PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 101

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA

PADA DIVISI REFINERY


PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk

Oleh

ENDAH MERDEKASARI
F34103087

2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA
PADA DIVISI REFINERY
PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

ENDAH MERDEKASARI
F34103087

2008
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN BASIS DATA PADA


DIVISI REFINERY
PT ASTRA AGRO LESTARI Tbk

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor

Oleh

ENDAH MERDEKASARI
F34103087

Dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1985


Di Jakarta
Tanggal Lulus: 10 Maret 2008

Disetujui
Bogor, Maret 2008

Dr. Ir. Sukardi, MM


Pembimbing Akademik
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini:


Nama : Endah Merdekasari
NRP : F34103087
Menyatakan bahwa Skripsi dengan judul Perancangan Sistem Informasi Manajemen
Basis Data pada Divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk merupakan karya tulis
saya pribadi dengan arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas
disebutkan rujukannya.

Penulis

Endah Merdekasari
Endah Merdekasari F34103087. Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis
Data pada Divisi Refinery di PT Astra Agro Lestari Tbk. Di bawah bimbingan
Sukardi. 2008.

RINGKASAN
PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) melalui produk minyak goreng Cap
Sendoknya mulai merubah kebijakan manajemen untuk memperluas wilayah pemasaran
dengan perluasan distribusi pada tahun 2000. Di PT AAL produksi minyak goreng Cap
Sendok termasuk aktivitas pengolahan data, ditangani oleh bagian Refinery. Dengan
semakin berkembangnya PT AAL, divisi Refinery perlu meningkatkan kapasitas
pengolahan datanya agar lebih akurat, baik data produksi, data logistik, data penjualan
maupun data distributor. Sejauh ini PT AAL mengalami kesulitan, karena masing-masing
data masih berdiri sendiri dan diolah secara manual, sehingga data yang didapat kurang
akurat atau tidak aktual.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan rancang bangun sistem
informasi manajemen basis data pada divisi Refinery PT AAL untuk menghasilkan suatu
sistem aplikasi basis data yang dapat diakses secara cepat dan akurat. Basis data tersebut
dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh PT AAL dalam
rangka mendukung kebijakan perusahaan yang telah ditetapkan. Rancang bangun sistem
informasi manajemen basis data ini berfungsi menyediakan mekanisme pengolahan dan
pemanfaatan informasi yang lebih efektif dan efisien, dan pengamanan informasi terhadap
usaha-usaha pengaksesan oleh orang-orang yang tidak berwenang dan tidak bertanggung
jawab.
Ruang lingkup penelitian dibatasi pada proses pengembangan rancang bangun
sistem informasi manajemen basis data Refinery pada divisi Refinery yang meliputi
identifikasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi dan verifikasi sistem.
Sistem ini digunakan untuk mengolah data dan informasi pada divisi Refinery dengan
menggunakan web-base. Melalui web-base komunikasi antara satu wilayah dengan
wilayah lainnya akan dapat dilakukan secara on-line, sehingga sistem informasi
manajemen basis data akan lebih efektif.
Metode perancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
perancangan Database Life Cycle. Tahapan Database Life Cycle meliputi perencanaan
basis data, definisi sistem, mengoleksi dan menganalisis, desain basis data, desain aplikasi,
prototyping, implementasi, konversi dan loading data, pengujian, dan pemeliharaan
operasional.
Sistem informasi basis data yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi
Manajemen Basis Data Refinery (SimRefinery) sesuai dengan ruang lingkup
penggunaannya, yaitu di divisi Refinery. Sistem informasi manajemen basis data ini
dibangun dengan menggunakan bahasa pemrograman PHP dan database MySQL.
Pengguna sistem informasi ini adalah Division Head Refinery, Manajer Marketing,
Manajer Produksi dan Manajer Administrasi yang berlokasi kerja di Jakarta, sedangkan
yang melakukan input data adalah Regional Sales, Kepala Pabrik dan Bagian Logistik
yang berlokasi kerja di berbagai wilayah di Jawa dan Sumatera.
Endah Merdekasari F34103087. The Design of Database Management Information
System at the Refinery Division of PT Astra Agro Lestari Tbk. Supervised by Sukardi.
2008.

SUMMARY

Through its Cap Sendok edible oil product asa of the as 2000 PT Astra Agro
Lestari Tbk (PT AAL) has changed its management policy to expand the marketing areas
by spreading the distribution of Cap Sendok edible oil so as to cover Java and Sumatera.
The production of this edible oil is processed at the Refinery Division. Therefore, to
support companys policy, the Refinery Division has to improve its database processing
which include production data, logistic data, marketing data, and distributor data so as to
be more accurate. Up until recently, PT AAL has encountered some difficulties associated
with data access because each data is scattered and has to be processed manually.
The main objective of this research is to develop a design of database
management information system at the Refinery Division of PT AAL to improve the speed
and accuracy of database application system. Database of those data is designed to fulfill
the need of information required by the PT AAL. Database management information
system design is used to set the processing mechanism and information utilization to be
more effective and efficient, and to protect the information against an access by
irresponsible and unauthorized individuals.
The scope of this research is to develop a refinery database management
information system design at the Refinery Division. It includes the system identification,
system analysis, system design, system implementation, and system verification. The
system implements a web base database processing at the Refinery Division. With web
base, the communication between marketing areas will be done through online system.
Therefore, the database management information system is expected be more effective.
Method used in this research is a Database Life Cycle design method, which
includes data base planning, system definition, collecting and analyzing database design,
DBMS preferences, application design, prototyping, implementation, conversion and data
loading, testing, and operational maintenance.
The developed database information system is called Refinery Database
Management Information System (SimRefinery) to indicate the use of the program which
is the Refinery Division. The database information system is developed using PHP
programming language and MySQL database. Users of this information system are
Refinery Head Division, Marketing Manager, Production Manager, and Administration
Manager located in Jakarta. The data input are provided by Regional Sales, Head of The
Factory, and Logistic Staff located at several places in Java and Sumatera.
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus


1985. Penulis adalah anak kedua dari Bapak Sumarko dan Ibu
Ermin Firnaini. Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar
di SDN 03 Pagi Jakarta Timur pada tahun 1991-1997,
pendidikan lanjutan tingkat pertama di SMPN 199 Jakarta
Timur pada tahun 1997-2000, dan pendidikan lanjutan tingkat
atas di SMUN 103 Jakarta Timur pada tahun 2000-2003.
Penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003 melalui jalur Ujian
Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama di perkuliahan penulis aktif di berbagai kepanitian,
seperti kepanitiaan Seminar SIX SIGMA (2005), kepanitian Seminar Step On Fire (2005)
dan panitia pelepasan sarjana Fateta IPB (2005). Pada tahun 2005 penulis menjadi
pengurus buletin MIND, buletin bulanan yang diterbitkan oleh Himalogin. Selain itu,
penulis juga aktif dalam kegiatan non akademis seperti panitia Emotional Spiritual
Quotient (ESQ) pada tahun 2005-2006.
Pada tahun 2006 penulis melakukan praktek kerja lapang di PT. Astra Agro
Lestari,Tbk dengan tema Mempelajari Aspek Manajemen Pemasaran Minyak Goreng
Cap Sendok PT Astra Agro Lestari Tbk. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan
penelitian dengan tema Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada
Divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk.
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
skripsi ini. Skripsi ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2007 dengan
judul Perancangan Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada Divisi Refinery
PT Astra Agro Lestari Tbk sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Teknologi Pertanian (STP) pada Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas
Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis juga hendak mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan
arahan, motivasi, dan saran dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Ir. Muslich, MSi dan Ir. Faqih Udin, MSc sebagai Dosen Penguji yang telah
memberikan sumbangan pemikiran dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
3. Bapak Pudjianto, Bapak Dicky, Bapak Danny, Bapak Hendrik, Ibu Ina, dan Ibu Nita
yang berada pada divisi Refinery yang telah menjadi guru, orang tua, pembimbing,
teman, dan sahabat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4. Semua staf dan karyawan PT Astra Agro Lestari Tbk atas semua perhatian, waktu,
bantuan serta motivasi kepada penulis.
5. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan
menyelesaikan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu pada lembar ini.
Hanya ucapan terima kasih yang dapat penulis berikan, semoga Allah SWT
membalas kebaikan Bapak, Ibu serta rekan-rekan semua. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi yang memerlukannya.
Bogor, Maret 2008
Penulis
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) adalah salah satu perseroan terbatas
terbuka (go-public) terbesar di Indonesia yang bisnis intinya bergerak dalam bidang
perkebunan dan pengolahan minyak kelapa sawit. PT AAL merupakan salah satu anak
perusahaan PT Astra International Tbk (Astra Group) yang termasuk dalam unit usaha
agribisnis. Perusahaan ini terutama bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit,
industri CPO dan industri minyak goreng. PT AAL juga memperluas usahanya dengan
melakukan investasi pada anak perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan
dan industri karet serta kakao. PT AAL memiliki 7 direktorat, yaitu Corporate
Secretary (FCS), Finance (FIN), R & D and Plantation Development (RPD),
Engineering Mill Operation and Quality Control (EMQ), Human Resources, General
Affairs and Community Development (HGC), Marketing (MRK) dan Plantation
Operation & Control (POC). Di bawah direktorat terdapat beberapa divisi yang salah
satu diantaranya divisi Refinery.
Divisi Refinery mempunyai fungsi produksi, distribusi, dan pemasaran minyak
goreng dengan merek Cap Sendok. Divisi ini termasuk dalam kelompok business
operation dan berada di bawah Direktorat Plantation Operation & Control (POC).
Divisi Refinery membawahi 3 Departemen yaitu, Marketing, Administrasi dan
Produksi yang masing-masing dikepalai oleh manajer.
Pada awalnya divisi Refinery hanya mendistribusikan minyak goreng Cap
Sendok di daerah Medan, Sumatera Utara. Hal ini dilakukan karena daerah Medan
berdekatan dengan lokasi pabrik pengolahan minyak goreng Cap Sendok. Mulai tahun
2000 Perusahaan melakukan pengembangan wilayah distribusi ke daerah Jambi, Aceh,
Palembang, Bengkulu, Makasar, dan Lampung. Selanjutnya pada pertengahan tahun
2001, wilayah pemasaran minyak goreng Cap Sendok secara bertahap diperluas lagi
dengan sasaran beberapa daerah di Pulau Jawa, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung,
Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, Kediri, Malang, dan Jember.
Wilayah pemasaran yang makin luas membutuhkan pengolahan data yang lebih
banyak dan analisa yang lebih kompleks. Data yang diolah meliputi data produksi,
data logistik, data penjualan dan data distributor. Saat ini divisi Refinery mengalami
kesulitan dalam mengelola data. Hal ini dikarenakan wilayah operasi yang berjauhan
yang mana masing-masing data masih berdiri sendiri dan diolah secara manual.
Pengiriman data ke pusat dari masing-masing daerah dilakukan dengan menggunakan
e-mail dan diolah menggunakan aplikasi Microsoft Excel. Cara ini mengakibatkan
data yang diperoleh kurang up to date karena terjadi jeda waktu yang cukup lama dari
daerah ke pusat. Misalnya untuk menginput data survei harga penjualan diperlukan
beberapa form yang perlu diisi pada Microsoft Excel setelah form-form ini diisi lalu
dikirimkan ke pusat melalui e-mail dan dalam pengiriman diperlukan waktu yang
cukup lama. Selain itu, data disimpan secara terpisah-pisah dalam beberapa file dan
tidak terorganisir secara baik. Contohnya file-file untuk data-data yang diperlukan oleh
divisi Refinery ini digabungkan dengan file-file e-mail lainnya yang tidak berhubungan
dengan data pada divisi Refinery. Cara pengelolaan data yang dilakukan saat ini
dianggap kurang baik sehingga perlu dilakukan upaya perbaikan dengan cara
membangun sistem informasi manajemen basis data.
Konsep yang diusulkan adalah menggunakan basis data dengan web-base
sehingga komunikasi antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dapat dilakukan
secara on-line. Pembuatan sistem informasi manajemen basis data ini diharapkan dapat
membantu divisi Refinery dalam mengolah data agar lebih efektif dan efisien sehingga
mendapatkan hasil pengolahan data yang aktual dan akurat.

B. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan pada PT Astra Agro Lestari Tbk ini bertujuan untuk :
1. Merancang bangun sistem informasi manajemen basis data dalam suatu sistem
aplikasi komputer dengan basis web yang dapat mengelola basis data dengan
mudah, cepat, dan akurat.
2. Mengimplementasikan sistem informasi manajemen basis data yang dirancang pada
divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk.
C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup penelitian dibatasi pada proses pengembangan rancang bangun


sistem informasi manajemen basis data pada divisi Refinery, yaitu meliputi identifikasi
sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi dan verifikasi sistem. Sistem ini
digunakan untuk mengolah data dan informasi pada divisi Refinery dengan
menggunakan web-base. Melalui sistem informasi tersebut, PT AAL dapat
menyelaraskan aktivitas yang ada di divisi Refinery dari setiap departemen yang ada
dibawah koordinasinya sehingga terjadilah sistem kerja yang optimal.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM INFORMASI MANAJEMEN

Menurut Eaglestone (2001), sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang


berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Menurut OBrien (2003), sistem
didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai elemen yang saling berinteraksi
membentuk suatu kesatuan.
Informasi adalah data yang sudah diproses dan dipresentasikan dalam bentuk
yang sesuai dengan interprestasi manusia (Valaich, 2001). Menurut Laundon (2002)
informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang paling penting bagi
si penerima dan mempunyai nilai yang nyata atau yang dapat dirasakan dalam
keputusan-keputusan yang akan datang. Informasi adalah sebuah kumpulan fakta-fakta
(data) yang disusun di dalam beberapa cara, jadi kumpulan fakta tersebut bisa berarti
bagi penerimanya (Turban, 2001). Menurut Hutchinson dan Sawyer (1988) karateristik
informasi yang diperlukan pada umumnya adalah benar (akurat), lengkap (termasuk
seluruh data yang relevan), tepat (dari segi waktu), ringkas (memuat hanya data yang
relevan), mudah dimengerti, efektif dan efisien (dari segi biaya) dan peka waktu
(berdasarkan sejarah, masih realistis dengan informasi masa depan yang diperlukan).
Sistem informasi (SI) dapat didefinisikan sebagai sekumpulan komponen atau
modul yang dapat mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa,
dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban, 2001). Menurut
OBrien (2003) sistem informasi merupakan suatu kombinasi yang terorganisasi antara
perangkat keras, piranti lunak, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang
mengumpulkan, merubah, dan menyebarkan informasi dalam suatu organisasi.
Sistem informasi juga terdiri dari input (data, perintah) dan output (laporan,
kalkulasi). Sistem akan memproses (process) input tersebut dan menghasilkan output
yang kemudian dikirimkan ke pengguna atau didistribusikan ke sistem lain. Sistem
informasi berbasis komputer atau Computer Based Information System (CBIS) adalah
sebuah sistem informasi yang menggunakan teknologi komputer untuk menangani data
(Turban, 2001).
Manajemen adalah suatu proses atau kegiatan yang menjelaskan apa yang akan
dilakukan (fungsi) manajer pada operasi organisasi mereka. Fungsi-fungsi tersebut
yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, pengkoordinasian, pengarahan,
dan pengendalian (Davis, 1991).
Menurut Schulties dan Summer (1992), tujuan utama sistem informasi adalah
untuk mentransformasi data menjadi informasi yang bernilai. Suatu sistem informasi
pada perusahaan dapat didesain untuk menyediakan informasi bagi setiap aktifitas
bisnis, baik yang bersifat operasional, dan strategis.
McLeod (2001), mendefinisikan sistem informasi manajemen sebagai suatu
sistem berbasis komputer yang menyajikan informasi sesuai dengan kebutuhan
pengguna (user). Melalui informasi tersebut, pengguna dapat mengetahui tentang apa
yang telah terjadi di masa lalu, sekarang dan dugaan kejadian di masa yang akan
datang. Informasi yang disajikan dapat berbentuk laporan periodik, laporan khusus
atau hasil simulasi matematik.
Sistem informasi manajemen adalah kumpulan elemen-elemen yang saling
berhubungan atau komponen-komponen yang dikumpulkan sebagai masukan,
kemudian dilakukan pengolahan, transformasi dan penyimpanan sebagai proses, dan
menghasilkan informasi yang bernilai sebagai keluaran, serta terdapat suatu mekanisme
aliran umpan balik untuk perbaikan pada masukan dan proses sehingga tercapai tujuan
sesuai dengan yang ditetapkan. Masukan merupakan kegiatan pengambilan dan
pengumpulan data mentah. Proses merupakan transformasi data menjadi informasi
(keluaran). Keluaran merupakan informasi yang berguna, biasanya dalam bentuk
dokumen, laporan dan transaksi. Umpan balik adalah keluaran yang digunakan untuk
membuat perubahan terhadap masukan dan proses (Stair dan Reynolds, 1998).

B. SISTEM BASIS DATA

Menurut Eaglestone (2001) data merupakan fakta-fakta yang telah diketahui


untuk dapat disimpan dan yang mempunyai arti yang mutlak atau selengkapnya.
Menurut Turban (2001) data adalah fakta-fakta yang belum diolah atau gambaran-
gambaran lebih lanjut dari benda-benda, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, dan
transaksi-transaksi yang ditangkap, direkam, disimpan, dan diklasifikasikan, tetapi
tidak disusun untuk menyampaikan arti khusus lainnya.
Data dalam sebuah basis data hirarki diorganisasikan dalam struktur pohon
dengan hubungan satu ke satu atau satu ke banyak, atau banyak ke banyak. Basis data
relasional mengorganisasi data dalam bentuk sebuah tabel yang mempunyai baris dan
kolom. Setiap kolom dari sebuah basis data relasional dinamakan field data dan setiap
baris dinamakan record data (Maspiyono, 1989). Elemen data yang terkecil pada
pangkalan data yang mengandung suatu pengertian disebut dengan field. Kumpulan
dari field yang berhubungan membentuk kesatuan yang disebut record. Basis data
adalah gabungan dari beberapa file yang merupakan kumpulan dari record yang
membentuk file (Rozik, 1989).
Menurut Connolly dan Begg (2005), sistem basis data adalah sekumpulan data
yang dapat digunakan bersama-sama dan saling berhubungan secara logika, deskripsi,
serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi yang diperlukan oleh sebuah
organisasi. Menurut Stallings (2002), sistem basis data adalah suatu penyusunan data
terstruktur yang disimpan dalam media pengingat (harddisk) yang tujuannya adalah
agar data tersebut dapat diakses dengan mudah dan cepat. Suatu sistem basis data
terdiri dari empat komponen yaitu Data, yang secara fisik menyimpan informasi-
informasi; Database Management System (DBMS); Data Description Languages
(DDL) dan Data Manipulation Languages (DML).
Szymanski dan Pulschen (1995) menyatakan bahwa sistem basis data
merupakan perangkat lunak yang mengatur pembuatan, penyimpanan, pengaksesan,
perubahan, penghapusan, dan penggunaan basis data. Sistem basis data dapat
mengakses dan mengatur beberapa file, tabel atau objek dalam waktu yang sama dan
menghubungkan satu sama lain apabila diperlukan. Kegiatan dalam sistem basis data
meliputi pendefinisian struktur penyimpanan informasi, penyediaan mekanisme
pengolahan dan pemanfaatan informasi, dan pengamanan bagi informasi terhadap
usaha-usaha pengaksesan oleh orang-orang yang tidak berwenang dan tidak
bertanggung jawab. Secara lengkap, pemanfaatan basis data dilakukan untuk
memenuhi sejumlah tujuan (objektif) seperti (1) kecepatan dan kemudahan; (2)
efisiensi ruang penyimpanan; (3) keakuratan; (4) ketersediaan; (5) kelengkapan; (6)
keamanan; dan (7) kebersamaan pemakaian (Fathansyah, 1999).
Menurut Connolly dan Begg (2005), metodologi desain basis data adalah
sebuah struktur yang membutuhkan prosedur, teknik, peralatan, dan dokumentasi untuk
mendukung dan memfasilitasi proses sebuah desain. Ada tiga metodologi yang bisa
digunakan dalam desain basis data, yaitu:
a) Desain Konseptual (Conceptual Design Database)
Menurut Connolly dan Begg (2005), desain konseptual basis data adalah proses
pembangunan model informasi yang digunakan dalam sebuah perusahaan,
bebas dari semua pertimbangan fisik.
b) Desain Logikal (Logical Design Database)
Menurut Connolly dan Begg (2005), desain logikal basis data adalah proses
pembangunan model informasi yang digunakan dalam perusahaan berdasarkan
model data yang spesifik, tetapi bebas dari DBMS.
c) Desain Fisikal (Physical Design Database)
Menurut Connolly dan Begg (2005), desain fisikal basis data adalah proses
pembuatan model informasi dari sebuah basis data dalam secondary storage
yang menjelaskan hubungan dasar, file organisasi, dan indeks yang digunakan
untuk mengakses data secara efektif, dan semua integrity constraint beserta
keamanannya.

