Anda di halaman 1dari 24

KEGIATAN V

PEMBUATAN LARUTAN

DENGAN BERBAGAI SATUAN KONSENTRASI

A. TUJUAN
Diharapkan mahasiswa dapat:
1. Membuat larutan dengan berbagai macam konsentrasi (molalitas, molaritas, normalitas,
persen berat, persen volume, ppm).
2. Membuat larutan dengan cara pengenceran.
3. Menentukan konsentrasi larutan asam atau basa dengan cara titrasi.

B. DASAR TEORI
1. Satuan konsentrasi
Konsentrasi atau kepekatan larutan adalah banyaknya zat terlarut dalam suatu
larutan.Untuk semua jenis pekerjaan yang berkaitan dengan larutan, sebaiknya
konsentrasi dari suatu larutan diketahui. Ada beberapa cara untuk menyatakan sejumlah
zat terlarut dalam pelarut dari suatu larutan , antara lain berdasarkan persen, molaritas,
molalitas dan normalitas.
a) Persen
Konsentrasi dalam persen menyatakan jumlah suatu berat zat terlarut dalam suatu
larutan.
Konsentrasi dengan persen massa
Dalam praktiknya secara umum bila kita ingin membuat larutan encer (kurang
dari 10% zat terlarut) misalnya larutan NaCl 1%, maka 1 gram NaCl ditambahkan
kedalam 100 ml air. Kenyataanya larutan ini kurang dari 1%. Akan tetapi bila konsentrasi
larutan lebih dari 10%, kesalahan ini menjadi signifikan sehingga kita perlu menghitung
banyaknya zat terlarut dan pelarut dengan lebih tepat lagi. Untuk membuat larutan NaCl
10% kita perlu menambahkan 10 gram NaCl ke dalam gelas ukur dan menambahkan air
suling sehingga volumenya menjadi 100 ml. untuk menetukan persen zat terlarut dari
suatu larutan dalam persen massa digunakan rumus:
Persen massa = % gram larutan
Konsentrasi dengan persen volume dan pengenceran
Bila zat terlarut dalam fase cair seperti alcohol maka teknik yang digunakan
adalah volumetric. Hal ini biasanya dengan teknik pengenceran. Misalkan kita memiliki
alcohol 96% dan menginginkan alcohol 70%, maka kita mengukur 70 ml alcohol 96% da
26 ml aquades untuk membuat volume total larutan sama dengan persen alcohol semula.
ml zat terlarut
100
Persen volume = ml larutan

b) Molaritas (M)
Larutan 1 molar adalah larutan yang mengandung 1 mol zat terlarut per 1 liter larutan.
Satu mol suatu bahan sama dengan massa molekul relatifnya yang dinyatakan dalam
gram. Menyatakan konsentrasi dalam molaritas cukup mudah dan praktis. Sebagai
contoh, apabila ingin membuat 1 molar (1 mol/liter) NaOH, maka massa 1 mol sama
dengan 40 gram bahan, kemudian melarutkan bahan ini ke dalam air suling hingga
volumenya menjadi 1 L.
gram zat terlarut 1000

M= Mr ml larutan

Atau
mol zat terlarut
M = L larutan
BM zat terlarut gram zat terlarut
= Llarutan

Contoh : Berapa NaOH yang diperlukan untuk membuat 1 molar larutan NaOH?

BA (berat atom) Na=23 ; BA O =16 ; BA H =1


BM (berat molekul) NaOH = 23+16+1 = 40
Jadi untuk membuat larutan NaOH 1 molar diperlukan 40 gram NaOH, kemudian
memasukkan dalam labu takar dan ditambahkan pelarut sampai dengan
volumenya 1 liter.

c) Molalitas (m)
Molalitas adalah satuan dari konsentrasi yang menyatakan jumlah mol zat yang
terdapat pada 1000 gram pelarut.
gram zat terlarut 1000

m= Mr gram pelarut
H 2 SO 4
contoh : 98 gram dilarutkan dalam 500 ml larutan, berat jenis larutan

