Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I
PENDAHULUAN

Obat merupakan salah satu komponen yang tidak dapat

tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat berpepran sangat penting

dalam pelayanan kesehatan karena penanganan dan pencegahan

berbagai penyakit tidak dapa tdilepaskan dari tindakan terapi dengan obat

atau farmakope (Anis,dkk.,2009).

Bertambahnya jenis obat baik tunggal maupun kombinasi,

membuat dokter menjadi lebih sulit dalam memilih obat yang tepat untuk

suatu penyakit tertentu. saat ini pabrik obat banyak memasarkan obat-

obat tunggal baru dengan khasiat yang baru, dan obat-obat kombinasi

yang tidak selalu mudah untuk menyesuaikan dosisnya untuk setiap

pasen (Pryanto,2008)

Keputusan dokter untuk mengobati seorang pasien dengan asumsi

bahwa pasien telah dievaluasi dan didiagnosis. Kemudian dokter dapat

memilih dari berbagai pendekatan terapeutik. Beberapa pilihan terapi yang

adalah terapi obat, pembedahan, pengobatan psikiatri, radiasi, terapi fisik,

pendidikan kesehatan, konseling, konsultasi lanjutan, atau tidak diberi

terapi. Dari pilihan ini, terapi obat yang paling banyak dipilih. Pada

umumnya kasus-kasus ini memerlukan penulisan resep. Preskripsi (resep

obat) adalah permintaan dari para penulis resep (Prescriber) untuk

menyediakan atau memberikan suatu pengobatan spesifik biasanya

pengobatan-untuk pasien tertentu (Katzung,1995).

1
2

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat

esensial di rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi

penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium

merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat

alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap harus

mengindahkan prinsip manajemen dan criteria mayor yaitu berdasarkan

pada : pola penyakit yang berkembang didaerah tersebut, efficacy,

efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat dikelola oleh sumber

daya dan keuangan rumah sakit (Anonim 2002).

Seleksi obat yang tepat melalui sistem formularium rumah sakit,

banyak keuntungan yang didapat antara lain meningkatkan mutu terapi

obat, dan menurunkan kejadian efek samping obat. Formularium juga

meningkatkan efisiensi pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan

efisiensi pengadaan, pengelolaan obat serta meningkatkan efisiensi dalam

manajemen persediaan, sehingga pada akhirnya akan menurunkan biaya

pelayanan kesehatan secara keseluruhan (siregar,2005).

Salah satu jenis obat yang dapat menimbulkan masalah serius

dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di masyarakat

bila tidak diperhatikan kerasionalan dan ketepatan penggunaan adalah

obat hepatitis. Penggunaan obat hepatitis yang rasional dapat

menentukan secara langsung kualitas terapi dan bertujuan menghasilkan

pengobatan yang aman, efektif, dan dengan efek samping yang minimal

bagi pasien serta biaya pengobatan yang sekecil-kecilnya (Siregar, 2005).


3

Hepatitis adalah penyakit yang menyerang salah satu organ

penting dalam tubuh kita yaitu organ hati. Penyakit Hepatitis atau penyakit

kuning adalah segala hal bentuk peradangan yang menyerang organ

tubuh yang disebut dengan hati ataupun liver. Penyakit hepatitis dapat

menyerang siapa saja tak pandang usia. Hepatitis jugat dapat terjadi pada

bayi, anak-anak, orang dewasa dan orang tua. Hepatitis yang juga banyak

melanda pada bayi dari usia 0-12 bulan, pada anak-anak diperkirakan

terjadi dari mulai usia 2- 15 tahun, orang dewasa 15-20 tahun dan orang

tua diatas usia 40 tahun keatas (sulaiman.,2009)

Berdasarakan observasi yang telah dilakukan di ruang rawat inap

Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar, dimana tingkat pemakaian

obat hepatitis sering digunakan.

Berdasarkan uraian diatas, maka timbul permasalahan yakni

apakah apakah penggunan dan pemakaian obat pada pasien hepatitis di

Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar sudah

sesuia dengan buku formularium yang diterbitkan oleh komite farmasi

Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran penggunaan

dan pemakaian obat pada pasien hepatitis di Instalasi Rawat Inap Rumah

Sakit Pendidikan UNHAS Makassar apakah sudah sesuai dengan buku

formularium rumah sakit.


4

Manfaat dari penelitian ini antara lain diharapkan sebagai dasar

pemikiran bagi peranan tenaga dokter dan farmasis dalam penulisan

resep dan pelayanan obat yang sesuai formularium rumah sakit.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Obat

Bahan yang di gunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki

sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan

kesehatan dan kontrasepsi.

Dalam farmakologi yang dimaksud dengan obat adalah

bahan kimia yang mempengaruhi protoplasma hidup atau sistem

biologik dan terutama digunakan untuk penyembuhan dan

pencegahan penyakit.( Ganiswara., 2000)

1. Obat esensial

Obat esensial adalah obat yang digunakan untuk pelayanan

kesehatan bagi masyarakat terbanyak, mencakup upaya diagnosa

profilaksis , terapi dan rehabilitasi yang harus diusahakan selalu

tersedia pada unit pelayanan kesehatan sesuai dengan fungsi dan

tingkatnya.

Peranan gagasan daftar obat esensial nasional (DOEN)

dimaksudkan untuk meningkatkan ketetapan, keamanan, dan

kerasionalan penggunaan obat yang sekaligus meningkatkan daya

guna dan hasil guna biaya yang tersedia sebagai salah satu

langkah untuk memperluas, meratakan dan meningkatkan mutu


6

pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Secara umum obat

esensial bersifat ampuh, aman, murah, terjangkau dan tersedia .

2. Obat generik

Obat generik adalah obat jadi terdaftar yang menggunakan

nama generik, nama generik obat tunggal diambil dari INN

(International Nonproprietary Names ) yang ditetapkan oleh WHO,

obat kombinasi diambil dari daftar obat esensial sedangkan nama


5
generik beberapa obat adalah nama lazim yang digunakan di

Indonesia, jika dibandingkan dengan obat paten, obat generik

umumnya harganya lebih murah.

