Anda di halaman 1dari 14

PENGGUNAAN PATI JAGUNG GELATINASI SEBAGAI BAHAN

PENGIKAT PADA FORMULASI TABLET ALLOPURINOL

USED GELATINIZED CORN STARCH AS A BINDER IN FORMULATION


TABLET ALLOPURINOL

Deri Arisandi, Agusmal Dalimunthe*, Fathur Rahman Harun


Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8223558. Fax. (061) 8219775

*Corresponding Author

Drs. Agusmal Dalimunthe,M.S,Apt.

Departemen Teknologi Farmasi


Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8223558. Fax. (061) 8219775

E-mail: agusmal@usu.ac.id
PEMBUATAN PATI JAGUNG ( AMYLUM MAYDIS ) GELATINASI DAN
PEMANFAATANNYA SEBAGAI PENGEMBANG PADA TABLET
ALLOPURINOL

Khadijah Husna, Agusmal Dalimunthe*, Djendakita Purba


Departemen Teknologi Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8223558. Fax. (061) 8219775

Medan, November 2014

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

(Drs. Agusmal Dalimunthe,M.S, Apt.)


NIP 195406081983031005

Pembimbing II

(Drs. Fathur Rahman Harun, M.Si., Apt)


NIP 195201041980031002

*Corresponding Author

Drs.Agusmal Dalimunte,M.S, Apt.

Departemen Teknologi Farmasi


Universitas Sumatera Utara
Jl. Tri Dharma No.5, Pintu 4, Kampus USU Medan 20155
Telp. (061) 8223558. Fax. (061) 8219775

E-mail: agusmal@usu.ac.id
PENGGUNAAN PATI JAGUNG GELATINASI SEBAGAI
BAHAN PENGIKAT PADA FORMULASI
TABLET ALLOPURINOL

ABSTRAK

Salah satu sumber pati adalah jagung. Jagung relatif mudah di dapat karena tanaman
jagung dibudidayakan di daerah tropis seperti Indonesia. Pati yang telah mengalami gelatinisasi
dapat membentuk pasta dari granula-granula pati yang membengkak. Dalam kondisi panas, pasta
masih memiliki kemampuan mengalir yang fleksibel dan tidak kaku. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menggunakan gelatinasi pati jagung sebagai pengikat dan mengetahui
konsentrasinya yang paling baik pada formulasi tablet allopurinol. Pati gelatinasi merupakan
dibuat dengan cara memanaskan suspensi pati hingga suhu di atas 700C kemudian dikeringkan.
Variasi konsetrasi pati jagung gelatinasi yang digunakan sebagai pengikat yaitu 7%, 9%,
11%, 13%, 15% dan 17%. Uji preformulasi berupa uji waktu alir, sudut diam dan indeks tap
dilakukan terhadap massa granul sebelum dicetak menjadi tablet. Setelah dicetak menjadi tablet
dilakukan evaluasi tablet yaitu uji kekerasan, waktu hancur, friabilitas, penetapan kadar,
keseragaman sediaan dan uji disolusi. Dimana semua formula memenuhi persyaratan yang
ditentukan kecuali formula F1 dengan bahan pengikat pati jagung alami 10% pada uji disolusi
tidak memenuhi syarat yang ditentukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati jagung gelatinasi dapat dijadikan sebagai
pengikat yang paling optimal yaitu konsentrasi 9-15%. Penggunaan konsentrasi pati jagung
gelatinasi yang melebihi konsentrasi optimum akan menyebabkan waktu larut semakin lambat.

Kata kunci : Pati jagung, pati gelatinasi, bahan pengikat


USED GELATINIZED CORN STARCH AS A BINDER IN
FORMULATION TABLET ALLOPURINOL

ABSTRACT

One source of starch is corn. Corn is relatively easy to obtain because the corn crop
cultivated in tropical regions such as Indonesia. Starch which has been experiencing gekatinized
can form a paste or granules that have been inflated. In hot conditions the paste still has the
ability to flow is flexible and not rigid. The purpose of this study is to use corn starch gelatinized
as binder and determine the best concentration on Allopurinol tablet formulation. Gelatinized
starch is starch made by heating the starch suspension at temperature 700C the dried.
Variation concentration of gelatinized corn starch used as binder is %, 9%, 11%, 13%, 15%
and 17%. Test of time preformulasi flow, quiet corner and tap the index of the mass of granules
is molded into a tablet before. While evaluations conducted tablet hardness testing, when
destroyed, friabilitas, determination of levels, dosage uniformity and dissolution testing. All
formula meet the specified requirements. Except form F1 formula with natural corn starch
binders 10% on dissolution does not meet the requirements set.
The result showed that gelatinized corn starch can be used as binder with optimal
consentrations is 9-15%. Gelatinized corns starch se concentration that exceed the optimal
concentration will dissolve more slowly.

