Anda di halaman 1dari 33

PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENAMBANGAN BATUBARA


DI PT ASMIN BARA BARONANG
KECAMATAN KAPUAS TENGAH, KABUPATEN KAPUAS
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Usulan Penelitian
Untuk Memenuhi Persyaratan Melakukan Penelitian Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Program
Sarjana Strata-1 Teknik Pertambangan

Diajukan Oleh :

Resky Ade Pratama


H1C113217

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
BANJARBARU

2017
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL PENELITIAN TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENAMBANGAN BATUBARA


DI PT ASMIN BARA BARONANG
KECAMATAN KAPUAS TENGAH, KABUPATEN KAPUAS
PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Penyusun

Resky Ade Pratama


NIM. H1C113217

Banjarbaru, Januari 2017

Disetujui Oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Uyu Saismana, MT Riswan, MT


NIP.19731013 200312 1 001 NIP.19731231 200812 1 008

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ I-
1
1.1. Judul ......................................................................................... I-1
1.2. Latar Belakang Masalah............................................................ I-1
1.3. Rumusan Masalah.................................................................... I-2
1.4. Batasan Masalah ...................................................................... I-2
1.5. Tujuan Penelitian ...................................................................... I-2
1.6. Manfaat Penelitian .................................................................... I-3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... II-
1
2.1. Perencanaan Tambang ...................................................... II-1
2.2. Perancangan Tambang ................................ .................. II-
2
2.2.1. Geometri Jenjang ........................................................ II-2
2.2.2. Geometri Jalan.......................................................... II-4
2.2.2.1. Lebar Jalan Angkut pada Kondisi Lurus ........ II-4
2.2.2.2. Lebar Jalan Angkut pada Kondisi Tikungan .. II-6
2.2.2.3. Kemiringan ..................................................... II-7
2.3. Tahapan Penambangan ........................................................ II-7
2.4. Penjadwalan Produksi ............................... . ................. II-12
2.5. Konsep Pelaporan Cadangan Batubara............................... II-14

BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... III-


1
3.1. Diagram Alir Penelitian .......................................................... III-1
3.2. Teknik Pengumpulan Data .................................................. III-2
3.3. Teknik Pengolahan Data ............................................................... III-
3
3.4. Teknik Analisa Data .............................................................. III-3
BAB IV SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN .......................................... IV-1
BAB V JADWAL PENELITIAN ................................................................... V-1
5.1. Jadwal Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V-
1
5.2. Tempat Kegiatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . V-
1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Geometri Jenjang............................................................................ II-2


Gambar 2.2 Stripping Ratio.......................................................................... II-3
Gambar 2.3 Geometri Lereng ....................................................................... II-3
Gambar 2.4 Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus ...................... II-5
Gambar 2.5 Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Belokan............................. II-6
Gambar 2.6 Ilustrasi Pushback ................................................................ II-8
Gambar 2.7 Contoh Rencana Perubahan Bentuk Tambang. . . . . . . . . . . . . . . . II-9
Gambar 2.8 Pushback dalam 3 dimensi dan Pandangan Peta .................. II-10
Gambar 2.9 Pushback Dalam Pandangan Peta ......................................... II-10
Gambar 2.10 Contoh Peta Batas Pushback.................................................. II-11
Gambar 2.11 Cross Section Geometri Batas Pushback ................................ II-12
Gambar 2.12 Hubungan Antara Sumberdaya dan Cadangan Batubara II-14
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Lebar Jalan Angkut Minimum ..................................................... II-5


Tabel 2.2. Perbandingan Kecepatan Maksimum Terhadap Kemiringan . . . . . II-7
Tabel 2.3. Contoh Tabel Jadwal Produksi Tahunan .................................... II-13
Tabel 5.1. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Tugas Akhir.. V-1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sektor usaha pertambangan adalah salah satu sektor usaha yang
membutuhkan modal yang besar. Kebutuhan modal yang besar itu menyebabkan
perusahaan tambang berusaha agar kegiatan penambangan yang akan
dilakukannya dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dengan
pengembalian modal secepat mungkin. Oleh karena itu, untuk mewujudkannya
diperlukan perencanaan yang matang dengan mempertimbangkan banyak faktor
penting sebelum penambangan itu dilaksanakan.
Tahap akhir dari suatu desain perencanaan tambang, dalam hal ini tahap
perencanaan produksi, yaitu suatu tahap untuk menentukan urutan penambangan
setelah melalui proses perencanaan sebelumnya yang melibatkan beberapa hal
antara lain distribusi kadar, geometri, pit limit, stripping ratio dan lain-lain.
PT Asmin Bara Baronang merupakan perusahaan tambang batubara yang
berlokasi di Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah. PT
Asmin Bara Baronang memerlukan perencanaan dan perancangan tambang agar
dapat mencapai sasaran dan tujuannya dalam kegiatan penambangannya.
Perencanaan yang dilakukan berupa perencanaan long-term atau perencanaan
jangka panjang dan short-term atau perencanaan jangka pendek. Untuk
meminimalisasi resiko yang bisa terjadi diperlukan perencanaan dan
perancangan tambang yang berfungsi sebagai pedoman dalam pelaksanaan
penambangan, mengurangi ketidakpastian dan pemilihan kemungkinan terbaik.
Hal tersebut yang melatar belakangi dilakukannya penelitian tugas akhir
dengan judul Perencanaan Penambangan Batubara di PT Asmin Bara
Baronang Kecamatan Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi
Kalimantan Tengah.