1. Database Management System (DBMS)

Database Management System (DBMS) adalah sebuah sistem perangkat


lunak yang memudahkan pengguna untuk menjelaskan, membuat, merawat, dan
mengontrol akses kedalam basis data (Connolly dan Begg, 2005). DBMS
menyediakan fasilitas-fasilitas kepada pengguna seperti (1) DBMS mengijinkan
pengguna untuk menjelaskan basis data, melalui Data Definition Language (DDL);
(2) DBMS mengijinkan pengguna untuk memasukkan, meng-update, menghapus,
dan mendapatkan kembali data dari basis data melalui Data Manipulation
Language (DML); (3) DBMS menyediakan kontrol akses dalam basis data.
Komponen dari lingkungan DBMS terdiri dari lima, yaitu perangkat keeras,
perangkat lunak, data, prosedur, dan manusia (Connolly dan Begg, 2005).
Komponen-komponen ini dapat dilihat dari Gambar 1 berikut :
Perangkat Perangkat Data Prosedur Manusia
Keras Lunak

Mesin Jembatan Manusia

Gambar 1. Komponen DBMS (Connolly dan Begg, 2005)

a) Perangkat Keras
DBMS dalam aplikasinya membutuhkan perangkat keras untuk berjalan,
karena perangkat keras dapat bertindak sebagai media input dan output yang
dibutuhkan oleh aplikasi untuk melakukan proses komputasi. Dalam hal ini
kebutuhan akan perangkat keras tergantung dari kebutuhan perusahaan dan
jenis dari DBMS yang digunakan.
b) Perangkat Lunak
Komponen dari perangkat lunak adalah perangkat lunak DBMS itu
sendiri, program aplikasi, dan selain itu termasuk didalamnya sistem operasi.
Program aplikasi dapat ditulis dengan bahasa pemrograman tertentu seperti
Java, Visual Basic, Pascal, SQL dan sebagainya.
c) Data
Data merupakan komponen yang paling penting, bila dilihat dari sudut
pandang user. Dari Gambar 1, terlihat bahwa data berperan sebagai jembatan
antara mesin dan manusia. Basis data berisi data operasional dan meta-data.
Meta-data merupakan gambaran tentang apa yang ada di dalam basis data dan
memudahkan objek-objek yang ada dalam basis data untuk diakses dan
dimanipulasi.
d) Prosedur
Prosedur merupakan instruksi dan aturan yang mengatur desain dan
penggunaan dari basis data. Pengguna dari sistem dan administrator yang
mengatur basis data membutuhkan prosedur yang terdokumentasi untuk
dijadikan pedoman dalam penggunaan dan dalam menjalankan sistem.
Prosedur berisi (1) Log On pada DBMS; (2) penggunaan fasilitas dalam DBMS
atau program aplikasi; (3) cara membuat backup salinan basis data; serta (4)
cara mengubah struktur tabel pada basis data, meningkatkan performansi dan
mengarsip data untuk secondary storage
e) Manusia
Komponen terakhir yang terlibat dalam sistem adalah manusia yang
berperan dalam mengolah sumber data, merencanakan basis data, dan desain
konseptual atau logikal basis data. Manusia juga berperan pada realisasi fisik
dari basis data, termasuk desain fisikal basis data dan implementasi, mekanisme
keamanan, pemeliharaan dari sistem operasi, dan memastikan performansi dari
aplikasi sesuai dengan kebutuhan user (Connolly dan Begg, 2005).
Di dalam DBMS terdapat banyak keuntungan dan kerugian. Keuntungan-
keuntungan di dalam DBMS adalah (1) mengontrol penduplikasian data; (2) data
yang konsisten; (3) informasi yang sama; (4) membagi data; (5) meningkatkan
kesatuan data; (6) meningkatkan keamanan; (7) meningkatkan standar; (8)
penghematan; (9) menyeimbangkan beberapa kebutuhan yang bertentangan; (10)
meningkatkan pengaksesan data; (11) meningkatkan produktivitas; (12)
meningkatkan pemeliharaan data independen; (13) meningkatkan kebersamaan;
dan (14) meningkatkan backup dan perbaikan. Dibalik keuntungan kelemahan-
kelemahan di dalam DBMS adalah (1) kompleks; (2) ukuran; (3) harga perangkat
keras; (4) biaya perubahan; (5) tampilan; serta (6) dampak dari kegagalan tinggi.

2. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram (DFD) merupakan diagram yang menggambarkan aliran


informasi dari aksi yang dilakukan terhadap informasi tersebut secara logis.
Penyimpanan informasi dan lokasi di mana informasi tersebut masuk dan keluar
dari sistem dapat tergambar dengan jelas tanpa memperhatikan di bagian organisasi
mana informasi tersebut diolah. Keuntungan pemakaian diagram ini adalah sangat
fleksibel dan mudah untuk didekomposisikan dan dikembangkan karena sifatnya
yang tidak tergantung pada kondisi fisik sistem. Tingkat pertama dari DFD akan
menggambarkan proses secara umum dan disebut Diagram Konteks. Tingkat
selanjutnya adalah DFD Level 1, DFD Level 2 dan seterusnya. Dalam Pembuatan
DFD digunakan beberapa simbol-simbol khusus, yaitu: (1) Proses (Data Process),
digunakan untuk penerimaan data, merubah dan menghasilkan sesuatu; (2)
Penyimpanan Data (Data Store), digunakan untuk penempatan data secara
sementara atau selamanya yang disimpan di dalam sistem; (3) Entiti Eksternal
(External Entity), merupakan sumber data yang digunakan di dalam model; dan (4)
Aliran Data (Data Flow), digunakan untuk perpindahan data antar berbagai
komponen dalam sistem (Heru, 2002).

3. Normalisasi

Normalisasi merupakan sebuah teknik yang dapat digunakan untuk


menjelaskan relasi-relasi yang akan menjelaskan data, dan relationship. (Connolly
dan Begg, 2005). Normalisasi dalam mendesain basis data menggunakan
pendekatan bottom-up yang dimulai dengan melakukan pengecekan relationship
diantara atribut-atributnya. Normalisasi adalah teknik untuk menghasilkan sebuah
set dari relasi dengan properti-properti yang ada sehingga dapat memberikan data
yang dibutuhkan oleh perusahaan. Proses dari Normalisasi pertama kali
dikembangkan oleh E.F Codd pada tahun 1972.
Menurut Connolly dan Begg (2005) normalisasi adalah sebuah teknik formal
untuk menganalisa relasi berdasarkan dari primary key. Salah satu tujuan
normalisasi adalah untuk mempercepat akses terhadap data serta meningkatkan
integritas dan konsistensi data. Teknik tersebut berisi peraturan yang dapat
digunakan untuk memeriksa masing-masing relasi sehingga basis data dapat
dinormalisasikan ke berbagai tahap. Normalisasi biasanya dijalankan secara
bertahap, dimana relasi menjadi semakin kuat bila tahapannya semakin tinggi.
Suatu relasi dikatakan unnormalized (UNF), jika terdapat satu atau lebih
repeating group didalam relasi tersebut. First Normal Form (1NF) adalah sebuah
relasi dimana pertemuan dari setiap baris dan kolomnya berisi satu dan hanya satu
nilai. Untuk mengubah unnormalized table menjadi relasi 1NF, maka repeating
group dalam tabel harus diidentifikasi dan dihilangkan. Repeating group adalah
sebuah atribut atau sekumpulan atribut didalam sebuah tabel yang mempunyai nilai
yang berulang untuk sebuah kejadian (Connolly dan Begg, 2005). Terdapat dua
pendekatan untuk menghilangkan repeating group dari unnormalized tabel yaitu
(1) pendekatan pertama, hilangkan repeating group dengan memasukkan data yang
tepat didalam kolom kosong pada baris yang mengandung perulangan data yang
akan menghasilkan satu data didalam pertemuan setiap baris dan kolomnya; dan (2)
pendekatan kedua, hilangkan repeating group dengan menempatkan data yang
berulang bersamaan dengan sebuah salinan dari kunci atribut aslinya, didalam
sebuah relasi yang berbeda. Sebuah primary key diidentifikasikan pada relasi yang
baru. Didalam First Normal Form (1NF) dimungkinkan dibangun Second Normal
Form (2NF), Third Normal Form (3NF), dan seterusnya (Connolly dan Begg,
2005).
First Normal Form (1 NF) tahapan normalisasi tingkat pertama ini dilakukan
dengan cara menghilangkan grup data yang berulang. Pada bentuk 1 NF, setiap
data yang akan disimpan harus memiliki data elemen dasar yang tiap elemennya
memiliki tepat satu nilai. Normalisasi tingkat pertama dilakukan dengan cara (1)
mengganti semua grup elemen data dengan data elemen dasar; (2) menghilangkan
semua grup data yang berulang; dan (3) membuat primary key yang mengandung
indentifier yang unik dari setiap grup yang berulang (Danang, 2003).
Second Normal Form (2NF), normalisasi tingkat kedua dilakukan bila sudah
terbentuk 1NF dan semua atribut non-key (yaitu elemen data yang bukan primary
key dan bukan hanya sebagian dari key saja. Normalisasi tingkat kedua dilakukan
dengan cara (1) jika primary key bukan composite key (yaitu key yang berisi lebih
dari satu elemen data), maka secara otomatis akan menjadi bentuk 2 NF bila syarat
1 NF sudah terpenuhi; dan (2) jika primary key merupakan composite key, maka
kita harus memahami lebih lanjut untuk memastikan bahwa setiap non-key
menggambarkan keseluruhan key dan bukan hanya sebagian key saja. (Danang,
2003).

4. Entity Relationship Diagram (ER-Diagram)

Model data ER-Diagram merupakan sebuah high level model data konseptual
yang tidak hanya mendeskripsikan cara data disimpan dalam komputer, melainkan
lebih mendekati analisa pengguna terhadap data riil. Model data ER-Diagram ini
biasanya digunakan pada tahap awal proses perancangan basis data.
Menurut Connolly dan Begg (2005) Entity Relationship Diagram adalah
sebuah pendekatan top-down untuk mendesain basis data yang dimulai dari
mengidentifikasikan data-data yang penting yang disebut entity dan hubungan
(relationship) diantara data-data yang ditampilkan di dalam model. Definisi untuk
masing-masing komponen tersebut adalah:
a) Entity
Entity merupakan objek (manusia, tempat, benda, konsep ataupun kejadian)
didalam organisasi yang akan diwakilkan dalam basis data (Connolly dan Begg,
2005). Entity adalah sekumpulan objek yang memiliki properti-properti sama,
yang mengidentifikasikan suatu objek di dalam situasi nyata (Connolly dan
Begg, 2005).
b) Atribut
Menurut Connolly dan Begg (2005) Atribut merupakan sebuah properti dari
sebuah entity. Atribut memiliki nilai yang menjelaskan fungsi tiap-tiap entity,
dan menjelaskan bagian terpenting dari data yang disimpan dalam basis data.
Atribut dari entity Staff adalah IDStaf, NamaDepan, NamaBelakang.
Sedangkan atribut dari entity KantorCabang adalah NomorKantorCabang,
NamaKantorCabang, Kota. Contoh atribut dapat dilihat pada Gambar 2
berikut:

Staff KantorCabang
IDStaf NomorKantorCabang
NamaDepan NamaKantorCabang
NamaBelakang Kota

Gambar 2. Entity dengan Atribut (Connolly dan Begg, 2005)

c) Relationship

Tipe relationship adalah sebuah hubungan yang mempunyai arti diantara tipe-
tipe entitas. Setiap tipe relationship diberi nama sesuai dengan fungsinya.
Hubungan yang terjadi antar entitas dibentuk melalui atribut, untuk suatu
entitas tertentu relationship dengan entitas lainnya dapat merujuk pada satu
entitas yang mempunyai atribut sama. Kumpulan hubungan antar entitas-entitas
tertentu disebut sebagai relationship type.
C. MySQL

MySQL merupakan salah satu perangkat lunak untuk membuat sebuah basis
data yang bersifat open source. Keunggulan dari basis data MySQL adalah mudah
digunakan, cepat, dan dapat diandalkan. MySQL mencakup dua hal, yaitu:
1. MySQL sebagai sistem manajemen basis data. Basis data merupakan suatu
kumpulan data yang terstruktur. MySQL diperlukan untuk memudahkan dalam
pengaksesan, penambahan, dan pemrosesan data diperlukan suatu sistem
manajemen basis data.
2. MySQL sebagai perangkat lunak open source. Open source berarti
memungkinkan siapapun untuk menggunakan dan memodifikasinya sesuai
dengan kebutuhan (Suwarsih, 2004).
Salah satu bahasa yang bisa digunakan dalam pengembangan model relasional
adalah Structured Query Language, atau sering disebut SQL. SQL adalah sebuah
contoh dari transform-oriented language, atau sebuah bahasa yang didesain dengan
menggunakan relasi-relasi untuk mengubah input menjadi output yang diinginkan
(Connolly dan Begg, 2005). Selama ini SQL telah menjadi standar dari bahasa
relasional basis data.
Sebuah bahasa basis data harus dapat menyajikan tugas-tugas dengan usaha
yang minimal dari user, command serta syntax yang digunakan juga harus mudah
untuk dipelajari. Bahasa yang digunakan harus portable, sehingga kita dapat
menggunakan command dan syntax yang sama ketika kita berpindah dari satu DBMS
ke DBMS yang lainnya. Sebuah bahasa basis data harus dapat mengijinkan user untuk
(1) membuat basis data dan struktur relasi; (2) menampilkan tugas manajemen basis
data, seperti penginputan, modifikasi, dan penghapusan data yang ada dalam relasi; dan
(3) menampilkan query-query yang sederhana dan kompleks. Kriteria ini dimiliki oleh
SQL.
SQL terdiri dari dua komponen yaitu Data Definition Language (DDL) untuk
menjelaskan struktur basis data dan mengontrol akses ke data, dan Data manipulation
Language (DML) untuk me-retrieve dan meng-update data. Kedua komponen tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Data Definition Language (DDL)
Data Definition Language (DDL) merupakan bahasa yang memperbolehkan
administrator basis data atau user untuk menjelaskan dan menamakan entiti,
atribut, dan relationship yang dibutuhkan untuk aplikasi, bersama dengan batasan
kemanan (Connolly dan Begg, 2005). Menurut Connolly dan Begg (2005) DDL
pada SQL memungkinkan objek basis data seperti schema, domain, table, view, dan
index untuk dibuat atau dihilangkan dengan cara sebagai berikut:
a) Create Table
Pernyataan create table digunakan untuk membuat table yang terdiri dari satu
atau beberapa kolom.
b) Alter Table
Pernyataan alter table digunakan untuk merubah struktur sebuah tabel,
menambah kolom baru, menghapus kolom, menambah dan menghapus.
c) Drop Table
Drop table digunakan untuk menghapus sebuah tabel beserta isinya dari basis
data.
d) Create Index
Indeks adalah sebuah struktur yang mempercepat akses baris pada sebuah tabel
berdasarkan nilai dari satu kolom atau lebih. Create index digunakan untuk
membuat indeks pada suatu basis data.
e) Drop Index
Drop index digunakan untuk menghapus indeks.
2) Data Manipulation Language (DML)
Data Manipulation Language (DML) adalah bahasa yang menyediakan
sekumpulan operasi untuk mendukung proses manipulasi data yang ada di dalam
basis data (Connolly dan Begg, 2005). Statement yang ada pada SQL Data
Manipulation Language (DML) yaitu:
a) SELECT, digunakan untuk mengambil data dari tabel dalam basis data.
b) INSERT, digunakan untuk memasukkan data ke dalam tabel.
c) UPDATE, digunakan untuk mengubah satu atau beberapa data/atribut yang
disimpan dalam tabel.
d) DELETE, digunakan untuk menghapus sebagian atau seluruh isi suatu tabel.
D. HYPERTEXT PREPROCESSOR (PHP)

Menurut Kadir (2003) PHP singkatan dari Hypertext Preprocessor merupakan


bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server.
Hasilnya dikirimkan ke klien, tempat pemakai menggunakan browser. PHP memang
secara khusus dirancang untuk membentuk web dinamis, artinya PHP dapat
membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan teknisi.
PHP adalah sebuah bahasa scripting yang bersifat open source. Dalam
penggunaannya, PHP ini biasanya dijalankan di server. PHP dapat disatukan dengan
HTML dan lebih dikhususkan ke arah pengembangan web. Dengan demikian bila
sebuah script PHP dijalankan di sebuah server, maka komputer client tidak dapat
melihat script yang sedang dijalankan dan hanya akan menerima hasil dari script yang
dijalankan di server tadi (Meisye, 2006).
Salah satu kelebihan dari PHP adalah mampu berkomunikasi dengan berbagai
basis data meskipun dengan kelengkapan yang berbeda. Dalam PHP, terdapat 4
terminologi yang mendefinisikan PHP adalah (1) Cross Platform, berarti bisa berjalan
dalam sistem operasi yang berbeda, tanpa adanya perubahan; (2) HTML Embedded,
artinya kode PHP dapat ditulis dalam file yang berisi campuran instruksi PHP dan
HTML; (3) Server-side, berarti instruksi PHP dieksekusi di web server; dan (4) Web
scripting language, artinya script PHP dijalankan via web browser, mengakses server
yang menjalankan program, dan mengirim output program tersebut ke browser.

