Anda di halaman 1dari 50

MENGENAL

DSS-RIBASIM
DECISION SUPPORT SYSTEM
RIVER BASIN SIMULATION MODEL

2011

Waluyo Hatmoko
Peneliti Utama di Balai Hidrologi dan Tata Air

Radhika
Calon Peneliti di Balai Hidrologi dan Tata Air

Puslitbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Pekerjaan Umum


Daftar Isi

1 Pendahuluan ................................................................................................ 1-1


1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1-1
1.2 Model Simulasi Wilayah Sungai ............................................................ 1-1
1.2.1 Skematisasi Sistem Tata Air .......................................................... 1-2
1.2.2 Alternatif Pengembangan Sumber Daya Air .................................. 1-3
2 DSS-Ribasim ................................................................................................ 2-1
2.1 Sejarah Perkembangan DSS-Ribasim .................................................. 2-1
2.2 Komponen Model .................................................................................. 2-1
2.3 Aplikasi Ribasim di Indonesia................................................................ 2-2
3 Menggunakan DSS-Ribasim ........................................................................ 3-1
3.1 Memilih atau membuka DAS baru......................................................... 3-2
3.2 Membuka atau membuat kasus (case) baru ......................................... 3-3
3.3 Netter View: cara melihat Jaringan dan Peta ....................................... 3-4
3.4 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan.............................. 3-5
3.4.1 Merubah Tampilan Label dari Node dan Link ................................ 3-6
3.4.2 Merubah Tampilan Node dan Link ................................................. 3-7
3.4.3 Merubah Tampilan Peta ................................................................. 3-7
3.5 Netter Edit: Mengedit jaringan dengan netter........................................ 3-8
3.5.1 Edit Network: mengedit jaringan .................................................... 3-8
3.5.2 Edit Model Data: memasukkan dan mengedit data...................... 3-14
3.5.3 Keluar dari Netter ......................................................................... 3-15
3.6 Generate and Edit Source List: urutan sumber air .............................. 3-16
3.7 Memilih skenario hidrologi................................................................... 3-16
3.8 Specify Simulation Control Data: memilih waktu simulasi ................... 3-17
3.9 Fixed Model Data: mengedit data yang tidak berubah ........................ 3-17
3.10 Water Demand Computation ............................................................... 3-18
3.11 River Basin Simulation ........................................................................ 3-18
3.12 Specify Extra Post Processing Data.................................................... 3-19
3.13 Post Processing of Simulation............................................................. 3-19
3.14 Analysis of Basin Simulation: analisis hasil simulasi ........................... 3-20
3.14.1 Link result on map: hasil simulasi dalam peta jaringan ................ 3-21
3.14.2 Demand Node Graphics............................................................... 3-24
3.14.3 Tables .......................................................................................... 3-25
Daftar Gambar

Gambar 1.1 Simulasi Wilayah Sungai ................................................................. 1-4