Key words: corn starch, gelatinized starch, binder


PENDAHULUAN penelitian ini untuk menggunakan pati
Pati jagung mempunyai ukuran jagung gelatinasi sebagai bahan pengikat
granula yang cukup besar dan tidak tablet. Pati gelatinasi merupakan pati yang
homogen yaitu 1-7m untuk yang kecil dan telah dibuat dengan cara memanaskan
15-20 m untuk yang besar. Granula besar suspensi pati hingga suhu di atas 700C
berbentuk oval polyhedral dengan diameter kemudian dikeringkan.
6-30 m. Granula pati yang lebih kecil akan Menurut Moffat (2004) alopurinol
memperlihatkan ketahanan yang lebih kecil mempunyai serapan maksimum pada
terhadap perlakuan panas dan air dibanding panjang gelombang 250 dengan harga
1
granula yang besar (Singh et al. 2005). A 1 563a dalam HCl 0,1 N maka pada
Pomeranz (1991) menyatakan bahwa
gelatinasi adalah proses pembengkakan evaluasi penetapan kadar, keseragaman
granula pati ketika dipanaskan dalam media sediaan,dan disolusi dilakukan dengan cara
air. Granula pati tidak larut dalam air dingin, spektrofotometri Ultra-violet.
tetapi granula pati dapat mengembang dalam ALAT DAN BAHAN
air panas. Naiknya suhu pemanasan akan Metode Pembuatan
meningkatkan pembengkakan granula pati. Metode yang digunakan adalah
Pembengkakan granula pati menyebabkan metode eksperimental meliputi isolasi pati
terjadinya penekanan antara granula pati jagung, pembuatan pati jagung gelatinasi,
dengan lainnya. Mula-mula pembengkakan karakterisasi pati jagung gelatinasi, uji
granula pati bersifat reversible (dapat preformulasi, pencetakan tablet dan evaluasi
kembali ke bentuk awal), tetapi ketika suhu tablet.
tertentu sudah terlewati, pembengkakan Alat:
granula pati menjadi irreversible (tidak Alat yang digunakan dalam
dapat kembali). Kondisi pembengkakan penelitian ini adalah neraca listrik (Dj-
granula pati yang bersifat irreversible ini Series), timbangan dan anak timbangan,
disebut dengan gelatinasi, sedangkan suhu thermometer, stopwatch, mortar dan stamfer,
terjadinya peristiwa ini disebut dengan suhu lemari pengering, viscometer, alat sudut
gelatinasi. Pati yang telah mengalami diam, alat uji waktu alir, pencetak tablet
gelatinisasi dapat dikeringkan, tetapi Single Punch, Strong Cobb Hardness Tester,
molekul-molekul tersebut tidak dapat Disintegration Tester, Disolution Tester,
kembali lagi ke sifat-sifat semula. Bahan magnetic stirer, termometer dan alat- alat
yang telah kering tersebut masih mampu gelas laboratorium.
menyerap air dalam jumlah yang cukup Bahan:
besar. Bahan- bahan yang digunakan dalam
Pati yang telah mengalami penelitian ini adalah Allopurinol, Mucillago
gelatinisasi dapat membentuk pasta dari pati jagung gelatinasi, Mucillago pati jagung
granula-granula yang membengkak yang alami, Laktosa, Mg stearat , Talkum ,
tersuspensi ke dalam air panas dan molekul- Amilum Manihot, Aquades, dan Asam
molekul amilosa yang terdispersi ke dalam Klorida.
air. Molekul-molekul amilosa tersebut akan
terus terdispersi, asalkan pati tersebut dalam Pembuatan Pati Jagung
kondisi panas. Dalam kondisi panas, pasta 1. Prosedur isolasi pati jagung
masih memiliki kemampuan mengalir yang Pati jagung diperoleh dengan
fleksibel dan tidak kaku (Winarno, 2002). cara memisahkan biji jagung dari
Berdasarkan sifat ini peneliti melakukan tungkulnya. Ditimbang sebanyak 11,5 kg
jagung pipil dan dicuci. Jagung pipil
ditambahkan air dan dihaluskan dengan Kelarutan pati jagung alami dan pati
menggunakan blender sampai diperoleh jagung gelatinasi diukur di dalam air.
massa seperti bubur. Lalu diperas dengan c. Bobot jenis (Aulton, 1988)
menggunakan kain blacu berwarna putih dan Pati jagung gelatinasi dimasukkan ke
bersih. Filtrat direndam lebih kurang selama dalam gelas ukur 100 ml lalu dilihat volume
24 jam, lalu cairan atas dibuang dan awal. Lalu gelas ukur di tapp sebanyak 15
dilakukan pencucian dengan cara kali setelah itu dilihat volumenya.
