Pneumonia
Pneumonia
Pneumonia
Oleh:
1202105017
Universitas Udayana
2016
I. KONSEP DASAR PENYAKIT
A. DEFINISI :
B. EPIDEMIOLOGI :
Pneumokokus merupakan penyebab utama pneumonia. Pneumokokus
dengan serotipl sampai 8 menyebabkan pneumonia pada orang dewasa lebih
dari 80%, sedangkan pada anak ditemukan tipe 14,1,6,dan 9. angka kejadian
tertinggi ditemukan pada usia kurang dari 4 tahun dan berkurang dengan
meningkatnya umur. Pneumonia lobaris hampir selalu disebabkan oleh
pneumokokus- ditemukan pada orang dewasa dan anak besar, sedangkan
bronchopneumonia lebih sering dijumpai pada anak kecil dan bayi.
Pneumonia sangat rentan terhadap bayi berumur di bawah dua bulan,
berjenis kelamin laki-laki, tingkat sosioekonomi rendah, tingkat pendidikan
ibu rendah, tingkat pelayanan kesehatan masih kurang, adanya penyakit
kronis pada bayi, kurang gizi, berat badan lahir rendah, tidak mendapatkan
ASI yang memadai, polusi udara, kepadatan tempat tinggal, imunisasi yang
tidak memadai, dan defisiensi vitamin A.
Pneumonia juga merupakan penyakit yang menjadi masalah di berbagai
negara terutama di negara berkembang termasuk Indonesia, dan merupakan
penyebab kematian utama pada balita. Hasil penelitian yang dilakukan
Departemen Kesehatan mendapatkan pneumonia penyebab kejadian dan
kematian tertinggi pada balita. Berbagai mikroorganisme dapat
menyebabkan pneumonia, antara lain virus dan bakteri. Beberapa faktor
yang dapat meningkatkan resiko untuk terjadinya pneumonia antara lain
adalah defek anatomi bawaan, defisit imunologi, polusi, GE, aspirasi, dll.
Said (2007) menyatakan bahwa diperkirakan 75% pneumonia pada anak
balita di negara berkembang termasuk di Indonesia disebabkan oleh
pneumokokus dan Hib. Di seluruh dunia setiap tahun diperkirakan terjadi
lebih 2 juta kematian balita karena pneumonia. Di Indonesia menurut Survei
Kesehatan Rumah Tangga tahun 2001 kematian balita akibat pneumonia 5
per 1000 balita per tahun. Ini berarti bahwa pneumonia menyebabkan
kematian lebih dari 100.000 balita setiap tahun, atau hampir 300 balita
setiap hari, atau 1 balita setiap 5 menit. Menunjuk angka-angka di atas bisa
dimengerti para ahli menyebut pneumonia sebagai The Forgotten Pandemic
atau "wabah raya yang terlupakan" karena begitu banyak korban yang
meninggal karena pneumonia tetapi sangat sedikit perhatian yang diberikan
kepada masalah pneumonia. Tidak heran bila melihat kontribusinya yang
besar terhadap kematian balita pneumonia dikenal juga sebagai "pembunuh
balita nomor satu".
Senada dengan Said, Betz dan Sowden (2002) menyatakan bahwa insidens
dari pneumonia antara lain :
1. Pneumonia virus lebih sering dijumpai daripada pneumonia bakterial
2. Pneumonia streptokokus paling sering terdapat pada 2 tahun pertama
kehidupan. Pada 30 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari
3 bulan dan pada 70 % anak dengan pneumonia yang berusia kurang dari
1 tahun.
3. Pneumonia pneumokokus mencakup 90 % dari semua pneumonia
4. Mikoplasma jarang menimbulkan pneumonia pada anak yang berusia 5
tahun, mereka berhubungan dengan 20 % kasus pneumonia yang di
diagnosis pada pasien antara umur 16 dan 19 tahun.
