Anda di halaman 1dari 13

KASUS IV

IDENTIFIKASI ORGAN LIMFOID PADA AYAM

Sampel : Ayam

Tanggal Pengambilan : 16 Oktober 2016

I. ANAMNESA
Nama Pemilik : Hattanul Mulia

Jenis Hewan : Ayam Kampung

Umur : 1 Tahun

Jenis Kelamin : Betina

Alamat Pasien : Jln. Prada Utama

Status Gizi : BB

Gejala Klinis :-

II. HASIL DIAGNOSA LABORATORIUM

1. Bursa Farbrcius
Bursa berkembang secara cepat pada ayam muda dan mencapai ukuran

maksimum antara umur 4 dan 12 minggu. Pada kebanyakan ayam, regresi

bursadengan cepat setelah 20-24 minggu. Perkembangan cepat sering ditemukan

padaawal 3-5 minggu dalam kehidupan ayam. Umumnya regresi dihubungkan

dengankematangan seksual. Mengecilnya bursa, karena jaringan ikat berperan

39
40

lebihdominan, epitel melipat kedalam dan folikel limfoid digantikan oleh kista

(Riddel1987).

Gambar 14. Bursa Fabricius

2. Timus
Secara anatomis, timus ayam terletak pada sisi kanan dan kiri saluran

pernafasan (trakhea). Warnanya pucat kuning kemerah-merahan, bentuknya tidak

teratur dan berjumlah 3-8 lobus pada masing-masing leher. Pada praktikum ini,

ditemukan 6 pasang lobus pada bagian leher.


41

Gambar 15. Timus pada (tanda panah).

3. Limpa
Limpa bangsa burung berbentuk bulat, berstruktur merah kecoklatan yang

berada di lambung bagian kanan. Pada praktikum ini, limpa didapat berukuran 1cm.

Gambar 16. Limpa pada DOC.


III. PEMBAHASAN

Tubuh melindungi dirinya sendiri melawan benda asing, seperti bakteri dan

virus, melalui aksi sistem kekebalan tubuh. Masuknya virus dan bakteri merangsang
42

aksi dari limfosit (sel darah putih) dan makrofag (scavangers) dalam tubuh. Limfosit

diproduksi dan diatur oleh bursa (sel B) dan timus (sel T). Sel B bermigrasi ke limpa

dan limfonodus, tempat antigen menstimulasi antibodi, akivitas ini merujuk pada

kekebalan humoral. Timus yang ditemukan di leher ayam memproduksi sel T

dibawah perintah hormon. Dewasa kelamin sangat menentukan produksi sel T. Sel T

bekerja sama dengan makrofag untuk memusnahkan bakteri, virus dan benda asing

lainnya. Aksi sel T tersebut merujuk pada kekebalan seluler (Leeson dan Summers

2000).

Bangsa burung memproduksi tiga jenis antibodi, yaitu IgM, IgG, dan IgA.

Respon antibodi primer dimulai dengan perkembangan antibodi IgM. Setelah itu IgG

dan IgA diproduksi. Walaupun IgG unggas dan mamalia memiliki fungsi biologi yang

mirip, namun IgG unggas memiliki pasangan yang lebih panjang dibandingkan milik

mamalia dan tidak memiliki engsel molekul yang dikodekan. Sehingga IgG unggas

lebih sering disebut dengan IgY. IgA berperan dalam kekebalan lokal di saluran

respirasi dan pencernaan. Pada unggas IgA diangkut ke hati kemudian disimpan di

empedu (Schultz 1999).

Jaringan limfomieloid berkembang dari epitelial kubus sebaris (bursa

Fabricius dan timus) atau mesenkim (limpa, limfonodus, dan sumsum tulang) yang

didiami oleh sel-sel haematopoietik. Pada organ limfoid pusat, sel sistem

haematopoietik memasuki bursa atau timus dan berkembang menjadi sel

imunokompeten B dan T. Sel-sel imun yang telah dewasa memasuki sirkulasi dan

mendiami organ limfoid perifer, diantaranya limpa, limfonodus, dan usus, bronkhus
43

dan jaringan limfoid yang bergabung dengan kulit (Davison 2003). Menurut Aughey

dan Frye (2001), sistem limfoid Aves terdiri dari limpa, timus, nodul lokal di dinding

pembuluh dan mukosa limfatik serta bursa Fabricius.