menambahkan air suling secara berulang- Kemuadian pati gelatinasi ditimbang. Lalu
ulang sampai diperoleh pati yang putih. Pati berat jenis dihitung dengan rumus:
yang diperoleh selanjutnya dikeringkan BJ: Volume / berat
dibawah sinar matahari. f. Mikroskopik
2. Pembuatan pati jagung gelatinasi Pati diletakkan di atas objek glass
Dispersikan pati jagung dalam air lalu ditambahkan 2 tetes aquades, lalu
dengan konsentrasi 8 % b/v lalu dipanaskan ditutup dengan dec glass. Lalu diamati
di atas penangas air aduk perlahan lahan bentuk hillus, lamela dari amilum jagung di
agar amilum terdispersi merata. Suhu bawah mikroskop dengan perbesaran 10x40
dibiarkan naik perlahan-lahan hingga 70C 4. Pencetakan Tablet
sampai kental, kemudian didinginkan. Tablet dibuat dengan metoda
Suspensi setelah mencapai suhu kamar granulasi basah, dimana zat aktif
dikeringkan dalam lemari pengering di atas (allopurinol), laktosa dicampur. Lalu pati
porselin dengan suhu 60C selama satu jagung gelatinasi ditambahkan sebagai
malam, maka akan terbentuk slug (lembaran pengembang dalam, lalu di gerus.
padatan) dari amilum gelatinasi, kemudian Tambahkan mucilago amily sedikit demi
dipecahpecah atau dihaluskan sedikit sampai diperoleh massa lembab yang
menggunakan lumpang. Hasilnya di dapat dikepal. Lalu sisa pengikat di timbang.
timbang. Massa lembab dilewatkan ke ayakan mesh
3. Pemeriksaan karakteristik pati jagung 12 untuk membentuk granul. Granul yang
gelatinasi terbentuk dikeringkan pada temperatur 60 C
a. Distribusi ukuran partikel (Voight. 1994) selama 2 jam. Granul kering kemudian
Distribusi ukuran partikel ditentukan dilewatkan pada ayakan mesh 14 lalu
dengan ayakan mesh 40, mesh 60 dan mesh dicampur dengan sisa pati jagung gelatinasi
100. Dimana pati jagung gelatinasi disaring sebagai pengembang luar, magnesium
dengan ayakan mesh 40, 60 dan 100. stearat dan talkum, lalu diaduk sampai
b. Kelarutan homogen.
Tabel 1. Formula Tablet Allopurinol
Komposisi % b/v F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7
10
Allopurinol (mg) 100 100 100 100 100 100
0
Pati jagung gelatinasi 0 7 9 11 13 15 17
Pati alami 10 0 0 0 0 0 0
Amilum Manihot 5 5 5 5 5 5 5
Laktosa q.s q.s q.s q.s q.s q.s q.s
Mg stearat 1 1 1 1 1 1 1
Talkum 1 1 1 1 1 1 1
5. Uji Preformulasi b. Uji kerapuhan / friabilitas
1. Sudut diam Sebanyak 20 tablet yang telah
Massa granul sebanyak 100 gram dibersihkan dari debu ditimbang (a),
dimasukkan kedalam corong yang telah kemudian kerapuhannya diuji di dalam alat
dirangkai, permukaannya diratakan. Lalu uji friabilitas dengan putaran 25 rpm selama
penutup bawah corong dibuka, biarkan 4 menit. Tablet dikeluarkan dan dibersihkan
granul mengalir sampai habis. Tinggi dari debu. Bobot akhir ditimbang (b).
kerucut yang terbentuk diukur. % kerapuhan = a b /a x 100%
Sudut diam diukur dengan rumus: c. Uji waktu hancur
tg = 2h/D Dimasukkan 6 tablet pada masing-
Keterangan : = sudut diam masing tabung di keranjang, lalu letakkan 6
D = diameter tablet dengan cakram penuntun di atasnya
h= tinggi kerucut (cm ) dan dijalankan alat. Dicelupkan pada air
2. Waktu alir dengan suhu 370C (10C) dengan tinggi air
Uji waktu alir dilakukan menurut tidak boleh kurang dari 15 cm, sehingga
metode yang dibuat oleh Cartensen (1977). tabung dapat dinaik turunkan secara teratur
Granul sebanyak 100 gram dimasukkan 30 kali permenit. Pada kedudukan tertinggi,
kedalam corong yang telah dirangkai, kawat kasa tepat pada permukaan air, angkat
kemudian permukaannya diratakn. Penutup keranjang dan amati seluruh tablet. Tablet
bawah corong dibuka dan secara serentak dinyatakan hancur jika tidak ada lagi tablet
stopwatch dihidupkan. Stopwatch dihentikan yang tertinggal pada kawat kasa dan dicatat
saat granul telah habis melewati corong dan waktu setiap tablet hancur.
dicatat waktu alirnya. 6.Penetapan kadar Tablet Allopurinol