Obat generik adalah obat jadi yang penamaannya

mengikuti nama umum zat aktifnya. Tata nama yang diikuti sesuai

dengan ketentuan internasional yaitu International Nonpropietary

Names (INN). Sedangkan obat paten adalah obat jadi dengan

nama dagang sesuai dengan nama pabrik yang memproduksinya.

Pada umumnya masyarakat masih terbatas pengetahuan

dalam hal obat bermutu dan penggunaan obat yang rasional. Obat

generik diperkenalkan kepada masyarakat adalah obat generik

berlogo dalam kemasan. Untuk menjamin mutu obat generik

berlogo dilakukan pengendalian mutu, oleh produsen dan

Departemen Kesehatan. Produsen melakukan produksi terkendali

melalui pemilihan bahan yang bermutu tinggi, penerapan Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), yang ditetapkan oleh


7

Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan melalui

pengujian terhadap produk akhir meliputi analisa kimia dan fisika,

farmaseutika serta pengujian disolusi dan ketersediaan hayati.

Sedangkan pemerintah melalui sistem jaringan melaksanakan

pengawasan mutu, pengujian dan sertifikasi produk akhir obat

generik berlogo dengan penerapan pengendalian mutu obat seperti

yang telah diuraikan diatas. Maka diharapkan mutu obat generik

tidaklah berbeda dengan mutu obat paten.

3. Obat paten

Obat paten adalah obat dengan nama dagang dan

menggunakan nama yang bermacam macam, tergantung dari

pabrik yang memproduksi, walaupun zat yang berkhasiat atau jenis

obat yang terkandung didalamnya sama. Untuk menarik pembeli,

dibuat kemasan yang mewah dan tiap pabrik mempromosikannya

melalui berbagai cara (Tjay.,2002)

B. Uraian penyakit hepatitis


1. Pengertian
Hepatitis merupakan penyakit peradangan hati karena

berbagai sebab. Penyebab tersebut adalah beberapa jenis virus

yang menyerang dan menyebabkan peradangan dan kerusakan

pada sel-sel dan fungsi organ hati. Hepatitis memiliki hubungan

yang sangat erat dengan penyakit gangguan fungsi hati. Hepatitis

banyak digunakan sebagai penyakit yang masuk ke semua jenis

penyakit peradangan pada hati (liver). Banyak hal yang


8

menyebabkan hepatitis itu dapat terjadi yang tidak hanya

dikarenakan adanya infeksi virus dari suatu sumber tertentu.

Penyebab hepatitis juga dapat berasal dari jenis obat-obatan

tertentu, jenis makanan tertentu atau bahkan pada hubungan

seksual yang salah satu dari pasangan memiliki penyakit hepatitis.

2. Gejala Hepatitis

Gejala hepatitis ini adalah merasakan sakit / nyeri pada perut

bagian kanan, demam, badan terasa lemas, mual dan diare.

Bahkan pada beberapa kasus yang ditemukan, gejala ini terlihat

seperti gejala flu, dan penyakit kuning dikarenakan pada bagian

mata dan kulit terlihat menguning. Tapi pada kasus anak-anak,

gejala ini tidak terlalu tampak jadi perlu diwaspadai. Ternyat

Hepatiti mempunyai beberapa nama viru yang terbagi kedalam 5

kelompok yaitu: Hepatitis A (VHA), Hepatitis B (VHB), Hepatitis C

(VHC), Hepatitis D (VHD), dan Hepatitis D (VHD). Virus-virus ini

terus berkembang dan bahkan diperkirakan sedikitnya ad 3macam

virus lagi yang dapat menyebabkan hepatitis.

3. Klasifikasi
a. Hepatitis A /Hepatitis infeksius

Hepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang

ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus

hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui

kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan


9

dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas

sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang

yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran

manusia penderita.

Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai

6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita

menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit

Hepatitis A.

1. Gejala Hepatitis A
Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan

mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang

selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang

berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam

yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya

yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.


2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A
Penderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti

minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning,

letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak

beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan

kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari

gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun

demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya

tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang

mengurangi rasa mual dan muntah.


10

Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil

sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan

dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi

seseorang yang berada disekitar penderita.

b. Hepatitis B /hepatitis serum

Hepatitis B merupakan salah satu penyakit menular

yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan

oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan

menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti

hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan

akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B

yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan

darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.

Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan

antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan,

hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun

penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara

bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan

tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan

lebih beresiko terkena penyakit ini.

1. Gejala Hepatitis B
Secara khusus tanda dan gejala terserangnya

hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan


11

kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera).

Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung

tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan

kepada orang lain menjadi lebih beresiko.


2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis B
Penderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian

diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan

darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B,

maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu

pengobatan telan (oral) dan secara injeksi.

a. Pengobatan oral yang terkenal adalah :


1. Pemberian obat Lamivudine dari kelompok

nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC.

Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-

anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan

enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan

mendapat monitor bersinambungan dari dokter.


2. Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera).

Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi

pemberian dengan dosis yang tinggi akan

berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.


3. Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini

diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek

samping dari pemakaian obat ini adalah sakit

kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan


12

enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan

pemberian obat ini belum dikatakan stabil.


b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah
Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung

partikel radioaktif pemancar sinar yang akan

menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan

sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama

cabang Intron A, Infergen, Roferon) diberikan secara

subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu

selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian

obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang

memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah

terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit

menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan

dengan pemberian paracetamol.

Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari

penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada

orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti

mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti

pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan

dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak

kasus Hepatitis B

c. Hepatitis c
13

Penyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang

disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya

melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi),

serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain

disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak

menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita

Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel

hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85%

dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara

perlahan merusak hati bertahun-tahun.

1. Gejala Hepatitis C
Penderita Hepatitis C sering kali orang yang

menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun

infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun

beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah,

Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan

Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut jaundice

(jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan

peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun

demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang

enzyme hati fluktuasi bahkan normal.