E. PENELITIAN TERDAHULU

Hamdi (1993), mengembangkan sistem informasi industri kelapa sawit dengan


menggunakan object oriented. Sistem ini dikembangkan dengan menggunakan
perangkat lunak Foxbase profesional yang masih tergolong relasional database, konsep
object oriented tidak dapat diterapkan sepenuhnya dengan Foxpro. Selain itu juga
sistem informasi yang ada belum dapat diaplikasikan pada Local Area Network.
Ruslan (1997), merancang aplikasi internet dalam sistem informasi agribisnis
kelapa sawit. Rancang bangun sistem ini menggunakan perangkat lunak, yaitu
Microsoft Access 7.0 dalam pembuatan database, Microsoft Excel untuk penanganan
grafik, Microsoft Visual Basic 4.0 E.E dalam pengembangan sistem dan antramuka
pengguna, dan Software Web Wizard untuk pembuatan HTML agar dapat diaplikasikan
ke media internet.
Gunawan (1997), melakukan komputerisasi dengan sistem basis data secara
multiuser dari sistem informasi pengendalian produksi sirup glukosa di PT. Raya
Sugarindo Inti. Program aplikasi yang dihasilkan dibangun dengan menggunakan
bahasa pemograman Visual Foxpro 3.0 For Windows. Paket program ini berfungsi
untuk menunjang dalam pengendalian produksi di PT. Raya Sugarindo Inti terutama
untuk pengendalian stok (bahan baku, bahan pembantu, produk antara, produk jadi, dan
kemasan produk), pengendalian mutu, dan pengendalian proses produksi.
Praja (1999), mengembangkan perangkat lunak prototipe sistem informasi
agroindustri kopi Indonesia yang diberi nama INKOPINDO 98. Tampilan antar muka
pengguna (user interface) sistem informasi agroindustri kopi Indonesia dirancang
dengan prinsip dasar Graphical User Interface (GUI) Windows 95. Tampilan antar
muka INKOPINDO 98 mengikuti Microsoft Office 97, untuk tampilan laporan
menggunakan format HTML.
Mukti (1999), membuat sistem informasi bunga potong menggunakan jaringan
komputer dengan PC (Personal Computer). Sistem informasi bunga potong ini diberi
nama FLORIST (Floriculture Information Sistem). Paket program FLORIST
merupakan paket informasi bunga potong yang diimplementasikan dalam sebuah
jaringan komputer berbasis Windows NT 4.0 sebagai induk server dan Windows 95
sebagai sistem operasi cabang (workstation/ client). Program ini dirancang untuk
pengelolaan informasi yang dibutuhkan oleh anggota Asbindo. Asbindo adalah
organisasi yang membawahi para pengusaha di bidang florikultura. Program ini dibuat
dengan menggunakan dengan bahasa HTML (HomeSite, WWW-plugins), yang
merupakan bahasa yang digunakan dalam jaringan komputer berbasis TCP/IP.
Suherman (2002), mengembangkan sistem informasi manajemen untuk
pengendalian persediaan bahan di Hotel Salak The Haritage. Sistem informasi
manajemen pengendalian produksi persediaan Hotel Salak diberi nama SimVent Salak.
SimVent Salak merupakan sistem informasi berbasis data yang mendukung bagi
pengambilan keputusan dan tindakan pengendalian persediaan bahan bagi pengguna
sistem terutama untuk manajer purchasing dan manajer store room dalam hal menjaga
dan mengawasi ketersediaan bahan di gudang. Bahasa pemgrogram yang digunakan
untuk implementasi SimVent Salak adalah bahasa pemrograman Visual Basic dengan
menggunakan Microsoft Access 97 sebagai basis data serta dibantu dengan Crystal
Report 4.6 untuk mengakomodasi sistem pelaporannya.
Yasir (2003), merancang sistem informasi perencanaan produksi terpadu yang
diberi nama SISIDU. SISIDU mengacu pada konsep computer integrated bussines
system, suatu sistem yang mengintegrasikan keseluruhan fungsi manajerial departemen
perusahaan ke dalam satu sistem informasi yang berbasis komputer. SISIDU
merupakan paket program aplikasi komputer yang dibuat dengan perangkat lunak
Microsoft Visual Basic 6 dan pangkalan data dirancang dengan format Microsoft
Access.
Reinandang (2003), merancang sistem informasi pengolahan sampah berbasis
teknologi SMS/GSM untuk penjadwalan, penentuan jalur, dan pengelolaan sampah
padat perkotaan pada kota Bogor (SIPASA). SIPASA merupakan integrasi dari Sistem
Informasi Manajemen (SIM), informasi geospatial dan koneksi GSM. Integrasi
dilakukan dengan menggunakan bantuan Wise Install Master 8.0 yang merupakan
piranti lunak untuk membuat sistem instalasi pada sistem operasi Windows.
III. METODE PENELITIAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengembangan aplikasi sistem informasi manajemen basis data untuk PT Astra


Agro Lestari Tbk, khususnya untuk divisi Refinery ini, didahului dengan
mengidentifikasi faktor-faktor dan parameter-parameter yang berpengaruh dalam
perencanaan sistem. Setelah dilakukan identifikasi, kemudian dilanjutkan dengan
analisa untuk dijadikan dasar dalam perancangan sistem agar dapat memenuhi
kebutuhan user. Hasil rancangan sistem perlu dilakukan uji coba sebelum
implementasi dilaksanakan. Sistem yang sudah diuji coba dan hasilnya memenuhi
kebutuhan user akan dibakukan dan dijadikan sebagai suatu sistem untuk mendukung
operasional kerja. Dengan adanya sistem manajemen informasi basis data ini
diharapkan mampu mengatasi pengolahan dan pengumpulan data yang saat ini masih
konvensial, karena sistem ini mampu memberikan informasi yang cepat dan akurat.

B. METODE PERANCANGAN DATABASE LIFECYCLE

Database application lifecycle merupakan komponen yang penting dalam


perancangan sistem basis data karena aplikasi dari database application lifecycle
berkaitan erat dengan pengembangan suatu sistem informasi. Menurut Connolly dan
Begg (2005), langkah-langkah dari database application lifecycle terdiri-dari:
a. Perencanaan Basis Data
Perencanaan basis data merupakan aktifitas yang memungkinkan tahapan dari
aplikasi basis data direalisasikan seefisien dan seefektif mungkin. Perencanaan
basis data harus terintegrasi dengan keseluruhan strategi sistem informasi dari
organisasi. Perencanaan basis data menyertakan pengembangan standar-standar
yang menentukan bagaimana data dikumpulkan, spesifikasi format, dokumentasi
yang dibutuhkan dan bagaimana desain dan implementasi harus dilakukan.
b. Definisi Sistem
Definisi sistem menjelaskan batasan dan ruang lingkup aplikasi basis data dan user
view. User view, mendefinisikan apa saja yang dibutuhkan sebuah aplikasi basis
data. Sebuah aplikasi basis data memiliki satu atau lebih user view. Identifikasi
user view membantu memastikan bahwa tidak ada user utama dari suatu basis data
yang terlupakan.
c. Mengumpulkan dan menganalisis data
Proses mengumpulkan dan menganalisis data diperlukan dalam rangka
merumuskan masalah-masalah yang akan didukung oleh aplikasi basis data.
Disamping itu, proses analisis diperlukan untuk mengidentifikasi kebutuhan
pengguna pada sistem yang baru. Informasi yang dikumpulkan untuk masing-
masing user-view utama meliputi deskripsi data yang digunakan atau dihasilkan,
detail mengenai bagaimana data digunakan atau dihasilkan, dan beberapa
kebutuhan tambahan untuk aplikasi basis data yang baru. Teknik yang digunakan
dalam mengumpulkan informasi adalah fact-finding tehniques.
d. Desain Basis data
Pendekatan yang digunakan untuk mendesain basis data ini adalah pendekatan top-
down. Pendekatan ini digambarkan dengan menggunakan konsep dari model Entity
Relationship (ER), dimulai dengan mengidentifikasi entiti dan merumuskan
hubungan antar entiti. Hal ini biasanya digunakan pada desain basis data yang
kompleks. Selain ER, diperlukan juga perancangan sebagai berikut :
1) Perancangan konseptual basis data (Conceptual Database Design)
Perancangan konseptual basis data adalah membangun representasi
konseptual dari basis data yang mencakup pengidentifikasian entity,
relationship, dan atribut yang penting.
2) Perancangan logikal basis data (Logical Database Design)
Perancangan logikal basis data adalah menerjemahkan representasi
konseptual ke dalam struktur logikal dari basis data yang mencakup
perancangan relasi-relasi.
3) Perancangan fisikal basis data (Physical Database Design)
Perancangan fisikal basis yaitu menentukan pengimplementasian secara
fisik dari struktur logikal basis data pada Database Management System
(DBMS) yang akan dipakai.
e. Pemilihan DBMS
Pemilihan DBMS adalah memilih DBMS yang cocok untuk mendukung
aplikasi basis data.
f. Desain Aplikasi
Desain aplikasi adalah merancangan user interface dan program aplikasi dalam
proses basis data.
g. Prototyping
Prototyping adalah membangun model kerja dari sebuah aplikasi basis data.
Dalam prototyping ini, designer dan pengguna dimungkinkan untuk
memvisualisasikan dan mengevaluasi bagaimana fungsi dan tampilan sistem
yang akan dibuat.
h. Implementasi
Implementasi merupakan realisasi fisikal dari desain aplikasi dan basis data.
i. Konversi dan loading data
Konversi dan loading data yaitu pemindahan data yang ada ke dalam basis data
baru dan mengkonversi aplikasi yang sudah ada agar dapat berjalan di basis
data baru.
j. Pengujian (Testing)
Pengujian merupakan proses mengeksekusi program aplikasi dengan tujuan
untuk mengidentifikasi adanya kesalahan sebelum suatu aplikasi dioperasikan.
k. Pemeliharaan operasional (Operational maintenance)
Pemeliharan operasional merupakan proses memonitor dan memelihara sistem
setelah di-install.
Tahapan Database Life Cycle dapat dilihat pada Gambar 3.
Perencanaan basis data

Definisi sistem

Mengumpulkan dan
menganalisis data

Desain
basis data

Perancangan
Konseptual basis data
Desain Aplikasi
Pemilihan DBMS
Perancangan
Logikal basis data

Perancangan
Fisikal basis data

Prototyping Implementasi

Konversi dan
loading data

Pengujian

Pemeliharaan
operasional

Gambar 3. Database Life Cycle (Connolly dan Begg, 2005)


C. TATA LAKSANA

Dalam memulai penulisan skripsi ini, terlebih dahulu dilakukan penelitian dengan
tujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai permasalahan yang ada pada
divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk. Metode penelitian yang digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan cara membaca buku-buku referensi untuk memperoleh
pengertian dan pengetahuan mengenai analisa dan perancangan sistem basis data.
Untuk pengembangan program, studi pustaka dilakukan dengan membaca buku
referensi mengenai bahasa pemrograman PHP dan buku referensi mengenai
MySQL.
2. Identifikasi Sistem
Tahap ini dilakukan untuk mengidentifikasi apa yang dibutuhkan aplikasi basis data
dan transaksi apa yang dapat dilakukan oleh data pada divisi Refinery.
Mengidentifikasi masalah dilakukan dengan teknik Fact Finding pada divisi
Refinery dengan cara sebagai berikut:
a. Memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki perusahaan untuk dijadikan acuan
dalam pengembangan sistem informasi yang diperlukan.
b. Wawancara secara langsung dengan karyawan perusahaan, untuk memperoleh
informasi langsung dari user.
c. Observasi atau peninjauan ke perusahaan untuk melihat operasional sistem
yang sedang berjalan.
d. Penelitian terhadap sistem yang ada saat ini serta masalah-masalah yang
dihadapi perusahaan untuk perumusan masalah dan identifikasi persoalan yang
ada.
3. Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi dikumpulkan baik melalui wawancara dengan pihak pada divisi
Refinery dan bahan dokumen yang dimiliki perusahaan, pencatatan data historis,
dan observasi lapangan.
4. Perancangan Sistem
Perancangan sistem adalah merancang bangun sistem dengan melakukan spefikasi
terhadap sistem yang akan dibuat. Hal ini dilakukan setelah semua identifikasi
kebutuhan telah terpenuhi serta data dan informasi yang diperoleh cukup untuk
melakukan perancangan sistem yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna.
5. Implementasi Sistem
Implementasi sistem meliputi kegiatan transformasi CASE (Computer Aided
Software Engineering) tools dan pembuatan program aplikasi komputer. CASE
tools digunakan untuk membantu dalam membuat permodelan sistem dan
rancangan pangkalan data sistem yang akan dibuat (Yasir, 2003). CASE tools yang
digunakan adalah Power Designer Trial 9 Process Analyst untuk perancangan
model. Perancangan pangkalan data dibantu oleh perangkat lunak CASE tools
Power Designer 6.32 Data Architect. Alat bantu yang digunakan untuk
pengembangan sistem informasi manajemen basis data Refinery adalah
Macromedia Dreamweaver MX 2004 untuk pengembangan sistem secara
keseluruhan dan MySQL untuk pangkalan data.
6. Verifikasi Sistem
Verifikasi sistem dilakukan dengan menguji kesesuaian sistem untuk kebutuhan
pengguna, khususnya pengguna pada divisi Refinery. Verifikasi dilakukan
terhadap keluaran sistem, jika data masukan sesuai maka dihasilkan keluaran yang
sesuai.
Tahapan pembuatan sistem informasi manajemen basis data Refinery dapat dilihat
pada Gambar 4.
Gambar 4. Tahapan pembuatan sistem informasi manajemen basis data
Refinery
IV. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. KONDISI UMUM PERUSAHAAN

1. Sejarah Perkembangan Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk

PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL) adalah salah satu perusahaan
agribisnis terbesar di Indonesia yang inti bisnisnya bergerak dalam bidang
perkebunan dan pengolahan kelapa sawit. PT AAL merupakan salah satu anak
perusahaan PT Astra International Tbk (Astra International Group) yang termasuk
dalam divisi agribusiness untuk industri yang berbasis agribisnis (Lampiran 1).
Hal ini ditandai dengan PT Astra International (PT AI) memegang kepemilikan
saham tertinggi PT AAL. Awal tahun 2000, berdasarkan daftar pemegang saham
perseroan yang dikeluarkan PT Risjad Saim Registra selaku Biro Administrasi Efek
Perseroan, tercatat PT AI mengusai saham PT AAL sebesar 64.67 persen. Astra
International itu sendiri merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia
yang pada awal kegiatan operasinya, bergerak dalam bidang usaha perdagangan
umum terutama hasil bumi. Kemudian Astra Internasional melakukan perluasan
usaha ke bidang distribusi kendaraan dan alat-alat berat serta komponen kendaraan
bermotor.
PT Astra Agro Lestari Tbk semula didirikan dengan nama PT Suryaraya
Cakrawala sesuai dengan Akta Pendirian No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, kemudian
pada tahun 1989 berubah nama menjadi PT Astra Agro Niaga berdasarkan akta
perubahan No. 9 tanggal 4 Agustus 1989. Akta pendirian perusahaan dan
perubahannya telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
SK No. C2-10099.HT.01.01.TH.89 tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan
dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 101 Tambahan No. 3626
tanggal 19 Desember 1989. Pada tanggal 30 Juni 1997, perusahaan melakukan
penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera. Sehubungan dengan
penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari.
PT AAL melaksanakan kegiatan usaha mulai dari pembibitan, penanaman,
perawatan, pemanenan, pengolahan dan perdagangan hasil tanaman. Semua
kegiatan ini dilaksanakan oleh Perseroan sendiri maupun dioperasikan melalui 35
anak perusahaan, yang terdiri dari 31 perusahaan yang bergerak dalam bidang
kelapa sawit, 2 perusahaan dalam bidang karet, 1 perusahaan dalam bidang kakao,
serta 1 perusahaan dalam bidang minyak goreng (Lampiran 2). Berdasarkan
perkembangannya, secara keseluruhan Grup Astra Agro menguasai 35 perusahaan
perkebunan dengan lahan yang sudah ditanam seluas 199.501 hektar. Dari
sejumlah lahan tersebut, sekitar 184.552 hektar ditanami kelapa sawit dan 8.854
ditanami karet, dan 2.882 hektar ditanami kakao. Dari seluruh perkebunan yang
dioperasikan oleh Grup Astra Agro, 95.558 hektar terletak di pulau Sumatera,
59.487 hektar di pulau Kalimantan, 38.736 hektar di pulau Sulawesi, dan sekitar
5.720 hektar di pulau Jawa. Grup Astra Agro juga mengoperasikan 14 fasilitas
pengolahan kelapa sawit yang memproduksi CPO, 6 fasilitas pengolahan kakao, 5
fasilitas pengolahan karet, dan 1 pengolahan minyak goreng.

