6 (2)
ABSTRAK
Bantuan hidup adalah suatu usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat
penderita mengalami keadaan yang mengancam nyawa. Bantuan Hidup Dasar diartikan sebagai
usaha yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan seseorang yang sedang teracam
jiwanya (Frame, 2003). Frame juga mengatakan bahwa Bantuan Hidup Dasar harus diberikan
pada korban- korban yang mengalami henti napas , henti jantung, dan perdarahan Ketidaktahuan
penolong bahkan penatalaksanaan BHD yang tidak kompeten dari penolong sering terjadi pada
kasus nyata dilapangan.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan bantuan
hidup dasar terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa. Desain penelitian adalah
One Group Pretest-Postest. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan
menggunakan cara purposive sampling.Sampel penelitian sebanyak 20 responden. Pengumpulan
data dengan menggunakan kuisioner dan lembar observasi keterampilan. Dari hasil uji ranking
bertanda wilcoxon dengan menggunakan statistik z didapatkan nilai z -3,994 nilai p= 0,000 <0,05.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh pelatihan bantuan hidup dasar terhadap
peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa.
Kata Kunci : Pelatihan, Bantuan Hidup Dasar, Pengetahuan, Ketrampilan
ABSTRACT
Advanced life support is an effort made to maintain life when the patient experienced a life-
threatening situation. Aid Basic Life defined as efforts were made to preserve the life of someone
who is teracam soul (Frame, 2003). Frame also said that the Basic Life Aid should be given to
victims who have suffered respiratory arrest, cardiac arrest, and bleeding Ignorance helper even
BHD incompetent management of rescuers often occurs in real cases in the field .. This study aims
to determine the influence of life support training the basis for the improvement of knowledge and
skills of students. The study design was one group pretest-Posttest. The sampling technique used
is by using purposive sampling method. The research sample of 20 respondents. Collecting data
using questionnaires and observation sheets skill. From the test results using the Wilcoxon signed
rank statistic z z values obtained -3.994 p = 0.000 <0.05. The results showed that there are
significant basic life support training to increase knowledge and skills of students.
Key words: Training , Basic Life Suport , Knowledge , Skill
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan suatu negara yang banyak kasus kematian akibat tenggelam.
memiliki luas perairan 5.877.879 km2 atau Hingga kini belum ada data angka kejadian
merupakan 74,5 persen dengan garis pantai tenggelam yang teridentifikasi dengan jelas.
sepanjang kurang lebih 81.000 km2 dari luas Kasus tenggelam dapat terjadi pada air
wilayah Indonesia yaitu kurang lebih 7.877.879 tawar maupun air laut dan merupakan salah
km2 (Dinhankam RI, 2012). Kondisi geografis satu kecelakaan yang dapat berujung pada
wilayah Indonesia ini yang terdiri dari berbagai kematian jika terlambat mendapat pertolongan
pulau dengan garis pantai yang cukup panjang pertama melalui bantuan hidup dasar (BHD)
yang menjadi salah satu faktor terjadinya secara cepat dan tepat untuk memberikan
56
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
pemulihan dari keadaan henti jantung dan henti nilai tertinggi diatas rata-rata di Indonesia 15,4
nafas yang dialami korban. Karena sewaktu persen yaitu 34,7 persen dengan penderita
tenggelam, biasanya air tertelan dan terhisap diatas usia diatas 15 tahun. Sejauh mana
masuk kesaluran nafas dan akan terjadi pemahaman, pengetahuan, dan kesiapan
laringospasme (refleks spasme laring menutup) masyarakat dalam memberikan BHD untuk
sehingga akan terjadi asfiksia (tidak ada menghadapi situasi kegawatdaruratan belum
pernafasan) akibat jalan nafas tertutup ada data yang jelas. Mengahadapi kondisi
sehingga menyebabkan hipoksia. Setelah tiga kegawatdaruratan menuntut individu, kelompok
menit kemudian terjadi aspirasi air dan isi ataupun masyarakat untuk tahu dan mandiri
lambung yang sangat mengancam jiwa korban melakukan pertolongan pertama, karena
tenggelam (Sjamsuhidajat, 2004). kebutuhan sebagian besar orang pada akhirnya
Menurut Yayasan Ambulans Gawat akan berada dalam situasi yang memerlukan
Darurat 118 (2012), BHD merupakan dasar pertolongan pertama untuk orang lain atau diri
dalam menyelamatkan penderita dalam kondisi mereka sendiri (Thygerson, 2009). Sehingga
yang mengancam nyawa dimana seorang menjadikan pendidikan masyarakat melibatkan
penolong perlu segera mengenali tanda-tanda masyarakat sebagai penolong pertamanya
henti jantung dan henti nafas, segera (Boswick, 1997). Salah satu lapisan
mengaktifkansistem respon kegawatdaruratan, masyarakat yang berkompetensi untuk dilatih
segera melakukan RJP, dan segera melakukan adalah para siswa Sekolah Menengah Atas
defiblrilasi dengan menggunakan AED (SMA) dimana mereka berada pada usia
(Automated External Defibrilator).Ketidaktahuan remaja yang rentan akan situasi
penolong bahkan penatalaksanaan BHD yang kegawatdaruratan tersebut. Diharapkan akan
tidak kompeten dari penolong sering terjadi memberikan pengetahuan sekaligus kesiapan
pada kasus nyata dilapangan. siswa dalam menghadapi situasi kritis. Sekolah
Kondisi kegawatdaruratan yang Menengah Atas di Kecamatan Langowan,
mengakibatkan henti jantung dan gangguan khususnya di SMA Negeri 2 Langowan yang
irama jantung yang fatal seperti pada penyakit satu-satunya memiliki jumlah seluruh siswa 225
jantung koroner (PJK) yang mengalami orang yang aktif.