Ditimbang 20 tablet, dicatat
3. Indeks tap beratnya, kemudian digerus sampai
Kedalam gelas ukur 100 ml, homogen. Ditimbang sejumlah serbuk setara
dimasukkan sejumlah granul hingga 100 ml. dengan 50 mg Allopurinol, kemudian
Ditap dengan alat yang dimodifikasi sampai dimasukkan ke dalam labu tentukur 100
konstan. Setelah hentakan, volumenya ml,tambahkan HCl 0,1 N sampai garis
dihitung dengan rumus: tanda, konsentrasi teoritis 500 mcg/ml.
V 1V 2 Saring dengan kertas saring, filtrat pertama
I= V1 x 100% dibuang 10 ml.
Dari larutan ini pipet 10 ml,
Dimana:
masukkan ke dalam labu tentukur 50 ml,
V1 = Volume sebelum ketukan/ mampet
encerkan dengan HCl 0.1 N sampai garis
V2 = Volume setelah ketukan/ mampet
tanda. Kemudian Dari larutan ini pipet 2 ml,
6. Evaluasi Tablet .
masukkan ke dalam labu tentukur 25 ml,
a. Uji kekerasan tablet
encerkan dengan HCl 0.1 N sampai garis
Sebelum tablet dimasukkan diantara
tanda. Lalu ukur serapannya pada panjang
anvil dan punch, tablet dijepit dengan cara
gelombang maksimum yang diperoleh,
memutar skrup pemutar sampai lampu stop
menggunakan HCl 0.1 N sebagai blanko.
menyala, ditekan knop tanda panah ke kanan
7. Keseragaman Kandungan
sampai tablet pecah. Dan dicatat angka yang
Timbang 10 tablet satu persatu,
menunjukkan jarum penunjuk skala pada
digerus setiap tablet ditimbang setara 50 mg.
saat tablet pecah. Percobaan ini dilakukan
50 mg dimasukkan ke dalam labu tentukur
untuk 5 tablet.
100 ml dan dilarutkan dengan lalu Tabel 2. Data ukuran partikel pati jagung
dicukupkan dengan Asam Klorida 0,1 N gelatinasi
sampai garis tanda. Dipipet 10 ml lalu Ukuran Berat (g) Persentase
dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml, partikel Berat (%)
ditambahkan dengan Asam Klorida 0,1 N Mesh 40 1,41 1,721
sampai garis tanda, dipipet 2,0 ml Mesh 60 39,33 72,41
dimasukkan ke dalam labu tentukur 25 ml Mesh 100 59,26 25,87
dicukupkan dengan Asam Klorida 0,1 N Total 100 100
sampai garis tanda, menggunakan HCl 0.1 N Berdasarkan data diatas, terlihat
sebagai blanko. bahwa pati jagung alami lebih banyak
8.Uji Disolusi Tablet Allopurinol melewati ayakan mesh 100 yaitu 59,26%.
Medium: HCl 0,1 N Sedangkan pati jagung gelatinasi distribusi
Alat : tipe- II (Metode Dayung) ukuran partikelnya terpusat pada ayakan
Kecepatan putaran: 75 rpm mesh 60 sebanyak 72,41%. Pati jagung
Waktu : 45 menit alami menunjukkan distribusi ukuran
Prosedur: partikel yang lebih sempit dibandingkan
Satu tablet dimasukkan dalam wadah dengan pati jagung gelatinasi
disolusi yang berisi 900 ml medium disolusi b. Kelarutan
dengan suhu 370 0,50C. Kemudian diputar Uji kelarutan dilakukan untuk
dengan kecepatan 75 rpm. Pada waktu 45 mengetahui kelarutan pati jagung alami dan
menit, larutan adekuat dipipet sebanyak 5 ml pati jagung gelatinasi didalam air .
dan dimasukkan dalam labu tentukur 100 Hasil data kelarutan pati gelatinasi dapat
ml. Larutan disolusi yang telah dipipet dilihat pada tabel 3.2
diganti dengan 5 ml HCl 0,1 N. Selanjutnya Tabel 3. Data kelarutan Pati Jagung
larutan yang telah dipipet di dalam labu Gelatinasi
tentukur 100 ml, diencerkan dengan asam
klorida 0,1 N sampai garis tanda, dan diukur Peati Jagung Keterangan
serapannya pada panjang gelombang Alami Tidak larut
maksimum yang diperoleh, dan sebagai Gelatinasi Sedikit larut
blanko digunakan asam klorida 0,1 N. Lalu
kadarnya dihitung dengan persamaan Dari data di atas dapat dijelaskan
regresi. Pengujian dilakukan terhadap 6 bahwa pati jagung gelatinasi lebih mudah
tablet. larut di dalam air dibandingkan pati jagung
Syarat: Dalam waktu 45 menit harus larut alami.
tidak kurang dari 75% ( Q ) dari jumlah c. Bobot Jenis
yang tertera pada etiket Berat jenis pati gelatinasi awal
HASIL DAN PEMBAHASAN sebelum ditap adalah 1,421 g/ml, sedangkan
1. Pati Jagung Gelatinasi berat jenis akhir pati gelatinasi setelah ditap