1,1 g/ml, maka molalitasnya adalah


Pertama harus dicari g pelarut, dengan cara g larutan dikurang dengan g zat
terlarut.
g larutan = ml larutan x berat jenis
= 500 x 1,1 = 550 g
g pelarut = g larutan- g zat terlarut
= 550 98 = 452 g
98 g 1000

m = 98 452 g = 2,21 molal

d) Normalitas
Larutan 1 normal adalah larutan yang mengandung 1 mol ekivalen per liter. Satu
mol ekivalen adalah jumlah zat ekivalen dengan satu massa atom hydrogen. Jadi,
larutan 1 normal dari suatu asam mengandung satu massa atom hydrogen per liter
larutan. Prinsip umum untuk menghitung ekivalen kimia(mol ekivalen, gram
ekivalen) untuk asam, basa dan gram dari rumusnya, yaitu mol ekivalen asam sam
dengan massa molekul relatifnya dibagi jumlah atom hydrogen dalam molekul asam
yang bisa digantikan oleh suatu logam. Demikian juga mol ekivalen suatu basa adalah
massa molekul relative dibagi jumlah gugus hidroksil yang dapat digantikan dalam
molekul tersebut. Mol ekivalen garam adalah massa molekul relative dibagi hasil
perkalian jumlah atom molekul logam dikali valensi logam.
gram zat terlarut 1000

N= ME ml larutan
BM zat atau senyawa
Dimana ME = H +atau OH senyawa

Contoh : untuk membuat 1 L larutan NaOH 0,2 N, maka NaOH yang diperlukan
adalah sebanyak:
gram zat terlarut 1000

N= ME ml larutan
OH 40
Me = BM = 1 = 40

gram zat terlarut 1000

0,2 = 40 1000

Berat zat terlarut = 8 g


Jadi untuk membuat 0,2 N larutan NaOH, ditimbang 8 g NaOH dan
ditambah aquades sampai 1 liter

e) Ppm (part per million)


ppm digunakan untuk menyatakan konsentrasi dari suatu larutan yang sangat encer
atau memilki tingkat konsentrasi yang sangat rendah. 1 ppm sama dengan 1 gram zat
terlarut dalam 1.000.000 L larutan (1 mg zat terlarut dalam 1 L larutan)

mg zat terlarut
ppm = L larutan

f) Pengenceran
Bila kita ingin membuat suatu larutan encer dari suatu larutan pekat yang hanya
diketahui konsentrasinya, maka perhitungan dilakukan dengan rumus berikut:
Vp x Kp = Ve x Ke
Dimana Vp = volume larutan pekat
Ve = volume larutan encer
Kp = konsentrasi larutan pekat
Ke = konsentrasi larutan encer

Contoh : buatlah larutan HCL 0,5 N sebanyak 100 ml dari larutan stok HCL 2 N.
Vp x Kp =Ve x Ke
Vp x 2 = 100 x 0,5
Vp = 50/2 = 25
Jadi diambil 25 ml larutan HCL 2N, kemudian ditambahkan aquades sampai
volumenya 100 ml.

2. Titrasi Asam Basa


Reaksi penetralan asam basa dapat digunakan untuk menentukan kadar larutan
asam atau larutan basa. Dalam hal ini sejumlah tertentu larutan asam ditetesi dengan
larutan basa atau sebaliknya, sampai mencapai titik ekivalen (asam dan basa tepat habis
bereaksi). Jika molaritas salah satu larutan(asam atau basa) diketahui, maka molaritas
larutan yang satu lagi dapat ditentukan.
Untuk mengetahui titik ekivalen dapat digunakan suatu indicator. Indicator itu
haruslah berubah warna di sekitar titik ekivalen. Titrasi (penetesan) dihentikan tepat pada
saat indicator menunjukkan perubahan warna. Oleh karena itu saat perubahan warna
indicator, disebut sebagai titik akhir titrasi.

C. Alat dan Bahan


Alat
1. Beaker glass 100 ml 12 buah
2. Beaker glass 250 ml 6 buah
3. Gelas ukur 25 ml 6 buah
4. Gelas ukur 100 ml 2 buah
5. Labu takar 50 ml 6 buah
6. Labu takar 100 ml 6 buah
7. Erlenmeyer 125 ml 6 buah
8. Pipet tetes panjang 8 buah
9. Pipet berskala 10 ml 6 buah
10. Karet penghisap 6 buah
11. Makropipet 5;10 ml @3 buah
12. Pipa buret 25 ml 6 buah
13. Standart dan statif @6 buah
14. Batang pengaduk 6 buah
15. Sendok tanduk 6 buah
16. Neraca digital nonteknis 1 buah
17. Lap meja 6 buah
18. Corong kaca kecil 6 buah

Bahan

1. NaCl (garam dapur) 100 gram


2. Kristal NaOH 12 gram

3. Larutan HCl 1 M 250 gram


4. Larutan NaOH 1 M 250 ml
5. Aquades 2L
6. Indicator fenoftalein 25 ml
C. Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan natrium hidroksida (NaOH)
a. Membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5%

Dibuat 100 mL larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5%

Dimasukkan 2,5 mL NaOH 0,1 N ke dalam beaker glass

Ditambahkan air pada beaker glass hingga volume 100 mL

Diaduk hingga homogen


b. Membuat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 mL

Dimasukka 8 mL NaOH 0,625 M ke dalam beaker glass

Ditambahkan air hingga volumenya 50 mL

2. Pengenceran larutan asam klorida (HCl)


a. Membuat 50 mL larutan HCl 0,2 M dari induk HCl 1 M

Dimasukkan 0,365 mL HCl ke dalam beaker glass

Ditambahkan air hingga volumenya 50 mL

b. Membuat larutan HCl 0,05 N sebanyak 50 mL


Dimasukkan 0,2 mL ke dalam beaker glass

Ditambahkan air hingga volume 50 mL


3. Penentuan Konsentrasi Larutan melalui Titrasi
a. Penentuan konsentarsi larutan asam klorida (HCl)

Buret dibilas dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan natrium
hidroksida (NaOH ) 1 M yang akan digunakan.

Buret diisi dengan larutan NaOH 1 M

Volume awal larutan NaOH dicatat dengan membaca skala pada miniskus bawah
larutan.

Dipindahkan larutan asam klorida yang belum diketahui konsentrasinya ke dalam


Erlenmeyer.

Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan tersebut.

Dititrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.

Titrasi dihentikan begitu terjadi perubahan warna.

Dicatat volume NaOH yang tak terpakai.

Dicatat volume NaOH yang tak terpakai.

b. Penentuan konsentrasi larutan natrium hidroksida (NaOH)

Buret dibilas dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl 1 M
yang akan digunakan
Buret diisi dengan larutan HCl 1 M
c.

Volume awal larutan HCl dicatat dengan membaca skala pada miniskus bawah
larutan.

Dipindahkan larutan NaOH yang belum diketahui konsentrasinya ke dalam


Erlenmeyer.

Ditambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalein ke dalam larutan tersebut.

Dititrasi larutan dalam Erlenmeyer dengan larutan HCl 1 M di dalam buret hingga
terjadi perubahan warna.

Titrasi dihentikan begitu terjadi perubahan warna.

Dicatat volume HCl yang tak terpakai.

D. Data Pengamatan
1. Pembuatan larutan natrium hidroksida (NaOH)
a. 100 mL larutan NaOh dengan konsentrasi 2,5 %

No Volume NaOH Volume air


1 2,5 mL Hingga 100 mL
b. Larutan NaOH0,1 M sebanyak 50 mL

No Volume NaOH Volume air


1 8 mL Hingga 50 mL

2. Pengenceran larutan asam klorida (HCl)


a. 50 mL larutan HCl dengan konsentrasi 0,2 M dari larutan induk HCl 1 M
No Volume HCl Volume air
1 10 mL Hingga 50 mL
b. Larutan HCl 0,05 N sebanyak 50 mL

No Volume HCl Volume air


1 32,5 mL Hingga 50 mL

3. Penentuan Konsentrasi Larutan Melalui Titrasi

Tabel 1. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl

No Bahan V1 NaOH HCl (warna (warna) hasil V2 NaOH


ditetesi PP) titrasi V2 yang terpakai
1. NaOH 20 ml Jernih 20 ml Merah muda 12 ml
(pink)

Tabel 2. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH

No Bahan V1 HCl Perubahan Perubahan V2 HCl yang


warna NaOH warna hasil dipakai
ditetesi PP titrasi
1. HCl 20 ml Merah muda Jernih 12 ml
(pink) 20 ml

E. Analisi Data
1. Larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5 %
a. Cara pembuatan

mL zat terlarut
Persen volume= x 100
mL larutan

mL zat terlarut
2,5 = x 100
100

2,5 % x 100 = mL zat terlarut x 100 %


mL zat terlarut = 2,5 mL

2,5 ml NaOH ditambahkan air sampai volume 100 ml (maka akan jadi NaOH
konsentrasi 2,5 %)

b. Cara pembuatan NaOH 0,1 M sebanyak 50 ml


Tentukan M
zat terlarut 1000

M = Mr ml larutan
2,5 1000

= 40 100

= 0,0625 10
= 0,625 M
Vp Kp=Ve Ke
Vp 0,625=50 0,1
Vp 0,625=5
Vp = 8 ml
Diambil 8 ml NaOH 0,625 M, kemudian ditambahkan air sampai volumenya
50 ml.
2. Dibuat 50 ml larutan HCl 0,2 M dari larutan induk HCl 1 M
a. Vp Kp=Ve Ke
Vp 1 M =50 mL 0,2 M
Vp = 10 mL
Jadi untuk membuat larutan HCl 50 mL dengan konsentrasi 0,2 M, 10 mL
HCl 1 M ditambahkan air hingga volumenya 50 mL
b. Dibuat HCl 0,05 N sebanyak 50 ml
gram zat terlarut 1000

N = ME ml larutan
ml massa jenis HCl 1000

N = ME 50
0,365 1,19 1000

= 36,5 50
0,434
20
= 36,5

= 0,238 gram
gram
mol=
Mr
0,283
mol=
36,5
mol=0,0065
mol
Molar=
volume
0,0065
Molar=
0,05
Molar=0,13 M

Vp Kp=Ve Ke
Vp 0,2 M =50 mL 0,13 M
Vp = 32,5 mL
Untuk membuat larutan HCl 0,05 N HCl sebanyak 50 mL dari 0,2 M HCl
dibutukan 32,5 mL HCl 0,2 M ditambahkan air hingga volumenya 50 mL.
3. Penentuan Konsentrasi Larutan Melalui Titrasi

Berdasarkan hasil percobaan titrasi pada larutan HCl dan NaOH didapatkan hasil
sebagai berikut:

Pada tabel 1. Untuk menentukan konsentrasi larutan HCl sebanyak 20 ml digunakan


larutan NaOH sebanyak 12 ml (V2) yang berasal dari 20 ml NaOH (V1). Dengan
penambahan 12 ml NaOH tersebut dapat mengubah warna HCl yang jernih (setelah ditetesi
PP) menjadi Merah muda (pink).

Pada tabel 2. Untuk menentukan konsentrasi larutan NaOH sebanyak 20 ml


digunakan larutan HCl sebanyak 12 ml (V2) yang berasal dari 20 ml HCl (V1). Dengan
penambahan 12 ml HCL tersebut dapat mengubah warna NaOH yang merah muda (setelah
ditetesi PP) menjadi Pink.