5. Pneumonia akan terjadi lebih berat dan lebih sering pada bayi dan anak-
anak kecil
6. Virus sinsisium respiratori merupakan penyebab terbesar dari kasus
pneumonia virus.
7. Infeksi virus saluran nafas atas adalah penyebab kematian kedua pada
bayi dan anak kecil.
8. Pneumonia mikoplasma mencakup 10 sampai 20 % pneumonia yang
dirawat di rumah sakit.
C. ETIOLOGI :
1. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa.
2. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama
pneumonia virus.
3. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
4. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC).
Biasanya menjangkiti pasien yang mengalami immunosupresi. (Reeves,
2001)
D. PATOFISIOLOGI :
Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi
sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang
dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau
menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya
bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat.
Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut,
dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan
merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu
mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan
yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh
bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel
system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon
imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian
jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar
dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru
kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus
adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar,
2007)
Proses pneumonia mempengaruhi ventilasi. Setelah agen penyebab
mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan
ektravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut
memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli
menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam
perialveolar kapiler di bagian paru yang terkena dan akhirnya terjadi
hipoksemia (Engram 1998).
E. MANIFESTASI KLINIS :
Suriadi dan Rita (2001) menyebutkan manifestasi klinis yang terdapat pada
penderita pneumonia, yaitu :
1. Setangan akut dan membahayakan
2. Demam tinggi (pneumonia virus bagian bawah)
3. Batuk
4. Reles (ronchi)
5. Wheezing
6. Sakit kepala, malaise
7. Nyeri abdomen
Manifestasi klinis :
Biasanya didahului infeksi saluran pernafasan bagian atas. Suhu dapat naik
secara mendadak (38 40 C), dapat disertai kejang (karena demam tinggi).
Gejala khas :
a. Sianosis pada mulut dan hidung.
b. Sesak nafas, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping
hidung.
F. KLASIFIKASI :
Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan
(Sudoyo, 2006)
Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun
sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia
dikenal sebagai berikut:
1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu
atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai
pneumonia bilateral atau ganda.
2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat
oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam
lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.
3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding
alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.
G. PEMERIKSAAN FISIK :
1. Inspeksi
Bentuk dada dan gerakan pernapasan. Gerakan pernapasan simetris. Pada
pasien dengan pneumonia sering ditemukan peningkatan frekuensi napas
cepat dan dangkal, serta adanya retraksi sternum danICS. Nafas cuping
hidung pada sesak berat . Untuk batuk dan sputum saat dilakukan
pengkajian pada pasien pneumonia biasanya didapatkan batuk produktif
disertai dengan adanya peningkatan produksi secret dan sekresi sputum
yang purulen.
2. Palpasi
Gerakan dinding thoraks anterior/eksrusi pernapasan. Pada klien dengan
pneumonia gerakan dada saat bernafas biasanya normal dan seimbang
antara bagian kanan dan kiri. Untuk getaran suara / taktil premitus juga
biasanya normal.
3. Perkusi
Klien dengan pneumonia tanpa disertai komplikasi, biasanya didapatkan
bunyi resonan atau sonor pada seluruh lapanng paru. Bunyi redup perkusi
klien dengan penemonia didapatkan apabila bronchopneumonia menjadi
suatu sarang (kunflunens)
4. Auskultasi
Pada klien dengan pneumonia , didaptkan bunyi napas melemah dan bunyi
napas tambahan ronkhi basah pada sisi yang sakit. Penting bagi perawat
pemeriksa untuk mendokumentasikan hasil auskultasi didaerah mana
didapatkan adanya ronkhi.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK :
Pemeriksaan penunjang menurut Betz dan Sowden (2002) dapat dilakukan antara
lain :
Kajian foto thorak diagnostic, digunakan untuk melihat adanya infeksi di
paru dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)
Nilai analisa gas darah, untuk mengevaluasi status kardiopulmoner
sehubungan dengan oksigenasi
Hitung darah lengkap dengan hitung jenis untuk menetapkan adanya
anemia, infeksi dan proses inflamasi
Pewarnaan gram (darah) untuk seleksi awal antimikroba
Tes kulit untuk tuberkulin mengesampingkan kemungkinan TB jika anak
tidak berespons terhadap pengobatan
Jumlah leukosit leukositosis pada pneumonia bakterial
Tes fungsi paru, digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan
luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan
Spirometri statik, digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang diinspirasi
Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agens penyebabnya
seperti virus dan bakteri
Kultur cairan pleura spesimen cairan dari rongga pleura untuk menetapkan
agens penyebab seperti bakteri dan virus
Bronkoskopi, digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang
utama dari pohon trakeobronkhial; jaringan yang diambil untuk diuji
diagnostik, secara terapeutik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat
benda asing.