2. Misi, Visi, dan Strategi PT Astra Agro Lestari Tbk (PT AAL)

Mulai bulan Januari 2003, PT AAL secara efektif mengimplementasikan


Balanced Score Card System (BSC), suatu sistem manajemen yang berfungsi untuk
menerjemahkan misi dan visi perusahaan ke dalam aktifitas pekerjaan sehari-hari
(activity plan). Melalui BSC tersebut seluruh aktivitas setiap orang dijabarkan
dengan jelas, saling berkaitan, serta mengarah kepada satu tujuan. Dimana setiap
orang dipaksa untuk berpikir secara menyeluruh (holistik) dalam memenuhi target
yang harus dipenuhinya sehingga pada akhirnya akselerasi pertumbuhan (growth)
perusahaan akan berjalan lebih cepat. Berdasarkan hasil workshop BSC disepakati
bahwa visi PT AAL 2003-2012 adalah To be a Green-Integrated-Innovative-
Sizable-Agribassed Company. Misi yang menyertainya adalah To be a Role
Model in Agribusiness.
Strategi baru yang ingin dicapai AAL To be a Role Model Agribusiness Company (2012)

Mission - To be a Role Model in Agribusiness

- To be a Green Integrated Innovative Sizable


Vision Agribassed Company
- Premium Products
- Environmental Friendly
- Logistics Infrastructure
- Collaborated Research
Strategy - Human Capital
- Grow & Consolidate Plantation Ares
- Top 5 Asian Branded and OEM Supplier P-D-P

Value - 3 Plantation Company Culture

Gambar 5. Misi, Visi, dan Strategi PT AAL berdasarkan BSC (Puri, 2003)

Visi yang merupakan sasaran jangka panjang PT AAL tahun 2003-2012


adalah To be a Green-Integrated-Innovative-Sizable Agribased Company
(Menjadi Perusahaan Berbasis Perkebunan yang Ramah Lingkungan-Terintegrasi-
Inovatif-Luas). To be a green, artinya PT AAL ingin menjadi perusahaan yang
bersahabat dengan lingkungan, baik dalam arti lingkungan alam dengan lebih
tertuju ke ISO 14000 bagi semua pabrik dan kebun, maupun green dalam kaitannya
dengan lingkungan sosial masyarakat di sekitar perusahaan. Integrated maksudnya
adalah bidang usaha yang dilakukan PT AAL memiliki satu-kesatuan proses dari
awal hingga akhir, mulai dari kebun, pabrik hingga downstream, misalnya melalui
pengembangan minyak goreng atau produk oleochemical lainnya seperti margarin
dan stearin. Innovative, PT AAL ingin menjadi perusahaan yang tidak hanya
mampu mengerjakan rutinitas saja tetapi juga mampu melakukan terobosan-
terobosan baru yang inovatif, terutama untuk perbaikan kebun. Sizable, dengan
luas kebun sebesar 200 ribu hektar, sebenarnya PT AAL secara total luas lahan
sudah termasuk skala bisnis dengan jumlah besar, namun lokasi kebun-kebun
tersebut masih tersebar. Oleh karena itu, sizable di sini lebih diarahkan untuk
mengkonsolidasikan kebun-kebun PT AAL tersebut sehingga lebih fokus dan
terarah.
Misi PT AAL tahun 2003-2012, yakni To be a Role Model Agribusiness
Company (Menjadi Acuan di Industri Agribisnis), dimaksudkan bahwa PT AAL
ingin menjadi perusahaan agribisnis panutan dengan menjadi yang terbaik dalam
segala aspek yaitu terutama dalam kualitas (quality), biaya (cost), distribusi
(delivery), kepuasan pelanggan (customer satisfaction), maupun keuntungan
(benefit to stakeholders). Role Model in Quality, berarti PT AAL harus bisa
menjadi produsen CPO yang handal dengan memberikan kualitas terbaik. Dilihat
dari sisi up-stream, kalau perusahaan lain menghasilkan CPO standar, maka PT
AAL harus menghasilkan premium CPO yaitu super CPO, golden CPO, atau
bahkan platinum CPO (FFA di bawah satu persen). Dilihat dari sisi downstream,
PT AAL harus mampu menghasilkan minyak goreng atau produk oleochemical
lainnya yang berkualitas ekspor sehingga mampu menjangkau pasar internasional.
Role Model in Cost, berarti PT AAL harus bisa mengeluarkan biaya serendah
mungkin (lowest cost) dibanding para pesaingnya. Role Model in Delivery and
Customer Satisfaction, berarti PT AAL harus bisa memberikan pelayanan delivery
yang terbaik (best delivery) dan dapat memberikan kepuasan pelanggan yang
maksimal, karena kedua hal ini merupakan tuntutan perusahaan yang berorientasi
kepada customer. Dalam usahanya merealisasikan misi perusahaan tersebut, PT
AAL telah menjabarkan beberapa strategi dan langkah-langkah konkrit yang akan
ditempuh dalam waktu dekat (2003-2007), yaitu:
a) Divestasi kebun-kebun non sawit sebagai bentuk business policy jangka
panjang PT AAL yakni fokus pada usaha pengembangan bisnis sawit.
b) Menghasilkan produk CPO berkualitas (premium products) yaitu super CPO
dan golden CPO (kadar FFA < 2.5 persen) dengan disertai perbaikan rendemen
(rendemen CPO 1.5 persen).
c) Pencapaian biaya produksi yang kompetitif dengan program pengurangan
biaya.
d) Menetapkan pada tahun 2003 produksi atau panen harus tumbuh lebih besar
dibanding potensi (pertumbuhan 5-10 persen), dengan meminimalkan buah-
buah yang tertinggal pada saat panen.
e) Menetapkan aktivitas ekspor sebagai salah satu sasaran tahun 2003 yang akan
dipacu.
f) Mempelajari bisnis downstream secara lebih mendalam, karena PT AAL punya
bahan baku yang cukup besar sehingga sangat potensial apabila PT AAL
memasuki bisnis ini.
g) Mensosialisasikan lebih mendalam Sapta Budaya Perusahaan (7 Plantation
Company Culture) yang telah disempurnakan dari Sapta Budaya Kebun, yaitu
budaya jujur dan bertanggung jawab, budaya fanatik, budaya peduli, budaya
kontrol, dan budaya pembinaan.

3. Sejarah Berdirinya Pabrik Minyak Goreng Cap Sendok

Menurut sejarah PT AAL, pabrik minyak goreng Cap Sendok sebenarnya


merupakan pabrik dari PT Eka Dura Indonesia. PT Eka Dura Indonesia tersebut
berlokasi di Jalan Medan Tanjung Morawa Km 18,5 Dusun III Desa Tanjung
Morawa B, Kec. Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera
Utara. PT Eka Dura Indonesia berdiri pada tanggal 3 Juli 1980 dengan surat No.
90/I/PDMN/1980 proyek 3115/1120. Pada tahun 1990, perusahaan tersebut
diambil alih oleh perusahaan PT Astra Agro Niaga, yang kemudian berubah
namanya menjadi PT Astra Agro Lestari seperti pada saat ini.
Secara keseluruhan pabrik ini terdiri dari bangunan pabrik, kantor,
pembangkit tenaga, bengkel, fasilitas perumahan staf dan karyawan, serta beberapa
fasilitas lainnya. Sejak semula, pabrik ini memang berfungsi sebagai pabrik
pengolah minyak sawit mentah (CPO) menjadi RBD Olein, dengan produk
sampingan RBD Stearin dan Free Fatty Acid (FFA).

4. Misi, Visi, dan Strategi Divisi Refinery Minyak Goreng Cap sendok

Divisi Refinery sebagai divisi dalam PT AAL yang memproduksi minyak


goreng Cap Sendok juga mempunyai misi, visi, dan strategi sendiri yang
mendukung misi, visi, dan strategi PT AAL sebagai level korporat. Misi dan visi
tersebut diturunkan dari pemusatan kerangka kerja bisnis. Divisi Refinery pada saat
ini sebagai divisi yang memproduksi dan memasarkan minyak goreng bermerek.
Strategi yang dilaksanakan divisi Refinery dirumuskan dari misi dan visi yang ingin
dicapai Divisi Refinery itu sendiri.
Adapun visi dari divisi Refinery adalah Menjadi Salah Satu Pemain Utama
dalam Pemasaran Minyak Goreng dan Produk Turunan Minyak Kelapa Sawit
Lainnya. Visi tersebut merupakan sasaran jangka panjang yang ingin dicapai
divisi Refinery, dimana divisi Refinery berusaha untuk menjadi pemain utama
dalam industri downstream kelapa sawit baik dalam bisnis produk minyak goreng
yang sedang dilaksanakan. Misi dari divisi Refinery tersebut adalah Menghasilkan
Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit yang Memiliki Nilai Lebih Dibanding
Kompetitor dan Disukai oleh Masyarakat.
Menghasilkan produk turunan dari minyak kelapa sawit, berarti divisi
Refinery disiapkan menjadi divisi yang akan memproduksi berbagai produk turunan
dari minyak kelapa sawit, seperti minyak goreng, shampo, margarin, sabun, dan
lain-lain. Pilot-project awal yang dilaksanakan divisi ini adalah bisnis minyak
goreng dengan brand minyak goreng Cap Sendok. Hal ini sejalan dengan strategi
PT AAL sebagai level korporat yang ingin memasuki downstream industry kelapa
sawit dengan diversifikasi produk yang beragam, karena PT AAL memiliki bahan
baku minyak kelapa sawit yang cukup besar dan potensial.
Memiliki nilai lebih dibanding kompetitor, berarti divisi Refinery
mempunyai misi untuk menghasilkan berbagai produk turunan minyak kelapa sawit
dengan keunggulan tersendiri yang merupakan strategi kompetisi dalam menghadapi
para kompetitor. Hal ini sesuai dengan visi korporat yakni inovatif dan misi korporat
untuk menjadi role model. Visi korporat inovatif menuntut divisi Refinery untuk
inovatif dalam menghadirkan produk agar memiliki nilai lebih dibanding kompetitor.
Misi korporat role model menuntut divisi Refinery agar dapat menjadi panutan bagi
para kompetitor.
Disukai oleh masyarakat, berarti divisi Refinery selain memberikan nilai
lebih dalam produknya juga harus memproduksi produk yang disukai masyarakat.
Sudah tentu produk yang disukai adalah produk yang memiliki zero complain dan
mendapat respon positif di mata konsumen, dilihat dengan nilai penjualan produk
yang meningkat tanpa keluhan.
5. Struktur Organisasi

Dalam perusahaan ini kekuasaan tertinggi berada di tangan para pemegang


saham yang kepemilikannya sebagian besar (kurang lebih 70 persen) dimiliki oleh
Astra Internasional. Para pemegang saham diwakili oleh Dewan Komisaris (Board
of Commisioners) yang bertugas sebagai pengawas tertinggi atas jalannya
perusahaan yang meminta pertanggungjawaban kepada Dewan Direksi (Board of
Directors). Dewan direksi dipilih oleh Dewan Komisaris dan PT Astra
International sebagai pemegang saham terbesar. Presiden Direktur dan Wakilnya
membawahi 7 direktorat, yaitu Corporate Secretary (FCS), Finance (FIN), R & D
and Plantation Development (RPD), Engineering Mill Operation and Quality
Control (EMQ), Human Resources, General Affairs and Community Development
(HGC), Marketing (MRK) dan Plantation Operation & Control (POC), yang mana
masing-masing direktorat dipimpin langsung oleh para direksi. Di bawah
direktorat, terdapat divisi yang mana masing-masing divisi ditangani oleh Division
Head. Salah satu divisi yang terdapat dalam perusahaan adalah divisi Refinery.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Divisi Refinery sebagai divisi yang memegang operasional minyak goreng
Cap Sendok, termasuk dalam kelompok besar business operation. Divisi Refinery
ini berada di bawah Direktorat Plantation Operation & Control (POC). Divisi
Refinery itu sendiri membawahi 3 Departemen yaitu, Marketing, Administrasi dan
Produksi untuk minyak goreng Cap Sendok, yang masing-masing dikepalai oleh
manajer, dan dalam struktur organisasinya terbagi-bagi lagi ke dalam beberapa
bagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 4.

6. Sarana dan Prasarana

PT AAL sangat menyadari pentingnya sumber daya manusia untuk


tercapainya keberhasilan Grup Astra Agro dalam melakukan aktivitas usahanya,
maka PT AAL memberikan sarana dan prasarana yang memadai. Dilihat dari segi
kesejahteraan, Grup Astra Agro telah membayar upah minimum melampaui Upah
Minimum Regional (UMR) yang telah ditetapkan oleh Departemen Tenaga Kerja
dan juga memberikan insentif serta bonus kepada karyawannya. Kesejahteraan
karyawan juga diperhatikan melalui beberapa tunjangan dan fasilitas yang
diberikan, meliputi: tunjangan makan dan transportasi; tunjangan hari raya;
tunjangan kesehatan; perumahan karyawan. Jaminan sosial tenaga kerja
(JAMSOSTEK), serikat pekerja, asuransi jiwa, program dana pensiun grup Astra,
sarana rekreasi dan olahraga, fasilitas ibadah, fasilitas sekolah untuk karyawan dan
penduduk pada perkebunan terpencil, dan keanggotaan koperasi Grup Astra.
Hal tersebut juga didukung Divisi Sumber Daya Manusia Grup Astra Agro
dengan menjalankan suatu misi yang jelas, yaitu menopang tujuan keseluruhan
Grup Astra Agro dengan menciptakan organisasi yang solid, karyawan yang
kompeten, serta suasana dan kondisi kerja yang sehat. Grup Astra Agro juga
memberikan program pelatihan bagi semua karyawan yang baru direkrut menurut
jenjang jabatannya, yaitu Program Orientasi untuk penataran disiplin dan peraturan
Grup Astra Agro, Program Dasar untuk menerapkan pengetahuan dasar, Program
Teknis untuk meningkatkan keahlian di bidang masing-masing, dan Program
Manajemen untuk meningkatkan keahlian manajemen.

7. Ketenagakerjaan

Dilihat dari komposisi karyawan menurut jenjang jabatan pada Tabel 1,


Grup Astra Agro mempekerjakan 13.450 orang dengan perincian sebesar 0.04
persen menjabat sebagai Direktur, 1.54 persen menjabat Manajer, 4.65 persen
menjabat penyelia, dan 93.77 persen merupakan karyawan.

Tabel 1. Komposisi Karyawan menurut Jenjang Jabatan

Keterangan Jumlah Persentase


Direktur 6 0.04%
Kantor Pusat:
Manajer & Manajer Senior 47 0.35%
Penyelia 22 0.16%
Karyawan 305 2.27%
Perkebunan :
Manajer 34 0.25%
Manajer Lapangan 126 0.94%
Penyelia 604 4.49%
Karyawan Administrasi 688 5.12%
Karyawan Lapang/Pabrik 11.618 86.38%
Jumlah 13.450 100.00%
Sumber : PT ALL (2006)
Alternatif lain melihat komposisi karyawan Grup Astra Agro yaitu dari
jenjang usia. Dari 13.450 karyawan yang ada, sebanyak 9.23 persen telah berusia
di atas 41 tahun. Di rentang usia tersebut biasanya tingkat produktivitas karyawan
mulai menurun sehingga perusahaan perlu melakukan program rektrukturisasi
organisasi dan sumber daya manusia yang bertujuan mencapai jumlah karyawan
yang ideal, efektif, dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Rektrukturisasi
tersebut dapat dilakukan melalui program dana pensiun. Karyawan dengan tingkat
produktivitas tinggi yang berusia 26 tahun sampai 40 tahun sejumlah 68.08 persen.
Selebihnya sebesar 22.60 persen merupakan karyawan berusia di bawah 26 tahun.
Komposisi karyawan berdasarkan jenjang usia selengkapnya dapat dilihat pada
Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi Karyawan menurut Jenjang Usia

Keterangan Jumlah Persentase


Dibawah 26 tahun 3.040 22.60%
26 s/d 30 tahun 3.810 28.33%
31 s/d 35 tahun 3.225 23.98%
36 s/d 40 tahun 2.122 15.78%
41 tahun keatas 1.253 9.32%
Jumlah 13.450 100.00%
Sumber : PT AAL (2006)

Bila dilihat dari jam kerja, untuk karyawan yang bekerja di kantor, mereka
bekerja dalam 5 hari kerja, mereka bekerja mulai pukul 07.30 hingga 16.30. Pada
pabrik pengolahan minyak goreng, kegiatan produksi berjalan setiap hari (7 hari
kerja), hanya berhenti pada saat-saat tertentu saja seperti pada saat mesin-mesin
dilakukan perawatan. Karyawan yang bertugas pada pabrik pengolahan minyak ini
dibagi dalam 3 shift, yaitu shift pagi yang bekerja mulai pukul 07.00 hingga 15.00,
shift sore mulai pukul 15.00 hingga pukul 23.00, dan shift malam mulai pukul
23.00 hingga pukul 07.00. Pada bagian pengemasan (packaging) bekerja dalam 6
hari kerja dari Senin hingga Sabtu. Pembagian shift kerja dilakukan tergantung
kebutuhan kegiatan pengemasan, maksimal 2 shift kerja, yaitu shift pagi dan shift
sore.
B. LOKASI DAN TATA LETAK

PT Astra Agro Lestari Tbk terletak di Kawasan Industri Pulogadung, Jalan


Puloayang Raya Blok OR l, Jakarta Timur 13930. Lokasi ini cukup strategis
mengingat daerah tersebut merupakan satu-satunya kawasan khusus industri yang
terletak di dalam kota Jakarta, dengan akses yang juga mudah dijangkau. Di samping
itu, PT AAL mempunyai perkebunan karet dan pabrik pengolahannya yang berlokasi di
Kalimantan Selatan. PT AAL juga memiliki pabrik minyak goreng yang berlokasi di
Sumatera Utara. Lokasi perkebunan dan pabrik pengolahan anak perusahaan PT AAL
tersebar di beberapa wilayah di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

