat digali sampai
yang akurat dan bermanfaat untuk ke tingkat kecamatan. (Lihat Kotak 3 di
kalangan pengguna yang lebih luas. bawah ini dan http://simpadu-pnpm.
Sejalan dengan perluasan pengguna bappenas.go.id dan, http://bappenas.
DIBI, SCDRR mengumpulkan daftar go.id/node/116/1926/ persiapan-mis-
ahli DRR nasional pada bidang PNPM-mandiri/).
geografi, tematik dan sains, sesuai
dengan pengarusutamaan DRR ke
dalam perencanaan pembangunan
nasional dan daerah di Indonesia.

Untuk beberapa waktu, GRIP


telah mendorong pengembangan
metodologi / perangkat lunak yang
dapat menganalisa keterkaitan
antara bencana dan kemiskinan atau
perubahan iklim. Telah ditunjukkan
bahwa hal ini mungkin dilakukan
dengan memodifikasi DesInventar.
Pada Global Platform DRR, pada 7-10
Tabel 3: Kolaborasi yang lebih luas Interaksi PNPM MIS, DesInventar
dan DIBI
Melalui dukungan SCDRR untuk
BNPB, dan dukungan langsung
UNDP untuk BAPPENAS, Platform
DIBI telah menghasilkan kelompok
data yang berhubungan dari 23
penilaian kemiskinan dengan
data di dalam DIBI hal ini telah
dilaksanakan bersama dengan
Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Badan Perencanaan Pembangunan
program PNPM Bank Dunia yang
Nasional (BAPPENAS), Paskah Suzetta secara resmi berfokus pada pemberdayaan
meluncurkan SIMPADU PNPM Mandiri
masyarakat di tingkat kecamatan
dan desa di Indonesia. Integrasi ini memerlukan banyak perubahan yang
diperlukan pada kode asli DesInventar. UNDP telah bekerja erat dengan
perusahaan konsultan TI untuk membangun database terpadu yang
menampung berbagai format database dan memungkinkan pertukaran data
yang mulus antara, misalnya PNPM MIS, DIBI dan DesInventar. Pihak-pihak
ini sekarang menggunakan struktur database yang persis sama. Database
DesInventar sekarang adalah bagian dari data gudang PNPM dan hubungan
antara tabel dijelaskan untuk memastikan bahwa setiap catatan dapat digali
lebih rinci dan dinyatakan dengan referensi geografis dan waktu.

Lokakarya sosialisasi PNPM MIS kedua dihadiri oleh lebih dari 30 peserta
dari badan-badan pemerintah yang lebih luas yang menunjukkan
dukungan pemerintah atas interaksi PNPM, DesInventar dan DIBI. Contoh
yang digunakan pada saat lokakarya adalah PNPM MIS menampilkan data
nyata di lapangan dan memberikan contoh kepada para peserta analisa
jenis kemiskinan yang dimungkinkan dengan referensi silang dengan data
DesInventar. Lintas-data antara PNPM dan DIBI memungkinkan analisa
seperti hubungan antara tingkat kemiskinan dan peristiwa bencana, serta
menyediakan pilihan untuk peta dan bagan hubungan ini sepanjang
waktu.

Gabungan PNPM MIS, DIBI, tim BAPPENAS sedang dalam proses


mempersiapkan manual pengguna, baik untuk pengguna publik dan tim
pengelolaan. Situs ini masih sedang diuji dan tim secara terus-menerus
memperbaiki situs dan memperbaiki kesalahan-kesalahan pada program.
Tantangan Apa yang Telah Dihadapi DIBI?
Bagaimana Tantangan ini Diatasi?

Selama evolusinya DIBI telah daerah provinsi menjadi hutang


24
menemui tantangan keuangan, yang problematis kepada peraturan
teknis, teknologi, birokrasi dan politik. keuangan Pemerintah Indonesia
Tantangan-tantangan dirinci lebih yang terlalu kompleks. Aliran dana
jauh di bawah ini. kepada provinsi-provinsi target
lebih pelan dari yang direncanakan,
Sebagaimana telah dijelaskan dengan memerlukan persetujuan
dalam pendahuluan, pada tahun dari BAPPENAS, Departemen
2005, iklim politik tidak kondusif Dalam Negeri dan Departemen
untuk siap menerima DesInventar Keuangan. Penundaan ini berarti
(program dasar DIBI). Dan, tidak pemberdayaan daerah melalui
berubah sampai adanya pengenalan agenda DRR telah dipertaruhkan:
Undang-Undang 24/2007 mengenai penilaian resiko belum dilaksanakan,
Pengelolaan Bencana, bahwa BNPB dorongan reformasi legislatif yang
yang diberdayakan diyakinkan mendukung DRR kurang dari yang
mengenai nilai sistem pengelolaan dibutuhkan dan pengumpulan data
informasi yang diajukan. Kesabaran dan pencapaian DIBI lebih lambat
dan ketekunan adalah penting dari yang direncanakan. UNDP telah
sampai akhirnya diterimanya DIBI bekerja dengan Pemerintah Indonesia
oleh Pemerintah Indonesia. (Depdagri, Depkeu, BAPPENAS) untuk
membuat pengaturan fiskal yang
Program SCDRR mentargetkan 7 memenuhi kebutuhan Pemerintah
provinsi dan daerah sementara Indonesia dan program-program
mendukung BNPB di tingkat nasional. tersebut secara memadai.
Ketika dukungan di tingkat nasional
kepada BAPPENAS dan BNPB telah Sementara tujuan DIBI adalah untuk
didokumentasikan dengan baik menyediakan informasi sejarah
dan dihargai, hambatan keuangan bencana, DIBI juga menyediakan
muncul pada pembayaran dana dari kesempatan untuk mengidentifikasi
mitra pemerintah pusat (dalam hal kecenderungan, resiko dan
ini BAPPENAS) kepada administrasi kerentanan. Bagaimanapun,
bahwa ketika resiko bencana telah melalui PNPM MIS, dan DIBI. Sebuah
25
diidentifikasi, kerentanan diketahui proses harus dikembangkan
dan didukung oleh data sejarah, mengurangi kesensitifan administrasi
prioritisasi daerah telah menyebabkan dan mempengaruhi budaya lapar
kesensitifan politik. Pada satu sisi, pengetahuan yang mendukung
DIBI dan program SCDRR berdasarkan transparansi informasi baik positif
pada falsafah keterbukaan akses maupun negatif.
terhadap informasi dan transparansi
dalam tindakan untuk DRR, sementara Sebagai tambahan terhadap isu
itu pada kenyataannya, ketika daerah- transparansi dan merupakan salah
daerah berkompetisi untuk status satu tantangan utama yang dihadapi
dan dana dan informasi yang paling oleh PNPM MIS adalah tidak adanya
berguna terkadang sensitif secara akurasi data ketika diambil secara
politik dan tidak dipublikasikan. Ketika langsung dari sektor program. Saat
data dari BPS memberikan jendela ini, data-data ini ditampilkan apa
kepada status pada masing-masing adanya; belum dibersihkan dari
dan setiap daerah administratif di angka-angka yang tidak masuk
Indonesia, dan terbuka untuk publik, akal, yang menyebabkan kesalahan
dan ranking daerah administratif pada kesimpulan yang diambil. Oleh
muncul, informasi yang didapatkan sebab itu diperlukan usaha untuk
melalui alat seperti DIBI dan PNPM membersihkan data secara bersama.
MIS dapat memberikan persepsi yang
detail dan mendalam kepada informasi DIBI masih menghadapi
dan menyebabkan munculnya tantangan teknis dan teknologi
isu-isu yang tidak menyenangkan. karena memproses data-data
Pertemuan-pertemuan baru-baru untuk ditampilkan di daerah,
ini telah diadakan antara Depdagri, khususnya kapasitas daerah untuk
Depkeu, BAPPENAS dan Kementrian mengimplementasikan sistem
Koordinator Kesejahteraan Rakyat pengelolaan informasi gaya DIBI.
untuk menentukan informasi apa Kapasitas daerah, dalam konteks
yang dapat dibuka kepada publik ini berarti sumber daya manusia
serta infrastruktur ICT: defisiensi ini
26
sebagian bertanggungjawab untuk
penolakan yang disebutkan pada
ringkasan wawancara pada tabel 4 di
bawah. Bahkan pada tingkat nasional,
ada yang menyatakan bahwa DIBI
rumit tidak mudah digunakan.
Meskipun tutorial sederhana kini
disediakan secara on-line, statistik
penggunaan web mengindikasikan
bahwa penggunaan dan kompleksitas
penggunaan DIBI muncul setelah
dilaksanakannya Pelatihan Pengguna
Data dan pembangunan kapasitas.
Sesi pelatihan BNPB / DIBI SCDRR
belum menerapkan alat evaluasi
untuk menilai efektifitas training
yang dilaksanakan: survei sederhana
sebelum pelatihan mengenai
pengetahuan DIBI yang diikuti
oleh survey setelah pelatihan (atau
tes on-line) dapat dikembangkan
untuk mengisi celah ini. Solusi untuk
mengatasi masalah ini telah sebagian
diatasi melalui pengembangan model
Bengkulu untuk penampilan data.
(Lihat tabel 1 di atas).
Kotak 4: Kutipan yang telah di-edit dari Pemerintah Menjanjikan
Pengelolaan Bencana yang Lebih Baik Jakarta Post, Selasa 22 April,
2008. Kepala BNPB, Syamsul Maarif (SM) yang diwawancarai oleh
Andra Wisnu (AW).

AW: Bagaimana dengan ketersediaan sumber daya manusia? Apakah Anda


27
memiliki orang-orang yang terlatih khusus untuk membantu menangani
bencana?

SM: Ya. Dalam badan kita, kita memiliki mantan anggota tim BAKORNAS
PB. Banyak personil tersebut yang ahli di bidang-bidang khusus, termasuk
mereka yang terlibat dalam pengembangan jaringan dengan perguruan
tinggi-perguruan tinggi yang akan membangun kemampuan teknis
menyangkut bencana yang sesuai. Kami berharap dapat memperluas
jaringan profesional ke seluruh negeri. Namun pemerintah daerah kadang-
kadang tidak responsif atau tidak mau bertindak sebagai tuan rumah
kepada ahli-ahli ini: sesuatu yang kita masih tidak dapat sepenuhnya
mengerti. Saya terus menghimbau pemerintah daerah menjadi tuan
rumah bagi para ahli sebagai konsultan untuk peraturan dan perundang-
undangan bencana mereka. Para ahli ini dapat memberikan manfaat
besar bagi daerah ini - mengingat - tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa semua perencanaan pembangunan di negara ini didasarkan pada
pengurangan resiko bencana.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari
Cerita Pengelolaan Data dan Informasi
Bencana di Indonesia?
1. Keberhasilan memperkenalkan diselesaikan dan dukungan untuk
28
alat pengelola informasi baru BNPB dan provinsi-provinsi target
yang kuat tergantung dari waktu untuk pelacakan dan pengelolaan
dan pemasaran. informasi bencana yang pada
Ketika UNDP pada awalnya akhirnya menghasilkan transfer
mengedepankan DesInventar DesInventar yang sukses: dikenal
sebagai database ideal sebagai sebagai Database Pengelolaan
pelacak bencana Indonesia, tidak Data dan Informasi Bencana (DIBI)
ada pemerhati yang mau menerima. milik BNPB.
Pada saat itu BAKORNAS PB sedang
dalam masa perubahan, menunggu 2. Kapasitas perlu untuk dinilai
proses reformasi hukum untuk sebelum dapat dibangun.
pengelolaan bencana di Indonesia. Sementara pada tingkat nasional
Lagipula BAKORNAS PB telah DIBI diterima oleh banyak
mempunyai database-nya sendiri. Departemen Pemerintahan dan
Cara pengenalan DesInventar komunitas pengelolaan bencana,
sama seperti pengenalan database didapati kekosongan infrastruktur,
lainnya - tidak menjual perangkat personil (human capital), keahlian
lunaknya. Hanya setelah Undang- teknis dan pengetahuan teknologi
Undang Pengelolaan Bencana di banyak administrasi daerah.
24/2007 ditetapkan, dan BNPB Kapasitas daerah di dalam provinsi-
ditetapkan sebagai badan pengelola provinsi target harus dinilai dengan
bencana nasional di semua tahapan cermat sebelum mencoba untuk
siklus pengelolaan bencana, menampilkan sistem pengelolaan
baru kemudian pembeli yang informasi model-DIBI pada tingkat
berminat ditemukan. Sementara daerah. Penilaian kapasitas daerah
itu UNDP menyimpulkan dari hasil sebelumnya ini memungkinkan
refleksinya bahwa pemasaran penentuan target kebutuhan
sebelumnya untuk DesInventar pelatihan yang lebih baik serta
telah dikemas dengan buruk. penentuan target sumber daya
Sementara itu, program SCDRR keuangan yang lebih baik untuk
biaya perangkat keras, perangkat dipelajari dapat dengan membuat
29
lunak, dan manusia. Nama Pengguna (User Name)
& Kata Sandi (Password) untuk
3. Pentingnya diadakan evaluasi mengakses DIBI yang berbeda
terhadap pelatihan disebabkan untuk masing-masing peserta.
beberapa alasan, yaitu: untuk Pemakaian Identifikasi Pengguna
memastikan efektifitas, tersebut dapat didorong dengan
mengetahui perlu atau tidaknya menyediakan keuntungan-
pelatihan diulang, dan untuk keuntungan tambahan di dalam
perbaikan metodologi pelatihan situs web. Identifikasi pengguna
yang berkelanjutan. Pelatihan tersebut akan memungkinkan
DIBI telah dilaksanakan, tetapi pemantauan yang efektif mengenai
sistem evaluasi atas pelatihan penggunaan DIBI oleh peserta dan
tersebut belum diterapkan. penggunaan yang lebih kompleks
Model Bengkulu untuk penampilan setelah pelatihan dan setelah
DIBI di daerah (Tabel 1 di atas), jangka waktu yang lebih lama.
tidak mencakup penilaian
kepuasan peserta mengenai 4. Peserta dalam pelatihan sistem
lokakarya sosialisasi, FGD, dan seperti DIBI memerlukan waktu
Modul Pelatihan. SCDRR lebih untuk me-refleksi dan mencerna
mempercayai pada praktek materi di antara sesi pelatihan.
pengawasan internal daripada Karena pelaksanaan pelatihan
pengawasan yang diterapkan yang sangat cepat, kadang-kadang
untuk aktivitas lapangan. peserta pelatihan mendapatkan
Beberapa metode yang disarankan kesulitan untuk memahami:
adalah: evaluasi daftar pertanyaan khususnya mereka yang tidak akrab
sederhana untuk peserta atau dengan ICT (Teknologi Informasi &
ujian sebelum training dan pada Komunikasi) atau tidak mempunyai
saat sesi pelatihan berakhir. Untuk akses untuk infrastruktur ICT.
memantau kepuasan peserta dan Pengguna DIBI memerlukan waktu
penggunaan keterampilan yang untuk menggunakan perangkat
lunak dan untuk terbiasa
30
untuk memanipulasi format
pertanyaan dan lain-lain sebelum
mengembangkan keterampilan
untuk struktur analisa yang lebih
kompleks. (Lihat Pelajaran 2, di
atas.)