1. Bursa Fabricius

Bursafabricius merupakan organ limfoid primer yang menjadi salah satu ciri

khas pada unggas. Organ ini sangat baik perkembangannya pada usia muda. Secara

anatomi, bursa fabricius terletak dibagian dorsal kloaka (Hassan etal. 2011). Bursa

fabricius merupakan bagian dari sistem limfoid yang menghasilkan antibodi. Organ

ini dapat mengontrol perkembangan dari sel plasma dan germinal center dari limpa

dan limfonodus (Aughey dan Frye. 2001). Menurut Hassan et al. (2011), bursa

fabricius dapat menghasilkan limfosit B yang disalurkan ke organ limfoid sekunder

seperti limpa. Secara histologi, bursa fabricius terlihat sebagai rangkaian lipatan

seperti daun yang dikelilingi oleh pseudostratified epithelium. Lipatan- lipatan

tersebut disebut dengan plica yang terdiri dari plica besar dan plica kecil. Folikel

limfoid, jaringan ikat, dan pembuluh darah merupakan bagian penyusun dari organ

ini. Folikel limfoid terdiri dari korteks dan medulla yang jika diwarnai dengan

hematoksilin eosin,bagian korteksnya mengambil warna lebih banyak dari medulla.

Pada bagian ini selnya lebih kompleks. Korteks terdiri dari sel limfosit,sel plasma,

dan makrofag,s edangkan medulla hanya terdiri dari sel limfosit saja.

Bursa Fabricius adalah kelenjar limfoepitelial yang terdapat di dorsal kloaka.

Secara umum bursa Fabricius akan mengalami atropi setelah penetasan namun pada

beberapa jenis burung tergantung usia (contohnya burung dari genus gallinae)
44

(Freeman 1971). Menurut Davison (2008) bursa Fabricius ayam memiliki bentuk dan

ukuran seperti kastanye dan lokasinya diantara kloaka dan sakrum. Saluran bursa

yang menyerupai celah menghubungkan dengan lumen bursa. Sebagai diverticulum

kloaka, bursa memiliki struktur epitel silindris. Bursa dikelilingi oleh permukaan otot

yang tebal dan licin. Selama kontraksi otot, tekanan folikel-folikel memperkuat aliran

sel di dalam medula dan aktivitas limfatik di setiap lipatan plika bursa.

Glick (2000) menyebutkan bahwa pertumbuhan bursa Fabricius dapat

dipelajari dalam tiga bentuk. Pertama pertumbuhan yang cepat dari ayam baru

menetas sampai tiga atau empat minggu. Kedua, periode plateu selama lima atau

enam minggu berikutnya. Ketiga, regresi yang terjadi sebelum pematangan seksual.

Pertumbuhan maksimum bursa Fabricius dicapai saat ayam berumur 4-12

minggu dan mengalami regresi secara lengkap pada waktu mencapai kematangan

seksual yaitu pada umur 14 20 minggu. Pada tahap ini bursa akan mengkerut,

terjadi pembentukan jaringan ikat lebih intensif, deretan epitel menjadi berlipat-lipat,

parenkimnya digantikan dengan jaringan lemak dan sel-sel limfoid di dalam folikel

limfoid digantikan oleh kista (Riddel 1987).

Riddel kembali mengungkapkan struktur bursa Fabricius adalah permukaan

dalamnya terdiri dari lipatan longitudinal (plika) besar dan kecil. Lipatan yang besar

mencapai keseluruhan dari panjang lumen bursa sedangkan lipatan yang kecil tidak

mencapai lumen. Lipatan-lipatan ini terdiri dari folikel bursa dan di bawahnya

terdapat matriks jaringan ikat, dari lipatan bursa melalui lumen untuk tiap folikel
45

yang disebut lumen bursa. Jumlah total lipatan mukosa pada bursa yang matang atau

dewasa sekitar 10-15 plika (Cross 1987).

Bursa berkembang secara cepat pada ayam muda dan

mencapai ukuran maksimum antara umur 4 dan 12 minggu. Pada

kebanyakan ayam, regresi bursa dengan cepat setelah 20-24

minggu. Perkembangan cepat sering ditemukan pada awal 3-5

minggu dalam kehidupan ayam. Umumnya regresi dihubungkan

dengan kematangan seksual. Mengecilnya bursa, karena jaringan

ikat berperan lebih dominan, epitel melipat kedalam dan folikel

limfoid digantikan oleh kista (Riddel 1987).

Menurut Tizard (1987) bursa adalah organ limfoid primer yang fungsinya

sebagai tempat pendewasaan dan diferensiasi bagi sel dari pembentuk antibodi.

