Sejak gempa bumi besar tahun 2006, DIY telah berusaha untuk
meningkatkan kapasitas untuk melacak informasi data bencana. Tetapi baru
sekarang, dengan dukungan dari SC-DRR, DIBI Jogja diluncurkan. Danang
Samsurizal dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPEDA) DIY
memuji peluncuran: Akhirnya, kami memiliki sistem yang terstruktur
untuk menangkap data dan informasi sejarah yang memungkinkan analisa
akurat kecenderungan bencana dan menyoroti kebutuhan pengurangan
resiko bencana dalam perencanaan pembangunan.
Lokakarya sosialisasi PNPM MIS kedua dihadiri oleh lebih dari 30 peserta
dari badan-badan pemerintah yang lebih luas yang menunjukkan
dukungan pemerintah atas interaksi PNPM, DesInventar dan DIBI. Contoh
yang digunakan pada saat lokakarya adalah PNPM MIS menampilkan data
nyata di lapangan dan memberikan contoh kepada para peserta analisa
jenis kemiskinan yang dimungkinkan dengan referensi silang dengan data
DesInventar. Lintas-data antara PNPM dan DIBI memungkinkan analisa
seperti hubungan antara tingkat kemiskinan dan peristiwa bencana, serta
menyediakan pilihan untuk peta dan bagan hubungan ini sepanjang
waktu.
SM: Ya. Dalam badan kita, kita memiliki mantan anggota tim BAKORNAS
PB. Banyak personil tersebut yang ahli di bidang-bidang khusus, termasuk
mereka yang terlibat dalam pengembangan jaringan dengan perguruan
tinggi-perguruan tinggi yang akan membangun kemampuan teknis
menyangkut bencana yang sesuai. Kami berharap dapat memperluas
jaringan profesional ke seluruh negeri. Namun pemerintah daerah kadang-
kadang tidak responsif atau tidak mau bertindak sebagai tuan rumah
kepada ahli-ahli ini: sesuatu yang kita masih tidak dapat sepenuhnya
mengerti. Saya terus menghimbau pemerintah daerah menjadi tuan
rumah bagi para ahli sebagai konsultan untuk peraturan dan perundang-
undangan bencana mereka. Para ahli ini dapat memberikan manfaat
besar bagi daerah ini - mengingat - tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa semua perencanaan pembangunan di negara ini didasarkan pada
pengurangan resiko bencana.
Pelajaran apa yang dapat dipetik dari
Cerita Pengelolaan Data dan Informasi
Bencana di Indonesia?
1. Keberhasilan memperkenalkan diselesaikan dan dukungan untuk
28
alat pengelola informasi baru BNPB dan provinsi-provinsi target
yang kuat tergantung dari waktu untuk pelacakan dan pengelolaan
dan pemasaran. informasi bencana yang pada
Ketika UNDP pada awalnya akhirnya menghasilkan transfer
mengedepankan DesInventar DesInventar yang sukses: dikenal
sebagai database ideal sebagai sebagai Database Pengelolaan
pelacak bencana Indonesia, tidak Data dan Informasi Bencana (DIBI)
ada pemerhati yang mau menerima. milik BNPB.
Pada saat itu BAKORNAS PB sedang
dalam masa perubahan, menunggu 2. Kapasitas perlu untuk dinilai
proses reformasi hukum untuk sebelum dapat dibangun.
pengelolaan bencana di Indonesia. Sementara pada tingkat nasional
Lagipula BAKORNAS PB telah DIBI diterima oleh banyak
mempunyai database-nya sendiri. Departemen Pemerintahan dan
Cara pengenalan DesInventar komunitas pengelolaan bencana,
sama seperti pengenalan database didapati kekosongan infrastruktur,
lainnya - tidak menjual perangkat personil (human capital), keahlian
lunaknya. Hanya setelah Undang- teknis dan pengetahuan teknologi
Undang Pengelolaan Bencana di banyak administrasi daerah.