Biopsi paru selama torakotomi, jaringan paru dieksisi untuk melakukan
kajian diagnostik.
Sedangkan menurut Engram (1998) pemeriksaan penunjang meliputi
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan
predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang
buruk.
b. Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm.
Protein di atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.
c. Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat
menyokong diagnosa.
d. Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.
Pemeriksaan mikrobiologik
a. Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum
darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.
b. Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau
aspirasi paru.
Pemeriksaan imunologis
a. Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepa
b. Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.
c. Spesimen: darah atau urin.
d. Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex
agglutination, atau latex coagulation.
Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap
mikroorganisme penyebab pneumonia.
a. Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi
ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua
lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi
dan anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.
b. Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan
bronkopneumonia difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi
pleura yang berat, kadang terdapat adenopati hilus.
c. Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada
permulaan penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian
memadat dan mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan
hemithoraks umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.
I. PENATALAKSANAAN :
Pengobatan umum pasien pasien pneumonia biasanya berupa pemberian
antibiotik yang efektif terhadap organism tertentu, terapi oksigen untuk
menanggulangi hipoksemia dan pengobatan komplikasi seperti pada efusi pleura
yang ringan, obat pilihan untuk penyakit ini adalah penisilin G.
Pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tapi karena hal itu
perlu waktu dan pasien pneumonia diberikan terapi secepatnya:
Penicillin G: untuk infeksi pneumonia staphylococcus.
Amantadine, rimantadine: untuk infeksi pneumonia virus
Eritromisin, tetrasiklin, derivat tetrasiklin: untuk menunjukkan tanda-tanda
infeksi
Pemberian oksigen jika terjadi hipoksemia.
Bila terjadi gagal nafas, diberikan nutrisi dengan kalori yang cukup.
Terapi suportif yang bisa dilakukan untuk mangatasi masalah klien
Berikan oksigen
Lakukan fisioterapi dada (lakukan hanya pada daerah yang terdapat
sekret )
Tahapan fisioterapi
1. INHALASI
Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat dalam
bentuk uap kepada pasien langsung melalui alat pernapasannya
(hidung ke paru-paru). Cara penggunaannya cukup praktis yaitu
pasien diminta menghirup uap yang dikeluarkan nebulizer dengan
menggunakan masker. Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam
nebulizer bertujuan melegakan pernapasan atau menghancurkan
lendir. Semua penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan
dokter. Dosis obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih
efektif ketimbang obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup,
karena dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila
tujuannya untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat itu
akan langsung menuju ke sana.
J. KOMPLIKASI :
Demam menetap / kambuhan akibat alergi obat
Atelektasis (pengembangan paru yang tidak sempurna) terjadi karena
obstruksi bronkus oleh penumukan sekresi
Efusi pleura (terjadi pengumpulan cairan di rongga pleura)
Empiema (efusi pleura yang berisi nanah)
Delirium terjadi karena hipoksia
Super infeksi terjadi karena pemberian dosis antibiotic yang besar. Ex:
penisilin
Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
K. PROGNOSIS :
Dengan pengobatan sebagian tipe dari pneumoni karena bakteri dapat diobati
dalam 1-2 minggu. Pneumoni karena virus mungkin berakhir lama, pneumonia
karena mikoplasma memerlukan 4-5 minggu. Hasil akhir dari episode
pneumoni tergantung dari bagaimana seseorang sakit, kapan dia didiagnosis
pertama kali. (fransisca S. 2000)
II. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
PENGKAJIAN
1 . I d e n t i t a s k l i e n Mencakup nama klien, umur, jenis kelamin,
agama, pekerjaan, status perkawinan dan alamat.
