renstra kesdm
2015-2019
pembangunannya. Hambatan birokrasi,
perizinan, lahan akan diselesaikan dan Kedepan, diversifikasi dan konservasi
dipercepat dengan terobosan serta pendekatan energi tidak lagi menjadi alternatif.
yang tepat. Kedepan, diversifikasi dan konservasi
Mulai sekarang, akan dilakukan hal-
energi tidak lagi menjadi alternatif. Mulai
sekarang, akan dilakukan hal-hal besar yang hal besar yang membuat energi baru
membuat energi baru terbarukan dan konservasi terbarukan dan konservasi energi
energi menjadi mainstream. menjadi mainstream.
Subsidi energi yang nilainya mencapai sekitar
Rp. 2.500 triliun dalam 10 tahun terakhir, sudah saatnya mulai dikurangi secara drastis dan dialihkan
untuk belanja yang lebih produktif. Penataan perizinan tambang dan peningkatan nilai tambah
mineral akan terus menjadi perhatian. Indonesia harus berubah, dari sebelumnya sebagai negara
sumber bahan baku dunia, menjadi pemasok produk yang telah bernilai tambah.
Renstra KESDM 2015-2019 ini tidak berhenti menjadi sebuah dokumen saja, tetapi menjadi guidence
bagi KESDM dan stakeholders dalam melakukan pengelolaan energi dan sumber daya mineral
kedepan. Renstra KESDM ini juga merupakan living document dan tidak kaku terhadap perubahan
sesuai perkembangan tahun berjalan.
Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran Kementerian ESDM, para BUMN,
Badan Usaha, stakeholders dan seluruh komponen bangsa yang selama ini telah aktif membangun
sektor ESDM yang luas ini. Kedepan, mari kita bersama-sama meningkatkan kinerja, peran dan fungsi
kordinasi, sehingga pembangunan sektor ESDM menjadi lebih progresif dan berkualitas.
Terima Kasih.
Sudirman Said
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 7
I.1. KONDISI UMUM DAN CAPAIAN SEKTOR ESDM ................................. 8
I.2. POTENSI DAN PERMASALAHAN....................................................... 66
1. POTENSI
Indonesia berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu
Lempeng tektonik Eurosia, Hindia-Australia, dan Pasifik. Sebagai
akibatnya, Indonesia memiliki ancaman bahaya geologi (geo-hazard) yang
tinggi, namun juga menjadi negara yang kaya akan keanekaragaman
energi dan mineral. Minyak bumi yang telah lebih dari 100 tahun menjadi
tumpuan ekonomi Indonesia, cadangannya mulai menipis. Sementara itu,
masih ada potensi energi lainnya namun pemanfaatannya belum optimal
seperti batubara, coal bed methane, shale gas, dan energi baru
terbarukan, sebagaimana tabel potensi di bawah ini.
BAB SATU
Gambar I-45 Cadangan Migas Indonesia
Shale Gas. Hasil survei potensi yang dilakukan oleh Badan Geologi
mencatat Shale Gas Resources pada cekungan sedimen utama Indonesia
sebesar 574 TSCF, tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Papua.
Dalam mendorong pengembangan Shale Gas, telah diterbitkan Permen
ESDM No. 5/2012 tentang tentang Tata Cara Penetapan dan Penawaran
Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Non Konvensional. Kontrak Shale
Gas Indonesia pertama ditandatangani pada 31 Januari 2013 yaitu
Wilayah Kerja MNK Sumbagut yang dioperasikan oleh PT Pertamina Hulu
Energi (PHE).
BAB SATU
Gambar I-48 Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Bahan Bakar Nabati (BBN). Total potensi BBN Indonesia saat ini sekitar
32.654 MW, sementara pemanfaatannya sebesar 1.716 MW atau masih
sekitar 5% dari total potensi.
BAB SATU
Tabel I-31 Potensi Bahan Bakar Nabati
Potensi Tenaga Air untuk PLTA dan PLTMH tersebar di Indonesia dengan
total perkiraan sampai 75.000 MW, sementara pemanfaatannya masih
sekitar 9% dari total potensi.