gangguan/kerusakan fungsi jantung akibat otot Berdasarkan hasil wawancara dengan
jantung mengalami kekurangan suplai darah kepala sekolah dan siswa SMA Negeri 2
(yang mengangkut nutrisi dan oksigen) dan Langowan belum pernah dilakukan pelatihan
hipoksia jaringan dan gangguan irama jantung BHD dan sebagainya serta kurangnya
seperti ventrikel takikardi (VT) atau ventrikel pengetahuan dalam penanganan korban di
vibrilasi (VF) yang kritis karena faktor adanya situasi gawat darurat. Dimana di SMA Negeri 2
penyempitan pembuluh darah koroner Langowan sering terjadi siswa siswa yang
(aterosklerosis, iskemia, angina pektoris, infark mengalami pingsan saat Upacara Bendera dan
miocard) (Mutaqqin, 2009). Kondisi tersebut karena kurangnya pengetahuan dan
bila tidak dilakukan BHD segera dapat keterampilan selanjutnya langsung di bawah ke
menyebabkan kematian. pusat pelayanan kesehatan terdekat ataupun
Menurut Riskesdas (2013) kejadian PJK di ke RS terdekat karena tidak bisa menangani
Sulawesi Utara 0,7 persen diatas nilai rata-rata yang lebih lanjut. Berdasarkan uraian diatas
di Indonesia yaitu 0,5 persen. Faktor lain maka peneliti tertarik untuk melakukan
berisiko PJK yaitu hipertensi, perokok, kurang penelitian dangan judul Pengaruh Pelatihan
berolahraga, dan obesitas. Penderita hipertensi Bantuan HidupDasar (BHD) Terhadap
khususnya di Sulawesi Utara 27,1 persen Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan
diatas nilai rata-rata Indonesia yaitu 26,8 Siswa Kelas XI Dan XII SMA Negeri 2
persen dan obesitas di Sulawesi Utara memiliki Langowan.
METODE PENELITIAN
57
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
semua variabel. Analisis bivariat dilakukan digunakan yaitu: menggunakan Uji Ranking
untuk mengetahui bentuk hubungan kedua bertanda Wilcoxon dengan statistik z, dimana
variable (independent dan dependen) kaidabesar dari z tabel maka H0 ditolak dan Ha
(Notoatmodjo, 2007). Adapun uji yang diterima apabila p<0,05.
.
HASIL PENELITIAN
1. Analisa Univariat
UMUR
5% 5% 14
5% 5%
15
16
80%
17
19
JENIS KELAMIN
30%
Laki-laki
70%
Perempuan
0% Baik
100%
Kurang Baik
58
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
0%
100% Baik
Kurang
Berdasarkan gambar 6 menunjukkan bahwa pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) seluruh
keterampilan siswa kelas XI dan XII SMA responden yang berjumlah 20 siswa sudah tahu
Negeri 2 Langowan sesudah mengikuti dan terampil dalam BHD.
