Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat
homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh
oleh gaya gravitasiatau gaya lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi
pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki
oleh campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, sertaawan merupakan
contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari.Sitoplasma dalam sel juga merupakan
sistem koloid. Kimia koloidmenjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan system koloid?
b. Jelaskan macam-macam system koloid?
c. Bagaimana sifat-sifat koloid?
d Bagaimana proses pembuatan sistem koloid?
e. Apa saja komponen system koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam kehidupan
sehari-hari?

C. Tujuan
a. Agar pembaca dapat mengetahui system koloid.
b. Agar pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
c. Agar pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Agar pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Agar pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya
dalam kehidupan sehari-hari.

D. Manfaat
a. Pembaca dapat mengetahui system koloid.
b. Pembaca mengetahui macam-macam system koloid.
c. Pembaca mengetahui sifat-sifat koloid.
d. Pembaca mengetahui proses pembuatan sistem koloid.
e. Pembaca mengetahui komponen sistem koloid, bentuk partikel dan kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Koloid
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah) tersebar
secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Ukuran partikel koloid
berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang, lebar,
maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang
terdiri dari serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat
banyak sistem koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau
suatu koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa pendispersi
dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai dengan 10-4 cm. Besaran
partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan partikel tersebut. Partikel dapat terdiri
atas atom, molekul kecil atau molekul yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-
partikel dengan bebagai ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau
lebih. Koloid belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul
S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter sekitar 6
x 10-7.

B. Jenis-Jenis Koloid
Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
1. Sol (fase terdispersi padat)
a. Sol padat adalah sol dalam medium pendispersi pada
Contoh: paduan logam, gelas warna, intan hitam
b. Sol cair adalah sol dalam medium pendispersi cair
Contoh: cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
c. Sol gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh: debu di udara, asap pembakaran

2. Emulsi (fase terdispersi cair)


a. Emulsi padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh: Jelly, keju, mentega, nasi
b. Emulsi cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh: susu, mayones, krim tangan
c. Emulsi gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh: hairspray dan obat nyamuk
3. Buih (fase terdispersi gas)
a. Buih padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh: Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
b. Buih cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh: putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama- sama berupa
gas, campurannya tergolong larutan

C. Sifat-Sifat Koloid
a. Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini
ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat
itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan
sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan
cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu
terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk
dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya
relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.

b. Gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop
ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk
zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown. Partikel-partikel suatu zat senantiasa
bergerak.
Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di
tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas,
pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu
sendiri. Tumbukan tersebut berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup
kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga terjadi gerak
zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown
yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak
ditemukan dalam zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin
tinggi suhu system koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya
semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system koloid, maka gerak
Brown semakin lambat.
c. Absorpsi
Absorpsi ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel. (Catatan :
Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya penyerapan yang terjadi di dalam
suatu partikel). Contoh : (i) Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya
menyerap ion H+. (ii) Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion
S2.
d. Muatan koloid
Dikenal dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan
negatif.
e. Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan
terjadinya koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti
penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
f. Koloid pelindung
Koloid pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain
dari proses koagulasi.
g. Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut
proses dialisis.
h. Elektroforesis
Elektroferesis ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan
menggunakan arus listrik.

D. Pembuatan Sistem Koloid


Reaksi dekomposisi rangkap
Misalnya:
Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan
As2O3 dingin sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
Pemanasan nitrat
Jika dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk
oksida logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami
dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama - menghasilkan
lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.Akan tetapi, nitrat dari unsur selain lithium
dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi tidak menghasilkan nitrogen
oksida.Semua nitrat dari natrium sampai cesium terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-
satunya yang membedakan adalah panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin
ke bawah golongan, dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
Pemanasan karbonat
Jika dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi
membentuk oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2
sederhana seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :
Pada Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama menghasilkan
lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu
dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.

E. Kegunaan Koloid
Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat
digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan
bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri Contoh aplikasi
Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad
Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun
Industri cat Cat
Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen
Industri pertanian Peptisida dan insektisida
Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan
Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1. Pemutihan Gula
Gula tebu yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon. Partikel
koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid tersebut mengadsorpsi
zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna putih.
2. Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion
Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel koloid di protein bersifat netral
sehingga proses penggumpalan darah dapat lebih mudah dilakukan.
3. Penjernihan Air
Air keran (PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah
liat,lumpur, dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar partikel koloid
tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion
Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan terhidroslisis membentuk partikel koloid
Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui reaksi:
Al3+ + 3H2O Al(OH)3 + 3H+
Setelah itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian mengendap
bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut ini adalah skema
proses penjernihan air secara lengkap.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
- Partikel koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek Tyndall.
- Jika diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak dengan
gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena tumbukan tak
simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
- Koloid dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang besar.
- Adsorpsi ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid, sehingga menjadi
stabil (tidak mengalami sedimentasi).
- Muatan partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan partikel
koloid dalam medan listrik.
- Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai
hal, misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan menetralkan muatan
koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
- Koloid yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya; sebaliknya, pada
koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
- Koloid dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan kasar
dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara kondensasi,
koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami agregasi (pengelompokan),
sehingga menjadi partikel koloid.
- Asbut adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.