I-1
1.2. Rumusan Masalah
PT Asmin Bara Baronang memiliki beberapa wilayah IUP/KP yang telah
dan akan ditambang. Pada wilayah yang belum ditambang dan telah diselidiki
memerlukan perencanaan dan perancangan seperti long-term planning dan short-
term planning.
Rumusan masalah pada penelitian tugas akhir ini yaitu penentuan pit limit
berdasarkan stripping ratio yang digunakan oleh perusahaan, perhitungan cadangan
batubara dan volume overburden dalam batas pit limit, perancangan tambang
meliputi geometri jenjang, jalan angkut, disposal, penentuan tahapan penambangan
(pushback) dan penjadwalan produksi.

1.3. Batasan Masalah


Batasan masalah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kajian penelitian dilakukan dilokasi IUP PT Asmin Bara Baronang
2. Perencanaan tambang hanya dilakukan pada kajian teknis tanpa melibatkan
kajian biaya modal dan biaya produksi.
3. Pit limit ditentukan berdasarkan SR (Stripping Ratio) yang digunakan oleh
perusahaan.
4. Tahapan penambangan dibuat berdasarkan target produksi dari perusahaan.
5. Rancangan jalan hanya membahas akses jalan dari pit menuju disposal.
6. Geometri jenjang pit dibuat berdasarkan data geoteknik perusahaan.
7. Tidak membahas sistem penyaliran tambang.

1.4. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menentukan batas akhir penambangan (pit limit) berdasarkan dari SR
(Stripping Ratio) dan geometri penambangan yang digunakan perusahaan.
2. Menghitung cadangan batubara dan volume overburden di dalam batas akhir
penambangan yang telah ditentukan.
3. Merancang tambang yang meliputi geometri jenjang dan jalan angkut.
4. Membuat tahapan penambangan dan penjadwalan produksi.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :
1. Bagi Mahasiswa
a. Terbantu dalam proses untuk memperoleh data aktual yang dibutuhkan dalam
penelitian yang diantaranya data bor, data topografi, dan data geoteknik.
b. Sebagai penerapan ilmu-ilmu pertambangan yang terkait dengan mata kuliah
perencanaan pada tambang terbuka.
c. Menambah ilmu pengetahuan tentang kegiatan perencanaan penambangan.
2. Bagi Perusahaan
a. Mengetahui permasalahan yang terjadi dalam kegiatan perencanaan
penambangan.
b. Menghasilkan rekomendasi bagi perusahaan dalam perencanaan
penambangan batubara sebagai bahan pertimbangan untuk diterapkan pada
kegiatan penambangan.
c. Dapat dijadikan bahan pertimbangan atau usulan untuk analisa kelayakan
tambang.
3. Bagi Pemerintah adalah sebagai informasi kegiatan penambangan yang
dilakukan perusahaan di daerah tersebut.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan Tambang


Perencanaan merupakan gagasan pada saat awal suatu kegiatan untuk
menetapkan apa dan mengapa harus dikerjakan, oleh siapa, kapan, dimana dan
bagaimana melaksanakannya. Perencanaan tambang (mine planning) dapat
mencakup kegiatan-kegiatan prospeksi, eksplorasi, studi kelayakan (feasibility study)
yang dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
persiapan penambangan dan konstruksi prasarana (infrastructure) serta sarana
(facilities) penambangan, kesehatan dan keselamatan kerja (K3), pengelolaan dan
pemantauan lingkungan hidup. Bila industry pertambangan yang bersangkutan
melakukan kegiatan terpadu, maka akan mencakup pula kegiatan pengolahan
(mineral dressing atau mineral benefication), peleburan (smelting), pemurnian
(refining) dan pemasaran (marketing).
Ada berbagai macam perancanaan antara lain :
1. Perencanaan jangka panjang, yaitu suatu perencanaan kegiatan yang jangka
waktunya lebih dari 5 tahun secara berkesinambungan.
2. Perencanaan jangka menengah, yaitu suatu perencanaan kerja untuk jangka
waktu antara 1-5 tahun.
3. Perencanaan jangka pendek, yaitu suatu perencanaan aktivitas untuk jangka
waktu kurang dari setahun demi kelancaran perencanaan jangka menengah dan
panjang.
4. Perencanaan penyangga atau alternative, bagaimanapun baiknya suatu
perencanaan telah disusun, kadang-kadang karena kemudian terjadi hal-hal tak
terduga atau ada perubahan data atau informasi atau timbul hambatan (kendala)
yang sulit diatasi, sehingga dapat menyebabkan kegagalan, maka harus
diadakan perubahan dalam perencanaannya.