a. Distribusi Ukuran Partikel adalah 1,308 g/ml.
Ukuran partikel pati jagung 1,421 1,308
x100%
gelatinasi diperoleh dari pengayakan dengan 1,421
ayakan mesh 40, 60 dan 100. Sehingga Bobot jenis =
didapatkan masing- masing berat dari
ukuran partikel mesh 40, 60, dan 100. Hasil = 7,852%
data ukuran partikel dapat dilihat pada tabel
2.
Berdasarkan perhitungan di atas at detik 400
didapat bahwa bobot jenis pati jagung Keterangan:
gelatinasi sebesar 7,852%. Menurut Aulton F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
(1988) pati yang memiliki nilai bobot jenis jagung alami 10%
kurang dari 18% biasanya memberikan sifat F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
alir yang baik. jagung gelatinasi 7%
e. Mikroskopik F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
Uji mikroskopik dilakukan untuk jagung gelatinasi 9%
mengetahui bentuk hilus dan lamella F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
amilum di bawah mikroskop. Pada uji jagung gelatinasi 11 %
mikroskopik, amilum jagung alami memiliki F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
bentuk bulat dan bersudut, tidak memiliki jagung gelatinasi 13 %
lamella, dan memiliki hillus yang terletak F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
ditengah, hal ini sesuai dengan Farmakope jagung gelatinasi 15%
Indonesia IV. Amilum jagung gelatinasi F7 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
memiliki bentuk dan letak hilus yang sama jagung gelatinasi 17%
dengan amilum jagung alami serta tidak
memiliki lamella, hanya saja amilum a. Uji Waktu Alir
gelatinasi memiliki susunan yang berbeda Berdasarkan Tabel 4, dapat dilihat
yaitu bergerombol serta memiliki ukuran bahwa waktu alir granul dengan bahan
yang lebih besar. Ukuran partikelnya yang pengikat pati jagung gelatinasi dari formula
lebih besar dibandingkan amilum alami F2 sampai dengan formula F7 terjadi
diakibatkan oleh mengembangnya amilum penurunan, mulai dari F2 = 1,88detik F6 =
pada proses gelatinasi. 1,70 detik. Sedangkan pada formula
2. Hasil Uji Preformulasi Terhadap Massa pembanding ,sedangkan pati jagung alami
Granul 2,01 detik. Walaupun terjadi variasi waktu
Sebelum massa granul di cetak alir dari formula tersebut tetapi tetap masih
menjadi tablet umumnya harus melalui berada dalam batas penerimaan. Granul
serangkaian uji preformulasi. Hal penting dalam bentuk bulat dan permukaan halus
dilakukan untuk mengetahui kelayakan akan lebih mudah untuk mengalir
pencetakan suatu tablet. Pada tabel 4 berikut (Cartensen, 1977).
ini adalah tabel hasil uji preformulasi b. Uji Sudut Diam
berbagai formula yang dibuat. Berdasarkan Tabel 4, menjelaskan
Tabel 4. Data uji preformulasi massa bahwa penurunan sudut diam dari formula F2
granul formula tablet formula F7 yaitu : 33,69-28,36. Sedangkan
For Waktu Sudut Indeks pada formula pati alami F1 menunjukkan
mula Alir 0
diam ( ) Tap sudut diam 35,21. Menurut (Cartensen, 1977),
(detik) (%) granul yang memiliki sifat free flowing
F1 2,01 35,25 19,38 mempunyai sudut diam yang lebih kecil dari
35. Partikel dengan bentuk yang lebih spheris
F2 1,88 33,69 18,52
memberikan sudut diam yang lebih rendah
F3 1,81 33,67 17,97
(Lachman et al, 1989).
F4 1,78 32,28 17,12 Hasil uji sudut diam memperlihatkan
F5 1,75 30,47 16,00 bahwa dengan penambahan konsentrasi pati
F6 1,75 30,46 14,69 jagung gelatinasi akan memperkecil sudut
F7 1,70 28,36 10,42 diam. Hal ini disebabkan semakin banyak pati
0
Syar <10 20 << I 20% yang berbentuk granul akan mempunyai daya
alir yang baik. Hal ini menunjukkan bahwa Tablet (detik) (%)
pati jagung gelatinasi sebagai bahan (kg)
pengikat memilik efisiensi yang lebih tinggi F1 5,65 3,14 0,03
dari pada menggunakan pati jagung alami, F2 4,24 1,13 0,20
karena granul tablet yg terbuat dari pati F3 4,53 1,13 0,20
jagung gelatinasi sebagai memiliki ukuran F4 4,86 1,17 0,16