C. ASPEK PRODUKSI DIVISI REFINERY

Tanggung jawab operasional produksi untuk minyak goreng Cap Sendok PT


Astra Agro Lestari Tbk dipegang oleh Manajer Produksi dengan pengawasan dari
Division Head Refinery. Manajer Produksi membawahi dua Kepala Bagian yaitu
Kepala Pabrik dan Kepala Tata Usaha. Proses yang terjadi dalam operasional produksi
minyak goreng Cap Sendok, yaitu:
1) Pengadaan Bahan Baku
Bahan baku utama dalam proses pembuatan minyak goreng kelapa sawit
adalah minyak sawit mentah (CPO) atau Crude Palm Oil yang merupakan hasil
olahan buah kelapa sawit (exocarp) dengan cara pemerasan atau ekstraksi. Buah
sawit itu sendiri berukuran kecil antara 12-18 gram/butir dan dipanen dalam bentuk
Tandan Buah Sawit (TBS) yang terdiri dari beberapa bulir yang mana setiap bulir
terdiri dari 10-18 butir buah sawit tergantung kesempurnaan penyerbukan.
CPO yang digunakan PT Astra Agro Lestari Tbk sebagai bahan baku
minyak goreng Cap Sendok diperoleh dari kebun-kebun intern yang merupakan
anak perusahaan PT AAL, di antaranya PT Karya Tanah Subur (RIAU), PT Eka
Dura Indonesia (Medan), dan PT Perkebunan Lembah Bakti (Aceh). Dari sumber
tersebut, PT AAL lebih mengutamakan penggunaan CPO dari kebun-kebun di
sekitar Medan, karena lokasinya yang berdekatan dengan pabrik pengolahan
minyak goreng Cap Sendok dengan pertimbangan utama yakni biaya angkut yang
dikeluarkan relatif kecil. CPO yang diperoleh dari kebun-kebun tersebut harus
memenuhi ketentuan utama spesifikasi yakni Free Fatty Acid (FFA) maksimum 2.5
persen.
2) Pabrik Pengolahan Minyak Goreng Cap Sendok
Pada saat ini PT Astra Agro Lestari Tbk baru memiliki satu unit pabrik
pemprosesan CPO menjadi minyak goreng (Refinery), yang berlokasi di Tanjung
Morawa, Medan, Sumatera Utara. Kapasitas terpasang pabrik tersebut adalah
sebesar 350 ton CPO per hari dengan output 255 ton minyak goreng curah (olein
bulk) yaitu minyak goreng dengan kualitas biasa, dan/atau 122 ton olein kualitas
tinggi yang dijadikan minyak goreng Cap Sendok. Sementara itu dari 18 pabrik
pengolahan kelapa sawit menjadi CPO yang dimiliki PT AAL, dihasilkan
750.000 ton CPO per tahun, dengan kata lain, kapasitas Refinery yang sudah
dimiliki PT AAL pada saat ini baru mampu mengolah 15 persen dari total CPO
yang dihasilkan.
3) Proses Produksi
Proses pengolahan minyak sawit mentah menjadi minyak goreng kelapa
sawit pada umumnya terbagi menjadi dua, yaitu proses permunian (refining
process) dan proses pemisahan (fractionation process). Tujuan dari proses
pemisahan itu sendiri adalah memisahkan fraksi cair (olein) dan fraksi padat
(stearin). Proses pemurnian pada dasarnya ada dua cara, yaitu pemurnian dengan
perlakuan kimia (chemical refining/alkali refining) dan pemurnian dengan
perlakuan fisika (physical refining). Di antara kedua cara proses pemurnian
tersebut, PT AAL menggunakan proses physical refining, karena proses
pemurniannya relatif lebih cepat dan biaya yang dikeluarkan relatif lebih murah
dibanding proses chemical refining, walaupun kualitas hasilnya lebih baik dengan
chemical refining.
Proses produksi minyak goreng yang terdapat di PT AAL sebagai berikut :
a) Proses Pemurnian (Refining Process) dengan cara physical refining
Tujuan utama dari dilakukannya proses pemurnian adalah mengubah
minyak sawit mentah menjadi minyak goreng berkualitas dengan
menghilangkan impuritis-impuritis (bau, rasa, rupa, kotoran, air, asam lemak
bebas dan warna yang tidak menguntungkan) sampai tingkat yang dikehendaki
secara efisien serta memperpanjang masa simpan minyak. Pada proses
pemurnian ini hasil akhir yang akan didapat adalah minyak Refined Bleaching
Deodorized Palm Oil (RBDPO). Proses pemurnian tersebut terdiri dari empat
tahap, yaitu:
1. Pre-treatment Section, adalah proses pengolahan awal atau pendahuluan
berkali-kali hingga suhunya mencapai 80-90oC melalui beberapa media
pemanas dan beberapa tangki, yang pada akhirnya dikeringkan di tangki
dryer vessel yang bekerja pada tekanan vakum, dengan fungsi menguapkan
kandungan air pada CPO dengan cara sprayer pada ruangan hampa.
2. Degumming Section, adalah proses pemanasan CPO hingga bertemperatur <
110 oC, yang kemudian ditambahkan H3PO4 dan CaCO3 untuk mengikat
atau memisahkan gum dan kotoran yang ada di dalam CPO. Hasil dari
proses ini disebut Degummed Palm Oil (DPO).
3. Bleaching Section, adalah proses pemucatan warna minyak dan pengikatan
logam-logam berat yang ada di minyak dengan menambahkan bleaching
earth 0.6-1 persen yang berfungsi mengikat karoten pada CPO, yang
kemudian disaring di niagara filter untuk memisahkan spent earth, dan
selanjutnya dilakukan penyaringan kembali di polishing filter yang
menggunakan filter bag. Hasil dari proses ini disebut Degummed Bleached
Palm Oil (DBPO).
4. Deodorizing Section, adalah proses penghilangan bau di dalam minyak
dengan proses penyulingan/destilasi, dimana DBPO dari hasil bleaching
dipanaskan hingga bertemperatur 265-270oC di spiral heat exchanger,
kemudian dialirkan ke pre-stripper untuk dilakukan pemisahan yakni Free
Fatty Acid (FFA) sebanyak mungkin dengan cara diuapkan, dan selanjutnya
FFA yang tersisa dipisahkan kembali di deodorize sekaligus dilakukan
penguapan bau, yang pada akhirnya dialirkan ke dalam cooler spiral untuk
diturunkan suhunya hingga 70-80oC dan didapatkan hasil akhir Refined
Bleaching Deodorized Palm Oil (RBDPO) yang selanjutnya akan melalui
proses fractionation.
b) Proses Pemisahan (Fractionation Procees)
Tujuan utama dari dilakukannya proses pemisahan ini adalah
memisahkan fraksi cair (olein) dan fraksi padat (stearin) dari RBDPO dengan
proses kristalisasi yang dilakukan dengan cara pendinginan dan diaduk secara
perlahan-lahan di dalam tangki crystalizer. Proses dua kali penyaringan yang
terdapat pada produksi minyak goreng mengacu pada adanya proses pemisahan
kembali dari olein yang didapat dari proses pemisahan pertama. Proses
pemisahan itu sendiri secara garis besar terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Persiapan dan Pengkondisian Minyak
RBDPO yang berasal dari Refinery plant dipompakan ke dalam tangki
preparation yang dikondisikan bertemperatur 70oC (cooling) dan diaduk
merata oleh sebuah agitator. Tangki ini merupakan tempat persiapan dan
pengkondisian minyak sebelum masuk ke tangki crystallizer, yang
dilengkapi dengan indikator untuk menunjukkan berapa banyak RBDPO
yang ada di dalamnya.
2. Tahap Pembentukan Kristal
RBDPO yang akan difraksinasi dipompakan ke tangki crystallizer, dimana
RBDPO tersebut akan didinginkan perlahan-lahan sampai fraksi stearin
mengkristal sedangkan fraksi olein masih dalam fasa cair, sehingga
keduanya akan mudah dipisahkan
3. Tahap Filtrasi
Pada tahap ini RBDPO yang sudah mengalami proses kristalisasi akan
difiltrasi melalui filter press, dimana fraksi stearin yang telah mengkristal
akan dipadatkan dan kemudian dipisahkan dengan fraksi olein yang masih
dalam fasa cair. Hasil akhir dari proses ini adalah fraksi olein (minyak
goreng) sebesar 75 persen, sebagai produk utama dan produk sampingan
fraksi stearin sebesar 25 persen (Marsudi, 2003). Ilustrasi dari proses
produksi minyak goreng di atas secara garis besar terdapat pada Lampiran 5
dengan rinciannya terdapat pada Lampiran 6.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. IDENTIFIKASI SISTEM

Proses identifikasi sistem dilakukan untuk menggali permasalahan yang terjadi.


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada divisi Refinery diperoleh bahwa
teknologi yang ada kurang memadai, karena pengolahan data yang ada masih
konvensional dan tidak terstruktur. Data yang disajikan sering tidak lengkap ataupun
tidak kontinyu dan tidak berurutan. Data yang tersebar pada daerah Jawa dan Sumatera
tidak dikelola secara terpusat. Data yang tersedia kadang-kadang bukan data terkini
(tidak aktual). Untuk membantu dalam proses pengolahan data pada divisi Refinery,
maka dibuatlah sistem informasi manajemen basis data yang dapat diakses melalui
jaringan internet. Hal ini dapat membantu divisi Refinery, khususnya pihak Division
Head dalam melihat hasil pengolahan data sehingga dapat melihat informasi data tanpa
harus datang ke bagian pengolahan data. Dalam penelusuran informasinya dibuatlah
menu-menu pilihan.
Division Head dalam pengambilan keputusan membutuhkan dukungan data dari
manajer marketing berupa data distributor dan data penjualan, dari manajer produksi
berupa data produksi, serta dari manajer administrasi berupa data logistik. Manajer
marketing mendapatkan data dari masing-masing regional sales yaitu dari daerah Jawa
dan daerah Sumatera. Manajer produksi mendapatkan data produksi dari kepala pabrik
yang berada di Medan, Sumatera Utara. Manajer administrasi mendapatkan data
logistik dari bagian logistik yang berada di Jakarta (Jawa) dan Medan (Sumatera).
Secara struktural fungsi masing-masing bagian ini dapat dilihat pada struktur organisasi
divisi Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk (Lampiran 4). Pimpinan tertinggi divisi
Refinery PT Astra Agro Lestari Tbk adalah Division Head. Fungsi Division Head
yaitu untuk mengkoordinasikan seluruh manajer agar mencapai tujuan perusahaan,
menetapkan sasaran yang cukup luas, memahami kendala yang terjadi dan
merumuskan kembali kebijakan yang ditetapkan. Selain itu, Division Head berfungsi
untuk memastikan bahwa strategi perusahaan berjalan dengan baik sehingga visi dan
misi terwujud sesuai rencana.
Divisi Refinery yang dipimpin oleh seorang Division Head, mempunyai 3
departemen adalah produksi (pabrik), administrasi (logistik), dan marketing. Masing-
masing departemen dikepalai oleh seorang manajer yang mana dalam menjalankan
tugasnya dibantu oleh beberapa asisten. Departemen produksi, marketing, serta
administrasi memiliki keterkaitan satu sama lain, seperti misalnya departemen
marketing memberikan informasi mengenai prakiraan permintaan pasar kepada
departemen produksi untuk dijadikan dasar dalam menentukan rencana produksi.
Departemen administrasi bekerja sama dengan departemen produksi dalam hal
penentuan besaran stok minimum agar pasar tidak kekurangan dan stok maksimum
sesuai dengan fasilitas yang tersedia. Besaran stok minimum dan maksimum ini juga
akan dijadikan acuan oleh departemen produksi dalam menyusun perencanaan
produksi.
Departemen produksi dipimpin oleh seorang manajer produksi yang
mempunyai tugas utama memimpin dan mengurus semua aspek kegiatan produksi
sesuai dengan tujuan perusahaan dan senantiasa berusaha untuk meningkatkan efisiensi
pabrik. Manajer produksi membawahi kepala pabrik dan kepala tata usaha. Kepala
pabrik bertanggung jawab atas persediaan bahan baku, mutu produk yang dihasilkan,
serta kelancaran proses produksi.
Departemen administrasi dipimpin oleh seorang manajer administrasi yang
membawahi bagian logistik dan bagian transportasi. Bagian logistik mengatur
persediaan atau stok barang jadi atau bahan baku, dan bagian transportasi memonitor
kelancaran pengiriman barang ke area yang ditentukan.
Departemen marketing dikepalai oleh seorang manajer marketing memiliki tiga
sub-departemen, yaitu dua regional sales, dan sub-departemen marketing and sales.
Manajer marketing bertanggung jawab terhadap kelancaran penjualan, membuat target
dan perencanaan penjualan, serta menetapkan strategi pemasaran seperti melakukan
promosi, mengembangkan area pemasaran, dan lain-lain.
Saat ini pemasaran minyak goreng Cap Sendok baru mencakup wilayah
Sumatera dan Jawa, sehingga regional sales tersebut masing-masing bertanggung
jawab atas pemasaran dan penjualan untuk daerah Sumatera dan daerah Jawa.
Selanjutnya, masing-masing regional sales membawahi beberapa area penjualan.
Regional sales untuk Sumatera membawahi supervisor area Sumatera bagian utara dan
Sumatera bagian tengah, sedangkan regional sales untuk Jawa membawahi supervisor
area Jakarta dan Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Sub-departemen marketing and sales suport membawahi bagian sales
promotion, market research, dan administration computer and data center. Bagian
sales promotion membuat perencanaan dan menjalankan kegiatan promosi penjualan
minyak goreng Cap Sendok. Bagian market research melakukan survei atau riset
berdasarkan tujuan pemasaran yang ingin dicapai. Bagian administration computer
and data center bertugas mengumpulkan data guna keperluan pemasaran dan penjualan
produk dengan didukung oleh sistem informasi.
Divisi Refinery adalah salah satu bagian dari PT Astra Agro Lestari, Tbk yang
bergerak dalam pengolahan serta penjualan dan pemasaran minyak goreng yang
merupakan salah satu turunan dari minyak kelapa sawit (CPO). Divisi Refinery
mempunyai visi, misi, serta tujuan sendiri yang mendukung perusahaan.
Visi divisi Refinery adalah Menjadi Salah Satu Pemain Utama dalam
Pemasaran Minyak Goreng. Misi dari divisi Refinery adalah Menghasilkan Produk
Turunan dari Minyak Kelapa Sawit yang Memiliki Nilai Lebih dibandingkan
Kompetitor dan Disukai oleh Masyarakat. Misi ini memiliki tujuan yang dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1) Menghasilkan Produk Turunan dari Minyak Kelapa Sawit,
Divisi Refinery disiapkan menjadi divisi yang akan memproduksi berbagai produk
turunan minyak kelapa sawit yang salah satunya adalah minyak goreng. Hal ini
sejalan dengan strategi PT AAL sebagai level korporat yang ingin memasuki
downstream industry kelapa sawit dengan diversifikasi produk yang beragam,
karena PT AAL memiliki bahan baku minyak kelapa sawit yang cukup besar.
2) Memiliki Nilai Lebih Dibanding Kompetitor
Misi ini diturunkan dari misi inovatif korporat yang mana divisi Refinery dituntut
untuk inovatif dalam menghadirkan produk-produknya bagi konsumen agar
memiliki nilai lebih dibanding kompetitor dan sesuai dengan misi korporat untuk
menjadi role model.
3) Disukai Masyarakat
Untuk mendapatkan pelanggan, divisi Refinery selain memberikan nilai lebih dalam
produknya, juga harus disukai masyarakat, baik dari sisi produk akhirnya, proses
produksinya yang ramah lingkungan maupun pelayanannya kepada pelanggan.
B. ANALISIS SISTEM

Analisa sistem merupakan studi mendalam mengenai kebutuhan-kebutuhan


informasi end-user yang menghasilkan kebutuhan-kebutuhan fungsional yang akan
digunakan sebagai basis desain dari sistem yang akan digunakan sistem informasi
manajemen basis data Refinery ini dirancang agar dapat mempermudah dalam
pengolahan data pada divisi Refinery. Sistem informasi manajemen basis data
Refinery ini membantu Division Head dalam melihat hasil pengolahan data, karena
Division Head dapat langsung melihat laporan tanpa harus datang ke bagian
pengolahan data sehingga lebih efisien dan efektif. Pengawasan data dapat dilakukan
secara langsung dan kontinyu tanpa melewati beberapa media yang terpisah. sistem
informasi manajemen basis data Refinery dibuat melalui jaringan internet yang hanya
dapat diakses oleh PT Astra Agro Lestari Tbk khususnya untuk divisi Refinery.

1. Struktur Proses

Diagram hirarki yang digunakan pada struktur sistem mendefinisikan dan


mengilustrasikan organisasi dari sistem informasi yang menunjukkan hubungan
antar elemen data. Struktur ini disusun dengan memperhatikan sistem yang sudah
berjalan saat ini sehingga sistem yang akan dikembangkan nanti tidak merubah
sistem yang sudah berjalan dan membuatnya menjadi lebih baik. Bagan struktur
proses dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Hirarki Sistem Informasi Manajemen Basis Data pada


Divisi Refinery

Struktur proses sistem informasi manajemen basis data Refinery terdiri dari
input-proses-output. Input berupa data distributor dan harga dari regional sales
area Jawa dan regional sales area Sumatera, data produksi dari kepala pabrik dan
data stok dari bagian logistik. Data ini akan diproses oleh administration computer
and data center. Untuk diverifikasi oleh manajer administrasi, manajer marketing,
dan manajer produksi. Data yang sudah diverifikasi akan dikirimkan ke Division
Head untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan. Bagan struktur proses dapat
dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Struktur Proses pada Divisi Refinery

2. Identifikasi Aktor

Indentifikasi aktor adalah untuk mengidentifikasikan peranan perorangan


(aktor-aktor) dalam suatu sistem yang dibuat. Dalam hal ini aktor-aktor yang
berperan adalah kepala pabrik, bagian logistik, administrator computer and data
center, regional sales area Jawa, dan regional sales area Sumatera. Web yang
disajikan terdiri-dari data-data informasi berupa data penjualan, data distributor,
data logistik, dan data produksi. Semua data ini digunakan oleh Division Head
untuk mengambil keputusan dalam menjaga kesinergisan kinerja semua
departemen. Fungsi aktor regional sales area Jawa dan Sumatera adalah menginput
data penjualan dan distributor sedangkan bagian logistik untuk menginput data stok
dan kepala pabrik menginput data produksi. Manajer produksi, manajer marketing,
dan manajer produksi menganalisa data yang diterima untuk diberikan kepada
Division Head. Untuk aktor administrator computer and data center berperan
dalam mengontrol kinerja dalam web ini. Tabel identifikasi aktor dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Identifikasi aktor
Informasi Item Data Aktor User Frekuensi
A B C D E F G H I Penggunaan
Data Penjualan 9 9 - - 9 9 - - 9 bulanan
Data Distributor 9 9 - - 9 9 - - 9 bulanan
Data Logistik - - 9 - 9 - 9 - 9 bulanan
Data Produksi - - - 9 9 - - 9 9 bulanan
Keterangan :
A = Regional Sales area Jawa F = Manajer Marketing
B = Regional Sales area Sumatera G = Manajer Administrasi
C = Bagian Logistik H = Manajer Produksi
D = Kepala Pabrik I = Division Head
E = Administrator Computer and Data center

3. MATRIKS CROSS TAB

Matriks cross tab adalah tabel yang menggambarkan hubungan antara jenis
informasi dengan tipe data. Pada jenis informasi data penjualan, diperlukan data
numerik berupa harga pasar dan data teks yang menggambarkan pasar yang
disurvei. Untuk informasi data distributor diperlukan data numerik berupa data
fasilitas, sales force dan support administration yang dimiliki distributor, serta data
teks berupa nama daerah distributor. Pada informasi data logistik diperlukan data
numerik berupa stok barang dan data teks berupa jenis barang sedangkan untuk
informasi produksi hanya diperlukan data numerik berupa jumlah produksi.
Data-data tersebut diinput oleh pihak kepala pabrik, bagian logistik,
regional sales area Jawa dan regional sales area Sumatera. Pihak kepala pabrik,
bagian gudang, regional sales area Jawa dan regional sales area Sumatera hanya
berperan untuk menginput data, sedangkan yang berperan dalam mengedit dan
mengontrol sistem web ini adalah pihak administrator computer and data center.
Pihak Division Head, manajer produksi, manajer marketing, dan manajer produksi
hanya dapat melihat laporan berupa data yang telah diberikan. Untuk semua
pengguna sistem ini diperlukan login terlebih dahulu. Secara lengkap matriks cross
tab dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Matriks cross tab
Jenis Informasi Data Numerik Teks

Informasi data penjualan

Informasi data distributor -

Informasi data logistik

Informasi data produksi -

Login
- Nama -
- Satus -
- Password

C. DESAIN SISTEM

1. Data Flow diagram (DFD)

Metode yang digunakan dalam mendesain sistem ini adalah diagram alir
data atau Data Flow Diagram (DFD). Diagram tersebut digunakan untuk
menampilkan desain sistem dalam bentuk gambar suatu transfer data dari
sumbernya melalui proses operasi ke tujuannya. Menurut Ambler (2003), DFD
menunjukkan alir data dari kesatuan entiti-entiti eksternal ke dalam sistem dan
menunjukkan bagaimana data bergerak dari proses yang satu ke proses lain, seperti
halnya penyimpanan logikal. Pada awalnya DFD menggambarkan sistem secara
garis besar pada DFD level 0 dan kemudian menjadi lebih terinci pada DFD level 1
dan seterusnya (Suherman, 2002). DFD level 0 sistem ini dapat dilihat pada
Gambar 8. Pada level 0 terdapat delapan entitas (Division Head, manajer
marketing, manajer produksi, manajer administrasi, administration computer and
data center, regional sales area Jawa dan Sumatra, kepala pabrik, dan bagian
logistik) dan empat proses (pengumpulan data, data awal, pengelolaan data, dan
pelaporan). Aliran data dimulai dari aktivitas yang dilakukan oleh administrator
yaitu melakukan proses pegumpulan data dari regional sales area Jawa dan
Sumatera, kepala pabrik, dan bagian logistik. Data yang telah dikumpulkan
kemudian diproses menjadi data awal yang akan digunakan untuk memenuhi
kebutuhan masing-masing bagian dan diverifikasi datanya oleh masing-masing
manajer setelah itu akan diproses dalam proses pengelolaan data. Proses
pengelolaan data dilakukan oleh administrator yang akan menghasilkan hasil
laporan akhir untuk Division Head melalui proses pelaporan yang mana hasil
laporan akhir ini dapat membantu Division Head dalam mengambil keputusan.
Kepala Regional Sales
Bagian
Pabrik area Jawa dan
Logistik
Sumatera

