Abstrak
Jenis kanker di jaringan lunak rongga mulut yang memiliki angka kejadian terbanyak adalah jenis karsinoma sel skuamosa. Karsinoma sel
skuomosa bisa terjadi di berbagai tempat, seperti di bibir, dasar mulut, lidah, maupun bagian lainnya di rongga mulut. Penyakit kanker ini
jika tidak ditangani secara serius dapat mengakibatkan kematian penderitanya, sehingga diperlukan tindakan nyata untuk menanggulangi
penyakit ini. Gambaran kanker ini sangat bervariasi, untuk itu perlu dipastikan penegakan diagnosis dan terapi yang tepat untuk keberhasilan
penyembuhannya.
Abstract
The most common type of cancer in oral soft tissue is squamous cell carcinoma. It could be occured in various place in oral soft tissue, such
as lips, floor of the mouth, tongue and other parts. In the end of stage this squamous cell carcinoma could lead to mortality, so it is necessary
to handled seriously early. The microscope view of squamous cell carcinoma vary widely. It is important to determine the diagnosis properly
and giving appropiate therapy for healing.
mendiagnosis karsinoma sel skuamosa pada tubuh seperti tulang.12 Organ lainnya yang
pasien yaitu: biopsi, apusan cairan sel, dan dapat terinvasi karsinoma adalah jantung
pewarnaan toluidin biru. Biopsi merupakan dan hati.8
penegakan diagnosis yang paling efektif.
Meskipun pada apusan cairan sel memakai Proliferasi Karsinoma Sel Skuamosa
banyak sel yang didiagnosa peluang
kesalahan ada sekitar 15%. Beberapa ahli Inisiasi dan promosi mempunyai peranan
menganjurkan penggunaan toluidin biru penting dalam perkembangan kanker.
untuk mendiagnosis karsinoma sel skuamosa. Promotor pada umumnya menimbulkan
Namun, teknik ini juga memiliki kerusakan jaringan dan mempercepat proses
kemungkinan adanya kesalahan diagnosis.13 karsinogenesis. Pada perkembangan
Karsinoma sel skuamousa berasal dari karsinoma sel skuamosa terjadi melalui
displasi epitel dan secara histologi tampak beberapa tahap yaitu metaplasi, displasi dan
sebagai pulau-pulau yang invasif . Invasi sel karsinoma in situ. Metaplasi adalah arah
ditandai dengan perluasan yang tidak diferensiasi epitel berubah. Pada rangasangan
beraturan dari lesi epitelium menuju yang terus menerus epitel metaplastik
membran basal, sampai jaringan ikat menunjukan aktivitas proliferasi ysng
subepitelial. Serbuan sel kemungkinan dapat meningkat dan diferensiasi yang menurun.
meluas sampai ke lapisan bawah jaringan Inti sel menjadi lebih besar dan kromatin
adiposa, otot, atau tulang yang dapat merusak tampak berubah tekstur. Berdasarkan
jaringan asli selama perkembangannya. Jejas perubahan morfologiknya dispalsia
sel dapat mengelilingi dan merusak dibedakan menjadi tingkatan ringan, sedang
pembuluh darah serta dapat menyerang dan berat.9
lumen vena atau nodus limfatikus.
Pembengkakan berat atau respon imun sel Terapi Karsinoma Sel Skuamosa
sering terjadi pada epitelium yang diserang,
dan terjadi nekrosis. Jejas epitelium dapat Saat ini perawatan kanker rongga mulut
menginduksi pembentukan pembuluh darah masih menggunakan cara yang konvensial,
baru yang disebut angiogenesis.12 seperti keoterapi, radioterapi, imunoterapi,
pembedahan dan terapi kombinasi.
Invasi Karsinoma Sel Skuamosa Perawatan secara konvensional belum
menunjukkan peningkatan lamanya hidup
Karsinoma sel skuamosa menyebar penderita secara signifikan, oleh sebab itu
melalui saluran limfa.12 Perkembangannya diperlukan strategi terapi baru untuk
mampu menembus kapsul jaringan ikat menghambat pertumbuhan sel kanker secara
limfonodi.8 Perkembangannya juga efektif dan efisien tanpa efek samping yang
mengakibatkan limfonodi terasa terikat dan besar.14
sulit untuk digerakkan.12 Hal ini dapat Terapi karsinoma sel skuamosa dapat
dideteksi secara klinis dengan palpasi digital melibatkan satu atau beberapa terapi
dengan karakteristik sukar digerakkan dan sekaligus, terdiri dari : pembedahan,
membesar.11 Perluasan invasi dapat bersifat radioterapi dan kemoterapi. Lokasi dan luas
kontralateral dan bilateral. Karsinoma sel dari lesi berpengaruh dalam pemilihan terapi
skuamosa yang terdapat pada bibir bawah yang tepat. Terapi yang paling sering
dan dasar mulut akan menginvasi nodus digunakan adalah terapi menggunakan
submental, sedangkan untuk karsinoma yang radioterapi. 13 Kanker rongga mulut pada
berada didaerah posterior mulut akan lidah mempunyai invasi lokal dan metastasis
menginvasi nodus jugular superior. regional yang tinggi ke limfonodi servikal,
Karsinoma juga mampu menginvasi organ dan sering menyebabkan rekurensi lokal
90
Ana Medawati Karsinoma Sel Skuamosa Sebagai Salah Satu Kanker Rongga Mulut Dan Permasalahannya
setelah pembedahan radikal akibat terjadinya 8. Sapp, Philips., Eversole, Lewis R.,
invasi dan metastasis mikro sel kanker dari Wysocki., George. Contemporary oral
lokasi primer.15 and maxillofacial pathology. 2nd ed.
Mosby. 2004. h.183-200.
Kesimpulan 9. Velde, Van de C. J. H., Bosman, F.T.,
Wagener, D. J. Onkologi. Ed. 5. Yogya-
Berdasarkan pembahasan mengenai kar- karta : Gadjah Mada University Press.
sinoma sel skuamosa pada rongga mulut, 1999
maka perlu dilakukan penentuan dan pene- 10. Tambunan, Gani W., Diagnosis dan Ta-
gakan diagnosis yang benar dan tepat ta Laksana Sepuluh Jenis Kanker
sehingga mendapatkan terapi yang tepat Terbanyak di Indonesia. Jakarta:
yang mampu menghambat sekaligus mampu EGC.1991.h.185-198
membunuh pertumbuhan sel kanker. 11. Pindborg, Jens. Kanker dan Prakanker
Rongga Mulut. Jakarta. EGC : 1991.
Daftar Pustaka H.77-83
12. Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C.
1. King, Roger. Cancer Biology. London: M., & Bouquot, J, E. 2002. Oral and
Pearson.p.1. 2001 Maxillofacial Pathology (2nd ed). Phila-
2. Guyton, Arthur C., Hall, John E. Buku delphia, Pennsylvania: W. B. Saunders
Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 9. Jakarta Company, pp. 356-358
: EGC. 1997. h. 49-50. 13. Sonis, S. T., Fazio, R. C., & Fang, L.
3. Sudiono, Janti. Pemeriksaan Patologi 1995. Principle and Practice of Oral
untuk Diagnosis Neoplasma Mulut. Medicine (2nd ed). Philadelphia, Penn-
Jakarta: EGC.2008.h.1-17 sylvania : W. B. Saunders Company, pp.
4. Junqueira, L Carlos., Carneiro, Jose., 403
Kelley,Robert O. Histologi Dasar. Ed.9 14. Supriatno, (2007). Oligonukleotid s-
Jakarta: EGC 1997. H.59-60 phase kinase associated protein-2
5. Lodish, H., Berk, A., Matsudaira, P., (SKP2) antisense menginduksi hambatan
Kaiser, C. A., Krieger, M., Scott, M. P. proliferasi dan peningkatan aktivitas
Molecular Cell Biology (5th ed). New apoptosis pada sel kanker leher dan
York: W. H. Freeman and Company, kepala. Maj.ked gigi. Bag.oral medicine.
2204.pp. 854 Fakultas kedokteran Gigi. UGM.
6. Fuller, G.M., & Shields, D., Molecular 15. Supriatno, & Yuletnawati, S. (2006).
Basis of Medical Cell Biology, 1st Ed, Aktivitas antikanker cepharantine pada
Appleton & Lange, Cohnecticut, 1998. kanker lidah manusia in vitro (tinjauan
h. 106-23. proliferasi, invasi dan metastasis sel).
7. Wood, NormanK., & Goaz, Paul W. Dif- Maj. Ked. Gi, 13(2): 141-145.
ferential Diagnosis of Oral and Maxillo-
facial Lession. USA: Mosby,.1997.p.588