Karena itu sel ini disebut sel B. Di samping itu, bursa juga berfungsi sebagai organ

limfoid sekunder yaitu, dapat menangkap antigen dan membentuk antibodi. Bursa

juga mengandung sebuah pusat kecil sel T tepat di belakang lubang salurannya.
46

Gambar 17. Struktur anatomi bursa fabricius pada ayam

(sumber: http://falcoperegrinus-froona.blogspot.com/2008/05/avian-

immunity_11.html )
47

2. Timus
Timus adalah organ yang sangat penting pada hewan muda.

Perkembangannya dimulai dari saat sebelum pubertas sampai dewasa. Ukuran timus

akan semakin mengecil seiring dengan pertambahan umur hewan. Pada permukaan

timus dapat ditemukan lapisan lemak, elemen fibrosa dan jaringan timus. Timus

terbentuk dari kantung faringeal ketiga (Dyce, dkk., 2002). Menurut Hammond

(2005) Pembentukan timus pada masa embrional diinduksi oleh kantong endodermal.

Secara anatomis, timus ayam terletak pada sisi kanan dan kiri saluran pernafasan

(trakhea). Warnanya pucat kuning kemerah-merahan, bentuknya tidak teratur dan

berjumlah 3-8 lobi pada masing-masing leher. Tiap lobus dihubungkan oleh jaringan

ikat dan membentuk suatu untaian yang berada dekat dengan vena jugularis (Getty

1975).
Tizard (1987) mengungkapkan bahwa timus tediri dari kortex dan medula.

Korteks terdiri dari limfosit dan epitel retikulum. Limfosit T (thymocytes) yang telah

meninggalkan sumsum tulang di bagian organ imunitas yang kompeten telah

bermigrasi dan menempati korteks. Pada titik ini, limfosit T telah terbagi menjadi sel

imun yang jauh lebih kompeten. Pada beberapa bagian lobus akan tampak kegelapan

akibat populasi dari sel-sel ini. Sedangkan di dalam medula terdapat benda bulat yang

dikenal sebagai badan timus (korpuskulus Hassal) yang fungsinya tidak diketahui.

Benda ini mengandung keratin dan mungkin sebagai petunjuk adanya kegagalan

keratinisasi oleh sel epitelial. Penyediaan darah ke timus berasal dari arteri yang

masuk melalui jaringan ikat pembatas dan menjulur sebagai arteriol sepanjang
48

pertemuan pertemuan kortiko-medula. Kapiler yang terjadi dari arteriol ini memasuki

korteks dan melingkar kembali ke medula.


Pada hewan umur muda, timus bersifat sangat aktif yang secara normal

mengalami involusi menjelang pubertas dan bertambahnya umur. Proses involusi

ditandai dengan berkurangnya secara bertahap limfosit terutama di daerah korteks,

pembesaran dari sel-sel epitel retikuler dan parenkim diganti oleh sel lemak. Pada

hewan dewasa, timus terdiri dari jalur-jalur tipis parenkim di mana banyak sel-sel

epitel retikuler membesar yang dikelilingi jaringan lemak (Dellman 1989).


3. Limpa

Limpa bangsa burung berbentuk bulat, berstruktur merah kecoklatan yang

berada di lambung bagian kanan. Perbedaan dengan limpa mamalia adalah dari

struktur anatomi dan fungsinya. Limpa pada ayam memiliki kapsul jaringan ikat yang

tebal dan kerangka yang tersusun atas sel retikular. Pulpa merah dan pulpa putih

melapisi bagian limpa dengan jumlah yang sama. Pulpa mengisi 80-90% bagian

limpa dan sisanya merupakan jaringan penghubung. Pulpa putih membaur dan tidak

tampak jelas batas-batasnya. Pulpa putih terdiri dari sel limfoid yang berakumulasi di

ujung cabang arteri limpa. Pulpa merah termasuk sinus venosus dan jaringan spons

terdiri dari limfosit, sel retikular, makrofag, sel plasma, dan sel darah merah.

Perbedaan pulpa merah dan pulpa putih pada ayam kurang jelas jika dibandingkan

dengan mamalia. Fungsi dari limpa pada unggas adalah (a) memfagositosis sel darah

merah oleh makrofag di pulpa merah, (b) limfositpoiesis di pulpa putih, dan (c)

menyerap antigen serta memproduksi antibodi oleh sel limfoid di pulpa merah dan
49

putih. Hal ini dapat dikatakan limpa sebagai gudang penyimpanan darah (Herenda

1996).

Davison et al. (2008) menyatakan setelah proses haematopoiesis selesai maka

pulpa merah akan berubah fungsi menjadi penyaring sel-sel eritrosit yang mengalami

penuaan. Pengamatan imunohistokimia menunjukkan matriks ekstraseluler limpa

sangat kompleks, dengan setiap bagian memiliki bagian spesifik yang berkontribusi

dalam proses adhesi dan migrasi sel-sel leukosit. Sel limfoid dan sel non-limfoid

dapat dikenali oleh pulpa merah. Terdapat banyak makrofag pada pulpa merah.