partikel yang lebih besar dibandingkan pati F5 5,07 1,23 0,09
jagung alami. Semakin kecil ukuran partikel F6 5,17 1,25 0,09
maka sudut diam yang terbentuk semakin F7 5,47 1,40 0,05
besar (Voigt, 1955). Syar 4 8kg < 15 < 0,8%
c. Indeks Tap at menit
Berdasarkan Tabel 4, menjelaskan a. Uji kekerasan Tablet
besarnya indeks tap dari masing- masing Dari Table 5 dapat dilihat bahwa
formula F1 memiliki indeks tap sebesar kekerasan tablet, di mana F1 sebesar 5,65
19,38%, formula F2 sebesar 18,52%, kg, F2 sebesar 4,24 kg, F3 sebesar 4,53 kg,
formula F3 sebesar 17,97%, formula F4 F4 sebesar 4,86 kg, F5 sebesar 5,07 kg, F6
sebesar 17,12%, formula F5 sebesar sebesar 5,17 kg, F7 sebesar 5,47 kg. Hal ini
16,00%, formula F6 sebesar 14,69%, dan dapat dilihat bahwa kekerasan tablet dari F1
formula F7 sebesar 10,42%. Dari data di sampai F7 memenuhi persyaratan. Dari data
atas formula F1 menunjukkan indeks tap tersebut dapat diketahui bahwa kekerasan
yang terbesar dibandingkan formula yang tablet terus meningkat dari F2 sampai F7
lain. Hal ini dikarenakan pati jagung alami sebanding dengan peningkatan konsentrasi
sebagai pengikat memiliki efisiensi yang bahan pengikat pati jagung gelatinasi yang
kurang baik dibandingkan dengan pati digunakan. Walaupun terjadi peningkatan
jagung gelatinasi. Menurut (Guyot, 1978), kekerasan tetapi tetap berada dalam batas
granul yang bersifat mengalir bebas adalah penerimaan. Hal ini disebabkan karena pati
partikel yang memiliki indeks tap 20%. jagung gelatinasi akan menambah gaya lekat
Pengujian indeks tap memiliki peran yang (kohesi) antara partikel sehingga kerapatan
sangat penting dalam hal daya tahan granul granul-granul akan semakin tinggi, maka
terhadap daya kompresi yang diberikan oleh dengan tekanan kompressi yang sama atau
alat pencetak tablet. Semakin rendah konstan akan dihasilkan kekerasan tablet
presentase indeks tap menunjukkan kualitas yang semakin tinggi.
yang lebih baik dari sifat fisis massa granul Menurut Lachman (1994), perbedaan
yang akan diformulasikan ke dalam bentuk kekerasan dapat terjadi karena beberapa
tablet. faktor seperti tekanan kompresi yang
3. Hasil Evaluasi Tablet diberikan atau perbedaan massa granul yang
Evaluasi tablet Allopurinol yang mengisis die pada saat pencetakan tablet.
dilakukan adalah uji kekerasan tablet, Selain itu, berbedanya nilai kekerasan juga
waktu hancur, keseragaman kandungan, dapat diakibatkan oleh variasi jenis dan
penetapan kadar dan uji disolusi tablet. jumlah bahan tambahan yang digunakan
Pada tabel 6 berikut ini adalah tabel hasil uji pada formulasi.
evaluasi tablet dari berbagai formula yang b. Waktu Hancur
dibuat Berdasarkan data dari Tabel 5, maka
Tabel 5. Data Hasil Evaluasi hasil pengujian waktu hancur untuk formula
For Kekera Waktu Friabili F1 sampai F7 berkisar 1-2 menit. Dari data
mula san Hancur tas di atas formula F2-F7 yang menggunakan
pati jagung gelatinasi sebagai pengikat 5 F5 96,029 3,656
memiliki waktu hancur yang lebih cepat 6 F6 96.285 9,909
dibandingkan formula F1. Walaupun 7 F7 94,091 1,025
perbedaannya tidak terlalu jauh. Dimana F7 Berdasarkan data dari Tabel 6,
dengan pati jagung gelatinasi 17% waktu menunjukkan bahwa kadar allopurinol yang
hancurnya hanya 5,47 menit, tetapi pada F1 diperoleh antara 93,002 % - 99.422 %
dengan pati jagung alami 10% waktu hancur seluruhnya memenuhi persyaratan kadar
tablet 5,56 menit. Hal ini menunjukkan menurut Farmakope Indonesia Edisi IV
bahwa bahan pengikat pati jagung gelatinasi yaitu tidak kurang dari 93% dan tidak lebih
lebih baik dari pada pati jagung alami. dari 107% dari yang tertera pada etiket,
Terbukti dengan konsentrasi pati jagung kadar tablet allopurinol terendah terdapat
gelatinasi yang lebih besar tapi waktu pada tablet dengan formula F1 penambahan
hancur nya lebih cepat dari pada pati jagung pati jagung alami 10 % dan kadar tablet