DAFTAR PUSTAKA

Purba, Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA


Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini,Maria.2005.KimiadanKecakapanHidup.Jakarta:GanesaExact.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sistem koloid berhubungan dengan proses proses di alam yang
mencakup berbagai bidang. Misalnya saja, makanan yang kita makan
(dalam ukuran besar) sebelum digunakan oleh tubuh,terlebih dahulu
diproses sehingga berbentuk koloid, dan protoplasma dalam sel sel
makhluk hidup. Dalam kehidupan sehari-hari ini, sering kita temui
beberapa produk yang merupakan campuran dari beberapa zat, tetapi zat
tersebut dapat bercampur secara merata. Misalnya saja saat kita
membuat susu, serbuk atau tepung susu bercampur secara merata
dengan air panas. Kemudian, es krim yang biasa kita konsumsi,
mempunyai rasa yang beragam, es krim tersebut haruslah disimpan
dalam lemari es agar tidak meleleh. Semua itu merupakan contoh sistem
koloid.
Udara juga mengandung sistem koloid, misalnya polutan padat yang
terdispersi (tercampur) dalam udara, yaitu asap dan debu. Juga air yang
terdispersi dalam udara yang disebut kabut merupakan sistem koloid.
Mineral mineral yang terdispersi dalam tanah, yang dibutuhkan oleh
tumbuh tumbuhan juga merupakan koloid. Penggunaan sabun untuk
mandi dan mencuci berfungsi untuk membentuk koloid antara air dengan
kotoran yang melekat (minyak). Campuran logam selenium dengan kaca
lampu belakang mobil yang menghasilkan cahaya warna merah juga
merupakan sistem koloid.

2. Rumusan Masalah

Apa itu koloid ?


Apa saja jenis-jenis koloid ?
Bagaimana penggunaan koloid ?
Apa saja sifat-sifat koloid ?
Bagaimana cara membuat koloid ?
Bagaimana cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan ?
Apa saja contoh koloid dalam kehidupan sehri-hari ?

3. Tujuan Penulisan

Menjelaskan apa itu koloid.


Menjelaskan macam-macam koloid.
Menjelaskan penggunaan koloid.
Menjelaskan sifat-sifat koloid.
Menjelaskan cara membuat koloid.
Menjelaskan cara memurnikan koloid dari partikel yang tidak
dibutuhkan.
Menjelaskan contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari.

4. Manfaat Penulisan

Agar dapat mengetahui dan memahami apa itu koloid.


Agar dapat mengetahui macam-macam koloid.
Agar dapat mengetahui penggunaan koloid.
Agar dapat mengetahui sifat-sifat koloid.
Agar dapat mengetahui cara membuat koloid.
Agar dapat mengetahui cara memurnikan koloid.
Agar dapat mengetahui contoh-contoh koloid dalam kehidupan sehari-
hari.

BAB II
PEMBAHASAN
Koloid adalah suatu campuran zat heterogen antara dua zat atau lebih
di mana partikel-partikel zat yang brukuran koloid tersebar merata dalam
zat lain. Ukuran koloid berkisar antara 1-100 nm. Contoh : mayones dan
cat, mayones adalah campuran homogen di air dan minyak dan cat
adalah campuran homogen zat padat dan zat cair.

1. Sistem Koloid Dalam Pengelompokkan Campuran


Sistem koloid adalah suatu campuran yang keadaannya terletak di
antara campuran homogen (larutan) dan heterogen (suspensi). Dengan
kata lain, campuran koloid merupakan bentuk peralihan campuran dari
heterogen menjadi homogen.
Pada dasarnya campuran koloid itu bersifat homogen, dan unsur-unsur
pembentuk campuran itu sudah menyatu dan sulit dibedakan. Hanya saja
campuran itu tidak dibentuk oleh sebaran-sebaran molekuler, melainkan
berupa gabungan dari beberapa molekul. Namun karena bentuknya
sangat kecil, gabungan-gabungan molekul itu sulit dikenali lagi.
Untuk membedakan sistem koloid dengan sistem pemcapuran lainnya,
perhatikanlah tabel berikut!
LARUTAN KOLOID SUSPENSI
Terdiri atas satu fasa Terdiri atas satu fasa Terdiri atas dua fasa
Homogen Homogen Heterogen
Jernih Keruh Keruh
Tidak memisah jika Tidak memisah jika
Memisah jika didiamkan
didiamkan didiamkan
Tidak dapat disaring Dapat disaring Dapat disaring
Dapat diamati dengan Dapat diamati dengan
Tidak dapat diamati
mikroskop ultra mikroskop biasa
Diameter partikel < Diameter partikel 10 - Diameter partikel > 10-
-7

10-7 cm. 10-5 cm. 5


cm.
Penulisan A (aq) Penulisan A (s) Penulisan A (s)