F. Pembahasan

Pembuatan larutan banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya ketika
kita ingin membuat teh manis. Kita menambahkan gula ke dalam air dan kemudian tambahkan
teh serta mengaduknya. Ternyata air teh tersebut masih terasa manis, kmudian kita
menambahkan lagi air ke dalamnya. Sehingga air teh yang tadinya kental atau pekat dan manis
sekali menjadi lebih encer dan rasa manisnya sedang. Itu semua adalah kegiatan dalam
pembuatan larutan. Mencampurkan air, teh dan gula merupakan contoh pembuatan larutan dan
campuran itu disebut larutan sedangkan penambahan air ke dalam air teh yang manis dinamakan
pengenceran. Dan kekentalan atau kepekatannya disebut konsentrasi atau Molaritas. Jadi, larutan
adalah suatu system homogen yang terdiri dari molekul atom ataupun ion dari dua zat atau lebih.
Larutan akan terjadi jika atom, molekul atau dari suatu zat semuanya terdispersi. Larutan terdiri
atas zat yang dilarutkan (zat terlarut) yang disebut solute dan pelarut yang dinamakan solvent.
Solvent atau pelarut merupakan senyawa dalam jumlah yang lebih besar sedangkan senyawa
dalam jumlah yang lebih sedikit disebut solute atau zat terlarut (Baroroh,2004).

Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air (H2O), selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alcohol, amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat,
akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).

Berdasarkan pada hasil percobaan dan data pada tabel hasil percobaan di atas dapat
diuraikan bahwa dalam membuat suatu larutan yang paling utama adalah jumlah zatnya (mol).
Karena dengan diketahui jumlah zatnya kita dapat menentukan berapa massa yang dibutuhkan
untuk membuat larutan. Mengetahui berapa gram zat yang digunakan adalah hal yang paling
utama dalam membuat larutan. Dalam pembuatan larutan ini tiap-tiap bahan akan diberi
perlakuan pembuatan larutan murni, pembuatan larutan dengan pengenceran dan dengan
pencampuran.

Percobaan pertama adalah membuat larutan natrium hidroksida (NaOH) dengan berbagai
konsentrasi dan pengenceran larutan larutan NaOH. Pada analisis data untuk membuat 100 mL
larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5%, dibutuhkan 2,5 mL NaOH yang dilarutkan dalam air
hingga volume air 100 mL. Hal ini dibuktikan dengan persamaan :

mL zat terlarut
Persen volume= x 100
mL larutan
mL zat terlarut
2,5 = x 100
100

2,5 % x 100 = mL zat terlarut x 100 %

mL zat terlarut = 2,5 mL

Pembuatan larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 mL dibutuhkan 8 ml NaOH 0,625 M, kemudian


ditambahkan aquades sampai volumenya 50 ml. Hal ini dibuktikan dengan persaman :

zat terlarut 1000



M = Mr ml larutan

zat terlarut 1000



M = Mr ml larutan
2,5 1000

= 40 100

= 0,0625 10
= 0,625 M

Vp Kp=Ve Ke
Vp 0,625=50 0,1
Vp 0,625=5
Vp = 8 ml

Percobaan kedua adalah pengenceran larutan asam klorida (HCl). Pada data
pengamatan untuk membuat larutan 50 mL HCl dengan konsentrasi 0,2 M dari larutan induk HCl
1 M, diperlukan 10 mL HCL 1 M yang ditambahkan air hingga volumenya 50 mL. Hal ini
dibuktikan dengan persamaan :

Vp Kp=Ve Ke

Vp 1 M =50 mL 0,2 M

Vp = 10 mL
Untuk membuat larutan HCl 0,05 N sebanyak 50 mL dari 0,2 M HCl dibutukan 32,5 HCL 0,2 M
ditambahkan air hingga volumenya 50 mL. Hal ini dibuktikan dengan persamaan :

Konsentrasi normalitas perlu dikonversi terlebih dahulu ke konsentrasi Molar dengan cara :

gram zat terlarut 1000



N = ME ml larutan
ml massa jenis HCl 1000

N = ME 50
0,365 1,19 1000

= 36,5 50
0,434
20
= 36,5

= 0,238 gram

gram
mol=
Mr
0,283
mol=
36,5
mol=0,0065
mol
Molar=
volume
0,0065
Molar=
0,05
Molar=0,13 M