2.2. Perancangan Tambang


Rancangan (design) adalah penentuan persyaratan, spesifikasi dan criteria
teknik yang rinci dan pasti untuk mencapai tujuan dan sasaran kegiatan serta urutan
II-1
teknis pelaksanaannya. Di industri pertambangan juga dikenal rancanagn tambang
(mine design) yang mencakup pula kegiatan-kegiatan seperti yang ada pada
perencanaan tambang, tetapi semua data dan informasinya sudah rinci.
Pada umumnya ada dua tingkatan rancangan, yaitu :
1. Rancangan konsep, yaitu suatu rancangan awal atau titik tolak
rancangan yang dibuat atas dasar analisis dan perhitungan secara
garis besar dan baru dipandang dari berbagai segi yang terpenting,
kemudian akan dikembangkan agar sesuai dengan keadaan nyata di
lapangan.
2. Rancangan rekayasa, yaitu suatu rancangan lanjutan dari rancangan konsep
yang disusun dengan rinci dan lengkap berdasarkan data dan informasi hasil
penelitian laboratorium serta literatur yang dilengkapi dengan hasil-hasil
pemeriksaan keadaan lapangan.
(Prodjosumarto, 2004)

2.2.1. Geometri Jenjang


adalah undakan yang sengaja dibuat dalam pekerjaan
Jenjang (bench)

penggalian atau penambangan. Bagian dari jenjang dapat dilihat di gambar berikut :
(Nurhakim, 2008)

Part ofa b e n c h

Bench
Crest Width

Bench height H

Crest Toe

H
Bank width
Toe

Sumber : Hustrulid, Kuchta & Martin, 2013

Gambar 2.1
Geometri Jenjang

II-2
Secara individu, bench dirancang untuk memberi kesempatan dan ruang bagi
peralatan agar dapat menggali material (overburden atau batubara) secara leluasa.
Oleh karena itu dimensinya harus diatur sedemikian rupa. Tinggi bench tidak
melebihi kemampuan jangkauan alat gali.
Kemiringan lereng (slope) sangat penting dalam pembuatan rancangan
tambang, sangat berpengaruh terhadap besarnya stripping ratio, semakin landai
lereng semakin banyak material yang harus dikupas, ini berarti stripping ratio makin
besar, sebagaimana gambar di bawah ini :

A A a


B B
-

SR = A / B SR = (A + a) / B

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.2
Stripping Ratio

Prinsip dalam penentuan lereng adalah lereng dibuat seterjal-terjalnya tetapi


harus aman untuk bekerja. Geometri lereng dalam rancangan tambang (Nurhakim,
2008) :

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.3
Geometri Lereng
Overall Slope dapat dihitung dengan rumus:

1 nh dh
Overall tan
nh dh
nw dw
tan
Keterangan: nh : jumlah tinggi jenjang
dh : tinggi jenjang
nw : jumlah lebar jenjang
dw : lebar jenjang
tan : slope angle
Sedangkan jika terdapat jalan pada jenjang, maka Overall slope dapat dihitung
dengan rumus:
1 nh dh
Overall tan
nh dh
nw dw l
tan
Keterangan: nh : jumlah tinggi jenjang
dh : tinggi jenjang
` nw : jumlah lebar jenjang
dw : lebar jenjang
tan : slope angle
l : lebar jalan
(Hustrulid, Kuchta & Martin, 2013)

2.2.2. Geometri Jalan


2.2.2.1. Lebar Jalan Angkut pada Kondisi Lurus
Lebar jalan minimum pada jalan lurus dengan lajur ganda atau lebih,
menurut Aasho Manual Rural High Way Design, harus ditambah dengan setengah
lebar alat angkut pada bagian tepi kiri, kanan jalan, dan jarak antar kendaraan
(Gambar 2.4). Dari ketentuan tersebut dapat digunakan cara sederhana untuk
menentukan lebar jalan angkut minimum, yaitu menggunakan rule of thumb atau
angka perkiraan seperti terlihat pada Tabel 2.1, dengan pengertian bahwa lebar alat
angkut sama dengan lebar lajur.
Tabel 2.1.
Lebar Jalan Angkut Minimum
Jumlah Jalur Truk Perhitungan Lebar Jalan Angkut Minimal
1 1 + (2 x ) 2
2 2 + (3 x ) 3,5
3 3 + (4 x ) 5
4 4 + (5 x ) 6,5
Sumber : Suwandhi, 2004