BAB SATU
dan timur Indonesia. Sumber daya energi surya kawasan barat Indonesia
(4,5 kWh/m2.hari) dengan variasi bulanan sekitar 10%, dan kawasan
timur Indonesia 5,1 kWh/m2.hari dengan variasi bulanan sekitar 9%
serta rata-rata Indonesia 4,8 kWh/m2.hari dengan variasi bulanan sekitar
9%. Potensi energi panas matahari di Indonesia sekitar 4,8 kWh/m.hari
atau setara dengan 112 ribu GWp. Namun, saat ini energi matahari yang
sudah dimanfaatkan hanya sekitar49MWp. Ini berarti, potensi energi
matahari yang sudah dimanfaatkan masih jauh dari angka 1%.
Potensi arus laut, teridentifikasi dari peta potensi energi arus laut yang
diselesaikan oleh Balitbang ESDM pada Maret 2014. Penelitian dilakukan
di 10 selat berpotensi yaitu di Selat Riau, Selat Sunda, Selat Toyapakeh,
Selat Lombok, Selat Alas, Selat Molo, Selat Larantuka, Selat Pantar, Selat
Boleng, dan Selat Mansuar Raja Ampat. Berdasarkan peta tersebut,
potensi dan sumber daya energi laut yaitu potensi energi arus laut praktis
sebesar 17.989 MW; energi gelombang potensi praktis sebesar 1.995 MW;
dan potensi panas laut praktis sebesar 41.001 MW. Penelitian potensi
arus laut tersebut sangat besar, tetapi harus dibuktikan lebih lanjut
sehingga bisa lebih mendekati potensi riil sesuai skala keekonomian.
Potensi Mineral Indonesia sangat beragam dan cukup besar potensinya.
Sebelum tahun 2014, ekspor mineral mentah dapat dilakukan secara
leluasa sehingga tidak terjadi peningkatan nilai tambah mineral. Industri
pengolahan dan pemurnian dalam negeri tidak berkembang. Namun,
sejak 2014 mulai diberlakukan pembatasan ekspor mineral dan komitmen
pembangunan smelter, meskipun berdampak pada menurunnya produksi
mineral dan penerimaan negara, namun cadangan mineral tersebut lebih
bisa dikonservasi.
Tabel I-32 Status Sumber Daya dan Cadangan Mineral Logam Strategis
Tahun 2014
BAB SATU
Pengenaan PBB pada masa eksplorasi dirasa masih
memberatkan kontraktor mengingat masa eksplorasi belum
terdapat kepastian penemuan cadangan migas dan masih
terdapat kemungkinan kegagalan eksplorasi sehingga terdapat
biaya yang tidak dapat dikembalikan. Dampaknya, terjadi
penurunan minat keikutsertaan penawaran langsung wilayah
kerja (WK). Pada tahun 2013 penawaran langsung sebanyak 16
WK dan hanya 5 WK yang berlanjut ke penandatanganan
kontrak (31%). Sedangkan 5 tahun sebelum tahun 2013,
penawaran langsung yang berlanjut ke penandatanganan
kontrak rata-rata sebesar 81%.
BAB SATU
kurang mampu tetap dilindungi.
BAB SATU
Tingkat kesadaran hemat energi bagi pengguna masih rendah;
Sistem pendanaan investasi program energi efisiensi &
konservasi energi belum memadai;
Insentif untuk pelaksanaan energi efisiensi dan konservasi
energi belum memadai;
Disinsentif untuk pengguna energi yang tidak melaksanakan
efisiensi energi dan konservasi energi belum dilaksanakan secara
konsisten;
Daya beli teknologi/peralatan yang efisien/hemat energi masih
rendah;
Kurangnya koordinasi antar instansi dalam menyusun
peraturan teknis yang mengatur kewajiban pelaksanaan
konservasi energi;
Pengetahuan dan pemahaman terhadap manfaat konservasi
energi masih terbatas;
Terbatasnya jumlah tenaga latih untuk manajer dan auditor
energi; dan
Sistem Monev hasil pelaksanaan Konservasi Energi lintas sektor
belum tersedia.
#renstrakesdm
Biro Perencanaan
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
dan Kerja
Jl. Medan SamaSelatan No. 18 Jakarta Pusat 10110
Merdeka
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
www.esdm.go.id
2015
2019
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 18 Jakarta Pusat 10110
Website : www.esdm.go.id
Email : bahan@esdm.go.id