2. Macam-macam Koloid dan Pengelompokkannya


Sistem koloid terdiri atas dua fase atau bentuk, yakni fase
terdispersi (fase dalam) dan fase pendispersi (fase luar, medium). Zat
yang fasenya tetap, disebut zat pendispensi. Sementara itu, zat yang
fasenya berubah merupakan zat terdispensi.
Berdasarkan fase zat terdispersi, sistem koloid terbagi atas tiga
bagian, yaitu koloid sol, emulsi, dan buih.
1. Sol ialah koloid dengan zat terdispersinya fase padat.
2. Emulsi ialah koloid dengan zat terdispersinya fase cair.
3. Buih ialah koloid dengan zat terdispersinya fase gas.
Berdasarkan fase mediumnya, sol, emulsi, dan buih masih terbagi
atas beberapa jenis
1. KOLOID SOL
Koloid sol terdiri atas bagian-bagian berikut:
a. Sol padat (padat-padat)
Sol padat ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat
fase padat. Contoh: logam paduan, kaca berwama, intan hitam, dan baja.
b. Sol cair (padat-cair)
Sol cair ialah jenis koloid dengan zat fase padat terdispersi dalam zat fase
cair. Berarti, Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium fase
cair. Contoh: cat, tinta, dan kanji.
c. Sol gas (padat-gas)
Sol gas (aerosol padat) ialah koloid dengan zat fase padat terdispersi
dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase padat dan medium
fase gas. Contoh: asap dan debu.
2. KOLOID EMULSI
Koloid emulsi terbagi ke dalam tiga jenis, yakni sebagai berikut:
a. Emulsi padat (cair-padat)
Emulsi padat (gel) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase padat.
Contoh: mentega, keju, jeli, dan mutiara.
b. Emulsi cair (cair-cair)
Emulsi cair (emulsi) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi dalam zat
fase cair. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium fase cair.
Contoh: susu, minyak ikan, dan santan kelapa.
c. Emulsi gas (cair-gas)
Emulsi gas (aerosol cair) ialah koloid dengan zat fase cair terdispersi
dalam zat fase gas. Hal ini berarti zat terdispersi fase cair dan medium
fase gas. Contoh: obat-obat insektisida (semprot), kabut, dan hair spray.
3. KOLOID BUIH
Kolodi buih erdiri atas dua jenis, , yaitu sebagai berikut:
a. Buih padat (gas-padat)
Buih padat ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase
padat. Hal ini berarti zat terdispersi fase gas dan medium fase padat.
Contoh: busa jok dan batu apung.
b. Buih cair (gas-cair)
Buih cair (buih) ialah koloid dengan zat fase gas terdispersi dalam zat fase
cair. Berarti, zat terdispersi faso gas dan medium fase cair. Contoh: buih
sabun, buih soda, dan krim kocok
Klasifikasi di atas dapat pula disusun dalam delapan pola
penggolongan, yakni seperti dalam tabel berikut.

Fase Fase
No Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

buih sabun, shampoo, krim


1 Gas cair buih, deterjen
kocok

2 Gas padat busa padat karet busa, batu apung

3 cair gas aerosol cair kabut

susu, santan, minyak ikan,


4 cair cair emulsi
es krim

5 cair padat emulsi padat mutiara, jeli, keju

6 padat gas aerosol padat asap

7 padat cair sol cat, tinta, larutan agar-agar

sol padat,
8 padat padat kaca berwarna, campuran
logam
3. Beberapa Macam Koloid Dan Penggunaannya
Ada banyak penggunaan sistem koloid baik di dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam berbagai industri seperti industri kosmetik,
makanan, farmasi dan sebagainya. Beberapa macam koloid tersebut
antara lain :
1. Aerosol
Aerosol adalah sistem koloid di mana partikel padat atau cair terdispersi
dalam gas. Aerosol yang dapat kita saksikan di alam adalah kabut, awan,
dan debu di udara. Dalam industri modern, banyak sediaan insektisida
dan kosmetika yang diproduksi dalam bentuk aerosol, dan sering kita
sebut sebagai obat semprot, Contohnya antara lain adalah hair spray,
deodorant dan obat nyamuk.
2. Sol
Sol adalah sistem koloid di mana partikel padat terdispersi dalam cairan.
Berdasarkan sifat adsorpsi dari partikel padat terhadap cairan pendispersi,
kita mengenal dua macam sol;
a. Sol liofil, dimana partikel-partikel padat akan mengadsorpsi molekul
cairan, sehingga terbentuk suatu selubung di sekeliling partikel padat itu.
Liofil artinya cinta cairan (Bahasa Yunani; lio=cairan; philia=cinta). Sol
liofil yang setengah padat disebut gel. Contoh gel antara lain selai dan
gelatin. Ciri-ciri sol liofil :
Dapat dibuat langsung dengan mencampurkan fase terdispersi dengan
medium terdispersinya
Mempunyai muatan yang kecil atau tidak bermuatan
Partikel-partikel sol liofil mengadsorpsi medium pendispersinya.
Terdapat proses solvasi/ hidrasi, yaitu terbentuknya lapisan medium
pendispersi yang teradsorpsi di sekeliling partikel sehingga menyebabkan
partikel sol liofil tidak saling bergabung
Viskositas sol liofil > viskositas medium pendispersi

Anda mungkin juga menyukai