Dari kolom perhitungan pada Tabel 2.1 dapat ditetapkan rumus lebar jalan
jalan lurus. Seandainya lebar kendaraan dan jumlah lajur
angkut minimum pada

yang direncanakan masing-masing adalah Wt dan n, maka lebar jalan angkut pada
jalan lurus dapat dirumuskan sebagai berikut:
Lmin (nxWt ) ((n 1) x(0,5.Wt ))
Keterangan:
Lmin = lebar jalan angkut minimum (m)
Wt = lebar alat (m)
n = jumlah jalur

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.4
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Jalan Lurus
2.2.2.2. Lebar Jalan Angkut pada Kondisi Tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu dibuat lebih besar dari pada jalan
lurus. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya penyimpangan lebar alat
angkut yang disebabkan oleh sudut yang dibentuk oleh roda depan dengan badan
truk saat melintasi tikungan (Gambar 2.5) Untuk jalur ganda, lebar jalan minimum
pada tikungan dihitung dengan mendasarkan :
a. Lebar jejak roda.
dan belakang
b. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan
pada saat membelok.
c. Jarak antar alat angkut saat bersimpangan.
d. Jarak alat angkut terhadap tepi jalan.

Persamaan yang digunakan untuk menghitung lebar jalan angkut minimum


pada tikungan yaitu:
W n U Fa Fb Z C
C Z 0,5 Fa Fb )
U
Keterangan :
Wj = lebar jalan angkut pada tikungan, meter
U = jarak jejak roda, meter
Fa = lebar juntai depan, meter
Fb = lebar juntai belakang, meter
Z = lebar bagian tepi jalan, meter
C = jarak antara alat angkut saat bersimpangan, meter

Sumber : Suwandhi, 2004

Gambar 2.5
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur Pada Tikungan
2.2.2.3. Kemiringan
Kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat
angkut baik dalam pengereman ataupun dalam mengatasi tanjakan. Kemiringan
jalan umumnya dinyatakan dalam persen (%).
Kemiringan maksimum yang dapat dilalui dengan baik oleh alat angkut
truck berkisar 10-15% atau sekitar 6-8.50. Akan tetapi untuk jalan naik atau turun
pada lereng bukit lebih aman bila kemiringan jalan maksimum sekitar 8% (=4,5)
(Suwandhi, 2004).
Tabel 2.2.
Perbandingan Kecepatan Maksimum Terhadap Kemiringan
VR (Km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

Kemiringan Maks 3 3 4 5 8 9 10 10
(%)
Sumber : Suwandhi, 2004

2.3. Tahapan Penambangan


Tahapan penambangan (pushback) adalah bentuk-bentuk penambangan
(mineable geometries) yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan ditambang, dari
titik masuk awal hingga ke bentuk akhir pit. Nama-nama lain adalah phases, slices,
stages. Tujuan utama dari pentahapan ini adalah untuk membagi seluruh volume
yang ada dalam pit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih
mudah ditangani. Dengan demikian, problem perancangan tambang tiga dimensi
yang amat kompleks dapat disederhanakan. Elemen waktu dapat mulai
diperhitungkan dalam rancangan ini karena urutan penambangan tiap-tiap pushback
merupakan pertimbangan penting.
Faktor yang mempengaruhi pembuatan tahapan penambangan (pushback)
yaitu :
1. Kondisi Endapan
2. Jumlah Cadangan dan Overburden yang Harus Dipindahkan
3. Striping Ratio (Nisbah Pengupasan)
4. Ultimate Pit Slope
5. Rancangan Lereng
Pushback sering juga disebut juga sequences, expansions, phases,
working pit, slices ataupun stages, adalah tahapan awal perencanaan tambang
dimana dilakukan pembagian pit menjadi unit yang lebih kecil dengan tujuan
untuk mempermudah pengaturan penambangan. Dalam kalimat yang berbeda
dapat juga diartikan bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkkan
bagaimana suatu pit akan ditambang, dari bentuk awal hingga akhir pit.