24/2007 ditetapkan, dan BNPB Kapasitas daerah di dalam provinsi-
ditetapkan sebagai badan pengelola provinsi target harus dinilai dengan
bencana nasional di semua tahapan cermat sebelum mencoba untuk
siklus pengelolaan bencana, menampilkan sistem pengelolaan
baru kemudian pembeli yang informasi model-DIBI pada tingkat
berminat ditemukan. Sementara daerah. Penilaian kapasitas daerah
itu UNDP menyimpulkan dari hasil sebelumnya ini memungkinkan
refleksinya bahwa pemasaran penentuan target kebutuhan
sebelumnya untuk DesInventar pelatihan yang lebih baik serta
telah dikemas dengan buruk. penentuan target sumber daya
Sementara itu, program SCDRR keuangan yang lebih baik untuk
biaya perangkat keras, perangkat dipelajari dapat dengan membuat
29
lunak, dan manusia. Nama Pengguna (User Name)
& Kata Sandi (Password) untuk
3. Pentingnya diadakan evaluasi mengakses DIBI yang berbeda
terhadap pelatihan disebabkan untuk masing-masing peserta.
beberapa alasan, yaitu: untuk Pemakaian Identifikasi Pengguna
memastikan efektifitas, tersebut dapat didorong dengan
mengetahui perlu atau tidaknya menyediakan keuntungan-
pelatihan diulang, dan untuk keuntungan tambahan di dalam
perbaikan metodologi pelatihan situs web. Identifikasi pengguna
yang berkelanjutan. Pelatihan tersebut akan memungkinkan
DIBI telah dilaksanakan, tetapi pemantauan yang efektif mengenai
sistem evaluasi atas pelatihan penggunaan DIBI oleh peserta dan
tersebut belum diterapkan. penggunaan yang lebih kompleks
Model Bengkulu untuk penampilan setelah pelatihan dan setelah
DIBI di daerah (Tabel 1 di atas), jangka waktu yang lebih lama.
tidak mencakup penilaian
kepuasan peserta mengenai 4. Peserta dalam pelatihan sistem
lokakarya sosialisasi, FGD, dan seperti DIBI memerlukan waktu
Modul Pelatihan. SCDRR lebih untuk me-refleksi dan mencerna
mempercayai pada praktek materi di antara sesi pelatihan.
pengawasan internal daripada Karena pelaksanaan pelatihan
pengawasan yang diterapkan yang sangat cepat, kadang-kadang
untuk aktivitas lapangan. peserta pelatihan mendapatkan
Beberapa metode yang disarankan kesulitan untuk memahami:
adalah: evaluasi daftar pertanyaan khususnya mereka yang tidak akrab
sederhana untuk peserta atau dengan ICT (Teknologi Informasi &
ujian sebelum training dan pada Komunikasi) atau tidak mempunyai
saat sesi pelatihan berakhir. Untuk akses untuk infrastruktur ICT.
memantau kepuasan peserta dan Pengguna DIBI memerlukan waktu
penggunaan keterampilan yang untuk menggunakan perangkat
lunak dan untuk terbiasa
30
untuk memanipulasi format
pertanyaan dan lain-lain sebelum
mengembangkan keterampilan
untuk struktur analisa yang lebih
kompleks. (Lihat Pelajaran 2, di
atas.)
32
Para peserta
34
Dari kiri ke kanan: Kepala Subdirektorat, Departemen Pekerjaan Umum - Mr Ismono, Asisten Deputi Menteri Koordinator
Bidang Penanggulangan Kemiskinan, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat - Mr Soepeno Sahid, Direktur
Jenderal Pembangunan Masyarakat Pedesaan - Mr Ayip Muflih, Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional /
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - Mr Paskah Suzetta, Deputi Menteri Penanggulangan Kemiskinan,
Ketenagakerjaan dan UKM - Mr Prasetijono Widjojo, Asisten Deputi Bidang Pembangunan Pedesaan, Deputi Direktur
United Nations Development Program - Ms Elena Tischenko, Program Manager Bank Dunia - Ms Desy Mutialim
www.undp.or.id