Gambar 1.2 Tahun hidrologi dan tahun kebutuhan ............................................. 1-4
Gambar 1.3 Simulasi Alternatif Pengembangan................................................. 1-5
Gambar 3.1 Layar Select Basin untuk memilih atau membuat basin .................. 3-2
Gambar 3.2 Layar membuka kasus (case).......................................................... 3-3
Gambar 3.3 Netter View: berbagai cara untuk melihat ........................................ 3-4
Gambar 3.4 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan ........................ 3-5
Gambar 3.5 Setting untuk Node .......................................................................... 3-6
Gambar 3.6 Setting untuk Link ............................................................................ 3-6
Gambar 3.7 Setting detil node dan link................................................................ 3-7
Gambar 3.8 Mengubah tampilan peta ................................................................. 3-7
Gambar 3.9 Jendela Netter untuk mengedit jaringan tata air .............................. 3-8
Gambar 3.10 Jenis Node..................................................................................... 3-9
Gambar 3.11 Memilih tindakan terhadap Node dan Link .................................. 3-13
Gambar 3.12 Mengedit data .............................................................................. 3-14
Gambar 3.13 Mengedit data irigasi ................................................................... 3-14
Gambar 3.14 Mengedit kebutuhan air irigasi..................................................... 3-15
Gambar 3.15 Case Management Tool .............................................................. 3-16
Gambar 3.16 Memilih skenario hidrologi ........................................................... 3-16
Gambar 3.17 Memilih waktu simulasi ................................................................ 3-17
Gambar 3.18 Fixed model data ......................................................................... 3-18
Gambar 3.19 Pilihan Pasca Proses................................................................... 3-19
Gambar 3.20 Memilih waktu simulasi pasca proses.......................................... 3-19
Gambar 3.21 Pilihan output ............................................................................... 3-20
Gambar 3.22 Tampilan aliran dalam warna....................................................... 3-21
Gambar 3.23 Memilih tampilan aliran (warna atau lebar ) ................................. 3-21
Gambar 3.24 Mengatur Legenda ...................................................................... 3-22
Gambar 3.25 Tampilan aliran dalam bentuk ketebalan link ............................... 3-22
Gambar 3.26 Memilih Statistik Aliran: rerata, min, max ..................................... 3-23
Gambar 3.27 Memilih data yang akan digambar ............................................... 3-24
Gambar 3.28 Hasil grafik ................................................................................... 3-24
Gambar 3.29 Berbagai tabel yang dihasilkan .................................................... 3-25
Gambar 3.30 Tabel Ringkasan Hasil................................................................. 3-26
1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perencanaan pengembangan wilayah sungai merupakan suatu proses
perencanaan secara spasial dan temporal yang sangat kompleks, dan melibatkan
berbagai aspek sosial dan ekonomi dalam meningkatkan produksi pangan;
penyediaan air baku untuk rumah-tangga, perkotaan dan industri, energi,
lingkungan, kesehatan, dan lainnya.
Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan berkembangnya
perekonomian dan industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan air untuk
berbagai keperluan (terutama untuk domestik, perkotaan dan industri, irigasi, listrik,
wisata dan lingkungan). Di lain pihak ketersediaan air jumlahnya tetap sehingga
sudah mulai terasa adanya conflict of interest dalam hal pemakaian air. Situasi ini
jika dibiarkan berlarut-larut akan dapat mengganggu kehidupan masyarakat dan
pembangunan nasional pada umumnya. Untuk mengantisipasi hal ini maka perlu
dilakukan pengelolaan distribusi air pada tingkat wilayah sungai atau bahkan antar
wilayah sungai, secara komprehensif dan terpadu. Mengingat kompleksnya sistem
alokasi air ini, maka diperlukan bantuan dari suatu model komputer untuk alokasi air,
yang tidak hanya digunakan pada tahap perencanaan, akan tetapi juga secara
operasional untuk membantu para pengelola air sebagai suatu decision support
system (sistem pendukung pengambilan keputusan).

1.2 Model Simulasi Wilayah Sungai


Pemodelan simulasi alokasi air di tingkat wilayah sungai akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang kerapkali muncul dalam pengembangan sumberdaya
air, antara lain sebagai berikut:
a) Evaluasi alternatif dan potensi pengembangan sumberdaya air.
- Untuk suatu Daerah Pengaliran Sungai (DPS) dengan ketersediaan airnya
yang berfluktuasi, sampai sejauh mana dapat dikembangkan jaringan irigasi
dan pemasokan air baku tanpa menimbulkan kekurangan air atau merugikan
pemakai air lainnya ?
- Apakah akan terjadi benturan kepentingan (conflict of interests) antara para
pemakai air (irigasi, listrik tenaga air, air baku, dan lainnya) di masa
mendatang ? Bilamana dan dimana ?
- Berapa potensi listrik tenaga air ? Berapa debit andalan (reliable flow) dengan
atau tanpa waduk ?
b) Pengkajian upaya-upaya pembangunan infrastruktur pengairan dan upaya-upaya
pengelolaan air.
- Seberapa efektif upaya pembangunan waduk terhadap pemenuhan
kebutuhan air irigasi dan tambak ?
- Berapa ukuran waduk yang diperlukan, dan bagaimana pola pengoperasian
yang optimal ?

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 1-1


Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut diatas, maka suatu model
simulasi wilayah sungai harus dapat melakukan perhitungan simulasi dengan baik,
dan mudah dioperasikan. Artinya model harus mampu menirukan karakteristik
penting dari wilayah sungai, terutama ketersediaan air, kebutuhan air,
pengoperasian sistem tata air, dan kemungkinan alternatif pengembangan;
disamping memberikan kemudahan pemasukan data dan keluaran informasi secara
efisien, dalam format yang mudah disajikan, dan dampak alternatif pengembangan
(dalam bentuk peta dan grafik) yang mudah dievaluasi dengan cepat. Dalam
simulasi wilayah sungai terdapat dua hal penting, yaitu kondisi sistem tata air yang
dinyatakan dalam Skematisasi Sistem Tata Air; dan Alternatif Pengembangan
Sumberdaya Air yang direncanakan.