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.6
Ilustrasi Pushback

Langkah-langkah dalam membuat push back adalah :


1. Pertama adalah menentukan design pit total (ultimate pit limit)
2. Menentukan dulu tujuan dari pertahapan pit yang akan dibuat, pada dasarnya
akan mengacu kepada Stripping Ratio dan target tonase produksi,
kecenderungan yang digunakan adalah mengacu kepada keseragaman stripping
ratio atau target tonase atau perubahan yang beraturan.
3. Pembentukan design pushback. Hal yang harus diperhatikan adalah lebar jenjang
dan ketinggian jenjang serta lebar jalan. Lebar pushback
kerja minimal, slope

sangat ditentukan oleh ukuran unit operasi yang dipergunakan. Untuk unit kecil
minimal lebar push back adalah 80ft sedangkan untuk unit besar (truck kelas 150-
200 ton) lebar push back antara 135 150 ft .
Sumber : Nurhakim, 2008
Gambar 2.7
Contoh Rencana Perubahan Bentuk Tambang (Pushback)

Terdapat beberapa kriteria dalam melakukan perancangan tahapan


penambangan yaitu sebagai berikut :
1. Harus cukup lebar agar peralatan tambang dapat bekerja baik. Untuk truk dan
eksavator besar, lebar pushback minimum adalah 100-130 meter. Untuk loader
dan truk berukuran sedang 60 meter sudah cukup lebar. Jumlah eksavator yang
yang diperkirakan akan bekerja bersama-sama pada sebuah pushback juga
mempengaruhi lebar minimum ini.
2. Tak kurang pentingnya untuk memperlihatkan paling tidak satu jalan angkut untuk
setiap pushback, untuk memperhitungkan jumlah material yang terlibat dan
memungkinkan akses ke luar. Jalan angkut ini harus menunjukkan pula akses ke
seluruh permuka kerja.
3. Perlu diperhatikan bahwa penambahan jalan pada suatu pushback akan
mengurangi lebar daerah kerja (sebanyak lebar jalan) di bawah lokasi jalan
tersebut. Jika beberapa jalan atau switchback akan dimasukkan ke suatu
pushback, lebar awal di sebelah atas harus ditambah untuk memberi ruangan
ekstra.
4. Perlu diperhatikan pula bahwa kondisi tambang tidak akan pernah sama
bentuknya dengan rancangan tahap-tahap penambangan (phase design). Ini
karena dalam kenyataannya, beberapa pushback akan aktif pada waktu yang
sama (dikerjakan secara bersamaan).
5. Suatu patokan pengukur jarak (template untuk lebar jalan, panjang segmen jalan
antar jenjang, jarak centerlines) yang sederhana amat berguna untuk
perancangan secara manual.
Beberapa cara untuk menampilkan rancangan tahapan penambangan dalam
laporan yaitu sebagai berikut :
1. Peta penampang horizontal tampak atas (plan/level map) memperlihatkan bentuk
pit pada akhir tiap tahap. Bila mungkin ditandai setiap perubahan. Lihat gambar
2.8.

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.8
Pushback dalam 3 Dimensi dan Pandangan Peta

Sumber : Nurhakim, 2008 Gambar 2.9

Pushback dalam Pandangan Peta


2. Peta penampang horizontal yang menunjukkan batas seluruh pushback pada
satu atau dua elevasi jenjang. Lihat gambar 2.10.
menunjukkan
3. Peta penampang vertikal tampak samping (cross section) yang
geometri seluruh pushback (gambar 2.11).

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.10
Contoh Peta Batas Pushback
Sumber : Nurhakim, 2008
Gambar 2.11
Cross Section Geometri Batas Pushback
4. Tabel jumlah ton bahan galian, kadarnya, jumlah material total dan nisbah
setiap pushback. Tabulasi jumlah dan kadar material per
pengupasan untuk

jenjang untuk tiap pushback diperlukan untuk penjadwalan produksi.


(Nurhakim, 2008)
2.4. Penjadwalan Produksi

Penjadwalan produksi adalah bagian yang sangat penting dalam proses


penambangan , dimana target dari penjadwalan produksi adalah menentukan
keuntungan yang paling optimal dengan menentukan pengaturan produksi per
periode waktu tertentu. Penjadwalan produksi dilakukan secara konvensional
dengan coba-coba , membuat berbagai skenario produksi dan menentukan skenario
yang paling menguntungkan berdasarkan nilai uang sekarang. Secara mudah
adalah semakin cepat kita menghasilkan untung maka nilai uang akan semakin
baik, maka penjadwalan produksi akan mengarah bagaimana cara mendapatkan
bahan galian secepat mungkin.
Suatu penjadwalan produksi tambang menyatakan tonase bahan galian, kadar, dan
pemindahan material total yang akan dihasilkan oleh tambang tersebut dalam
periode waktu (tahun atau bulan). Sasarannya adalah menghasilkan suatu jadwal
untuk mencapai beberapa sasaran atau kriteria ekonomi seperti memaksimalkan Net
Present Value (NPV) atau Rate of Return (ROR). Kriteria lain misalnya
menghasilkan sejumlah material dengan biaya semurah mungkin dan lain-lain. Data
masukan dasar penjadwalan produksi adalah tonase dari tahap-tahap
penambangan, yaitu tabulasi ton dan kadar per jenjang dari material yang akan
ditambang untuk tiap tahapan.
Asumsi awal yang diperlukan untuk mengembangkan suatu jadwal :
1. Tingkat produksi bijih atau batubara untuk tiap periode waktu
2. Cut-off grade untuk tiap periode waktu, beberapa jadwal sering dibuat untuk
mengevaluasi strategi cut-off grade yang berbeda.
3. Dua butir di atas hingga tingkat tertentu akan mempengaruhi jadwal pengupasan
tanah/material penutup.
Tabel 2.3.
Contoh Tabel Jadwal Produksi Tahunan
Tahun ke- Overburden (BCM) Batubara (ton) SR
1 6,000,000 500,000 12
2 10,000,000 1,000,000 10
3 9,600,000 1,200,000 8
4 8,400,000 1,200,000 7
5 8,400,000 1,200,000 7
6 8,400,000 1,200,000 7
7 8,400,000 1,200,000 7
8 8,400,000 1,200,000 7
9 8,400,000 1,200,000 7
10 8,400,000 1,200,000 7
11 8,400,000 1,200,000 7
12 7,200,000 1,200,000 6
13 7,200,000 1,200,000 6
14 7,200,000 1,200,000 6
15 7,200,000 1,200,000 6
16 7,200,000 1,200,000 6
17 7,200,000 1,200,000 6
18 6,000,000 1,200,000 5
19 6,000,000 1,200,000 5
20 4,800,000 1,200,000 4
21 4,800,000 1,200,000 4
22 3,600,000 1,200,000 3
23 3,600,000 1,200,000 3
24 2,400,000 1,200,000 2
25 800,000 800,000 1
Total 168,000,000 28,700,000 6
Sumber : Nurhakim, 2008
2.5. Konsep Pelaporan Cadangan Batubara
Cadangan batubara hanya bisa diturunkan dari sumberdaya tertunjuk dan/atau
sumberdaya terukur yang terdapat di dalam suatu rencana tambang. Cadangan
batubara tersebut mewakili tonase batubara pada moisture yang telah ditentukan,
diharapkan untuk ditambang dan diserahkan sebagai batubara Run Of Mine (ROM).
Dapat dilihat digambar 2.12.

Sumber : SNI 5015:2011, 2011


Gambar 2.12.
Hubungan Antara Sumberdaya dan Cadangan Batubara
Dalam mengestimasi cadangan batubara, perolehan penambangan dan dilusi
penambangan harus diterapkan kepada sumberdaya batubaranya. Penyesuaian-
penyesuaian untuk perubahan-perubahan dalam moisture juga sangat dianjurkan.
Perolehan dan dilusi penambangan bias dinyatakan dalam istilah batubara hilang
spesifik dan atau dilusi untuk setiap lapisan atau, secara alternatif, sebagai
persentase perolehan penambangan. Kecuali factor spesifik sudah ditentukan dari
studi-studi konseptual, perolehan penambangan dan dilusi secara historis untuk
metode penambangan yang diusulkan pada daerah tertentu seharusnya digunakan.
Estimator perlu melaporkan dan menyesuaikan faktor-faktor perolehan dan dilusi
penambangan yang digunakan.
Estimasi cadangan batubara harus menyatakan secara jelas semua faktor
yang dipakai dalam estimasi, termasuk: estimasi sumberdayanya, metode-metode
penambangan yang diusulkan, faktor pengubah yang membatasi penambangan,
batubara yang hilang dan dilusi selama penambangan yang diperbolehkan, dan
faktor-faktor penyesuaian (jika ada). Untuk cadangan batubara terjual, jika
dilaporkan, perkiraan kualitas, perolehan dan dasar perkiraan yield tersebut perlu
dinyatakan. Estimasi tonase dari cadangan batubara seharusnya dibulatkan,
sepadan dengan tingkat akurasi dari estimasinya.
Pemilihan kategori cadangan batubara yang tepat ditentukan terutama oleh
tingkat ketelitian dari sumberdaya batubara yang bersangkutan, dan harus dilakukan
oleh CP. Dalam kasus sumberdaya terukur ketidakpastian-ketidakpastian dalam
faktor pengubah mungkin menghasilkan suatu level keyakinan terkira yang akan
diterapkan kepada cadangan batubaranya. CP harus mempersiapkan suatu
dokumen teknis yang sepenuhnya menguraikan proses estimasi dan asumsi-asumsi
yang dipakai.
Hanya sebagai petunjuk, dokumen tersebut sebaiknya meliputi:
1. nama proyek atau nama endapan
2. Status IUP/KP/PKP2B yang cadangannya akan dilaporkan
3. Pemegang IUP/KP/PKP2B
4. Kategori Sumberdaya cadangan ditentukan
5. Peta-peta dan penampang untuk setiap lapisan atau kelompok lapisan dalam
skala yang pantas, memperlihatkan: batas-batas IUP/KP/PKP2B, rencana
penambangan, blok-blok cadangan, penampang kerja, dan kategori
sumberdayanya.
6. Lapisan-lapisan yang akan ditambang
7. Metode-metode penambangan yang diusulkan
8. Kriteria yang digunakan untuk membatasi cadangan seperti SR dan Cut-off
9. Faktor-faktor perolehan penambangan
10. Basis moisture dari estimasi dan faktor-faktor penyesuaian moisture (bila ada)
11. Dasar untuk memperkirakan perolehan pabrik preparasi
12. Spesifikasi kualitas produk batubara
13. Dasar untuk mengelompokkan jenis-jenis produk batubara
14. Tabulasi cadangan berdasarkan suatu pit/panel/strip/blok/seam, harus
memperlihatkan total cadangan batubara
15. Perbandingan dengan estimasi cadangan batubara terdahulu dari endapan yang
sama
(SNI 5015:2011)