59
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
2. Analisa Bivariat
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa 3.937 dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat
20 orang responden, yang menunjukkan nilai kepercayaan 95% maka nilai p= 0,000
posttest < pretest ( ranking negatif) berjumlah 0 <0,05.Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan
orang atau 0%, dan nilai posttest > pretest bantuan hidup dasar memberi hasil yang
(ranking positif) berjumlah 20 orang yaitu 100% bermakna. Jadi ada pengaruhpelatihan bantuan
dan nilai posttest = pretest berjumlah 0%. Dari hidup dasar terhadap peningkatan
hasil uji ranking bertanda wilcoxon dengan pengetahuan siswa.
menggunakan statistik z didapatkan nilai z -
PEMBAHASAN
60
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Berdasarkan hasil uji rangking wilcoxon dimulai dari apa yang dikuasai siswa ke
dengan menggunakan statistik z didapatkan nilai z keterampilan yang belum dikuasainya.. Hal ini
-3,994 dengan taraf kesalahan 0,05 dan tingkat menyatakan bahwa pelatihan menjadi lebih
kepercayaan 95% maka nilai p= 0,000<0,05. Hal efektif untuk meningkatkan keterampilan yang
ini menunjukkan bahwa pelatihan BHD memberi sesungguhnya tidak lepas dari pemberian
hasil yang bermakna pada peningkatan pelatihan.
keterampilan. Keterampilan merupakan proses Berdasarkan hasil penelitian 20 responden
kemampuan sesorang dalam melakukan suatu sebelum dilakukan penelitian berada pada
tindakan. kategori kurang 20 (100%), dan setelah dilakukan
Berdasarkan hasil penelitian 20 responden pelatihan tentang bagaimana melakukan BHD
sebelum dilakukan penelitian, keterampilan berada pada kategori baik 20 responden (100%).
responden berada pada kategori kurang 20 Proses pengembangan keterampilan dapat
(100%), dan setelah dilakukan pelatihan tentang dilakukan setelah kegiatan pembelajaran tindak
bagaimana melakukan BHD, berada pada lanjut dan kegiatan pembelajaran dan
kategori baik 20 responden (100%). pengembangan suatu pengetahuan terlihat dari
Dalam melaksanakan keterampilan kemampuan seseorang mampu
seseorang harus mempunyai dasar yang telah di mengaplikasikannya salah satunya dalam bentuk
dpat baik berupa informasi ataupun berupa keterampilan (Ningrum 2007).
pelatihan. Pengembangan keterampilan harus
KESIMPULAN
61
Buletin Sariputra, Juni 2016 Vol. 6 (2)
Negeri 2 Langowan tentang Bantuan Hidup 5. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Dasar (BHD) sebelum pelatihan pada berpengaruh secara bermakna dalam
kategori kurang dan sesudah pelatihan peningkatan keterampilan iswa kelas XI
pada kategori baik. dan XII SMA Negeri 2 Langowan.
4. Pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD) 6. Seluruh responden (20 responden) memiliki
berpengaruh secara bermakna dalam tingkat pengetahuan dan keterampilan yang
peningkatan pengetahuan siswa kelas XI baik tentang tahapan melakukan BHD
dan XII SMA Negeri 2 Langowan. (Airway,breathing circulation, dan disabilyty).
SARAN
1. Mengingat hasil penelitian ini ada pengaruh variabel yang diteliti dengan sampel yang
yang bermakna terhadap pengetahuan dan berbeda.
keterampilan siswa terhadap BHD maka 3. Kepada Puskesmas dibawah Dinas
seyogyanya pihak sekolah mengembangkan Kesehatan Kabupaten Minahasa untuk
kegiatan pelatihan BHD sebagai kegiatan dapat menindak lanjuti penerapan pelatihan
ekstra kurikuler atau pada siswa kelompok BHD tidak hanya bagi petugas kesehatan
PMR dan Pramuka. tetapi juga bagi masyarakat sebagai orang
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan agar awam dalam penanganan situasi gawat
dapat mengembangkan penelitian ini dari darurat.
DAFTAR PUSTAKA
Boswick. J. A. 1997. Perawatan Gawat Darurat. Tribun News. 2013. Liputan Lengkap Tewasnya
Jakarta: EGC. Sembilan Remaja Tondano di Pantai
Kawis 26 Mei 2013,
Dinhankam. 2012. Jurnal DinasPertahanan dan (http//manado.tribunnews.com, diakses
Keamanan Republik tanggal 1 November 2015)
Indonesia,http//www.lemhannas.go.id,
diakses tanggal11 November 2015) Thygerson, Alton. 2009. First Aid: Pertolongan
Pertama Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
Notoatmodjo. 2007b. Promosi Kesehatan dan
Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
62