2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis C
Saat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan

pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon

alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis


14

C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini

mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk

dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita

Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan

pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk

itu perlu penanganan pada stadium awalnya.


d. Hepatitis D

Hepatitis D Virus ( HDV ) atau virus delta adalah virus

yang unik, yang tidak lengkap dan untuk replikasi memerlukan

keberadaan virus hepatitis B. Penularan melalui hubungan

seksual, jarum suntik dan transfusi darah. Gejala penyakit

hepatitis D bervariasi, dapat muncul sebagai gejala yang ringan

(ko-infeksi) atau amat progresif. agen hepatitis D ini

meningkatkan resiko timbulnya hepatitis Fulminan, kegagalan

hati dan kematian. Pencegahan dapat dilakukan dengan

menghindari virus hepatitis B.

e. Hepatitis E
Virus ini adalah suatu virus RNA yang terutama ditularkan

melalui ingesti air yang tercemar. Gejala mirip hepatitis A,

demam pegel linu, lelah, hilang nafsu makan dan sakit perut.

Penyakit yang akan sembuh sendiri ( self-limited ), keculai bila

terjadi pada kehamilan, khususnya trimester ketiga, dapat

mematikan. Penularan melalui air yang terkontaminasi feces

(jeperson,2006)
15

C. Penggunaan Obat Rasional


Dalam arti luas, obat ialah setiap zat kimia yang dapat

mempengaruhi proses hidup. Kerja suatu obat merupakan hasil dari

banyak sekali proses dan masing-masing proses ini sangat rumit.


Penggunaan obat yang rasional mensyaratkan bahwa pasien

menerima obat-obatan yang sesuai pada kebutuhan klinik mereka,

dalam dosis yang memenuhi kebutuhan individu itu sendiri untuk

suatu periode waktu yang memadai dan pada harga yang terendah

untuk mereka dan masyarakatnya.


Penggunaan obat yang rasional adalah pemilihan dan

penggunaan obat yang efektifitasnya terjamin serta aman dengan

mempertimbangkan masalah harga, yaitu dengan harga yang paling

menguntungkan dan sedapat mungkin terjangkau. Pengertian rasional

itu sendiri menurut WHO adalah :


1. Sesuai dengan keperluan klinik
2. Dosis sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Diberikan dalam jangka waktu yang sesuai
4. Dengan biaya termurah bagi pasien dan komunitasnya.
Terapi yang dapat dipilih untuk pasien yang mengalami

gangguan kesehatan meliputi pemberian obat, pembedahan,

psikiatrik, radiasi, fisioterapi, konseling, pendidikan kesehatan, dan

bahkan tanpa terapi. Jika pilihan terapi jauh pada penggunaan obat,

pilih obat dengan mempertimbangkan kondisi spesifik dan kondisi

klinik pasien (muchtar.,1985)


Seperti halnya dengan proses lain dalam kedokteran, penulisan

resep harus didasarkan pada suatu seri tahapan rasional, yaitu:


1. Membuat diagnosis spesifik
Resep yang semata-mata didasarkan pada keinginan untuk

memuaskan pasien secara psikologis sehingga memerlukan


16

beberapa jenis terapi sering tidak mencapai sasaran dan dapat

mengakibatkan timbulnya efek samping. Suatu diagnosis spesifik

meskipun suatu perkiraan diperlukan untuk pindah ke tahap

berikutnya.
2. Pertimbangan patofisiologi dari diagnosis yang terpilih
Bila patologi penyakit sudah betul-betul dimengerti, penulis

resep menepati posisi yang jauh lebih baik untuk memilih terapi

yang efektif.
3. Memilih sasaran terapi yang spesifik
Suatu sasaran terapi harus dipilih untuk setiap proses

patofisiologi yang ditetapkan dalam tahap terdahulu.


4. Menentukan obat pilihan
Satu atau lebih golongan obat akan ditentukan oleh setiap

tujuan terapi yang telah ditetapkan dalam tahap sebelumnya.

Seleksi suatu obat pilihan (drug of choice) diantara golongan obat

ini akan mengikuti pertimbangan karakteristik tertentu dari pasien

dan dari presentase klinik. Untuk obat tertentu, karakteristik seperti

umur, ras, penyakit lain dan obat lain yang sedang digunakan

merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan obat yang

paling sesuai untuk penatalaksanaan keluhan yang ada.


5. Penentuan regimen dosis yang sesuai
Regimen dosis ditentukan terutama oleh farmakokinetik obat

pada pasien tersebut. Bila pasien diketahui mempunyai penyakit

organ utama yang diperlukan untuk eliminasi obat yang dipilih,

maka penyesuaian regimen dosis rata-rata akan diperlukan.


6. Merancang rencana untuk memonitor kerja obat dan menentukan

kapan terapi berakhir.


17

Penulis resep harus dapat menjelaskan kepada pasien jenis-

jenis efek obat yang akan dimonitor dan cara memonitor, termasuk

uji laboratorium (bila diperlukan) serta tanda dan gejala yang harus

dilaporkan oleh pasien.


7. Merencanakan program pendidikan pasien
Penulis resep dan anggota tim kesehatan lainnya harus

dipersiapkan untuk mengulangi, menyebarluaskan, dan

memperkuat informasi yang akan ditransfer kepada pasien dengan

keperluan. Semakin toksik obat yang diresepkan, semakin penting

arti program pendidikan ini (sinonim.,2011).


Anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, dan

pemeriksaan penunjang lainnya akan mengarahkan dokter untuk

mencapai suatu diagnosis yang kemudian dilanjutkan dengan

penentuan tujuan pengobatan dan pengobatan.


Adapun dalam proses terapi yang rasional, ada 6 tahapan yang

sangat penting untuk menghasilkan manfaat bagi pasien yang

maksimal, yaitu:
1. Menetapkan masalah pasien,
2. Menetapkan tujuan terapi spesifik berdasarkan masalah pasien

yang dihadapi,
3. Memilih terapi untuk setiap pasien,
4. Memulai terapi atau pengobatan,
5. Memberi informasi, instruksi, dan peringatan berkaitan dengan

terapi atau pengobatan yang diberikan,


6. Memantau (menghentikan) pengobatan.

Pemberian obat yang rasional adalah pemberian obat yang

mencakup 6 kriteria yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat

dosis, tepat jalur pemberian/rute dan tepat dokumentasi.


18

a. Tepat pasien
Pemberian obat yang tidak tepat pasien dapat terjadi, seperti

pada saat ordernya lewat telepon, ada order tambahan, ada revisi

order, pada pasien yang masuk secara bersamaan dengan

penyakit yang sama, pada kasus yang penyakitnya sama,

suasana sedang kusut atau adanya pindahan pasien dari ruang

yang satu ke ruang lainnya.


b. Tepat obat
Untuk menjamin obat yang diberikan benar, label atau etiket

harus dibaca dengan teliti setiap akan memberikan obat. Label

atau etiket yang perlu diteliti antara lain, nama obat, sediaan,

konsentrasi, dan cara pemberian serta expired date.


c. Tepat waktu
Pemberian obat berulang lebih berpotensi menimbulkan

pemberian obat tidak tepat waktu.


d. Tepat dosis
Dosis yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan terapi

atau timbul efek berbahaya. Kesalahan dosis sering terjadi pada

pasien anak-anak, lansia, atau pada orang obesitas. Pada pasien-

pasien tersebut, paramedik harus mengerti cara mengkonversi

dosis dari orang dewasa normal. Kesalahan dosis juga dapat

terjadi karena salah dalam menulis atau membaca resep.


e. Tepat rute
Jalur atau rute pemberian obat adalah jalur obat masuk

kedalam tubuh. Jalur pemberian yang salah dapat berakibat fatal

atau minimal obat yang diberikan tidak efektif.


f. Tepat dokumentasi
19

Aspek dokumentasi sangat penting dalam pemberian obat karena

sebagai sarana untuk evaluasi. Menurut beberapa ahli,

dokumentasi merupakan bagian dari pemberian obat yang

rasional. Dokumentasi pemberian obat yang harus dikerjakan

meliputi nama obat, dosis, jalur pemberian, tempat pemberian,

alasan kenapa obat diberikan, dan tanda tangan yang

memberikan(depkes.,1992)

D. Uraian Umum Tentang Rumah Sakit Universitas Hasanuddin

Rumah Sakit UNHAS atau Hasanuddin University Hospital

(HUH) berlokasi di Jalan Perintis Kemerdekaan KM. 10 Kampus

Tamalanrea Makassar dan diresmikan pada tanggal 15 Februari 2010

di Makassar oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. M.

Nuh. Rumah Sakit Universitas Hasanuddin didirikan berdampingan

dengan RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo bertujuan untuk efesiensi

penggunaan sarana dan efediensi pemanfaatan sumber daya

manusia (SDM) sehingga dapat dikembangkan konsep saling

menguatkan dalam mengintegrasikan program pendidikan, penelitian

dan pemeliharaan kesehatan dengan RSUP Dr. Wahidin

Sudirohusodo.

Selain diatas, lokasi yang berdekatan ini juga dalam rangka

perkembangan wilayah Kampus UNHAS Tamalanrea akan

dikembangkan menjadi Academic Health Centre di Indonesia bagian

Timur.
20

Pelayanan yang disediakan terdiri dari pelayanan spesialistik

dan sub spesialis yang terpadu dalam centre dan multidisiplin yang

dimulai dari deteksi dini dengan menggunakan teknologi canggih

seperti Eye Centre, Trauma Centre, Cancer Centre, FER (Fertility

Endocrine Reproductive Centre atau Bayi Tabung), Neurointervention

centre (early treatment of brain damage) dan Centre for Promotion

and Prevention.

1. Visi,Misi, Tujuan dan Motto Rumah Sakit Universitas Hasanuddin


a. Visi

Menjadi pelopor terpercaya dalam memadukan pendidikan,

penelitian, dan pemeliharaan kesehatan yang bertaraf

internasional.

b. Misi
1)Menciptakan tenaga professional yang berstandar

internasional dalam pendidikan, penelitian dan

pemeliharaan kesehatan.
2)Menciptakan lingkungan akademik yang optimal untuk

mendukung pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan

kesehatan
3) Mempelopori inovasi pemeliharaan kesehatan melalui

penelitian yang unggul dan perbaikan mutu pelayanan

berkesinambungan
4)Memberikan pemeliharaan kesehatan secara terpadu dengan

pendidikan, penelitian yang berstandar internasional tanpa

melupakan fungsi sosial.


21

5) Mengembangkan jejaring dengan institusi lain baik regional

maupun internasional.
c. Tujuan
1) Terciptanya Sumber Daya Manusia handal yang tulus dalam

mengintegrasikan pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan

kesehatan.
2) Terwujudnya upaya pemeliharaan kesehatan paripurna yang

menyeluruh terintegrasi dan berkesinambungan.


3) Terciptanya suasana akademik yang mendukung

pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan kesehatan yang

bermutu dan aman.


4) Terbinanya tim kerjasama professional yang solid dengan

perbaikan mutu kinerja berkesinambungan.


5) Terselenggaranya jejaring rumah sakit yang mengemban

tugas pendidikan, penelitian, dan pemeliharaan kesehatan.

d. Motto

Tulus melayani, berarti semua pihak yang bekerja dalam

lingkup rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan

tanpa mengutamakan mengharapkan imbalan jasa dari pasien

dan tidak diskriminasi (RS Unhas, 2012)

e. Struktur organisasi IFRS

Direktur Pelayanan Penunjang & Kerjasama


DR.dr. Syafri K. Arif, Sp.An, KIC, KAKV

. Bidang Pelayanan Penunjang & Sarana Medik Ka. Instalasi Farmasi Ka. Bidang Pemasaran & Kerjasama
Dr. A. Dwi Bahagia Febriani, Sp.A, Ph.D Jannatul Mawa, S.Si, Apt Dra. Rahmawati Syukur, M.Si, Apt

Staf Administrasi

22

Koordinator Pengelolaan Perbekalan Farmasi Koordinator Bidang Pendidikan, Penelitian & Manaje
Koordinator Pelayanan Farmasi Klinik
Faried Maruf, S.Si, Apt Sri Wahyuni Nurdin, S.Si, Apt ..

PJ. Bagian Perencanaan PJ. Apotek & Depo Farmasi


PJ. Bagian Penerimaan, Produksi & Penyimpanan
Faried Maruf, S.Si, Apt Irma Wulandari, S.Farm, Apt

Apotek
- Gedung A
- Gedung EF Lantai Dasar (Umum
& IRD)
- Gedung EF Lantai 1(Askes
& Poli Umum)
Depo Farmasi
- Lantai 2 (OK, ICU & HCU)
- Lantai 3

E. Uraian Formularium
1. Definisi Formularium Rumah Sakit
Formularium adalah himpunan obat yang diterima/ disetujui

oleh Panitia farmasi dan Terapi untuk digunakan di RS pada batas

waktu tertentu. Formularium adalah dokumen yang selalu

diperbaharui secara terus menerus, yang berisi sediaan-sediaan

obat yang terpilih dan informasi tambahan penting lainnya yang

merefleksikan pertimbangan klinik mutakhir staf medik rumah sakit.

Formularium rumah sakit merupakan penerapan konsep obat

esensial di rumah sakit yang berisi daftar obat dan informasi

penggunaannya. Obat yang termasuk dalam daftar formularium

merupakan obat pilihan utama (drug of choice) dan obat-obat

alternatifnya. Dasar-dasar pemilihan obat-obat alternative tetap

harus mengindahkan prinsip manajemen dan criteria mayor yaitu


23

berdasarkan pada : pola penyakit yang berkembang didaerah

tersebut, efficacy, efektivitas, keamanan, kualitas, biaya, dan dapat

dikelola oleh sumber daya dan keuangan rumah sakit (Anonim 2002)

Seleksi obat yang tepat melalui sistem formularium rumah

sakit, banyak keuntungan yang didapat antara lain meningkatkan

mutu terapi obat, dan menurunkan kejadian efek samping obat.

Formularium juga meningkatkan efisiensi pengadaan, pengelolaan

obat serta meningkatkan efisiensi pengadaan, pengelolaan obat

serta meningkatkan efisiensi dalam manajemen persediaan,

sehingga pada akhirnya akan menurunkan biaya pelayanan

kesehatan secara keseluruhan (Anonim, 2002)

2. Format Formularium
Format formularium harus menarik, mudah dibaca,

berpenampilan bersih dan profesional, dengan tata bahasa yang

baik. Umumnya terdiri atas:

a. Judul

b. Nama dan gelar KFT

c. Daftar isi

d. Informasi tentang prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang obat

e. Sediaan yang diterima di rumah sakit mencakup daftar obat yang

ditambah atau ditiadakan sejak edisi terakhir.


24

Buku formularium harus didistribusikan dan disosialisasikan

kepada semua staf medik rumah sakit, termasuk pimpinan rumah

sakit, komite rumah sakit. Komposisi Formularium : Halaman judul,

Daftar anggota PFT, Daftar isi, Informasi tentang kebijakan &

prosedur, Produk yang diterima, lampiran.

3. Isi Formularium
a. Informasi umum prosedur dan kebijakan rumah sakit tentang

obat yang meliputi :

1. Prosedur dan kebijakan formularium termasuk penggunaan

obat dan prosedur untuk menambah obat baru dalam

formularium.

2. Uraian singkat tentang tim farmasi dan terapi termasuk

anggota-anggotanya, tanggung jawab dan kegiatannya.

3. Peraturan rumah sakit tentang penulisan resep, peracikan dan

pemberian obat mencakup penulisan order obat, singkatan,

prosedur dan kebijakan tentang kesetaraan generik dan

terapetik, penghentian obat secara otomatis, order obat

secara lisan, penggunaan obat sendiri oleh penderita, obat

sendiri yang dibawa sendiri dari rumah, dan lain sebagainya.

4. Prosedur pelayanan kefarmasian, misalnya jam kerja IFRS

(Instalasi Farmasi Rumah Sakit), kebijakan pemberian obat

untuk penderita rawat jalan, kebijakan harga obat, prosedur

distribusi, obat untuk rawat inap dan lain-lain.


25

b. Daftar Sediaan Obat


Daftar sediaan obat dipilih oleh staf medik dan Instalasi Farmasi

Rumah Sakit. Daftar obat yang dimasukkan ke dalam

formularium dapat disusun berdasarkan abjad, menurut nama-

nama generik obat, penggolongan terapi atau kombinasi

keduanya.

Informasi pada tiap-tiap obat meliputi nama, generik obat dan zat

aktif utamanya (nama umum maupun nama dagang), cara

penggunaan obat, bentuk sediaan, kekuatan, kemasan, dan

ukuran jumlah dalam kemasan, formulasi sediaan jika

diperlukan. Informasi tambahan, meliputi rentang dosis bagi

dewasa atau anak-anak, informasi biaya.

c. Informasi Khusus
Meliputi daftar produk nutrisi, tabel kesetaraan dosis dari obat-

obat yang mirip dengan obat kortikosteroid, formula nutrisi

parenteral baku, pedoman perhitungan dosis bagi anak-anak,

komposisi, tabel kandungan natrium dari sediaan obat, daftar

sediaan obat bebas gula, isi kotak obat darurat, informasi

pemantauan dan penetapan kadar secara farmakokinetik,

formulir untuk permintaan obat nonformularium, formulir

pelaporan reaksi obat merugikan, tabel interaksi obat, informasi

pengendalian keracunan, pembawa baku atau pengencer untuk

injeksi, komposisi elektrolit untuk sediaan parenteral volume

besar.
26

4. Pedoman Penggunaan Formularium

Pedoman penggunaan formularium meliputi

a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin

ilmu dengan Panitia Farmasi dan Terapi dalam menentukan

kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup.

Staf medis harus mendukung sistem formularium yang diusulkan

oleh Panitia Farmasi dan Terapi.

b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku

dengan kebutuhan tiap-tiap institusi.

c. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur

yang ditulis oleh Panitia Farmasi dan Terapi untuk menguasai

sistem formularium yang dikembangkan oleh Panitia Farmasi

dan Terapi.

d. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama

generik.

e. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia

di Instalasi Farmasi.

f. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik

yang efek terapinya sama, seperti :


27

1. Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat

generik yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai

produk asli yang diminta.

2. Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu

harus didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi.

3. Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan

sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi

yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosa dan

mengobati pasien.

5. Prinsip Penerapan Formularium


Formularium harus direvisi secara periodic sehingga dapat

merefleksikan penilaian terkini para staf medic. Penerapan

formularim harus mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :

a. Obat harus diseleksi atas dasar kebutuhan komunitas dan obat-

obatan tersebut harus dapat mengatasi pola penyakit dan kondisi

daerah tersebut.

b. Obat yang dipilih adalah drug of choice

c. Daftar formularium harus memiliki jumlah oabat yang terbatas.

Hanya obat-obatan yang diperlukan yang dapat disediakan di


28

rumah sakit. Duplikasi obat dengan khasiat terapetik sama tidak

boleh terjadi.

d. Penggunaan produk obat kombinasi hanya untuk kasus tertentu,

misalnya TB.

e. Obat-obat yang tidak cukup bukti tentang khasiat, keamanan dan

kualitas, serta tidak cost effective perlu dievaluasi dan dihapus

bila telah ada alternative obat yang lebih dapat diterima.

Formularium merupakan sarana yang digunakan oleh dokter dalam

pola pengobatan, oleh karena itu formularium harus lengkap,

ringkas dan mudah digunakan. Formularium sangat diperlukan di

rumah sakit karena dapat digunakan sebagai dasar pedoman

perencanaan obat bagi manajemen dan sebagai sebagai pedoman

perencanaan obat bagi dokter dalam melakukan peresepan di

rumah sakit (Anonim, 2002). Prinsip pengelolaan sistem

formularium terdiri atas tiga bagian yaitu :

a. Evaluasi Penggunaan Obat, adalah suatu proses yang

dilaksanakan terus-menerus dan terstruktur yang diakui oleh

rumah sakit dan ditujukan untuk menjamin bahwa obat

digunakan secara tepat, aman dan efektif.

b. Pemeliharaan Formularium

1. Pengkajian golongan terapi obat. Pengkajian ulang dilakukan

setiap tahun oleh Tim Farmasi dan Terapi, bertujuan agar


29

formularium dapat memberikan informasi yang selalu

mutakhir. Kriteria pengkajian meliputi kemanfaatan, toksisitas,

perbedaan harga dari antara golongan obat yang sama,

laporan reaksi obat yang merugikan, informasi baru tentang

suatu obat dari penelitian atau pustaka medik mutakhir, dan

penghapusan golongan obat. Hasil pengkajian golongan terapi

obat dapat menjadi masukan bagi pengembangan kriteria

penggunaan obat baru, dan perubahan formularium.

2. Penambahan atau penghapusan monografi obat formularium,

yang disampaikan oleh apoteker atau dokter dalam bentuk

formulir permohonan perubahan formularium, disertai laporan

evaluasi obat, dan data mengenai pengaruh obat yang

diusulkan terhadap mutu dan biaya perawatan penderita.

3. Penggunaan obat nonformularium untuk penderita khusus.

Kebijakan dan prosedur penggunaan obat-obat

nonformularium perlu ditetapkan oleh Tim Farmasi dan Terapi

dan perlu pengkajian tentang kecenderungan penggunaan

obat nonformularium di rumah sakit, yang akan

mempengaruhi keputusan penambahan atau penghapusan

obat formularium.

c. Seleksi sediaan obat, mencakup konsep kesetaraan terapi yang

terdiri dari subsitusi generik dan pertukaran terapi. Subsitusi


30

generik adalah obat yang mengandung zat aktif sama dan

mempunyai bentuk, konsentrasi, kekuatan dan rute pemberian

yang sama, tetapi dapat menghasilkan respon farmakologi yang

berbeda, sedangkan pertukaran terapi adalah obat-obat dengan

kandungan zat aktif berbeda tetapi dapat menghasilkan respon

farmakologi yang sama.

6. Evaluasi Obat Untuk Formularium


Evaluasi obat untuk formularium terdiri atas nama generik, nama

dagang, sumber pemasok obat, penggolongan farmakologi, indikasi

terapi, bentuk sediaan, daya ketersediaan hayati, dan data

farmakokinetik, rentang dosis dari berbagai rute pemberian, efek

samping dan toksisitas, perhatian khusus, keuntungan dan

kerugian, serta rekomendasi.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dapat diberikan

rekomendasi tentang obat dengan kategori sebagai berikut :

a. Kategori tidak dikendalikan, yaitu obat yang dapat digunakan

oleh semua staf medik.

b. Kategori dipantau, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua

staf medik, tetapi penggunaanya dipantau oleh IFRS.

c. Kategori terbatas, yaitu obat yang dapat digunakan oleh staf-staf

medik tertentu atau oleh departemen tertentu.


31

d. Kategori bersyarat, yaitu obat yang dapat digunakan oleh semua

staf medik pada periode tertentu.

e. Ketegori dihapus, yaitu obat yang dihapus dari formularium yang

ada.

7. Keuntungan Memakai Sistem Formularium


Sistem formularium yang dikelola dengan baik memberikan tiga

keuntungan bagi rumah sakit, antara lain :

a. Merupakan pendidikan terapi obat yang tepat bagi staf medik.

b. Memberikan manfaat dalam pengurangan biaya dengan sistem

pembelian dan pengendalian persediaan yang efisien.

c. Pembatasan jumlah obat dan produk obat yang secara teratur

tersedia di apotek akan memberikan keuntungan bagi

pelayanan penderita dan keuntungan secara ekonomi

d. Membantu menyakinkan mutu dan ketepatan penggunaan obat

dalam rumah sakit.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional

deskriptif yaitu berdasarkan pada data pasien hepatitis yang sudah


32

ada sebelumnya di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan

UNHAS Makassar.
B. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Pendidikan UNHAS

Makassar pada bulan November 2013.


C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien

hepatitis di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum Rumah Sakit

Pendidikan UNHAS Makassar periode Juni November 2013.

sedangkan sampel penelitian ini adalah catatan rekam medik pasien

hepatitis yang mengunakan obat hepatitis pada instalasi rawat inap

Rumah Sakit Pendidikan UNHAS pada bulan Juni November 2013

yang berjumlah 15 orang.


D. Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu dengan

mengumpulkan data pengobatan pasien hepatitis, kemudian di catat

tentang kesesuaian dengan formularium rumah sakit pendidikan

UNHAS Makassar 2013 -2014.

E. Analisis Data
Teknik analisa data dalam penelitian ini adalah pengolahan data
33

secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk uraian dan tabel.


33

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Hepatitis

Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar

menggunakan 15 sampel pasien hepatitis yang semuanya didapatkan

dalam resep menerima obat-obat hepatitis periode Juni-November

2013.

Tabel 1. Data penulisan resep obat untuk pasien rawat inap yang
ditulis oleh dokter di Rumah Sakit Pendidikan UNHAS
Makassar Juni November 2013

Jumlah Resep
Resep obat hepatitis
yang ditulis
Periode Bulan
oleh dokter Jumlah %
Juni 2013

sampai 548 13
2,37%
November

2013
Sumber Data : Badan pengelola RS Pendidikan UNHAS
Makassar
34

Dari 13 pasien yang berhasil didata, didapatkan distribusi jenis

kelamin pasien hepatitis yang menerima obat-obat hepatitis seperti

pada tabel berikut.

35
Tabel 1. Distribusi pasien hepatitis rawat inap berdasarkan jenis
kelamin periode Juni November 2013

Jenis kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 8 61,5

Perempuan 5 38,5

Jumlah 13 100

Distribusi peresepan obat hepatitis berdasarkan jenis kelamin,

dapat diketahui jenis kelamin laki-laki sebesar 61,5% (8 orang),

sedangkan jenis kelamin perempuan 38,5% (5 orang).

Tabel 3. Distribusi jenis obat yang diresepkan pada penderita hepatitis


periode Juni November 2013.

Formularium
No Jenis obat Dosis Aturan pakai keterangan
RS
Asering 500 ml 20 tpm + Lar.elektrolit
Hp-pro 7,5 mg 2x1 + Hepatoprotektor
Cefotaxim 1g 1 g/12 jam/iv + Antibiotik
Apazol 0,5 mg 1x1 + Psikofarmaka
Dexaflox 400 mg 1x1 - Antibiotik
Urdafalk 250 mg 1x1 + Hepatoprotektor
Albumin 20%/100 ml 1xsehari/iv + Subtituen plasma
Comafusin 500 ml 500 ml/24 jam + Lar.nutrisi
hepar
Gastrofer 40 mg/vial 40 mg/24 jam + Tukak peptik
Hepatosol 185 g 3x1 gelas + Makanan diet
lola
35

Urdafalk 250 mg 2x1 + Hepatoprotektor


Brm 2x1 - Hepatoprotektor
Metronidaz 500 500 mg/24jm/iv + Antibiotik
ole mg/100m
l
Carpiaton 100 mg 1x1 + Diuretik
Urdafalk 250 mg 1x1 + Hepatoprotektor
Cefotaxim 1g 1 g/12 jam/iv + Antobiotik
Hp-pro 7,5 mg 3x1 + Hepatoprotektor
Acyclovir 400 mg 5x2 + Anti viral
Ceftriaxon 1g 1 g/24 jam/iv + Antibiotik
Renxamin 9%x200 ml 1 botol/24 jam + Lar.nutrisi
Paracetamol 500 mg 3x1 + Analgesik
Ranitidin 50 mg/2 ml 2 ml/12 jam + Tukak peptik
Metronidaz 500mg/100 500 mg/12 jam + Antibiotik
ol ml
Sistenol 500mg+200 3x1 + Antialergi/antihista
mg m
Comafusin 500 ml 500 ml/24 jam + Lar.nutrisi
hepar
Hepatosol 185 g 2x1 gelas + Makanan diet
lola
Albumin 20%/100 ml 1xsehari /iv + Subtituen plasma
Ceftriaxon 1g 1 g/24jam/iv + Antibiotik
Inpepsa 500 mg/5 ml 3x1 c + Tukak peptik
Metronidaz 500 500mg/12 jam + Antibiotik
ole mg/100m
l
Maxiliv 1x1 - Hepatoprotektor
Spironolact 100 mg 2x1 + Antihipertensi
on
Urdafalk 250 mg 1x1 + Hepatoprotektor
Albumin 20%/100ml 1xsehari/iv + Subtituen plasma

Comafusin 500 ml 500 ml/24 jam + Lar.nutrisi


hepar
Brm 2x1 -
Spironolact 100 mg 2x1 + Antihipetensi
10
on
Hp-pro 7,5 mg 2x1 + Hepatoprotektor
Imboost 250 mg+10 1x1 + Vitamin
11 force mg
Interhistin 50 mg 2x1 + Anti alergi
Gastrofer 40 mg/vial 40 mg/24jam + Tukak peptik
Hp-pro 7,5 mg 2x1 + Hepatoprotektor
Ranitidin 50 mg/2 ml 2 ml/12 jam + Tukak peptik
36

Paracetamo 500 mg 3x1 + Analgesik


12 l
Sotatic 5mg/ml 1 amp/12 jam + Anti emetik
Comafusin 500 ml 500 ml/24 jam + Lar.nutrisi
hepar
Albumin 20%/100 ml 1xsehari /iv + Subtituen plasma
Hepatosol 185 g 3x1 gelas + Makanan diet
13
lola u/hati
Cefotaxim 1g 1 g/12 jam/iv + Antibiotik
Keterangan : + = Sesuai Formularium

- = tidak sesuai formularium

B. Pembahasan

Seiring berkembangnya penelitian mengenai obat-obatan, saat

ini banyak jenis obat yang tersedia di pasaran. Hal ini terkadang

membingungkan para dokter yang ingin menggunakannya. Selain itu,

dengan adanya tekanan promosi yang sangat gencar dari pabrik farmasi

akan memicu pemakaian obat yang menjurus ke arah

ketidakrasionalan.

Hingga kini belum ada kesepakatan antara dokter dan dokter,

maupun rumah sakit dengan rumah sakit mengenai penggunaan obat

secara rasional. Padahal, untuk mendapatkan hasil optimal yang

aman, efektif, dan efsisien dari terapi obat khususnya obat

hiperlipidemik diperlukan suatu persepsi yang sama mengenai

penggunaannya untuk meminimalisasi efek samping bagi pasien. Komite

medis dari tiap rumah sakit harus memiliki pedoman penggunaan obat dan

rutin melakukan audit


37

Salah satu jenis obat yang dapat menimbulkan masalah serius

dalam pelayanan kesehatan baik di rumah sakit maupun di

masyarakat bila tidak diperhatikan kerasionalan dan ketepatan

penggunaan adalah obat hepatitis. Penggunaan obat hepatitis yang

rasional dapat menentukan secara langsung kualitas terapi dan

bertujuan menghasilkan pengobatan yang aman, efektif, dan dengan

efek samping yang minimal bagi pasien serta biaya pengobatan yang

sekecil-kecilnya (Siregar, 2005).

Dalam penelitian ini dilakukan penelitian rasionalitas

penggunaan obat hepatitis pada pasien rawat inap di Rumah Sakit

Pendidikan Unhas Makassar. Analisa penggunaan obat tersebut

mengacu terhadap buku formularium rumah sakit. Data penelitian

dikumpulkan melalui catatan rekam medik pasien dan lembar resep.

Jumlah pasien yang diambil sebagai sampel sebanyak 13 orang. Dari

data pada tabel 1 menunjukkan bahwa penggunaan obat hepatitis

2,37% (13 resep) dari total resep selama peride Januari-Maret 2013

sebanyak 548 resep. Sedangkan pasien yang menerima obat hepatitis

berdasarkan jenis kelamin, dapat diketahui jenis kelamin laki-laki

sebesar 61,5% (8 orang), sedangkan jenis kelamin perempuan 8,5%

(5 orang). Ini menunjukkan bahwa penderita hepatitis di Rumah Sakit

pendidikan Unhas Makassar cukup bervariasi baik laki-laki maupun

perempuan.
38

Strategi pembuatan Formularium RS melibatkan para Profeional

kesehatan dengan dasar menjamin kesediaan obat yang berkualitas

dengan harga yang terjangkau, secara efektif dan efisien serta tepat

guna. Demikian pula untuk sosialisasi dan evaluasi kualitas

Formularium dilakukan pertemuan rutin bulanan. Jika dilihat data tabel

3, terlihat bila rata - rata peresepan secara penuh berdasarkan

Formularium ternyata sangat tinggi, sedangkan yang tidak

berdasarkan Formularium ada 3 jenis obat yaitu Dexaflox, Brm, dan

maxiliv caps. ini berarti kepatuhan dokter dalam menulis resep sudah

sesuai dengan formularium rumah sakit yang ditetapkan oleh Komite

Farmasi dan Terapi pada Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar.

Berdasar 13 catatan medik yang diambil pada periode Juni 2013-

November 2013, didapatkan distribusi jenis obat Hepatitis yang sering

digunakan di Rumah Sakit Pendidikan Unhas Makassar, diketahui

diketahui Urdafalk tablet, Hp-Pro, Albumin, Comafusin hepar, dan

antibiotik golongan Sefalosporin. Pemberian obat ini pada umumnya

sudah sesuai dengan buku pedoman di rumah sakit di mana

berdasarkan data penelitian pemberian dosis obat-obat tersebut

sudah sesuai buku Formularium Rumah Sakit yang dikeluarkan oleh

Rumah sakit Pendidikan Unhas.


39

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh,

maka dapat disimpulkan bahwa peresepan obat untuk pasien hepatitis

di Rumah Sakit Pendidikan UNHAS secara penuh sudah berdasarkan

Formularium sudah sangat tinggi, tetapi masih ada yang tidak

berpedoman pada formularium seperti obat Dexaflox, Brm, dan

maxiliv cap, telah sesuai atau rasional berdasarkan ketepatan obat,

ketepatan Dosis dan aturan pakai.

B. Saran

Diharapkan dalam pemakaian obat berpedoman pada buku

formularium Rumah Sakit Pendidikan UNHAS 2013-2014, dan

sebaiknya dibuat revisi setiap tahunnya, sehingga para dokter punya

acuan dalam meresepkan obat khususnya pengobatan hepatitis.


40

41
DAFTAR PUSTAKA

Anis,dkk., 2009, Apa Yang Perlu Diketahui Tentang Obat, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta, 3 - 34, 50

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1992, Standar Pelayanan


Rumah Sakit, Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Rumah Sakit
Dan Pendidikan, Jakarta, 54 67.

Djamhuri, A., 1990, Sinopsis Farmakologi Dengan Terapan Khusus di


Klinik dan Perawatan, Hipokrates, Jakarta, 123 129.

Ganiswara, G. S., 2000. Farmakologi dan Terapi ed. IV. Bagian


Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

Jeperson H., 2006, http://www.deherba.com/mengenal lebih dekat tentang


penyakit hepatitis.html, diakses tanggal 3-10-2013

Katzung, B.G. 1995. Basic and Clinical Pharmacology, 3rd edition. California:
LangeMedical Book

Muchtar, A. (1985), Farmakologi Klinik Dan Penggunaan Obat Yang


Rasional, Majalah Farmakologi Indonesia Dan Terapi

Priyanto.,2008.http//priyantoblogspot.com/menggunakan obat tunggal


atau kombinasi. Diakses tanggal 05-10-13

Rumah Sakit Universitas Hasanuddin , 2012,


http://rs.unhas.ac.id.hospital.web.id/ di akses tanggal 2 Oktober
2013
41

Siregar, C.J.P. dan Amalia, L. 2005. Farmasi Rumah Sakit Teori dan
Penerapan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta : 8.

Sinonim.,2011.http://openmind-definiteinsparition.blogspot / peresepan
rasional dan penulisan resep.html, diakses tanggal 5 oktober
2013

Sulaiman, A., 2009,http://klinikhati-profalisulaiman.com/hepatitis.htm,


diakses tanggal 03 oktober 2013

Tjay, T. H., dkk, 2002, Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-
Efek Sampingnya, Edisi IV, PT. Elex Media Komputindo Kelompok
Gramedia, Jakart

Surat Pengantar Dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia Timur


Makassar

Rumah Sakit Pendidikan UNHAS Makassar

Bagian Rekam Medik

Pengambilan Data Status Rekam Medik Pasien hepatitis

Pengolahan Data

Analisis Data

Penyajian Data

Hasil Dan Pembahasan

Kesimpulan Dan Saran


42

Gambar 1. Skema Kerja Studi Penggunaan Obat Pada Pasien Hepatitis Di


Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Pendidikan UNHAS.

Anda mungkin juga menyukai