Berdasarkan lokasinya waste dump (disposal) dapat dibagi menjadi dua


(Nurhakim, 2008) :
1. Out pit dump, outside waste dump (lokasi buangan di luar bukaan tambang)
Lokasi buangan di luar bekas tambang tidak diprioritaskan selama ada
lokasi buangan material di bekas bukaan tambang sehingga areal terganggu tidak
begitu luas dan areal yang harus direklamasi lebih bisa diperkecil. Tipe out pit
dump pada umumnya :
a. Head of valley fill (ujung lembah)
b. Cross valley fill (pertemuan lembah)
c. Side hill dumps (lereng bukit)
d. Flat land pile dump (daerah datar)
2. In Pit dump, Inside dump (lokasi buangan di area bekas bukaan tambang)
Sudut lereng disposal pada umumnya mengacu kepada sudut jatuhan
material (angle of repose), yaitu sudut yang terbentuk jika material ditumpuk
secara alami. Untuk memperkecil terjadinya erosi sudut lereng biasanya dibuat
lebih landai lagi.
Tabel 2.4.
Angle of Repose for Rock

Sumber : Nurhakim, 2008


PANDANGAN 3D

Jalan

PANDANGAN PETA

Jalan

Sumber : Nurhakim, 2008


Gambar 2.12
Contoh Gambar Disposal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Diagram Alir Penelitian

MULAI

Studi
Literatur

Perumusan Masalah

penentuan pit limit berdasarkan stripping ratio yang digunakan oleh perusahaan,
perhitungan cadangan batubara dan volume overburden dalam batas pit limit,
perancangan tambang meliputi geometri jenjang, jalan angkut, disposal,
penentuan tahapan penambangan (pushback) dan penjadwalan produksi.

Pengumpulan
Data

Data Sekunder Data Primer


1. Peta Topografi 1. Kondisi dan situasi
2. Data Pemboran daerah penelitian
3. Data Geoteknik 2. Data ketebalan,
4. Peta Geologi Strike dan Dip
5. Data curah hujan batubara

Pengolahan Data

1. Penentuan batas pit limit berdasarkan SR


yang telah ditentukan
2. Perhitungan tonase batubara dan volume
overburden dalam pit limit
3. Perancangan pit dan perancangan jalan.
4. Pembuatan tahapan penambangan dan
penjadwalan produksi.

Rekomendasi hasil pengolahan data

SELESAI

Gambar 3.1.
Diagram Alir Metode Penelitian

III-1
Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada metode
perhitungan aktual lapangan. Rancangan kegiatan penelitian ini terdiri dari 4
tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pengumpulan data, tahap pengolahan
data, dan tahap penyusunan laporan akhir.
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan penyusunan usulan tugas akhir. Sasaran
utama studi pendahuluan ini adalah gambaran umum daerah penelitian. Studi
literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang menunjang
kegiatan penelitian, yang diperoleh dari : Instansi terkait, perpustakaan, grafik
dan tabel, informasi penunjang lainnya.
2. Pengamatan Lapangan
Pengamatan di lapangan ditujukan untuk mendapatkan data-data
yang diperlukan secara langsung di lapangan. Pengambilan data dilakukan
dengan pengamatan dan perhitungan.
3. Pengolahan Data
Pengolahan data hasil penelitian dilakukan dengan perhitungan
berdasarkan teori yang ada dan data hasil penelitian.
4. Analisa data
Dari rumusan-rumusan yang telah didapat kemudian dilakukan
analisa untuk menemukan jawaban atas pertanyaan perihal rumusan dan
hal-hal yang diperoleh dalam penelitian.
5. Kesimpulan
Hasil sintesis data keseluruhan dirangkum ke dalam laporan tertulis
diperkuliahan untuk dipertanggungjawabkan dalam bentuk laporan hasil
penelitian tugas akhir.