Data Data survei harga produk


Data
produksi dan distributor
stok

1
Pengumpulan
data +

Mengelola
data

Administrator 4 Division
dan Basis
Datadata Melaporkan Pelaporan Dilaporkan Head
Menganalisa
Center
Refinery
+

2 3
Data Pengelolaan
Awal + Data +

Verifikasi Verifikasi Verifikasi


data data data
produksi marketing logistik

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


produksi marketing logistik

Manajer Manajer Manajer


Produksi Marketing Administrasi

Gambar 8. DFD Level 0 Proses pada Basis Data Refinery


Diagram alir data level 1.1 merupakan subproses dari proses pengumpulan
data yang didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, kepala pabrik,
regional sales area Jawa dan Sumatera, dan bagian logistik), empat proses (input
data produksi, input data marketing, input data logistik, dan kumpulan basis data),
dan empat penyimpanan data (data produksi, data penjualan, data distributor, dan
data logistik). Pada diagram alir data level 1.1 proses yang terjadi meliputi aliran
input data produksi dari kepala pabrik, input data penjualan dan distributor dari
regional sales area Jawa dan Sumatera ke basis data Refinery berupa data penjualan
dan distributor, dan input data logistik dari bagian logistik.
Hasil dari proses input data menghasilkan informasi data. Data produksi
menghasilkan informasi data produksi. Data penjualan dan distributor
menghasilkan informasi data penjualan dan distributor. Data logistik menghasilkan
informasi data logistik. Informasi data akan masuk ke data store. Data produksi
masuk ke data store produksi, data penjualan dan distributor masuk ke data store
penjualan dan distributor, data logistik masuk ke data store logistik.
Data store akan menghasilkan arsip data yang akan dikumpulkan melalui
proses kumpulan basis data yang akan dikelola oleh administration computer and
data center. Data store produksi akan menghasilkan arsip data produksi. Data
store penjualan dan distributor akan menghasilkan arsip data penjualan dan
distributor. Data store logistik akan menghasilkan arsip data logistik. Secara
lengkap DFD Level 1.1 dapat dilihat pada Gambar 9.
Bagian
Kepala Regional Sales area Jawa dan Sumatera Logistik
Pabrik

Data produksi Data survei harga produk


dan distrbutor Data stok

2 3
1
Input data Input data
Input data
marketing logistik
produksi

Informasi data Informasi data Informasi data Informasi data


produksi penjualan distributor logistik

1 produksi 2 penjualan 3 distributor 4 logistik

Arsip data Arsip data Arsip data Arsip data


produksi penjualan distributor logistik

4
Kumpulan
basis data

Mengelola
data

Administrator dan Data Center

Gambar 9. DFD Level 1.1 Subproses dari Proses Pengumpulan Data


Diagram alir data level 1.2 merupakan subproses dari proses pengelolaan data yang
didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, kepala pabrik, manajer
produksi, manajer marketing, dan manajer administrasi) dan satu proses
(penggunaan data awal). Pada DFD level 1.2 aliran data dimulai dari administrator
yang memproses basis data Refinery untuk proses penggunaan data awal oleh
manajer pada masing-masing bagian. Secara lengkap DFD Level 1.2 dapat dilihat
pada Gambar 10.

Administrator
dan Data Center

Basis data
Refinery

1
Penggunaan
data awal

Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan


produksi marketing logistik

Manajer Manajer Manajer


Produksi Marketing Administrasi

Gambar 10. DFD Level 1.2 Subproses dari Proses Pengelolaan Data

Diagram alir data level 1.3 merupakan subproses dari proses data awal yang
didalamnya melibatkan empat entiti (administrator, manajer produksi, manajer
marketing, dan manajer administrasi) dan satu proses (pengecekkan data). Aliran
data dimulai dari manajer pada masing-masing bagian yang melakukan proses
pengecekkan data dan telah memverifikasikan hasilnya untuk dianalisa lebih lanjut
oleh administrator. DFD Level 1.3 dapat dilihat pada Gambar 11.
Manajer Manajer Manajer
Produksi Marketing Administrasi

Verifikasi data Verifikasi data Verifikasi data


produksi marketing logistik

1
Pengecekan
data

Menganalisa

Administrator
dan Data Center

Gambar 11. DFD Level 1.3 Subproses dari Proses Data Awal

Diagram alir data level 1.4 merupakan subproses dari proses pelaporan yang
didalamnya melibatkan dua entiti (administrator dan division head) dan satu proses
( hasil pengecekkan). Aliran data dimulai dari administrator yang melaporkan
hasil akhir laporan melalui proses hasil pengecekkan data. Laporan akhir ini
digunakan oleh Division Head untuk acuan dalam pengambilan keputusan. DFD
Level 1.4 dapat dilihat pada Gambar 12.

Division Head
Melaporkan

1
Hasil
Pengecekan
Dilaporkan

Division Head

Gambar 12. DFD level 1.4 Subproses dari Proses Pelaporan


2. Normalisasi
Ketika merancang suatu basis data untuk suatu sistem relasional, prioritas
utama dalam mengembangkan model data logikal adalah dengan merancang suatu
representasi data yang tepat bagi relationship dan constrainnya (batasannya).
Teknik yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi relasi-relasi tersebut
dinamakan normalisasi. Definisi lainnya untuk normalisasi adalah proses
pengelompokkan data ke dalam bentuk tabel atau relasi atau file untuk menyatakan
entitas dan hubungan mereka sehingga terwujud satu bentuk basis data yang mudah
untuk dimodifikasi. Data yang terdapat pada SIMRefinery ini terdiri dari empat
tabel data yang merupakan hasil dari pejabaran desain DFD. Semua penyimpanan
data (data store) pada DFD akan berubah menjadi empat tabel data yang mana
data store pada SIMRefinery adalah produksi, distributor, penjualan, dan logistik.
Setiap bagian ini memiliki informasi yang dijabarkan, hal ini dapat dilihat melalui
Tabel 5, 6, 7, dan 8.
Untuk mendapatkan hasil rancangan basis data yang baik maka diperlukan
normalisasi pada data divisi Refinery. Normalisasi ini dibuat bertujuan untuk
menghilangkan redudansi data yakni penggandaan data yang akan menyebabkan
ketidak konsistenan data dimana hal tersebut merupakan hal utama yang harus
diperhatikan dalam pembuatan basis data. Dengan menghilangkan beberapa grup
menjadi suatu grup baru tunggal yang tersusun dalam elemen maka konsistensi data
dapat terjaga. Normalisasi juga merupakan salah satu tahap untuk menuju
implementasi dimana bentuk grup dari normalisasi ini akan menjadi rancangan
kerja pembuatan bentuk basis data dalam SIMRefinery ini secara utuh dan
menyeluruh.
Tabel 5. Data Produksi
Informasi data Keterangan
Tanggal Tanggal input data untuk data produksi
SS10 Hasil produksi untuk kemasan minyak goreng standing pouch
1 liter
SS20 Hasil produksi untuk kemasan minyak goreng standing pouch
2 liter
SB10 Hasil produksi untuk kemasan botol minyak goreng 1 liter
SB20 Hasil produksi untuk kemasan botol minyak goreng 2 liter
SJ05 Hasil produksi untuk kemasan jerigen minyak goreng 5 liter
SJ20 Hasil produksi untuk kemasan jerigen minyak goreng 20 liter

Tabel 6. Data Logistik


Informasi data Keterangan
Tanggal Tanggal input data untuk data logistik
SS10 Stok minyak goreng untuk kemasan standing pouch 1 liter
SS20 Stok minyak goreng untuk kemasan standing pouch 2 liter
SB10 Stok minyak goreng untuk kemasan botol 1 liter
SB20 Stok minyak goreng untuk kemasan botol 2 liter
SJ05 Stok minyak goreng untuk kemasan jerigen 5 liter
SJ20 Stok minyak goreng untuk kemasan jerigen 20 liter

Tabel 7. Data Penjualan


Informasi data Keterangan
Tanggal Tanggal input data untuk data logistik
SS10 Harga minyak goreng untuk kemasan standing pouch 1 liter
SS20 Harga minyak goreng untuk kemasan standing pouch 2 liter
SB10 Harga minyak goreng untuk kemasan botol 1 liter
SB20 Harga minyak goreng untuk kemasan botol 2 liter
SJ05 Harga minyak goreng untuk kemasan jerigen 5 liter
SJ20 Harga minyak goreng untuk kemasan jerigen 20 liter
Merek Merek minyak goreng yang disurvei
Daerah Daerah atau Kota tempat survei
Pasar Pasar tempat survei
Tabel 8. Data Distributor
Informasi data Keterangan
Kota Kota distributor yang dimiliki
Sub area distributor Sub area distributor yang dimiliki
Gudang Fasilitas gudang yang dimiliki
Mobil truk Fasilitas mobil truk yang dimiliki
Mobil box Fasilitas mobil box yang dimiliki
Sepeda Motor Fasilitas sepeda motor yang dimiliki
Office Fasilitas office yang dimiliki
Manajer Armada sales manajer yang dimiliki
Chief sales executive Armada sales chief sales executive yang dimiliki
Sales Armada sales yang dimiliki
Sales Center Armada sales center yang dimiliki
Accounting Support administration accounting yang dimiliki
Logistik Support administration logistik yang dimiliki

a. Normal Form 1 (NF 1)


Pada tahap ini dilakukan penghilangan beberapa group elemen yang berulang
pada data diatas agar menjadi satu harga tunggal yang berinteraksi diantara setiap
baris pada suatu tabel, dan setiap atribut harus mempunyai nilai data atomik
(bersifat atomic value). Pada data produksi yang terdiri dari tanggal, ss10, ss20,
sb10, sb20, sj05, dan sj20 dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu kdDataProduksi
merupakan ciri dari tabel data produksi, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05,
dan sj20), dan tanggal. Pada data logistik yang terdiri dari tanggal, ss10, ss20,
sb10, sb20, sj05, sj20, tujuan kirim, keterangan, jumlah masuk, dan jumlah keluar
dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu kdDataLogistik merupakan ciri dari tabel
data logistik, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20), jumlahMasuk,
jumlahKeluar, tujuanKirim, keterangan dan tanggal. Pada data distributor yang
terdiri dari sub area distributor, gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor,
office, manajer, chief sales, acount sales executive, sales, sales center, accounting,
dan logistik dapat dikelompokkan menjadi tujuh yaitu kdDataDistributor
merupakan ciri dari tabel data distributor, daerah, fasilitas (sub area distributor,
gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor, office), sales force (manajer, account
sales executive, sales, dan sales center), support administration (accounting dan
logistik), jumlah, dan tanggal. Pada data penjualan yang terdiri dari tanggal,
daerah, pasar, merek, ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20 dapat dikelompokkan
menjadi tujuh yaitu kdDataPenjualan merupakan ciri dari tabel data penjualan,
daerah, pasar, merek, jenisProduk (ss10, ss20, sb10, sb20, sj05, dan sj20), harga,
dan tanggal. Normal Form 1 dapat dilihat pada Tabel 19 dan 20.

Tabel 9. Normal Form 1 Data Produksi dan Data Logistik


Data produksi Data logistik
kdDataProduksi kdDataLogistik
jenisProduk jenisProduk
tanggal jumlahMasuk
jumlahKeluar
tujuanKirim
keterangan
tanggal

Tabel 10. Normal Form 1 Data Distributor dan Data Penjualan

Data distributor Data penjualan


kdDataDistributor kdDataPenjualan
daerah daerah
fasilitas pasar
salesForce merek
supportAdministration jenisProduk
jumlah harga
tanggal tanggal

b. Normal Form 2 (NF 2)


Bentuk normal kedua didasari atas konsep full functional dependency
(ketergantungan fungsional sepenuhnya). Bentuk normal kedua memungkinkan
suatu relasi memiliki composite key, yaitu relasi dengan primary key yang
terdiri dari dua atau lebih atribut. Suatu relasi yang memiliki single atribut
untuk primary key-nya secara otomatis pada akhirnya menjadi NF 2. Sama
halnya seperti normalisasi, tujuan NF 2 juga agar tidak terjadi ketimpangan
antar data, karena walaupun pada NF 1 sudah tergabung dalam grup yang berisi
elemen-elemen tetapi elemen itu sendiri terkadang menyimpan atribut-atribut
yang dapat mengalami redudansi. Tabel Normal Form 2 merupakan tabel dari
hasil pemecahan data. Untuk data produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu
tabel data produksi dan tabel jenis produk. Untuk data logistik dapat dibagi
menjadi dua yaitu tabel data logistik dan tabel jenis produk. Untuk data
penjualan dapat dibagi menjadi lima yaitu tabel data penjualan, tabel jenis
produk, tabel daerah, tabel pasar, dan tabel merek. Untuk data distributor dapat
dibagi menjadi lima yaitu tabel data distributor, tabel daerah, tabel fasilitas,
tabel sales force, dan tabel support administration. Bentuk NF 2 pada sistem
informasi ini dapat dilihat pada Tabel 11, 12, 13, dan 14.

Tabel 11. Normal Form 2 Data Produksi, Jenis Produk, dan Data Logistik
Data produksi Jenis produk Data logistik
kdDataProduksi kdProduk kdDataLogistik
jenisProduk namaProduk jenisProduk
jumlah jumlahMasuk
tanggal jumlahKeluar
tujuanKirim
keterangan
tanggal

Tabel 12. Normal Form 2 Data Distributor, Fasilitas, dan Sales Force
Data distributor Fasilitas Sales Force
kdDataDistributor kdFasilitas kdSalesForce
kdDaerah NamaFasilitas namaSalesForce
kdFasilitas
kdSalesForce
kdSupportAdministration
jumlah
tanggal

Tabel 13. Normal Form 2 Support Administration dan Daerah


Support Administration Daerah
kdSupportAdministration kdDaerah
namaSupportAdministration namaDaerah
Tabel 14. Normal Form 2 Data Penjualan, Pasar, dan Merek
Data Pejualan Pasar Merek
kdDataPenjualan kdPasar kdMerek
kdDaerah namaPasar namaMerek
kdPasar
kdMerek
kdJenisProduk
harga
tanggal

3. Tipe Data
Dalam proses implementasi basis data, entitas-entitas yang terdapat dalam
struktur basis data relasional akan menjadi tabel. Untuk atribut masing-masing
entitas akan menjadi field data dalam tabel. Field data dalam tabel digunakan
untuk menyimpan informasi yang telah dikelompok-kelompokkan. Dari hasil
normal form 2 dapat dibuat suatu basis data dengan tipe field data yang sesuai.
Tipe field data dalam tabel yang terdapat pada masing-masing struktur basis data
relasional dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 15. Tipe Data dalam Tabel Data Distributor


Nama field Arti Tipe
Kd_distributor Kode data distributor Varchar(10)
Kd_kota Kode data kota Varchar(10)
Kd_fasilitas Kode data fasilitas Varchar(10)
Kd_Salesforce Kode data sales force Varchar(10)
Kd_Supportadministration Kode data support Varchar(10)
administration
Jumlah Jumlah distributor yang Integer
dimiliki
tanggal Tanggal input data Date
Tabel 16. Tipe Data dalam Tabel Fasilitas
Nama field Arti Tipe
Kd_fasilitas Kode data fasilitas Varchar(10)
Nama Nama fasilitas distributor Varchar (30)

Tabel 17. Tipe Data dalam Tabel Salesforce


Nama field Arti Tipe
Kd_Salesforce Kode data sales force Varchar(10)
Nama Nama sales force distributor Varchar (30)

Tabel 18. Tipe Data dalam Tabel Support Administration


Nama field Arti Tipe
Kd_ support Kode data support administration Varchar(10)
administration
Nama Nama support administration Varchar (30)
distributor

Tabel 19. Tipe Data Penjualan dalam Tabel Data Penjualan


Nama field Arti Tipe
Kd_penjualan Kode data penjualan Varchar(10)
Kd_daerah Kode data daerah Varchar(10)
Kd_merk Kode data merk Varchar(10)
Kd_produk Kode data produk Varchar(10)
Kd_pasar Kode data produk Varchar(10)
Harga Harga produk penjualan Integer
Tanggal Tanggal input data Date

Tabel 20.Tipe Data dalam Tabel Merek


Nama field Arti Tipe
Kd_merek Kode data merek Varchar(10)
Nama Nama merk produk Var char (30)

Tabel 21. Tipe Data dalam Tabel Daerah Penjualan


Nama field Arti Tipe
Kd_ daerah Kode data daerah penjualan Varchar(10)
Nama Nama daerah penjualan Var char (30)

Tabel 22. Tipe Data dalam Tabel Pasar Penjualan


Nama field Arti Tipe
Kd_ pasar Kode data pasar penjualan Varchar(10)
Nama Nama daerah penjualan Var char (30)
Tabel 23. Tipe Data dalam Tabel Jenis Produk
Nama field Arti Tipe
Kd_produk Kode data produk Varchar(10)
Nama Nama tipe produk Var char (30)

Tabel 24. Tipe Data Produksi dalam Tabel Data Produksi


Nama field Arti Tipe
Kd_produksi Kode data produksi Varchar(10)
Kd_produk Kode data produk Varchar(10)
Jumlah Jumlah produksinya Integer
Tanggal Tanggal input data Date

Tabel 25. Tipe Data Logistik dalam Tabel Data Logistik


Nama field Arti Tipe
Kd_logistik Kode data logistik Varchar(10)
Kd_produk Kode data produk Varchar(10)
Jumlah masuk Jumlah barang yang masuk Integer
Jumlah keluar Jumlah barang yang keluar Integer
Tujuan kirim Tujuan kirim barang Text
keterangan Keterangan yang terjadi pada text
logistik
tanggal Tanggal input data Date