Sedangkan sel-sel non-limfoid seperti heterofil tersebar di sinus pulpa merah. Sturkie

(2000) berpendapat pulpa putih terdiri atas 3 daerah, yaitu PALS (periarteoral

lymphatic sheath), pusat germinal, dan daerah periellipsoid white pulp (PWP). Arteri

pusat yang masuk ke PWP menjadi penicilliform capillary (PC). Daerah PC

dikelilingi capillary sleeve (CS). CS disulam oleh ellipsoid-associated cell (EAC)

yang mengikat beragam substansi yang memasuki CS melalui stomata oleh sel

endothelial dari daerah PC. Pada unggas daerah limpa terdiri dari CS yang diselaputi

EAC beserta sel B dan makrofag.

Limpa memiliki reaksi dengan antigen. Antigen yang masuk secara intravena

akan dijerat paling tidak sebagian, di dalam limpa yang diambil oleh makrofag baik

yang terdapat di zona pembatas maupun yang membatasi sinusoid pulpa merah. Sel

ini membawa antigen ke folikel primer dalam pulpa putih, setelah itu sel penghasil

antibodi akan bermigrasi. Sel penghasil antibodi ini menempati zona pembatas dan

pulpa merah, dan di daerah inilah produksi antibodi ini pertama kali ditemukan.
50

Pembentukan pusat germinal juga terjadi dalam folikel primer dalam beberapa hari,

walaupun hal ini tidak langsung berkaitan dengan produksi antibodi. Pada hewan

yang sudah memiliki antibodi yang bersirkulasi, penjeratan antigen oleh sel dendrit

dalam folikel sekunder menjadi penting. Seperti halnya pada tanggap kebal primer,

sel penghasil antibodi berpindah dari folikel ini menuju ke pulpa merah dan zona

pembatas, tempat sebagian besar produksi antibodi berlangsung, walaupun sebagian

antibodi bisa juga diproduksi di dalam folikel sekunder yang hiperplastik (Tizard

1987).

VI. KESIMPULAN

Organ limfoid primer pada unggas adalah timus, bursa fabricius dan bone

marrow. Organ limfoid sekunder pada ayam adalah limpa.


51

DAFTAR PUSTAKA

Aughey E. dan Frye FL. 2001. Comparative Veterinary Histology: with clinical
correlates. London: Manson Publishing. hlm 247.
Cross GM. 1987. Proceeding of Workshop on Avian Histopathology. Aus. Vet. Poultry
Association. hlm 123.
Davison TF. 2003. The Immunologists Debt to the Chicken. British Poultry Sci (44):
62.
Dellman B. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner I. Penerjemah Hartono R. Jakarta :
Penerbit Universitas Indonesia. hlm 88.
Dyce, Sack, Wensing. 2002. Textbook of Veterinary Anatomy. Pennsylvania:
Saunders. hlm 74.
Freeman, B. M. 1971. The Corpuscles and the Physical Characteristic of Blood. in:
Phisiology and Biochemistry of the Domestic Fowl. Vol. 2. pp. 841-850. D. J
Bell and B. M. Freeman, eds. Academic Press INC, London
Glick B. 2000. Immunophysiology. Sturkies Avian Physiology. Editor : G.C.
Whittow. Fifth Edition. London: Academic Press. hlm 658-659.
Hammond, WS. 2005. Origin of Timus in the Chick Embryo. J Morphology. Volume
95(3):501-521.
HassanSA,Al-Tememy, HusseinJIS,RasoolBS.2011.Histological Studyon
BursaofFabriciusofQuailbirds(Coturnixcoturnixjaponica).EgyptPoult
SciVol(31)(11)P:613-620.
Leeson S, Summers JD. 2000. Broiler Breeder Production. London: Nottingham
University Press. hlm 67-77.
Nassar P. 2008. Avian Bursa Fabricius (25x) - Slide C40: Bursa of Fabricius.
[terhubungberkala].http://cal.vet.upenn.edu/projects/histo/
Lab8lymphatics/Lab8hsc30avspleen2x.htm [24 Oktober 2011].
Riddel C. 1987. Avian Histopathology. American Association of Avian Pathologist
University of Pennsylvania, New Boston Center Pennsylvania. hlm 8-14.
Schmidt RE, Reavill DR, PHlmen DN. 2003. Pathology of Pet and Aviary Birds.
Iowa: Blacwell Publishing. hlm 133-140.
Schultz RD. 1999. Veterinary Vaccines and Diangnostics. London: Academic Press.
hlm 488.
Sturkie PD, Whittow GC. 2000. Stukies Avian Physiology. London: Academic Press.
hlm 660.
Tizard Ian. 1987. Veterinary Immunology an Introduction Third Edition.
Philadelphia:WB Saunders Company.

Anda mungkin juga menyukai