3.2. Teknik Pengumpulan Data


Cara pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini
meliputi:
1. Studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data-data dari literatur-literatur dan
internet tentang Perencanaan Tambang.
2. Observasi lapangan, yaitu pengamatan kegiatan di lapangan meliputi
kegiatan survey topografi, survey lubang bor, serta pengamatan kondisi
daerah penelitian.
3. Wawancara dengan instruktur lapangan serta orang-orang yang ahli
dibidangnya.
3.3. Teknik Pengolahan Data
Adapun pengolahan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu
data survey topografi, data survey lubang bor eksplorasi, data geoteknik, data
IUP.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan software AutoCAD Land
Dekstop Development 2009 dan Ventyx Minescape 5.7.85 English. Penyusunan
laporan disertai penyajian berupa peta, gambar, grafik, dan tabel yang dapat
membantu dalam penyampaian informasi hasil penelitian.

3.4. Teknik Analisis Data


Analisis data dilakukan terhadap hasil pengolahan data dan analisa
pembahasan dilakukan dengan cara mengkorelasikan hasil pengolahan data
dengan masalah yang diteliti.
BAB IV
SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Batasan Masalah
1.4. Tujuan Penelitian
1.5. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1. Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.1.1. Lokasi
2.1.2. Kesampaian Daerah
2.2. Kondisi Umum Perusahaan
2.2.1. Sejarah dan Perizinan Perusahaan
2.2.2. Kegiatan Penambangan
2.3. Iklim dan Cuaca
2.4. Keadaan Geologi
2.4.1. Geologi Regional
2.4.1.1. Morfologi
2.4.1.2. Stratigrafi
2.4.1.3. Struktur Geologi
2.4.2. Geologi Lokal
2.4.2.1. Morfologi
2.4.2.2. Litologi
2.4.2.3. Struktur Geologi Lokal
2.5. Konsep Pelaporan Cadangan Batubara

IV-1
BAB III KAJIAN PUSTAKA
3.1. Perencanaan Tambang
3.2. Perancangan Tambang
3.2.1. Geometri Jenjang
3.2.2. Geometri Jalan
3.2.2.1. Lebar Jalan Pada Kondisi Lurus
3.2.2.2. Lebar Jalan Angkut Pada Tingkungan
3.2.2.3. Kemiringan
3.3. Tahapan Penambangan
3.4. Penjadwalan Produksi
BAB IV METODE PENELITIAN
4.1. Diagram Alir Penelitian
4.2. Teknik Pengumpulan Data
4.3. Pengolahan Data
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data
5.2. Analisa Data
5.1.1. Permodelan Batubara
5.2.2. Perancangan Tambang
5.2.3. Perencanaan Tahapan Penambangan
5.2.4. Penempatan Settling Pond
5.2.5. Penentuan Lokasi Fasilitas Pendukung Tambang
5.3. Pembahasan
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB V
JADWAL PENELITIAN

5.1. Jadwal Kegiatan


Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan selama 2 bulan, sejak tanggal 20
Februari 2017 hingga tanggal 20 April 2017. Rencana jadwal kegiatan dijelaskan
pada Tabel 5.1.
Tabel 5.1
Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian Tugas Akhir
Bulan ke-1 Bulan ke-2
No URAIAN KEGIATAN
I II III IV I II III IV

1 Orientasi Lapangan

2 Pengambilan Data

3 Pengolahan Data

4 Pembuatan Laporan

5 Konsultasi Laporan

6 Presentasi

5.2. Tempat Kegiatan


Penelitian Tugas Akhir dilaksanakan di PT Asmin Bara Baronang Kecamatan
Kapuas Tengah, Kabupaten Kapuas, Provinsi Kalimantan Tengah

V-1
DAFTAR PUSTAKA

Awang Suwandhi, 2004. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Perencanaan


Jalan. UNISBA : Balikpapan.
Hustrulid, W., Kuchta, M., dan Martin, R., 2013. Open Pit Mine Planning and Design
rd
3 Edition Fundamental : vol 1. CRC Press/Balkema : Netherland.
Irwandi Arif & Gatut Adisoma, 2002. Perencanaan Tambang. Institut Teknologi
Bandung : Bandung.
Nurhakim, 2008. Draft Bahan Kuliah Perencanaan dan permodelan Tambang.
Fakultas Teknik Universitas Lambung Mangkurat : Banjarbaru.
Partanto Prodjosumarto, 2004. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka Pengantar
Perencanaan Tambang. UNISBA : Balikpapan.
Badan Standarisasi Nasional, 2011. Pedoman Pelaporan, Sumberdaya, dan
Cadangan Batubara. Gedung manggala Wanabakti : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai