Anda di halaman 1dari 2

Sari Rahmawati | 5140911207

Rekayasa Arsitektur Perkotaan kelas A

Judul jurnal : Konsep Ruang Terbuka Sebagai Elemen Arsitektur


Kota

Penyusun : Ari Widyati Purwantiasning

HASIL REVIEW
Dalam suatu penataan kota, kebutuhan akan ruang terbuka publik
merupakan suatu hal yang signifikan. Ruang terbuka publik ini sendiri pada
dasarnya berfungsi sebagai tempat pertemuan antara individu dengan
masyarakat sekitarnya, antara pemerintah dengan masyarakatnya maupun
antara penduduk lokal dengan para pendatang. Segala jenis interaksi
tersebut menjadikan jiwa sebuah kota yang mampu mengakrabkan antar
komunitasnya.

Sebuah kota idealnya harus memiliki ruang terbuka sepertiga dari total
luas wilayahnya, sementara itu 7% dari luas ruang terbuka tersebut harus
diperuntukan sebagai taman kota atau taman lokal. Fasilitas yang ada dalam
ruang terbuka tersebut disediakan bagi segala kegiatan interaksi antar
semua lapisan masyarakat tanpa melihat adanya perbedaan tingkat sosial,
pendidikan maupun ekonomi.

Ruang Terbuka dimasukan sebagai salah satu dari delapan elemen


arsitektur kota oleh Hamid Shirvani dalam bukunya yang berjudul the Urban
Design, ke-tujuh elemen lainnya yaitu tata guna lahan, gubahan massa
bangunan, sirkulasi, parkir, jalur pejalan kaki, pedestrian dan dukungan
aktifitas. Ruang terbuka juga dapat diartikan sebagai lansekap, hardscape
(jalan, trotoar dan sejenisnya).

Ruang terbuka publik sebagai elemen arsitektur kota tidak lagi


berfungsi sebagai ruang bagi publik saja namun banyak yang telah bergeser
fungsi dan makna karena adanya kebutuhan bagi masyarakat kota itu
sendiri. Fungsi tersebut diantaranya yakni sebagai fungsi kultutal, sosial dan
ekonomi bagi setiap penduduk dan komunitas di dalamnya. Adapun fungsi-
fungsi tersebut terutama bagi masyarakat Indonesia yaitu:

- Sebagai tempat bertemu, berinteraksi dan tempat rekreasi dengan


bentuk kegiatan yang khusus seperti berolahraga dan bersantai.
- Sebagai simbol suatu kota
- Melindungi fungsi ekologis kawasan (cahaya dan sirkulasi udara ke
bangunan sekitar)
- Sebagai kawasan cadangan bagi pengembangan masa datang
- Sebagai tempat berjualan pedagang kai lima / pasar kaget.

Tempat-tempat yang bisa dikategorikan sebagai ruang terbuka publik


kota yakni taman (skala kota atau lingkungan), plaza (termasuk lapangan
atau alun-alun), dan jalan yang memungkinkan terjadinya arus pejalan kaki
dalam jumlah besar (pedestrian) untuk menikmati pemandangan, hiburan,
jajanan atau penjualan berbagai jenis barang.

Pedestriaan sebagai ruang terbuka di Indonesia seringkali


disalahgunakan oleh masyarakat dan oknum-oknum yang tidak bertanggung
jawab. Pedestrian yang pada awalnya direncanakan bagi pejalan kaki pada
akhirnya banyak difungsikan untuk keperluan lainnya. Banyak pedestrian
yang malah digunakan sebagai tempat berjualan, warung-warung ilegal
banyak berdiri di sepanjang pedestrian. dapula kendaraan bermotor roda
dua yang menggunakan jalur pedestrian sebagai alternatif jalur lalu lintas
mereka dikarenakan keadaan lalu lintas di sepanjang jalan sangat padat
khusunnya di daerah ibu kota Jakarta. Tentu saja hal tersebut sangat
mengganggu bagi para pejalan kaki sehingga mereka tak nyaman lagi untuk
berjalan kaki dan lebih memilih untuk menggunakan kendaran sendiri,
sehingga polusi dari kendaraan pribadi semakin bertambah setiap waktunya
dan membuat sebuah kota semakin tidak bersahabat dengan
masyarakatnya.

Dalam hal ini peran pemerintah sangat dibutuhkan selaku pembuat


dan penentu kebijakan perencanaan kota untuk mengatur tentang fungsi
ruang terbuka publik sehingga penggunaannya dapat dimanfaatkan secara
optimal. Selain itu pelanggaran-pelanggaran terhadap fungsi ruang terbuka
publik tersebut juga diatur dalam sebuah peraturan yang jelas dan legal.

Anda mungkin juga menyukai