4. Entity Relationship Diagram (ER-Diagram)

Entity Relationship Diagram (ER-Diagram) adalah suatu model jaringan


yang menggunakan susunan data yang disimpan dalam sistem secara abstrak. ER-
Diagram merupakan suatu model jaringan yang menekankan pada struktur-struktur
dan relationship data. ER-Diagram memperlihatkan hubungan antar data store.
Perancangan (desain) basis data perlu dilakukan demi efektivitas serta efisiensi
program aplikasi yang akan dihasilkan.
Basis data sangat berkaitan dengan data yang akan diberikan kepada
pengguna. Oleh karena itu, pembuatan rancangan basis data harus dilakukan
dengan sebaik-baiknya. Hal ini dimaksudkan agar keseluruhan data yang
dihasilkan berdasarkan analisis kebutuhan dapat disajikan dan memberikan
penjelasan kepada pengguna serta sesuai dengan keinginan pengguna. Pembuatan
rancangan basis data dimulai setelah pembuatan Entity Relationship (ER), yaitu
suatu model fungsional data yang dapat menggambarkan hubungan-hubungan yang
sederhana yang terjadi antar entitas yang terdapat di dalam Perancangan Sistem
Informasi Manajemen Basis Data Refinery. Sebelum membuat ER, atribut dalam
beberapa entiti menggunakan property indentifier dan mandatory. Identifier
digunakan untuk mengidentifikasikan ada tidaknya atribut tersebut dalam entiti,
sedangkan madatory digunakan untuk mengidentifikasikan bahwa atribut harus
diisi suatu nilai (tidak boleh kosong).
a. ER Data Distributor
Data distributor terdiri dari empat entitas (support administration, sales
force, fasilitas, dan daerah). Entiti distributor dalam data distributor merupakan
entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti distributor dengan entiti
support administration, sales force, fasilitas, dan daerah memiliki hubungan
dengan tipe One-To-Many yang artinya dalam satu distributor memiliki
beberapa support administration, sales force, fasilitas, dan daerah. Hubungan
ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti support administration,
sales force, fasilitas, dan daerah merupakan bagian dari data pada entiti
distributor sehingga setiap data support administration, sales force, fasilitas,
dan daerah memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari
entiti distributor. ER data distributor dapat dilihat pada Gambar 13.
Suppot administration
kdSupportAdministration <pi> VA10 <M>
nama VA30
Identifier_1 <pi>

distributor = support administration

Distributor
kdDataDistributor <pi> VA10 <M>
Daerah VA30
Fasilitas VA30
Daerah
Sales Force VA30
Support Admiistration VA30 kdDaerah <pi> VA10 <M>
jumlah I distributor = daerah nama VA30
tanggal D Identifier_1 <pi>
Identifier_1 <pi>

distributor = fasilitas distributor = sales force

Fasilitas Sales Force


kdFasilitas <pi> VA10 <M> kdSalesForce <pi> VA10 <M>
nama VA30 nama VA30
Identifier_1 <pi> Identifier_1 <pi>

Gambar 13. ER Data Distributor

b. ER Data Penjualan
Data penjualan terdiri dari empat entitas (jenis produk, daerah, merek,
dan pasar). Entiti penjualan dalam data penjualan merupakan entiti utama
sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti penjualan dengan entiti jenis produk,
daerah, merek, dan pasar memiliki hubungan dengan tipe One-To-Many yang
artinya dalam satu penjualan memiliki beberapa produk, daerah, merek, dan
pasar. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti jenis
produk, daerah, merek, dan pasar merupakan bagian dari data pada entiti
penjualan sehingga setiap data jenis produk, daerah, merek, dan pasar memiliki
atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari entiti penjualan. ER
data penjualan dapat dilihat pada Gambar 14.
Jenis produk
kdProduk <pi> VA10 <M>
nama VA30
Identifier_1 <pi>

penjualan = jenis produk

Penjualan
kdDataPenjualan <pi> VA10 <M>
Daerah VA30
Pasar VA30
Daerah jenisProduk VA10
kdDaerah <pi> VA10 <M> penjualan = daerah Merek VA30
nama VA30 Harga I
Identifier_1 <pi> tanggal D
Identifier_1 <pi>

penjualan = merek penjualan = pasar

Merek Pasar
kdMerek <pi> VA10 <M> kdPasar <pi> VA10 <M>
nama VA30 nama VA30
Identifier_1 <pi> Identifier_1 <pi>

Gambar 14. ER Data Penjualan

c. ER Data Logistik
Data logistik terdiri dari satu entitas (jenis produk). Entiti logistik dalam
data logistik merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua hubungan. Entiti
logistik dengan entiti jenis produk memiliki hubungan dengan tipe One-To-
Many yang artinya dalam satu logistik memiliki beberapa jenis produk.
Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti jenis produk
merupakan bagian dari data pada entiti logistik sehingga setiap data jenis
produk memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang berasal dari
entiti logistik. ER data logistik dapat dilihat pada Gambar 15.
Logistik
Jenis produk
kdDataLogistik <pi> VA10 <M>
kdProduk <pi> VA10 <M>
jenisProduk VA10
nama VA30
logistik = jenis produk JumlahMasuk I
Identifier_1 <pi> JumlahKeluar I
TujuanKirim VA30
Keterangan VA30
tanggal D
Identifier_1 <pi>

Gambar 15. ER Data Logistik

d. ER Data Produksi
Data produksi terdiri dari satu entitas (jenis produk). Entiti produksi
dalam data produksi merupakan entiti utama sebagai pusat dari semua
hubungan. Entiti produksi dengan entiti jenis produk memiliki hubungan
dengan tipe One-To-Many yang artinya dalam satu produksi memiliki beberapa
jenis produk. Hubungan ini berfungsi untuk mengidentifikasi data pada entiti
jenis produk merupakan bagian dari data pada entiti produksi sehingga setiap
data jenis produk memiliki atribut yang dapat mengidentifikasi data yang
berasal dari entiti produksi. ER data produksi dapat dilihat pada Gambar 16.

Produksi
kdDataProduksi <pi> VA10 <M>
jenisProduk VA10
jumlah I
tanggal D
Identifier_1 <pi>

produksi = jenis produk

Jenis produk
kdProduk <pi> VA10 <M>
nama VA30
Identifier_1 <pi>

Gambar 16. ER Data Produksi


5. Rancang Bangun Terinci

Rancang bangun terinci merupakan salah satu unsur penting melangkah ke


dalam proses implementasi sistem sehingga perlu dilakukan sebaik-baiknya agar
keseluruhan informasi yang dihasilkan pada tahapan analisis sistem dapat disajikan
dan memberikan penjelasan yang sesuai dengan keinginan pengguna. Rancang
bangun terinci ini dapat dilakukan setelah analisis sistem dan struktur data (DFD)
dilakukan sehingga dapat diketahui aliran arus informasi dari sistem yang akan
dibuat. Proses rancang bangun terinci ini dilakukan dalam dua tahap yaitu
penyusunan model data konseptual (Conceptual Data Model/ CDM) dan model
fisik (Physical Data Model/ PDM) (Suherman, 2002).
CDM merupakan suatu model yang merupakan struktur dari basis storage
yang mana objek data didalamnya belum dapat diimplementasikan secara fisik.
PDM merupakan suatu model fisik data lanjutan dari CDM dalam desain web basis
data ini. PDM memberikan model yang lebih spesifik dalam melakukan
implementasi sistem yaitu berupa physical data yang lebih aktual. PDM
merupakan tahapan terakhir dari rancang bangun suatu sistem untuk melangkah ke
dalam tahapan implementasi sistem.
Pembuatan CDM ini dilakukan untuk menggambarkan hubungan objek-
objek data (entiti) yang terlibat di dalam sistem tanpa melihat detail dari
implementasinya dan menggambarkan keseluruhan logika basis data yang bebas
dari program aplikasi. CDM yang dibuat dalam pengembangan sistem informasi
manajemen basis data untuk divisi Refinery meggambarkan hubungan dari objek-
objek data yang telah diuraikan dalam matriks kebutuhan informasi pengguna.
Dengan menggunakan CDM dapat disusun suatu struktur data yang bersifat logik
yang dibutuhkan dalam pengembangan desain basis data yang kemudian akan
menghasilkan suatu model data fisik informasi manajemen basis data Refinery.
CDM pada sistem informasi manajemen basis data ini dapat dilihat pada Gambar
17.
Produksi
kdDataProduksi <pi> VA10 <M>
jenisProduk VA10
jumlah I
tanggal D
Identifier_1 <pi>

produksi = jenis produk

Suppot administration Logistik


Jenis produk
kdSupportAdministration <pi> VA10 <M> kdDataLogistik <pi> VA10 <M>
kdProduk <pi> VA10 <M>
nama VA30 jenisProduk VA10
nama VA30
Identifier_1 <pi> logistik = jenis produk JumlahMasuk I
Identifier_1 <pi> JumlahKeluar I
TujuanKirim VA30
Keterangan VA30
distributor = support administration penjualan = jenis produk tanggal D
Identifier_1 <pi>

Distributor Penjualan

kdDataDistributor <pi> VA10 <M> kdDataPenjualan <pi> VA10 <M>


Daerah VA30 Daerah VA30
Fasilitas VA30 Pasar VA30
Daerah jenisProduk VA10
Sales Force VA30
kdDaerah <pi> VA10 <M> penjualan = daerah Merek VA30
Support Admiistration VA30
jumlah I distributor = daerah nama VA30 Harga I
tanggal D Identifier_1 <pi> tanggal D
Identifier_1 <pi> Identifier_1 <pi>

distributor = fasilitas distributor = sales force penjualan = merek penjualan = pasar

Fasilitas Sales Force


Merek Pasar
kdFasilitas <pi> VA10 <M> kdSalesForce <pi> VA10 <M>
kdMerek <pi> VA10 <M> kdPasar <pi> VA10 <M>
nama VA30 nama VA30
nama VA30 nama VA30
Identifier_1 <pi> Identifier_1 <pi>
Identifier_1 <pi> Identifier_1 <pi>

Gambar 17. Conceptual Data Model (CDM)


Setelah CDM dibuat dilakukan perancangan model data fisik yag
dirancang berdasarkan model data konseptual yang telah diuji dan tidak
terdapat kesalahan model. Model data fisik atau Physical Data Model
(PDM) menggambarkan diagram hubungan antar kesatuan entiti atau tabel
dalam sistem dengan memperhatikan tipe dan bentuk laporan, maka dapat
disusun hubungan antar dokumen (file) data dalam bentuk tabel-tabel data.
Implementasi model data konseptual dilakukan melalui
tarnsformasi kesatuan entiti yag terdapat pada model menjadi dokumen-
dokumen basis data dalam bentuk tabel data yang akan digunakan untuk
mentransformasikan model data koseptual dengan basis data MySQL.
Pada PDM Sistem informasi manajemen basis data di divisi
Refinery ini terdapat 4 entitas (produksi, logistik, distributor, dan
penjualan) yang saling berkaitan satu sama lain. Hubungan antara entitas
tersebut dihubungkan dengan sebuah garis panah yang menunjukkan arah
hubungan dengan keterangan di dekat garis yang berarti proses tujuan.
Primary key pada setiap entitas akan berbeda ditentukan dengan tanda
tulisan PK. Primary key ini menunjukkan keunikan suatu atribut pada
entitas tertentu. PDM pada sistem informasi manajemen basis data ini
dapat dilihat pada Gambar 18.
Produksi
kdDataProduksi varchar(10) <pk>
jenisProduk varchar(10)
jumlah integer
tanggal date

FK_JENIS_PR_PRODUKSI__PRODUKSI

Jenis produk
kdProduk varchar(10)
<pk> Logistik
Suppot administration kdDataProduksi varchar(10)
<fk3> kdDataLogistik varchar(10) <pk>
FK_JENIS_PR_LOGISTIK__LOGISTIK
kdSupportAdministration varchar(10) <pk> kdDataLogistik varchar(10)
<fk2> jenisProduk varchar(10)
kdDataDistributor varchar(10) <fk> kdDataPenjualan varchar(10)
<fk1> JumlahMasuk integer
nama varchar(30) nama varchar(30) JumlahKeluar integer
TujuanKirim varchar(30)
Keterangan varchar(30)
FK_SUPPORT_A_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI FK_JENIS_PR_PENJUALAN_PENJUALAN
tanggal date

Distributor Penjualan
kdDataDistributor varchar(10) <pk> kdDataPenjualan varchar(10) <pk>
Daerah varchar(30) Daerah varchar(30)
Fasilitas varchar(30) Daerah Pasar varchar(30)
Sales Force varchar(30) kdDaerah varchar(10) <pk> FK_DAERAH_PENJUALAN_PENJUALAN jenisProduk varchar(10)
Support Admiistration varchar(30) Merek varchar(30)
FK_DAERAH_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI kdDataPenjualan varchar(10) <fk2>
jumlah integer kdDataDistributor varchar(10) <fk1> Harga integer
tanggal date nama varchar(30) tanggal date

FK_FASILITAS_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI FK_PASAR_PENJUALAN_PENJUALAN
FK_SALES_FO_DISTRIBUSI_DISTRIBUSI FK_MEREK_PENJUALAN_PENJUALAN
Fasilitas Pasar
kdFasilitas varchar(10) <pk> kdPasar varchar(10) <pk>
Sales Force
kdDataDistributor varchar(10) <fk> Merek kdDataPenjualan varchar(10) <fk>
nama varchar(30) kdSalesForce varchar(10) <pk> nama varchar(30)
kdMerek varchar(10) <pk>
kdDataDistributor varchar(10) <fk>
kdDataPenjualan varchar(10) <fk>
nama varchar(30)
nama varchar(30)

Gambar 18. Physical Data Model (PDM)


D. IMPLEMENTASI DAN VERIFIKASI SISTEM

1. Aplikasi Sistem

Aplikasi yang terdapat di dalam sistem informasi manajemen basis


data Refinery ini dirancang berdasarkan kebutuhan pengguna, yaitu dengan
pengembangan aplikasi berbasis web. Aplikasi sistem informasi manajemen
basis data ini diberi nama SIMRefinery. Aplikasi dibuat dengan menggunakan
bahasa pemrograman PHP dengan alat bantu program aplikasi Macromedia
Dreamwever. PHP merupakan bahasa penulisan pada server yang didesain
secara khusus untuk membuat web. Melalui bahasa program PHP diharapkan
sistem manajemen basis data Refinery ini membentuk web dinamis. Misalnya,
bisa menampilkan isi basis data ke dalam halaman web.
Model kerja PHP diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh
browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dgn
sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server,
mengidentifikasi halaman yang dikehendaki dan menyampaikan segala
informasi yang dibutuhkan oleh web server. Web server akan mencarikan
berkas yang diminta dan isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin
inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke
web server selanjutnya web server menyampaikan ke klien.
Pengguna paket program aplikasi SIMRefinery dibedakan menjadi tiga
pengguna, yaitu administrator, penginput data, dan pengguna yang melihat
laporan. Aktor-aktor yang berperan dalam penginput data adalah regional
sales, kepala pabrik, dan bagian logistik. Untuk aktor yang berperan dalam
melihat laporan adalah manajer marketing, manajer produksi, manajer
administrasi, dan division head. Peranan pada aktor manajer dengan division
head berbeda. Untuk manajer hanya dapat melihat laporan pada masing-
masing bagian sedangkan division head dapat melihat seluruh laporan.
Seluruh fasilitas ini diawasi atau dikontrol oleh administrator. Bentuk
struktur desain proses digambarkan dalam sebuah bagan seperti pada Gambar
19.
Gambar 19. Struktur desain proses sistem
Pada halaman pembuka terdapat ajakan kepada pengguna untuk login.
Form login dibuat dengan maksud untuk melindungi data yang terdapat di
dalamnya. Hal ini perlu dilakukan karena data dan informasi yang terdapat di
dalam program merupakan data penting perusahaan. Langkah pengamanan ini
bisa mencegah kesalahan dan penyalahgunaan data. Fungsi pengamanan data
ini dilakukan oleh form login karena pada form login terdapat username,
password, dan level (jabatan dari pengguna). Melalui level ini dapat dibagi
menu-menu dengan fungsi yang terdapat pada masing-masing pengguna.
Pengguna yang memiliki kontrol penuh adalah administration computer and
Data Center. Tampilan login SIMRefinery dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Tampilan Login SIMRefinery

Pada level regional sales memiliki tugas untuk menginput data,


mengenai data harga penjualan minyak goreng dan data distributor yang
dimiliki. Untuk menu pada level regional sales tampilannya dibagi menjadi
dua bagian yaitu penjualan dan distributor. Menu penjualan ini dibagi dua
form yaitu untuk data pasar dan merek beserta harga setiap produknya. Menu
distributor digunakan untuk memberikan data mengenai distributor yang
dimiliki. Tampilan input data untuk regional sales dapat dilihat pada Gambar
21, 22, dan 23.
Gambar 21. Tampilan Input Data Penjualan untuk Regional Sales

Gambar 22. Tampilan Input Data Penjualan untuk Regional Sales


Gambar 23. Tampilan Input Data Distributor untuk Regional Sales

Pada bagian logistik memiliki tugas untuk menginput data logistik.


Data-data yang dibutuhkan meliputi jenis atau variasi produk dan jumlah
masuk atau jumlah keluar dari produk beserta keterangannya. Tampilan input
data untuk bagian logistik dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Tampilan Input Data Logistik untuk Bagian Logistik


Pada bagian kepala pabrik memiliki tugas untuk menginput data
produksi. Data-data yang diminta pada form input untuk produksi adalah data
dari jumlah minyak yang di produksi dari setiap jenis produk dalam satuan
liter. Tampilan input data untuk kepala pabrik dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Tampilan Input Data Produksi untuk Kepala Pabrik

Sistem informasi manajemen Refinery memberikan fasilitas


penyediaan informasi antara lain: (1) informasi data penjualan dan distributor
yang dapat digunakan oleh manajer marketing, Division Head, dan
administrator, (2) informasi data logistik yang dapat digunakan oleh manajer
administrasi, Division Head, dan administrator, dan (3) informasi data
produksi yang dapat digunakan oleh manajer produksi, Division Head, dan
administrator. Tampilan informasi data dapat dilihat pada Gambar 26, 27, 28,
dan 29.
Gambar 26. Tampilan Informasi Data Harga Penjualan

Data yang ditampilkan pada data harga penjualan adalah data dari hasil
survei pasar mengenai daftar harga, baik merek Cap Sendok sendiri maupun
merek-merek minyak goreng lain yang berada di pasaran. Hasil survei ini
berguna untuk manajer marketing dalam memberikan laporan kepada Division
Head bahwa merek Cap Sendok berada pada posisi mana di pasaran. Bentuk
tampilan laporan manajer marketing dapat dilihat pada Gambar 26.
Gambar 27. Tampilan Informasi Data Distributor yang Dimiliki

Data yang ditampilkan pada data distributor adalah data fasilitas, sales
force, dan support administration. Data fasilitas berisi data sub area
distributor, gudang, mobil truk, mobil box, sepeda motor, dan office yang
dimiliki oleh distributor pada area tersebut. Data sales force berisi struktur
armada sales yang dimiliki oleh distributor yang mana armada salesnya terdiri
dari manajer, chief sales, account sales executive, account sales outlet, sales,
dan sales center. Data support administration berisi data administrasi
pendukung seperti accounting dan logistik Bentuk tampilan data distributor
dapat dilihat pada Gambar 27.
Gambar 28. Tampilan Informasi Data Logistik

Data yang ditampilkan pada data logistik adalah data masuk dan
keluarnya barang dilengkapi dengan data tujuan kirim dan keterangan. Data
logistik berguna untuk melihat stok yang dimiliki setiap bulannya. Bentuk
tampilan data logistik dapat dilihat pada Gambar 28.

Gambar 29. Tampilan Informasi Data Produksi


Data yang ditampilkan pada data produksi adalah data produksi pada
setiap jenis barang setiap bulannya. Data produksi berguna untuk melihat
produksi yang dilakukan dalam setiap bulannya. Bentuk tampilan data
produksi dapat dilihat pada Gambar 29.
Untuk bagian Division Head, tampilan informasi datanya sama seperti
untuk tampilan informasi para manajer, hanya saja Division Head mempunyai
kelebihan dapat melihat tampilan informasi untuk semua departemen pada
divisi Refinery. Selain itu, Division Head juga memiliki keistimewaan seperti
dapat melihat laporan melalui grafik. Tampilan informasi data melalui grafik
untuk Division Head dapat dilihat pada Gambar 30.

Gambar 30. Tampilan Informasi Data Melalui Grafik untuk Division Head

Pada bagian administrator fasilitas yang dimiliki menyerupai bagian


Division Head dan para manajer, hanya saja administrator memiliki
keistimewaan seperti dapat menghapus dan mengedit data. Hal ini
dikarenakan fungsi administrator sebagai pengontrol sistem. Tampilan untuk
administrator dapat dilihat pada Gambar 31, 32, 33, dan 34.
Gambar 31. Tampilan Informasi Data Penjualan untuk Administrator

Gambar 32. Tampilan Informasi Data Distributor untuk Administrator


Gambar 33. Tampilan Informasi Data Logistik untuk Administrator

Gambar 34. Tampilan Informasi Data Produksi untuk Administrator


2. Implementasi dan Verifikasi

Pada tahap implementasi sistem dilakukan pengujian terhadap


program aplikasi SIMRefinery sebagai tahap persiapan sebelum program
dioperasikan. Pengujian diperlukan untuk melihat kelemahan-kelemahan
yang terdapat dalam program tersebut. Pengujian dilakukan dengan
mengetes semua command dan fungsi yang terdapat pada program
aplikasi. Dari hasil pengujian diketahui bahwa program aplikasi
SIMRefinery berjalan dengan baik. SIMRefinery melakukan pengelolaan
informasi melalui tiga tahapan, yaitu input, proses, dan output. Langkah-
langkah yang dilakukan dalam pengujian SIMRefinery adalah (1)
pemasukan data, sebelum SIMRefinery dapat digunakan secara penuh,
maka perlu dimasukkan data yang berisi informasi yang berupa data yang
terdapat dalam divisi Refinery; (2) strukturisasi data, strukturisasi
dilakukan untuk melakukan penyesuaian, perbaharuan, dan perbaikan
dalam sistem; dan (3) laporan data, laporan tersebut dilihat kesesuaiannya
dengan data yang telah dimasukkan.
Proses verifikasi dilakukan setelah tahap implementasi sistem
dilaksanakan yang mana elemen-elemen masukan, proses, dan keluaran
sistem dikembangkan sesuai dengan rancangan sistem yang dibuat.
Verifikasi merupakan pengujian untuk mengetahui tingkat kesesuaian
sistem yang dikembangkan memenuhi kebutuhan informasi bagi
pengguna. Verifikasi yang dilakukan adalah berupa pemasukan data yang
berhubungan dengan pembuatan basis data Refinery. Untuk dapat
melakukan verifikasi diperlukan data masukan sesuai dengan kebutuhan
pemakai. Verifikasi dapat secara langsung menjadi pengujian terhadap
keluaran sistem. Verifikasi dilakukan terhadap data penjualan, data
distributor, data logistik dan data produksi.
Fungsi utama dari program aplikasi SIMRefinery adalah untuk
mengelola informasi dalam divisi Refinery agar informasi yang diterima
lebih aktual dan akurat khususnya untuk division head. Hasil rancangan
ini diharapkan dapat menutupi kelemahan sistem pengelolaan informasi
sebelumnya. Kelebihan yang dimiliki sistem baru ini antara lain
(1) waktu yang dibutuhkan dalam mengolah data pada divisi Refinery akan
lebih efisien, karena pengolahan data ini dilakukan secara on-line sehingga
semua laporan dari berbagai departemen dan daerah dapat dilakukan
secara bersamaan; dan (2) hemat dalam hal biaya operasional, karena
perusahaan tidak perlu lagi mencetak laporan. Kelemahan yang terdapat
pada aplikasi ini adalah sistem keamanan perlu diperketat kembali agar
tidak terjadi kebocoran data. Walaupun demikian secara umum program
ini sudah mampu memenuhi kebutuhan informasi pihak manajemen divisi
Refinery.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Sistem informasi manajemen basis data Refinery yang dihasilkan


merupakan sistem yang berbasis on-line. Sistem ini berfungsi untuk
membantu divisi Refinery dalam pengumpulan dan pengolahan data agar
diperoleh informasi yang aktual. Sistem basis data ini membantu dalam
pencatatan data agar lebih terstruktur dan sistematis. Input data menjadi lebih
mudah karena menggunakan format yang standar dan pengolahan data dapat
dilakukan oleh sistem sehingga lebih cepat. Melalui aplikasi sistem informasi
manajemen basis data ini para manajer akan sangat terbantu karena dapat
melihat laporan secara aktual sehingga keputusan dapat diambil dengan cepat.
Sistem informasi manajemen basis data Refinery ini diberi nama
SIMRefinery. SIMRefinery memiliki fasilitas input data dan fasilitas informasi
hasil pengolahan data. Data-data yang diolah dalam sistem informasi
manajemen basis data Refinery adalah data produksi, logistik, penjualan, dan
distributor pada divisi Refinery. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah
PHP dengan database MySQL. Sistem informasi manajemen basis data
Refinery ini dibangun diatas sistem web sehingga sistem ini akan dapat
digunakan secara bersama oleh seluruh bagian dalam divisi Refinery di
berbagai daerah.
Pengembangan sistem ini menggunakan tahapan Database Life Cycle,
suatu tahapan yang umum digunakan dalam perancangan sistem basis data.
Tahapan dalam pengembangan sistem informasi manajemen basis data
Refinery adalah perencanaan basis data, definisi sistem, mengumpulkan dan
menganalisis data, desain basis data desain aplikasi, prototyping,
implementasi, konversi dan loading data, pengujian, dan pemeliharaan
operasional, dengan melalui pendekatan tahapan Database Life Cycle
perancangan sistem akan lebih komprehensif sehingga dapat dihasilkan sistem
basis data yang handal.
B. SARAN

1. Untuk mengimplementasikan sistem manajemen basis data Refinery ini


diperlukan adanya pelatihan bagi pengguna agar para pengguna dapat
mengoperasikannya dengan baik.
2. Secara berkala bagian administration and data center harus melakukan
kontrol terhadap sistem baik hardware maupun software-nya, agar tidak
terjadi kerusakan sistem dan informasi yang dihasilkan selalu akurat.
3. Perlu pengembangan sistem informasi ke arah sistem pengambilan
keputusan dengan pembuatan model aplikasi perhitungan. Model aplikasi
perhitungan dapat digunakan untuk membantu dalam mengetahui potensi-
potensi daerah pemasaran yang terbaik.
4. Perlu dipadukan dengan sistem-sistem lainnya yang ada di perusahaan
sehingga kinerja perusahaan secara menyeluruh dapat berjalan dengan
baik.
DAFTAR PUSTAKA

Astra. 2006. Laporan Tahunan 2006. PT Astra Agro Lestari Tbk, Jakarta.

Astra. 2007. Agrovaria September 2007. PT Astra Agro Lestari Tbk, Jakarta.

Connoly, T. dan C. Begg. 2005. Database Systems: A Practical Approach to


Design, Implementation and Management. Fourth Edition. Addision
Wesley, USA.

Danang, W. 2003. Sistem Informasi Manajemen Program Pendukung


Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Daerah Tahap Monitoring,
Evaluasi, Operasi, dan Pemeliharaan. Skripsi. Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Davis, G. B. 1991. Management Information Systems; Conceptual Foundations,


Structure and Development. McGraw-Hill Kogakusha, Tokyo. Di dalam
Gunawan, D. 1997. Komputerisasi Sistem Informasi Manajemen
Pengendalian Produksi Sirup Glukosa di PT. Raya Sugarindo. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Dyche, J. 2000. E- Data: Turning Data Into Information with Data Warehousing.
Addision Welsey Longman.

Eaglestone, B. 2001. Web Database Systems. McGraw-Hill, England.

Fathansyah. 1999. Buku Teks Komputer Basis Data. Informatika, Bandung. Di


dalam Ani Silvia. 2006. Perancangan Sistem Manajemen Basis Data
Untuk Kemasan Transportasi Komoditas. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Gunawan, D. 1997. Komputerisasi Sistem Informasi Manajemen Pengendalian


Produksi Sirup Glukosa di PT. Raya Sugarindo. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Hamdi, M. 1993. Pengembangan Sistem Informasi Kelapa Sawit Nasional dengan


Pendekatan Object-Oriented. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Heru. 2002. Perancangan Sistem Basis Data Sumber Daya Air. Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi Lingkungan, Jakarta.

Hutchinson, S.E dan S.C. Sawyer. 1988. Computers, The UserPerspective.


Richard D. Irwin Inc, Boston. Di dalam Surinah. 2000. Sistem Informasi
Agroindustri Tanaman Obat Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.
Kadir, A. 2003. Dasar Pemrograman Web Dinamis Menggunakan PHP.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

Laundon, K. 2002. Management Information Systems. 7th edition. Prentice-


Hall International, Inc, New Jersey.

Maspiyono. 1989. Pengembangan Sistem Informasi Akutansi Biaya di


Perkebunan Papadayan Garut. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Marsudi, E. 2003. Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Bauran Pemasaran


Minyak Goreng Sawit Merek Cap Sendok pada PT Astra Agro Lestari Tbk
Jakarta. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

McLeod, R. 2001. Sistem Informasi Manajemen. Edisi ketujuh. Bahasa


Indonesia. PT Prenhallindo, Jakarta.

Meisye. 2006. Sistem Zakat Berbasis Web. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Mukti, G. P. 1999. Aplikasi Intranet dalam Jaringan Sistem Informasi Bunga


Potong di Asosiasi Bunga Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

OBrien, J. 2003. Introduction to information Systems. McGraw-Hill


Companies Inc, Boston.

Praja, J. P. 1999. Pengembangan Prototipe Sistem Informasi Agroindustri Kopi


Indonesia. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
IPB, Bogor.

Puri, E. 2003. Analisis Startegi Promosi Minyak Goreng Cap Sendok pada PT
Astra Agro Lestari Tbk. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
Bogor, IPB, Bogor.

Reinandang, A. 2003. Sistem Informasi Berbasis SMS/GSM untuk Penjadwalan,


Penentuan Jalur dan Pengelolaan Sampah Padat Perkotaan. Skripsi.
Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Rozik, H. 1989. Perancangan Sistem Informasi Manajemen untuk Perencanaan


dan Pengendalian Produksi di PT Astra Agribisnis Cabang Citalahab
Sukabumi. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
IPB, Bogor.

Ruslan, W. D. 1997. Aplikasi Internet dalam Sistem Informasi Agribisnis Kelapa


Sawit. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor,
IPB, Bogor.
Schulties, R.A. dan M. Summer. 1992. Management Information Systems; The
Manager Views. Richard D. Irwin Inc, Boston. Di dalam Yasir, M. 2003
Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Terpadu
(Computer Integrated Bussiness System) pada Perusahaan Agroindustri
Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Stair, R.M. dan G.W. Reynolds. 1998. Principle of Information Systems; A


Managerial Approach. International Thomson Publishing, New York. Di
dalam Yasir, M. 2003 Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan
Produksi Terpadu (Computer Integrated Bussiness System) pada
Perusahaan Agroindustri Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry.
Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB,
Bogor.

Stallings, W. 2002. Data and Computer Communiction. Sixth Edition.


Prentice-Hall, Inc, New Jersey.

Suherman. 2002. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen untuk


Pengendalian Persedian Bahan. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian.
Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Suwarsih. 2004. Sistem Informasi Manajemen Akademik Magister Manajemen


Agribisnis-IPB Berbasis Web. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.

Szymanski, R. and D. Pulschen. 1995. Computer and Information System with


Hands-On Software Tutorials. Prentice Hall. New Jersey.

Turban, E. 2001. Decision Support and Expert System. Edisi keenam. Mcmillan
Publishing Company, New York.

Valaich, J. 2001. Essential of System Analysis and Design. Prentice-Hall


International, New Jersey.

Yasir, M. 2003 Pengembangan Sistem Informasi Perencanaan Produksi Terpadu


(Computer Integrated Bussiness System) pada Perusahaan Agroindustri
Studi Kasus di PT. Indonesia Maltose Industry. Skripsi. Fakultas
Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor, IPB, Bogor.
Lampiran 1. Struktur Grup Astra

Corporate Overview - Business & Corporate

Astra Sales
Auto distribution :
- Cars
Internation Operations
- Motorcycles

Investment Automotive Car Manufacturing :


- Toyota, Daihatsu, Isuzu
- Nissan Diesel, BMW,
Peugeot
Motorcycles Manufacturing :
Automotive - Honda
& Component Industry
Its related - Astra Otoparts

Financial Consumer Finance :


Services - Astra Credit Company Group
Car Financing
- Federal Intl Finance
Motorcycle Financing
Insurance
- Asuransi Astra Buana, Astra
CMG Life

Heavy Heavy Equipment


Equipment - United Tractors (Komatsu)

Agribusiness Agribusiness
- Astra Agro Lestari

Inf. Information & Technology


Technology - Astra Graphia
& Infrastructure Infrastructure
- Astratel - Telecomunication
Lampiran 2. Anak-anak Perusahaan PT Astra Agro Lestari Tbk

Anak Perusahaan Lokasi Kepemilikan (%)


Perkebunan Kelapa Sawit I
PT Sari Lembah Subur Riau 85.00
PT Eka Dura Indonesia Riau 99.99
PT Tunggal Perkasa Plantations Riau 99.99
PT Sawit Asahan Indah Riau 99.99
PT Kimia Tirta Utama Riau 75.00
PT Surya Panen Subur Riau 99.98
PT Sari Aditya Loka Jambi 90.00
PT Karya Tanah Subur Aceh 88.83
PT Perkebunan Lembah Bhakti Aceh 99.30
PT Letawa Sulawesi Selatan 99.99
PT Pasangkayu Sulawesi Selatan 99.99
PT Suryaraya Lestari Sulawesi Selatan 99.99
PT Mamuang Sulawesi Selatan 99.99
PT Lestari Tani Teladan Sulawesi Selatan 95.00
PT Gunung Sejahtera Ibu Pertiwi Kalimantan Tengah 99.99
PT Gunung Sejahtera Puti Pesona Kalimantan Tengah 95.00
PT Gunung Sejahtera Dua Indah Kalimantan Tengah 95.00
PT Suryaindah Nusantara Pagi Kalimantan Tengah 95.00
PT Agro Menararachmat Kalimantan Tengah 99.99
PT Gunung Sejahtera Yoli Makmur Kalimantan Tengah 95.00
PT Gunung Sejahtera Raman Permai Kalimantan Tengah 99.99
PT Persadabina Nusantaraabadi Kalimantan Tengah 95.00
PT Nirmala Agro Lestari Kalimantan Tengah 80.00
PT Bhadra Cemerlang Kalimantan Tengah 97.73
PT Cipnarada Lestari Kalimantan Tengah 80.00
PT Waru Kaltim Plantation Kalimantan Timur 99.99
PT Sukses Tani Nusasubur Kalimantan Timur 99.99
PT Karyanusa Eka Daya Kalimantan Timur 99.99
PT Sumber Kharisma Persada Kalimantan Timur 99.99
PT Simpati Tani Sentosa Kalimantan Timur 99.66
PT Cakradenta Agung Pertiwi Kalimantan Selatan 99.99

PERKEBUNAN KELAPA SAWIT


DAN KARET I
PT Cakung Permata Nusa Kalimantan Selatan 99.99
PT Bhadra Sukses Sulawesi Selatan 99.80

PERKEBUNAN KAKAO
PT Pandji Waringin Banten 99.96

MANUFAKTUR DAN JASA


PT Eka Dura Perdana Riau 99.96

Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2006)


Lampiran 3. Struktur Organisasi PT Astra Agro Lestari Tbk

SHARE HOLDER

Board of Commissioners

Board of Directors PRESIDENT OFFICE

President Director & Vice President Director Internal Audit (IA)

Government Relations (GR)

DIRECTOR IN CHARGE CORPORATE FUNCTION

Corporate Secretary (CS) Procurement (PRO)

Finance (FIN) Banking & Treasury (BT)

Accounting & Budget (AB)

Corporate Legal (CL)

TAX

Public Relations

Business Analyst (BA)

Palm Breeding (PB)

Agronomic Research (AR)

Quality & Environmet (QE)

R & D and Plantation Development (RPD) Information Technology (IT)

Development Andalas 1 (A1)

Development Borneo 3 (B3)

Development Celebes 2 (C2)

Development Rubber (RB)

Infrastructure (INF)

Mill Operation & Quality Control (MQC)

EngineeringMill Operation & Project Development (POD)


Quality Control (EMQ)
Manufacturing (MFQ)

Human Resources (HR)

General Affairs
Human Resources, General Affair &
Community Development (HGC) Community Development (CD)

Management Improvement (MI)

Marketing (MRK) Commodity (CM)

BUSINESS OPERATIONS

Andalas Area

Borneo Area

Plantation Operations & Control (POC) Celebes Area

Plantation Control (PC)

Refinery

Safety, Health & Environmet (SHE)

Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2007)


Lampiran 4. Struktur Organisasi Divisi Refinery

Sumber : PT Astra Agro Lestari Tbk (2006)


Lampiran 5. Garis Besar Proses Produksi Minyak Goreng Cap Sendok PT Astra Agro Lestari Tbk

P R O C E S S I N G COOKING OIL
1X
Penyaringan

RAW MATERIAL REFINING FRACTINATION PACKAGING

RBD PO
OLEIN II CAP
CPO OLEIN I
(REFINE FRACTINATION SENDOK
(Crude Palm BLEACHING
Oil)
OIL)

STEARIN 2X
Penyaringan
Lampiran 6. Rincian Proses Produksi Minyak Goreng Cap Sendok di PT Astra Agro Lestari Tbk

Fractionation Process

Refining Process

Pre-treatment Degumming Bleaching Deodorizing Preparation Crystalizer


Filtrasi
Section Section Section Section Tank Tank

Bleaching Heating
Degumming
CPO Bleaching Exchanger Cooling 70oC Crystalizar Press Filter
Process
earth 0.6-1% 265-270oC

FFA dipisahkan - Pendingin RBDPO Pemisahan


Heating Pre-stripper
Niagara Filter sebanyak -Memisahkan Fraksi Kristalisasi Fraksi
80-90oC 265-270oC
mungkin Olein dan Stearin Stearin dan
- Mengkristalkan Fraksi larutan RBDPO
Stearin

Penguapan bau dan


Deodorizer
Dryer Vessel Polishing Filter pemisahan kembali
265-270oC
Tank FFA yang tersisa

- RBD Olein/ Minyak


Goreng (75%)
Cooler Spiral - RBD Stearin (25%)
Holding Tank
70-80oC

RBD PO
Lampiran 7. Kemasan Botol dan Jerigen Minyak Goreng Cap Sendok

Lampiran 8. Kemasan Isi Ulang Minyak Goreng Cap Sendok

Anda mungkin juga menyukai