2 . Data riwayat kesehatana . R i w a y a t k e s e h a t a n d a h u l u
Apakah klien pernah mengalami penyakit. Penyakit yang
berpengaruhterhadap penyakit sekarang
3 . Riwayat kesehatan sekarangKlien mempunyai keluhan sebagai alasan ke rumah
sakitc . R i w a y a t k e s e h a t a n k e l u a r g a Kemungkinan keluarga menderita
penyakit pnemonia3.
4 . Aktivitas : kelemahan, kelelahan, insomnia Tanda letargi, penurunan toleransi terhadap
aktivitas
5 . sirkulasiGejala : riwayat adanya GJK kronis, Tanda : takikardi, penampilan
kemerahan atau pucat.
6 . Integritas ego : banyaknya stressor, masalah financial
7 . M a k a n a n / c a i r a n Gejala : kehilangan napsu makan, mula, muntah, riwayat
diabetes mellitus, Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus,
kulit kering dengan turgor buruk, malnutrisi.
8 . Neurosensori : Gejala : sakit kepala daerah frontal Tanda : perubahan mental (bingung,
samnolen)
9 . N y e r i / k e n y a m a n a n Gejala : sakit kepala, nyeri dada, Tanda : melindungi
area yang sakit (pasien umumnya tidur pada posisiyang sakit untuk membatasi
gerakan )Tanda : sputum merah muda, perkusi pekak diatas area yang
konsolidasi,fremitus taktil dan vocal bertahap meningkat dengan konsolidasi, gesekan
friksi pleural, bunyi nafas menurun, nafas bronchial, warna
pucat atausianosis bibir/ kuku.
10. K e a m a n a n Gejala : riwayat gangguan system imun, mis AIDS,
penggunaan steroidatau kemoterapi,
1 1 .ketidakmampuan umum, Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar,
kemerahan mungkin pada kasus varisela
1 2 .Penyuluhan/ pembelajaranGejala : riwayat mengalami pembedahan,
penggunaan alcohol kronisPertimbangan rencana pemulangan : DRG
menunjukan lam dirawat 6-8hari. Bantuan dengan perawatan diri, tugas
pemeliharaan rumah, oksigenmungkin diperlukan (Doenges, Marilynn E, 2000)
DIAGNOSA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Gangguan pertukaran gas b.d. perubahan membran aveolar-kapiler ditandai
dengan Gas Darah Arteri abnormal, PH artery abnormal,sianosis,nafas
cuping hidung,dan gelisah
2. Hipertermia b.d. dehidrasi dan penyakit ditandai dengan peningkatan suhu
tubuh diatas normal, dan kulit terasa hangat.
3. Nyeri Akut b/d agen cidera biologis d/d melaporkan nyeri secara verbal
4. Kekurangan volume cairan b.d. kehilangan cairan keluarga aktif ditandai
dengan penurunan turgor kulit, memebran mukosa kering, dan peningkatan
suhu tubuh
DAFTAR PUSTAKA
1) Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Edisi 8 vol 3. Jakarta: EGC
2) Price, S. A 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi 4 :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
3) Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. (2012).. Nursing Out Comes
(NOC), United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press.
4) Docterman dan Bullechek. (2004).. Nursing Invention Classifications
(NIC), Edition 5, United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic
Press.
5) Nanda International (2012). Diagnosis Keperawatan: definisi &
Klasifikasi. 2012-2014. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta