Anda di halaman 1dari 2

LO3

Faktor Sistemik

Efek Peningkatan Glukosa dalam Darah (Diabetes Mellitus) pada Periodontal

Individu yang memiliki kontrol gula dalam darah rendah akan meningkatankan resiko
pada abses periodontitis akut, lebih parah apabila terjadi hilangnya perlekatan dan resiko
lebih besar adalah kehilangan tulang.

Hiperglikemia (gula darah tinggi) yang tidak terkontrol menyebabkan glukosa pada
gingival crevicular fluid dan darah meingkat. Sehingga menyebabkan banyak bakteri yang
tumbuh subur, tingginya gula dalam GCF menyebabkan berubahnya komposisi bakteri dalam
kolonisasi plak biofilm dan menyebabkan perkembangan penyakit periodontitis.

Mekanisme dimulai pada saat bakteri berada pada sulkus gingiva, kemudian
melakukan invasi sehingga menghasilkan respon peradangan. Respon peradangan ini
menyebabkan dikeluarkannya mediator inflamasi yaitu PMN, dimana PMN ini merupakan
respon awal pada untuk peradangan. Ketika PMN tidak dapat melakukan pertahanan maka
akan dikeluarkan leukosit berupa neutrofil dan makrofag. Kemudian dilakukan fagositosis
oleh makrofag, apabila proses fagositosis tidak dapat berjalan dengan baik, akibatnya bakteri
akan terus menginvasi epitel yang ada pada sulkus gingiva. Ketika bakteri sudah sampai pada
lapisan paling akhir yaitu stratum basalis maka bakteri akan melakukan degradasi jaringan
dibawahnya, yaitu berupa jaringan pembuluh darah dan plasma.

Dengan adanya sistem sirkulasi darah, darah yang mengandung gula tinggi akan
menyebar ke seluruh tubuh termasuk vaskularisasi pada rongga mulut melaui mikrosirkulasi.
Mikrosirkulasi ini berawal dari percabangan dari arteri inferior alveolaris yaitu dental artery.
Kamudian arteri yang mensuplai ke tulang alveolar disebut arteri interseptal dan darah yang
mensuplai bagian gingiva adalah arteri supraperiostial. Kedua cabang ini akan melakukan
anastomose menghasilkan sistem komplek pembuluh darah yang mensuplai jaringan
periodontium.

Pada saat bakteri melakukan degradasi pada pembuluh darah termasuk plasma darah,
maka gula yang ada dalam pembuluh darah akan diubah oleh bakteri menjadi asam laktat
dimana asam laktat ini menjadi energi bagi bakteri untuk terus melakukan invasi ke jaringan
yang lebih dalam. (Jill and Donald, 2011)

Sumber : Jill S. Nield-Gehrig and Donald E. Willmann. 2011. Foundation of Periodontics for
the Dental Hygienist. Wolters Kluwer. China. Page : 174
Faktor Genetik

Implikasi Down Sindrom untuk Periodontium

Sejauh ini diketahui individu dengan Down Sindrom sering menyebabkan


periodontitis agresif. Prevalensi dari penyakit periodontitis yaitu sekitar 58% hingga 96%
pada muda dewasa dibawah 35 tahun dengan Down Sindrom.

Prevalensi dari penyakit periodontal tidak hanya dihubungkan dengan kebersihan


rongga mulut yang rendah, namun dapat terjadi secara kompleks. Hal ini berhubungan
dengan berubahnya respon imun karena adanya kesalahan genetik.

Gangguan genetik ini mneyebabkan kerusakan kemotaksis dan fagositosis dari PMN.
Sehingga mediator mediator inflamasi tidak dapat mengenali sinyal yang diberikan bakteri
untuk reseptor. Mengakibatkan bakteri dengan mudah menginvasi jaringan periodontium.
Kemudian adanta kerusakan motilitas sel dari fibroblas yaitu untuk mencegah penyembuhan
dan regenerasi dari jaringan periodontium dengan cara menghambat opembentukan kolagen
didalam jaringan. (Jill and Donald, 2011)

Sumber : Jill S. Nield-Gehrig and Donald E. Willmann. 2011. Foundation of Periodontics for
the Dental Hygienist. Wolters Kluwer. China. Page : 184

Faktor Hormonal

Menstruasi

Pada wanita yang sedang menstruasi terjadi peningkatan inflamasi dan eksudat
crevicular fluid. Inflamasi gingiva diperparah dengan adanya ketidakseimbangan atau
peningkatan pada hormon sex. Pada periode awal menstruasi yaitu terjadi penurunan hormon
estrogen, progesteron dan LH (Lutenizing Hormon). Hormon estrogen ini berkaitan erat
dengan kondisi fisiologis, apabila hormon ini mengalami penurunan maka dapat berfek pada
rongga mulut, yaitu penurunan volume saliva. Apabila terjadi penurunan volume saliva,
akibatnya bakteri bakteri dalam rongga mulut tidak dilakukan self cleansing sehingga
bakteri dapat melakukan pembentukan plak dengan mudah. Bakteri yang telah membentuk
plak, apabila tidak dilakukan kontrol oral hygience maka dapat berinvasi ke jaringan
periodontium melalui sulkus gingiva. (Jill and Donald, 2011)

Sumber : Jill S. Nield-Gehrig and Donald E. Willmann. 2011. Foundation of Periodontics for
the Dental Hygienist. Wolters Kluwer. China. Page : 178

Anda mungkin juga menyukai