5. Kolaborasi menghasilkan inovasi.


Partisipasi tim SCDRR UNDP dalam
pengembangan dan keterkaitan
PNPM MIS dan DIBI dengan cepat
telah menumbuhkan tingkat dan
jenis analisa yang mungkin didapat
dengan data yang sesuai.
Sumber daya dan alat yang bermanfaat:

Strategi Internasional PBB untuk Pengurangan Bencana (UNISDR) www.


31
unisdr.org
ISDR bertujuan membangun masyarakat yang tahan terhadap bencana dengan
mendorong peningkatan kesadaran tentang pentingnya pengurangan bencana
sebagai komponen integral dari pembangunan berkelanjutan, dengan tujuan
mengurangi hilangnya jiwa, kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan akibat
bencana alam dan bencana teknologi dan lingkungan terkait.

Program Identifikasi Resiko Global (GRIP) www.gripweb.org


GRIP adalah inisiatif para pemangku kepentingan yang secara langsung sejalan
dengan Area Prioritas 2 Kerangka Kerja Hyogo (HFA): Identifikasi resiko, pengkajian
dan pemantauan. Meskipun berada di dalam UNDP, struktur GRIP pada dasarnya
adalah multi- pemangku kepentingan, karena ini adalah rangkaian kegiatan
selaras yang berkontribusi untuk tujuan yang telah disepakati bersama.

Database Peristiwa Darurat (EMDAT) www.emdat.org


Tujuan utama dari database internasional ini adalah untuk melayani tujuan
aksi kemanusiaan di tingkat nasional dan internasional. Ini adalah inisiatif yang
ditujukan untuk merasionalisasi pengambilan keputusan untuk kewaspadaan
bencana, serta memberikan dasar yang obyektif untuk penilaian kerentanan dan
penetapan prioritas.
Lampiran 1
Peluncuran SIMPADU PNPM MANDIRI

32

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Ketua Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Paskah Suzetta merinci program PNPM Mandiri
dan Tujuan SIMPADU selama peluncuran

Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Badan Perencanaan


Pembangunan Nasional (BAPPENAS), Paskah Suzetta secara resmi meluncurkan
SIMPADU PNPM Mandiri
33

Deputi Country Director Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Elena


Tischenko menerima buku panduan dari Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional /Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Para peserta
34

Dari kiri ke kanan: Kepala Subdirektorat, Departemen Pekerjaan Umum - Mr Ismono, Asisten Deputi Menteri Koordinator
Bidang Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat - Mr Soepeno Sahid, Direktur
Jenderal Pembangunan Masyarakat Pedesaan - Mr Ayip Muflih, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Mr Paskah Suzetta, Deputi Menteri Penanggulangan Kemiskinan,
Ketenagakerjaan dan UKM - Mr Prasetijono Widjojo, Asisten Deputi Bidang Pembangunan Pedesaan, Deputi Direktur
United Nations Development Program - Ms Elena Tischenko, Program Manager Bank Dunia - Ms Desy Mutialim

Informasi tambahan: Hubungi:


http://www.DesInventar.net ridwan.yunus @ undp.org - Program Associate -
http://www.sc-drr.org Informasi Pengelolaan
http://dibi.bnpb.go.id ibnuzeinhamzah@gmail.com - DIBI Programming dan
Database
MIS PNPM berdasarkan DesInventar sekarang online yantisa.akhadi @ undp.org - Webmaster
-- pengguna umum hanya dapat melihat dashboard,
halaman pertanyaan, melihat data dan melihat peta.
Data dari http://dibi.bnpb.go.id sekarang dapat diakses
dan diimpor ke http://simpadu-pnpm.bappenas.go.id,
namun, akses dibatasi untuk pengguna yang terdaftar.
The views expressed in this
35
publication are those of the
author(s) and do not
necessarily represent those of the
United Nations, including UNDP, or
their Member States.
supported by:

United Nations Development Programme


Menara Thamrin Building, 8-9th Floor
Kav. 3 Jl. M.H. Thamrin, Jakarta 10250, Indonesia

www.undp.or.id

Anda mungkin juga menyukai