1.2.1 Skematisasi Sistem Tata Air


Untuk dapat mensimulasikan satuan wilayah sungai sebagai suatu sistem tata air,
maka disusun skematisasi sistem tata air yang dapat menggambarkan sistem tata
air secara hidrologis, lengkap dengan bangunan-bangunan air dan sarana
pembawanya.
Skematisasi sistem tata air terdiri atas simpul-simpul yang menyatakan sumber
air, kebutuhan air dan infrastruktur; dan cabang-cabang yang menyatakan sungai,
saluran, terowongan atau pipa. Simpul-simpul tersebut terdiri atas tiga jenis, yaitu
simpul biasa, simpul aktivitas, dan simpul kendali sebagai berikut:
1) Simpul biasa merupakan unsur dalam tata air yang tidak mengatur aliran air.
Simpul-simpul ini dapat berupa Simpul Aliran (inflow node); Simpul Akhir
(terminal node); Simpul Pertemuan (confluence node); Simpul Listrik Mikrohidro
(run-of-river node); Simpul Semu (dummy node); dan Simpul Drainase Sub-
Wilayah Sungai (district drainage node);
2) Simpul aktivitas yang merupakan simpul kebutuhan air, dan dapat berupa:
Simpul Air Bersih (public water supply node); Simpul Aliran Rendah (low flow
node); Simpul Irigasi (irrigation node); Simpul Tambak (fishpond node); Simpul
Penyadapan Air untuk Sub-Wilayah Sungai (district extraction node); dan Simpul
Kehilangan Air (loss flow).
3) Simpul kendali merupakan infrastruktur pengairan yang dapat digunakan untuk
mengendalikan sistem tata air, dapat berupa: waduk dan bendung.
Untuk dapat menggambarkan skematisasi dengan baik, maka biasa dilakukan
deliniasi Satuan Wilayah Sungai (SWS) atas beberapa sub-SWS, atau water district.
Masing-masing sub-SWS ini mempunyai karakteristik tertentu yang secara umum
dapat digolongkan atas tiga bagian, yaitu sub-SWS di hulu, tengah dan pantai. Sub-
SWS di bagian hulu, merupakan daerah tangkapan air. Pada kawasan ini perlu
diberikan perlindungan konservasi lahan, penampungan air dan pengendalian anak-
anak sungai. Pemodelan pada kawasan yang menjadi simpul inflow ini menyangkut
kalibrasi hubungan hujan-limpasan. Pada sub-SWS di bagian tengah lebih
kompleks, sebab merupakan daerah produksi dan pemanfaatan; dicirikan dengan
adanya pertanian, kebutuhan air baku, dan sebagainya. Sub-SWS di daerah hilir
merupakan daerah pemanfaatan dan juga pembuangan; dapat berupa daerah irigasi

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 1-2


teknis, tambak, dan perkotaan dengan permasalahan alokasi air, pengendalian
muara pantai, dan intrusi air laut.

1.2.2 Alternatif Pengembangan Sumber Daya Air


Setiap alternatif pengembangan sumberdaya air pada umumnya terdiri atas
gabungan beberapa upaya (proyek). Upaya-upaya tersebut dapat berupa Upaya
Teknis / Infrastruktur seperti pembangunan waduk dan pengembangan irigasi;
Upaya Operasional, misalnya peningkatan operasi waduk; serta Upaya Hukum
dan Kelembagaan. Selain itu upaya-upaya dapat pula dikelompokkan atas Upaya
yang terarah pada Pasok (supply oriented); dan Upaya yang terarah pada
Kebutuhan (demand oriented).
Untuk dapat mengevaluasi hasil alternatif pengembangan, maka paling tidak
harus dilakukan dua buah simulasi yaitu:
a) Simulasi Pertama, untuk kondisi tanpa upaya, yang dinamakan dengan Kasus
Dasar (Base Case) dan terdiri atas Kasus Dasar Masa Kini (untuk kalibrasi
sistem) dan Kasus Dasar Masa Mendatang (untuk perbandingan alternatif-
alternatif).
b) Simulasi Kedua dan seterusnya, dengan berbagai alternatif pengembangan.
Perbedaan hasil dari kedua buah simulasi tersebut merupakan dampak dari alternatif
pengembangan yang dikaji. Perbedaan ini misalnya dapat berupa: debit air, pasokan
air terhadap suatu kebutuhan air, produksi hasil pertanian, perikanan, dan produksi
energi listrik.
Kasus-kasus simulasi tersebut diatas disimulasikan menurut skenario yang
digunakan. Skenario adalah parameter sistem yang tidak dapat diubah oleh proyek
dan bersifat probabilistik, misalnya skenario laju pertumbuhan penduduk, skenario
tingkat suku-bunga, dan skenario kondisi hidrologi.
Setelah dilakukan perkiraan biaya konstruksi, pembebasan lahan, operasi, dan
pemeliharaan, maka dapat dilakukan analisis ekonomi teknik, dan analisis multi
kriteria untuk menyajikan hasil kajian alternatif pengembangan kepada para
pengambil keputusan.
Model alokasi pembagian air yang telah umum digunakan pada beberapa Wilayah
Sungai di Indonesia, antara lain adalah model WRMM (Water Resources
Management Model) dari Kanada; model ad-hoc yang berdasarkan Lotus-123 atau
Microsoft-Excel; dan DSS-Ribasim.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 1-3


demand level

hydrologic input: Output: performance of the


series representing the basin e.g. shortage pattern,
characteristics of water River basin system
energy output, .
availability
100
90
80
m3/s

70
60

m3/s
50
40
30
20

Time
measures which 10
0

121

145

169

193

217

241
1

25

49

73

97
influence/change Time
the basin system
Gambar 1.1 Simulasi Wilayah Sungai

Gambar 1.2 Tahun hidrologi dan tahun kebutuhan

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 1-4


Gambar 1.3 Simulasi Alternatif Pengembangan

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 1-5


2 DSS-RIBASIM
DSS- Ribasim merupakan salah satu model alokasi air yang dapat digunakan pada
tahap perencanaan pengembangan sumberdaya air, maupun secara operasional
untuk membantu pengambilan keputusan taktis (misalnya sebagai sarana negosiasi
operasi beberapa waduk, atau pemberian ijin pengambilan air industri). Model ini
dikembangkan oleh Delft Hydraulic dari Negeri Belanda sejak tahun 1985. Model
yang konsep dasarnya diilhami oleh model MITSIM dari Amerika Serikat) ini telah
digunakan pada lebih dari 20 negara di dunia.

2.1 Sejarah Perkembangan DSS-Ribasim


Bermula dari versi komputer mainframe, seiring dengan berkembangnya Personal
Computer (PC), Ribasim dikembangkan pada PC sejak tahun 1985. Program ini
semula dibuat dengan bahasa Fortran dari Digital Research, kemudian beralih pada
RM-Fortran, dan akhirnya Microsoft-Fortran versi 5.1. Secara konsep,
penyempurnaan yang cukup berarti terjadi pada kurun waktu 1985-1988 di Proyek
BTA-155 di Indonesia, dimana pemikiran para konterpart dalam negeri turut
berkontribusi secara signifikan.
Sejak Ribasim diperkenalkan pada tahun 1985 sampai dengan 1996, perlu diakui
bahwa model ini masih sulit dioperasikan atau belum user-friendly. Hal ini
mendorong para peneliti Puslitbang Pengairan untuk menambah beberapa program
modul pembantu dari Ribasim, antara lain Program PISDA (Penyajian Informasi
Sumber Daya Air) untuk penyusunan, penyuntingan dan penyajian skematisasi
sistem tata air (Hatmoko, 1993).
Pada tahun 1997 mulai diperkenalkan DSS-Ribasim versi 6 yang sudah nyaman
dioperasikan dan bekerja dibawah sistem operasi Windows 95. Komponen simulasi
wilayah sungai tetap dalam bahasa Fortran, akan tetapi user-interface dilengkapi
dengan Visual Basic pada Windows 95..

2.2 Komponen Model


Model DSS-Ribasim versi 6 ini terdiri atas beberapa komponen, yang dikendalikan
oleh sebuah interface yang menunjukkan lokasi geografis. Adapun komponen-
komponen model antara lain adalah sebagai berikut:
a) DSS Shell: merupakan program pembuka yang memadukan program-program
lainnya.
b) Netter: adalah editor jaringan skematisasi sistem tata air yang dapat digunakan
secara interaktif dalam menyusun jaringan dan pemasukan data. Penyajian hasil
simulasi pada setiap simpul dan ruas sungai juga ditampilkan dalam bentuk peta
skematisasi ini. Skematisasi ini dilatar belakangi oleh lapisan (layer) peta situasi
wilayah yang dapat memuat lapisan kontur, kota-kota kecamatan, jaringan
infrastruktur dan lainnya.
c) Case Management Tool: Memberi petunjuk dalam melaksanakan proses
simulasi, sehingga masing-masing kasus simulasi dapat dikelola secara rapih.
d) Agwat: adalah model perhitungan kebutuhan air irigasi.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 2-1


e) Fishwat: adalah model kebutuhan air perikanan.
f) Simproc: adalah model simulasi wilayah sungai untuk alokasi air.
g) Wadis: adalah model distrik air (water district)
h) Delwaq: adalah model simulasi kualitas air dari Delft Hydraulics
i) ODS2XLS: merupakan sistem penyajian hasil simulasi secara grafis yang luwes
dan dilengkapi dengan fasilitas ekspor ke Microsoft-Excel.

2.3 Aplikasi Ribasim di Indonesia


Beberapa aplikasi DSS-Ribasim di Indonesia antara lain adalah pada Proyek BTA-
155 (1985-1990); Pengisian Waduk Cirata (1987); Pengembangan Sumberdaya Air
di Wilayah Sungai Bengawan Solo (1991-1993); Jabotabek Water Resources
Management Study (1991-1994); Penggelontoran Sungai-sungai dan Saluran di DKI
Jakarta (1993); Pengembangan Sumberdaya Air di Wilayah Sungai Citanduy (1994-
1995); Studi Neraca Air di SWS Jeneberang (1995-1996); Optimasi Pembangkit
Tenaga Air di DPS Cisangkuy (1995-1996); dan Basin Water Resources Planning
(sejak tahun 1994 sampai saat ini).

Proyek BTA-155 (1985-1990)


Model Ribasim pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1985, yaitu
dengan adanya proyek BTA-155 (Cisadane-Cimanuk Integrated Water Resources
Development Project), suatu proyek kerjasama antara Belanda (Delft Hydraulics)
dengan Indonesia (Bina Program Pengairan dan Puslitbang Pengairan). Proyek ini
memiliki dua buah tujuan, yaitu: membentuk suatu unit operasional di Departemen
Pekerjaan Umum yang mampu melaksanakan studi-studi pengembangan
sumberdaya air secara terpadu; dan melaksanakan pengembangan sumberdaya air
terpadu di Jawa Barat bagian Utara (Puslitbang Pengairan dan Delft Hydraulics,
1989). Model Ribasim yang digunakan adalah versi pertama, yang disempurnakan
seiring dengan berjalannya proyek. Penyempurnaan yang melibatkan para peneliti
dari Puslitbang Pengairan tersebut meliputi konsep water-district, penambahan
fasilitas analisis (antara lain analisis frekuensi), dan transfer data (ke program lain
dan file ASCII).

Pengisian Waduk Cirata (1987)


Pada saat pengisian waduk Cirata di Sungai Citarum, yang berada di hilir waduk
Saguling dan di hulu waduk Jatiluhur, memerlukan keputusan yang tepat mengenai
berapa dan bilamana air dari waduk Saguling yang dialirkan ke Cirata dapat dialirkan
ke Jatiluhur. Dalam studi singkat (selama 3 minggu) ini, model Ribasim telah
digunakan untuk membantu memberikan prakiraan duga muka air pada ketiga buah
waduk tersebut untuk berbagai alternatif cara pengisian waduk Cirata dan berbagai
skenario kondisi hidrologi (Puslitbang Pengairan dan Delft Hydraulics, 1987).

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 2-2


Pengembangan Sumberdaya Air Wilayah Sungai Bengawan Solo (1991-1993)
Pada studi ini telah dilakukan analisis pengembangan sumberdaya air dengan
bantuan model Ribasim versi 2 (Puslitbang Pengairan, 1992). Pada saat itu
dirasakan kurang luwesnya model Ribasim dalam hal penyusunan skematisasi
sistem tata air yang masih harus menggunakan file ASCII. Para peneliti di Puslitbang
Pengairan telah berhasil membuat program PISDA (Penyajian Informasi Sumber
Daya Air) yang memungkinkan penyuntingan skematisasi Ribasim dan penampilan
hasil simulasi (Hatmoko, 1994).

Neraca air di SWS Jeneberang (1995-1996)


Simulasi Neraca Air SWS Jeneberang dimaksudkan untuk menampilkan neraca air
dengan kebutuhan saat ini (1995) sebagai bahan masukan Rencana Induk
Pengembangan Wilayah Sungai Jeneberang. Hasil simulasi menunjukkan bahwa
ketersediaan air rata-rata diseluruh daerah studi Satuan Wilayah Sungai (SWS)
Jeneberang sebesar 119,69 m3/detik yang setara dengan 3,77 milyar meter kubik
pertahun, mampu memasok air untuk kebutuhan total irigasi seluas 35.156 ha
dengan debit rata-rata 23,44 m3/detik dari kebutuhan sekitar 26,2 m3/detik atau
mampu memenuhi sekitar 90% dari kebutuhan, sementara kebutuhan air minum dan
industri sebesar 2 m3/detik hampir semuanya terpenuhi. Seperti halnya yang kerap
terjadi pada SWS lainnya, hasil simulasi juga mengindikasikan terjadinya
kekurangan air pada musim kering, sementara pada musim hujan air sangat
berlimpah. Untuk itu diusulkan rencana pembangunan beberapa waduk.

Peningkatan Energi Listrik di DPS Cisangkuy


Untuk meningkatkan produksi energi listrik di DPS Cisangkuy yang terletak di bagian
hulu SWS Citarum, Bandung Selatan, tanpa mengabaikan kebutuhan air untuk
pasok air baku PDAM Bandung, dan irigasi, maka telah dilakukan simulasi Ribasim
terhadap lima buah alternatif pengembangan, yaitu: Kondisi Saat Ini (kasus 0);
Optimasi Saat Ini (kasus 1); Alih Aliran dari DPS Cibutarua (kasus 2); Kasus 2
ditambah dengan pembangunan Dam Santosa (kasus 3); dan kasus 4 berupa kasus
3 ditambah dengan PLTA Santosa.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa alternatif kasus-2 yaitu Alih Aliran dari DPS
Cibutarua (kasus 2) merupakan yang terbaik karena akan memenuhi kebutuhan air
bersih 1.600 liter/detik dan menghasilkan energi sekitar 222 GWh pertahun, semua
pasok irigasi terpenuhi dan debit yang masuk ke sistem Citarum akan lebih besar
dari kondisi saat ini, dengan biaya yang diperlukan hanya untuk membangun
terowongan, pengoperasian dan pemeliharaan.

Basin Water Resources Planning (sejak tahun 1996)


Pada proyek Basin Water Resources Planning (BWRP) dalam kerangka Java
Irrigation Improvement and Water Resources Management Project (JIWMP) yang
lokasinya adalah SWS Ciujung-Ciliman, SWS Citarum, dan SWS Jratunseluna,
digunakan DSS-Ribasim versi 6.1 (tanpa water district); dan versi 6.2 (dengan
water district). Latar belakang skematisasi Ribasim adalah berupa layer (lapisan)

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 2-3


dari Sistem Informasi Geografi, dan pada layer paling atas adalah skematisasi
sistem tata air, dimana dapat dilakukan penyuntingan (misalnya dengan
menambah waduk, bendung atau pengambilan air), atau menyajikan informasi
debit aliran, muka air waduk, dan lainnya.
Versi yang beredar pada saat ini adalah versi 6.31 yang serupa dengan versi 6.2
dengan penyempurnaan bendung yang dapat membagi air lebih dari dua
pengambilan; juga confluence yang dapat menerima lebih dari dua anak sungai.

Penyusunan Rancangan Pola dan Rencana


Berdasarkan Undang-undang no 7 tahun 2004 tentang sumber daya air, setiap
wilayah sungai harus memiliki Pola Pengelolaan Sumber Daya Air dan Rencana
Pengelolaan Sumber Daya Air. Sejak tahun 2005, DSS-Ribasim telah digunakan
dalam berbagai studi penyusunan rancangan pola dan rencana pengelolaan
wilayah sungai, antara lain di WS Indragiri, WS Bengawan Solo, WS Brantas, WS
Cimanuk-Cisanggarung, WS Musi, dan lainnya.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 2-4