alami. Waktu hancur yang semakin cepat allopurinol tertinggi terdapat pada tablet
maka akan semakin cepat pula pelarutan dari dengan formula penambahan pati
bahan berkhasiat sehingga akan cepat pregelatinasi 2 %.
berkhasiat dalam tubuh (Murni, 2008). 5. Keseragaman Kandungan
c.Uji Friabilitas Keseragaman kandungan tablet
Dari table 5 dapat diketahui bahwa allopurinol yang di dapat berada dalam
nilai friabilitas untuk formula F1 sebesar 0,2 rentang 85,0 115,0%
%, F2 sebesar 0,2 %, F3 sebesar 0,16%, F4 Tabel7. Hasil Keseragaman Kandungan
sebesar 0,09%, F5 sebesar 0,09%, F6 Tablet Allopurinol
sebesar 0,05%, dan F7 sebesar 0,03%. Hal
ini dapat dilihat bahwa friabilitas tablet dari KESERAGAM
FOR
formula F1 sampai F7 memenuhi N AN
MUL RSD
persyaratan. O KANDUNGAN
A
Tablet dikatakan baik apabila (%)
memiliki nilai friabilitas di bawah 0,8%, 1 F1 93,9670 2,347
dimana uji friabilitas dilakukan untuk 2 F2 103,059 2,200
mengetahui keutuhan tablet, karena selama 3 F3 103,139 2,326
transfortasi, tablet mengalami benturan 4 F4 105,518 3,122
dengan dinding wadahnya. Semakin kecil 5 F5 98,022 1,978
harga friabilitas maka semakin kecil angka 6 F6 98,514 3,045
kerapuhan tablet. (Lachman, dkk.,1994). 7 F7 97,368 4,633
4. Penentuan Kadar Allopurinol
Berdasarkan table 6, kadar tablet Dari table 7 dapat diketahui bahwa
allopurinol berada dalam rentang 93,0% - hasil keseragaman kandungan untuk formula
107% F1 sebesar 93,9670 %, F2 sebesar
Tabel 6. Kadar tablet Allopurinol 103,059%, F3 sebesar 103,139 %, F4
sebesar 105,518 %, F5 sebesar 98,022 %, F6
N FORMU KADAR RATA- sebesar 98,514 %, F7 sebesar 97,368%.
O LA RATA (%) Hasil keseragaman kandungan dari formula
1 F1 93,002 2,667 F1 sampai F7 berbeda beda. Perbedaan
2 F2 99.422 4,469 keseragaman kandungan tablet terjadi
3 F3 95,116 5,041 karena perbedaan jumlah pengisian bahan
4 F4 96,999 2,455 obat kedalam ruang cetak yang dipengaruhi
oleh sifat alir granul sehingga tablet yang menunjukkan angka yang tidak memenuhi
dihasilkan mempunyai kandungan obat yang persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV.
berbeda- beda. Tabel 8. Hasil Uji Disolusi Tablet
6. Hasil Uji Disolusi Allopurinol dalam Allopurinol
sediaan tablet
Uji disolusi dilakukan untuk N FORMU KADAR RATA-
mengetahui persen pelepasan obat. Hasil O LA RATA (%)
disolusi tablet allopurinol dari F1 F7 dapat 1 F1 93,002 2,667
dilihat pada tabel 3.7dan gambar 13. 2 F2 99.422 4,469
Menurut Farmakope Indonesia Edisi IV 3 F3 95,116 5,041
(1995), disebutkan bahwa uji disolusi tablet 4 F4 96,999 2,455
Allopurinol dilakukan dengan menggunakan 5 F5 96,029 3,656
metode dayung (tipe 2) 75 rpm, medium 6 F6 96.285 9,909
HCl 0,1 N, dan dalam waktu 45 menit 7 F7 94,091 1,025
Allopurinol yang terlarut tidak kurang dari
75% (Q) C14H10Cl2NaNO2 dari jumlah yang Keterangan:
tertera pada etiket (Ditjen POM, 1995). F1 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
Persyaratan dipenuhi jika tahap S1, jagung alami 10%
dilakukan uji pada 6 tablet dan tiap unit F2 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
sediaan tidak kurang dari Q+5% berarti 80% jagung gelatinasi 7%
Hasil disolusi tablet pada tabel 3.7 F3 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
dan gambar 13 menerangkan bahwa disolusi jagung gelatinasi 9%
tablet pada menit ke-45 formula F2 sebesar F4 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
87,279 %; Formula F3 sebesar 93, 876 %; jagung gelatinasi 11 %
formula F4 sebesar 98,893 %; formula F5 F5 : Formula tablet dengan konsentarsi pati
97,715; formula F6 94,705 dan formula F7 jagung gelatinasi 13 %
80,919 menunjukkan angka yang memenuhi F6 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
persyaratan Farmakope Indonesia Edisi IV, jagung gelatinasi 15%
tetapi pada formula F1 sebesar 71.278 F7 : Formula tablet dengan konsentrasi pati
jagung gelatinasi 17%

120
100
80
Disolusi 60
(%) 40
20
0
F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7

Formula
Gambar 1. Grafik % Kumulatif Disolusi Tablet Allopurinol

Kesimpulan Pangan III. Jakarta/ Bogor. 23-25


Berdasarkan penelitian yang telah Agustus 1993. Puslitbangtan. Bogor.
dilakukan , maka kesimpulan dari penelitian Heckman. (1977). Starch and its
ini adalah Modification for the Food Industry.
a. Pati jagung gelatinasi dapat The Avi Publishing Company Inc.
digunakan sebagai bahan Wesport. Connecticut
pengembang pada pembuatan tablet Lachman, L., Lieberman, H.A., dan Kaning
Allopurinol secara granulasi basah J.L. (1994). Teori dan Praktek
b. Konsentrasi pati jagung gelatinasi Farmasi Industri. Edisi Ketiga.
yang paling baik digunakan sebagai Jakarta: UI Press. Halaman 654,
bahan pengembang pada pembuatan 697.
tablet Natrium Diklofenak secara Lawrence. (2007). US Pharmacopoeia 30
granulasi basah adalah pada formula NF 25. Arabswell. Page 1923.
F2 dengan konsentrasi 2,5% dan Moffat, C.A. (2005). Clarkes Analysis Of
formula F3 dengan konsentrasi 5% Drug and Poison; in Pharmaceutical
DAFTAR PUSTAKA Body Fluids and Postmorteinm
Ansel, H.C. (1998). Pengantar Bentuk aterial. Edisi Ketiga, Volume I.
Sediaan Farmasi. Edisi IV. Jakarta: London : Pharmacetica Press.
UI Press. Halaman 154 155, 244. Parrot, E.L. (1971). Pharmaceutical
Aulton, M.E. (1988). Pharmaceutic The Technology Fundamental
Science of Dosage Form Design. Pharmaceutical. United States of
Hongkong : ELBS Amerika: Burgess Publishing
Cartensen. J.T. (1977). Pharmaceutical Of Company. Halaman 82-83.
Soud Dosage Form. New York: A Pomeranz, Y. (1991). Functional Properties of
Wiley Interscience Publication John Food Components. San Diego:
Wiley and Son. Halaman 133 135, Academic Press Inc
154 159, 216 218. Singh, N., K. S. Sandhu, and M. Kaur.
Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia. (2005). Physicochemical properties
Edisi IV. Jakarta: Departemen including granular morphology,
Kesehatan RI. Halaman 999, 1084 amylose content, swelling and
1085. solubility, thermal and pasting
Fahn, J. (1992). Teknologi Pengolahan properties of starches from normal,
Jagung Untuk Menunjang waxy, high amylose and sugary corn.
Agroindustri Pedesaan. Makalah Progress in Food Biopolymer
Simposium Penelitian Tanaman Research. Vol 1: 43-55.
http://www.ppti.usm.my/pfbr.
Siregar, C. (1992). Granulation Prosiding Seminar Nasional, BPTP
Characterization Methods and Sulawesi Tengah. Halaman 1-5.
Significance. Proceedings, Seminar Varro, E.T., Claus E.P., dan Lynn B. (1988).
Validasi di Industri Farmasi sebagai Pharmacognosy. Dalam: Murni
Pendukung Pelaksanaan CPOB. Hastuti (2008). Pengaruh Perbedaan
Bandung: Jurusan Farmasi FMIPA Suhu dalam Metode Pembuatan
ITB Amilum Singkong Pregelatinasi
Soekemi, R.A., Yuanita, fat, A., dan Salim, Terhadap Sifat Fisik Tablet
U. (1987). Tablet. Medan: Mayang Chlorpheniramin Maleat secara
Kencana. Halaman 13-17, 33, 42. Kempa Langsung. Skripsi. Surakarta:
Sheth, B.B., Bandelin, F.J., dan Shangraw, Fakultas Farmasi. Universitas
R.F. (1980). Compressed Tablets in Muhammadiyah Surakarta.
Pharmaceutical Dosage Farms: Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi
Tablets. Volume I. New York: Marcel Farmasi. Edisi V. Yogyakarta:
Decker Inc. Halaman 89- 93. Gadjah Mada University Press.
Suarni dan Sarsutha, I.G.P. (2002). Halaman 200.
Teknologi Pengolahan Jagung untuk Winarno, F.G. (1995). Kimia Pangan dan
Meningkatkan Nilai Tambah dalam Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Pengembangan Agro Industri. Utama. Halaman 27-31.

Anda mungkin juga menyukai