Setelah didapatkan Molaritas HCl 0,05 N, dilanjutkan denga proses pengenceran

Vp Kp=Ve Ke
Vp 0,2 M =50 mL 0,13 M
Vp = 32,5 mL

Dalam percobaan kali ini perlu melakukan standarisasi dengan tujuan untuk mengetahui
konsentrasi sebenarnya dari larutan yang dihasilkan. Larutan standarisasi selajutnya digunakan
dalan proses analisis kimia dengan metode titrasi asam basa. Prinsip titrasi ini adalah
menentukan jumlah asam jika ditambahkan asam dalam jumlah ekuivalen atau sebaliknya.
Proses titrasi diakhiri apabila telah mencapai titik ekuivalen yaitu titik dimana penambahan
sedikit titran akan menyebabkan perubahan pH yang cukup besar. Titik titrasi biasanya ditandai
perubahan warba indikator pH. Indikator adalah molekul pewarna yang warnanyatergantung
pada konsentrasi H2O. Indikator ini sesungguhnya merupakan asam lemah atau basa lemah yang
konjugasinya menjadi asam-basa yang menyebabkan perubahan warna. Indikator yang
digunakan pada percobaan kali ini adalah fenoftalein (pp).
Hasil pengamatan titrasi asam basa dilakukan dua kali percobaan, percobaan pertama
yakni penentuan konsentrasi larutan asam klorida (HCL). HCl dengan jumlah 20 ml
ditambahkan indikator Phenolphtatein (PP) 3 tetes, warna awal HCl+indikator pp adalah jernih.
Larutan HCl tersebut dititrasi dengan NaOH 1 M 12 ml akan menghasilakan perubahan warna
dari jernih menjadi merah muda keunguan.
Perubahan warna yang terjadi di titrasi asam basa yaitu adanya pelarutan NaOH, HCL
dan Indikator PP sehingga mencapi titik akhir yang adapt terjadi sesudah titik eqiuvalen tercapai
(titik akhir titrasi).
Rumus : Va . Ma = Vb . Mb

Ket : Ma = Molaritas/konsentrasi HCL


Va = Volume titrasi HCL
Mb = Konsentrasi NaOH
Vb = Volume NaOH
Dik : Mb = 1 M
Vb = 12 mL
Va = 20 mL
Dit : Ma . . . ?
Jawab : Ma = Vb . Mb
Va
= 12 . 1
20
= 0,6 M
Percobaan kedua yakni penentuan konsentrasi larutan natrium hidroksida (NaOH).
NaOH dengan jumlah 20 ml ditambahkan indikator Phenolphtatein (PP) 3 tetes, warna awal
NaOH+indikator pp adalah merah muda keunguan. Larutan NaOH tersebut dititrasi dengan HCl
1 M 12 ml akan menghasilakan perubahan warna dari merah muda keunguan menjadi jernih.
Perubahan warna yang terjadi di titrasi asam basa yaitu adanya pelarutan NaOH, HCL
dan Indikator PP sehingga mencapi titik akhir yang adapt terjadi sesudah titik eqiuvalen tercapai
(titik akhir titrasi).
Rumus : Va . Ma = Vb . Mb

Ket : Ma = Molaritas/konsentrasi HCL


Va = Volume titrasi HCL
Mb = Konsentrasi NaOH
Vb = Volume NaOH
Dik : Ma = 1 M
Va = 12 mL
Vb = 20 mL
Dit : Mb . . . ?
Jawab : Mb = Va . Ma
Vb
= 12 . 1
20
= 0,6 M

Dalam percobaan ini praktikan melakukan titrasi masing-masing dua kali yakni titrasi asam
kuat dengan basa kuat dan titrasi basa kuat dengan asam kuat . Pada percobaan pertama titrasi
HCl dengan NaOH perubahan warna yang terjadi terlalu tua. Selain itu pada percobaan kedua
titrasi antara NaOH dan HCl perbahan warna terlalu lambat sehingga membutuhkan HCl yang
lebih banyak.
Kegagalan ini disebabkan beberapa factor yaitu:
1. Kurang telitinya mata saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi,yang sebenarnya
mungkin perubahan warna awal sudah terjadi namun karena tidak diperhatikan dengan seksama
sehingga penetesan tetap dilanjutkan dan hasilnya warna yang didapat terlalu pekat dan
mencolok.
2. Kurang telitinya saat melaksanakan proses titrasi
3. Kurang tepatnya dalam penghitungan tetesan larutan NaOH yang memungkinkan kelebihan
penetesan sehingga warna yang dihasilkan semakin pekat.
4. Pada saat hampir mencapai titik ekuivalen aliran kran buret masih dera, sehingga terjadi
keterlambatan penutupan kran buret yang mengakibatkan cairan tetap menetes padahal larutan di
bawah sudah mencapai titik ekuivalen

G. Kesimpulan
1. Untuk membuat larutan NaOH dengan konsentrasi 2,5 % dibutukan 2,5 ml NaOH
ditambahkan air sampai volume 100 ml.
2. Dari larutan pada point 1 dapat dibuat larutan NaOH 0,1 M sebanyak 50 mL, dengan
cara mengambil 8 ml NaOH 0,625 M, kemudian ditambahkan air sampai volumenya 50
ml.
3. Untuk membuat larutan HCl 50 mL dengan konsentrasi 0,2 M, 10 mL HCl 1 M
ditambahkan air hingga volumenya 50 mL.
4. Untuk membuat larutan HCl 0,05 N HCl sebanyak 50 mL dari 0,2 M HCl dibutukan
32,5 mL HCl 0,2 M ditambahkan air hingga volumenya 50 mL.
5. Dengan metode titrasi antara HCl 20 mL dengan NaOH 1 M 12 mL dapat diketahui
bahwa konsentrasi HCl adala 0,6 M. Warna awal HCl+indikator pp adalah jernih.
Setelah larutan HCl tersebut dititrasi dengan NaOH 1 M 12 ml akan menghasilkan
perubahan warna dari jernih menjadi merah muda keunguan.
6. Dengan metode titrasi antara NaOH 20 mL dengan HCl 1 M 12 mL dapat diketahui
bahwa konsentrasi NaOH adala 0,6 M. Warna awal NaOH +indikator pp adalah merah
muda keunguan. Setelah larutan NaOH tersebut dititrasi dengan HCL 1 M 12 ml akan
menghasilkan perubahan warna dari merah muda keunguan menjadi jernih.
7. Perubahan warna yang terjadi di titrasi asam basa yaitu adanya pelarutan NaOH, HCL
dan Indikator PP sehingga mencapi titik akhir yang adapt terjadi sesudah titik eqiuvalen
tercapai (titik akhir titrasi).
H. Saran

Dalam melakukan praktikum, sebaiknya harus berhati-hati dalam menggunakan larutan-


larutan yang ada di laboratorium dan dalam melakukan praktikum kali ini kita juga harus
memperhatikan ketelitian dalam mengukur volume larutan basa (NaOH), karena volume larutan
NaOH sangat mempengaruhi hasil konsentrasi HCl begitu pula sebaliknya.
DAFTAR RUJUKAN

Esdi pangganti. 2011. Titrasi Asam Basa. http://esdikimia.wordpress.com/2011/06/17/titrasi-


asam-basa/ diakses pada 22 november 13, pada pukul 19.23
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Gramedia: Jakarta
Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press: Jakarta
Purba, Michael. 1997. Buku Pelajaran Ilmu Kimia Untuk SMU kelas 2. Erlangga: Jakarta
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta
Susanti, S. 1995. Analisis Kimia Farmasi Kualitatif. LEPHAS: Makassar
Raymond Chang.2004.Kimia Dasar Jilid 1. Erlangga: Jakarta

LAMPIRAN
Bahan : Larutan HCl 0,05 M

Bahan : Larutan HCl 0,2 M

Bahan : Larutan NaOH 0,1 M


Bahan : Larutan NaOH 1 N

Bahan : Larutan HCl 1 N


Bahan : Indikator PP

Larutan NaOH 2,5 %

Alat : Pipet Berskala


Alat : Standart dan statif

Alat : Beaker Glass, Gelas Ukur, Pipet tetes

Hasil Larutan NaOH setelah ditetesi


indikator pp dan dititrasi
Hasil larutan HCl setelah ditetesi indikator
pp dan dititrasi

Anda mungkin juga menyukai