3 MENGGUNAKAN DSS-RIBASIM

Menggunakan Ribasim secara umum dapat dibagi atas beberapa tahap sebagai
berikut:
1) Memilih atau membuat DAS (basin) baru
2) Membuka atau membuat kasus (case) baru
3) Memasuki Netter
a. Mengedit jaringan sistem tata air(edit network)
b. Mengedit data untuk memasukkan data (edit data)
4) Simulasi
5) Analisis hasil
6) Menyimpan case
7) Selesai
Dalam banyak hal, yang kita kerjakan pada umumnya adalah pada langkah nomor
3, yaitu membuat atau modifikasi jaringan tata air, dan memasukkan datanya. Hal
ini berkaitan erat dengan program Netter.
Langkah 2, 3, 4, 5 dan 6 berada dalam suatu program yang bernama Case
Management Tool (CMT) yang memudahkan kita untuk mengelola kasus-kasus
simulasi, yang jumlahnya bisa mencapai puluhan kasus.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-1


3.1 Memilih atau membuka DAS baru
Setelah kita masuk ke dalam Ribasim dengan mengklik ikon Ribasim atau melalui
menu, maka akan nampak layar Select Basin sebagai berikut:.

Gambar 3.1 Layar Select Basin untuk memilih atau membuat basin

Pada layar Select Basin, kita dapat memilih DAS yang sudah ada untuk kita
kerjakan lebih lanjut, atau menambahkan (add) DAS baru, menghapus (delete)
atau mengganti nama (rename) DAS yang sudah ada.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-2


3.2 Membuka atau membuat kasus (case) baru
Setelah kita memilih DAS, maka akan muncul layar Case Management Tool
(CMT). Langkah berikutnya adalah kita membuka kasus dengan menu:
Case Open
Atau membuat kasus baru, dengan menu:
Case New

Gambar 3.2 Layar membuka kasus (case)

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-3


3.3 Netter View: cara melihat Jaringan dan Peta
Menu View pada Netter dimaksudkan untuk mengubah pandangan terhadap
jaringan dan peta. Disini terdapat beberapa perintah sebagai berikut:
- Zoom in: memperbesar gambar
- Zoom out: memperkecil gambar
- Center window: membuat ditengah titik yang ditunjuk
- Move: memindahkan / menggeser gambar
- Show full Network: menampilkan keseluruhan network
- Show full Map: menampilkan seluruh peta

Gambar 3.3 Netter View: berbagai cara untuk melihat

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-4


3.4 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan
Menu Options pada Netter dimaksudkan untuk mengubah tampilan terhadap
jaringan dan peta. Disini terdapat beberapa perintah sebagai berikut:
- Options: merubah tampilan label dari node, link dan data
- Network Options: merubah tampilan network (node dan link)
- Map Options: merubah tampilan peta
- Legend Options: merubah tampilan legenda

Gambar 3.4 Netter Option: merubah tampilan peta dan jaringan

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-5


3.4.1 Merubah Tampilan Label dari Node dan Link
Tampilan label atau keterangan dari node dapat diubah tampilannya, yaitu dapat
diberi label ID, nama, jenisnya, maupun tidak diberi label sama sekali (none).
Option Option

Gambar 3.5 Setting untuk Node

Penampilan label atau keterangan link dapat pula diubah, yaitu menampilkan ID,
nama, jenis, data atau tidak menampilkan apapun (none).

Gambar 3.6 Setting untuk Link

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-6


3.4.2 Merubah Tampilan Node dan Link
Tampilan node dan link dapat diubah, misalnya node confluence tidak ditampilkan
labelnya atau juga bentuknya; atau link dibuat sangat tebal supaya lebih jelas.
Options Network Options

Gambar 3.7 Setting detil node dan link

3.4.3 Merubah Tampilan Peta


Tampilan peta dapat diubah dengan perintah:
Option Map

Gambar 3.8 Mengubah tampilan peta

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-7


3.5 Netter Edit: Mengedit jaringan dengan netter
Hal yang paling penting dari Netter adalah:
- Edit Network: mengedit jaringan
- Model Data: memasukkan data

Gambar 3.9 Jendela Netter untuk mengedit jaringan tata air

3.5.1 Edit Network: mengedit jaringan


Dalam melakukan edit network, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu:
- Memilih jenis node dan link yang akan diedit, misalnya simpul irigasi atau
bendungan; dan
- Memilih tindakan terhadap network, misalnya menambah, menghapus.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-8


Memilih jenis node dan Link

Gambar 3.10 Jenis Node dan Link

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-9


Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-10
Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-11
Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-12
Memilih tindakan terhadap node dan link

Gambar 3.11 Memilih tindakan terhadap Node dan Link

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-13


3.5.2 Edit Model Data: memasukkan dan mengedit data
Jika jaringan sudah ada, maka data dapat dimasukkan melalui menu:
Edit Model Data
Dan selanjutnya pilih node yang akan diedit, dan data dapat dimasukkan atau
diedit.

Gambar 3.12 Mengedit data

Gambar 3.13 Mengedit data irigasi

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-14


Gambar 3.14 Mengedit kebutuhan air irigasi

3.5.3 Keluar dari Netter


Setelah melakukan edit terhadap network dan map, maka sebelum keluar dari
netter, pastikan telah menyimpan network dan peta, dengan cara:
File Save Network
Dan
File Save Map
Selanjutnya bisa keluar dengan:
File Exit
Maka komputer akan kembali ke CMT setelah melakukan pemeriksaan terhadap
network yang baru di edit.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-15


3.6 Generate and Edit Source List: urutan sumber air
Langkah berikutnya setelah Edit Network adalah Generate and Edit Sources List
yang cukup di klik, dan pilih Generate New Source Priority List

3.7 Memilih skenario hidrologi


Memilih skenario hidrologi dapat dilakukan jika data hidrologi dalam bentuk time-
series sudah disiapkan dalam folder hidrologi, dalam bentuk berbagai skenario.

Gambar 3.15 Case Management Tool

Gambar 3.16 Memilih skenario hidrologi

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-16


3.8 Specify Simulation Control Data: memilih waktu simulasi
Memilih waktu simulasi hanya dapat dilakukan jika skenario hidrologi telah
dikerjakan. Tentunya waktu simulasi hanya dapat dipilih sesuai dalam jangkauan
data hidrologi yang tersedia.

Gambar 3.17 Memilih waktu simulasi

3.9 Fixed Model Data: mengedit data yang tidak berubah


Yang terpenting dalam Fixed Model Data adalah mengenai Simulation Time step
Data, yaitu di set pada bulanan atau tengah-bulanan.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-17


Gambar 3.18 Fixed model data

3.10 Water Demand Computation


Water demand computation cukup di klik saja, dan CMT akan menghitung semua
kebutuhan air.

3.11 River Basin Simulation


River Basin Simulation cukup di klik saja, dan CMT akan menjalankan simulasi
sesuai dengan waktu simulasi yang telah ditetapkan.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-18


3.12 Specify Extra Post Processing Data
Pilihan ini cukup diklik saja. Jika waktu simulasi yang ingin ditampilkan ingin
diubah, maka dapat diubah disini.

Gambar 3.19 Pilihan Pasca Proses

Gambar 3.20 Memilih waktu simulasi pasca proses

3.13 Post Processing of Simulation


Pilihan ini cukup di klik saja, dan CMT akan menyiapkan semua output yang
dihasilkan.

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-19


3.14 Analysis of Basin Simulation: analisis hasil simulasi
Analisis hasil simulasi menampilkan berbagai pilihan output untuk dianalisis lebih
lanjut.

Gambar 3.21 Pilihan output

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-20


3.14.1 Link result on map: hasil simulasi dalam peta jaringan
Hasil simulasi dapat ditampilkan dalam peta jaringan sehingga jelas kondisi debit
aliran pada setiap link.

Gambar 3.22 Tampilan aliran dalam warna

Gambar 3.23 Memilih tampilan aliran (warna atau lebar )

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-21


Gambar 3.24 Mengatur Legenda

Gambar 3.25 Tampilan aliran dalam bentuk ketebalan link

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-22


Gambar 3.26 Memilih Statistik Aliran: rerata, min, max

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-23


3.14.2 Demand Node Graphics

Gambar 3.27 Memilih data yang akan digambar

Gambar 3.28 Hasil grafik

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-24


3.14.3 Tables

Gambar 3.29 Berbagai tabel yang dihasilkan

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-25


Gambar 3.30 Tabel Ringkasan Hasil

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-26


LATIHAN
Latihan 1

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-27


Latihan 2

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-28


Jawaban 1 dan 2

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-29


Latihan 3

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-30


Jawaban 3

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-31


Latihan 4

Latihan 5

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-32


Latihan 6

Latihan 7

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-33


Latihan 8

Latihan 9

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-34


Latihan 10

Latihan 11

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-35


Latihan 12

Waluyo Hatmoko, Radhika: Mengenal DSS-RIBASIM 3-36

Anda mungkin juga menyukai