Anda di halaman 1dari 3

Analisis SWOT Kebijakan Energi Ketenagalistrikan

1. Kekuatan

Beberapa hal yang menjadi keunggulan dan mendukung kekuatan dari Kebijakan energi
ketenagalistrikan Indonesia antara lain :

Adanya kekuatan hukum dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009


tentang Ketenagalistrikan, Perpres Nomor 45 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga Atas
Perpres Nomor 71 Tahun 2006 tentang Penugasan Kepada PLN (Persero) Untuk Melakukan
Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Batubara, memberikan kekuatan
yuridis dalam pengelolaan ketenagalistrikan nasional.

Banyaknya sumber energi alternatif di Indonesia yang ramah lingkungan seperti Energi
Panas Bumi, Biomassa, Biogas, Biofuel, Gelombang Laut, Angin dan Matahari, juga
memberikan kekuatan dan menjadi modal yang besar bagi ketenagalistrikan di Indonesia.

Kebijakan penyediaan ketenagalistrikan dengan melibatkan swasta menyebabkan


adanya faktor pendorong ketersediaan energi listrik yang lebih memadai.

Tabel 3.3 Potensi sumber energi nasional yang bisa digunakan untuk ketenagalistrikan

1. Kelemahan

Beberapa kelemahan dari kebijakan energi ketenagalistrikan nasional adalah sebagai berikut
:

Kebijakan yang dibuat masih belum menyentuh terhadap aspek pemerataan pemakaian
dan penggunaan energi listrik. Hal ini bisa juga disebabkan karena luasnya wilayah
Indonesia dan berbentuk kepulauan sehingga banyak hambatan dari segi geografis.

Arah kebijakan yang masih mengandalkan sumber energi minyak bumi sebagai bahan
bakar pembangkit listrik menyebabkan pemanfaatan energi alternatif panas bumi yang
mempunyai potensi sangat besar berjalan tersendat.

Kebijakan subsidi yang tidak tepat menyebabkan adanya pembengkakan biaya atau
anggaran belanja nasional.

Ketergantungan terhadap penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak bumi yang tidak
terbaharukan.

1. Kesempatan/Opportunity

Kesempatan atau opprtunity yang terdapat dengan adanya kebijakan energi


ketenagalistrikan adalah :
Kebijakan penyediaan ketenagalistrikan dengan melibatkan swasta menyebabkan
adanya faktor pendorong ketersediaan energi listrik yang lebih memadai.

Kebijakan yang dibuat memberikan kesempatan penggalian sumber energi alternatif


yang lebih menguntungkan dan ramah lingkungan.

Memberikan ketersediaan lapangan pekerjaan dalam sektor energi ketenagalistrikan di


seluruh wilayah Indonesia sehingga menyebabkan adanya peningkatan perekonomian
masyarakat.

Dengan manajemen yang jelas, akuntable, dan transparan memberikan harapan besar
untuk tercapainya keamanan dan kemandirian energi nasional.

1. Tantangan/Ancaman

Tantangan dan ancaman yang dihadapi adalah :

Kebijakan subsidi yang tidak tepat menyebabkan membengkaknya APBN dalam


pembiayaan sehingga terjadi pemborosan.

Penyediaan jasa ketenagalistrikan berpotensi menimbulkan adanya persaingan bisnis


yang tidak sehat.

Adanya konflik horizontal dalam masyarakat terkait kebijakan adanya subsidi listrik atau
kenaikan tarif dasar listrik.

Adanya ketergantungan terhadap bahan bakar fosil

Belum terbentuknya kebijakan energi dan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) tiap
daerah yang diatur dalam peraturan daerah masing-masing dengan melihat potensi sumber
daya alam yang dimiliki.

Dengan kebijakan pengusahaan ketenagalistrikan yang melibatkan swasta asing


berpotensi adanya ketergantungan kepada pihak asing sehingga kemandirian dan keamanan
energi susah untuk dicapai.

Kebijakan penggunaan energi primer untuk ketenagalistrikan berpotensi menimbulkan


eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan lindungan lingkungan sehingga terjadi
kerusakan lingkungan yang lebih besar.

Dari analisis SWOT tersebut memperlihatkan bahwa kebijakan energi ketenagalistrikan yang
telah dibuat oleh pemerintah masih memiliki beberapa hal yang harus diperbaiki dan
diperhatikan untuk keamanan dan kemandirian energi sesuai dengan tujuan kebijakan
energi nasional itu sendiri.

Strategi Pengelolaan Ketenagalistrikan di Indonesia


Beberapa strategi yang bisa dilakukan untuk menuju keamanan dan kemandirian energi
adalah sebagai berikut :

Pengusahaan ketenagalistrikan tetap dilakukan oleh negara dan kalaupun dilakukan oleh
pihak swasta harus dengan kontrol penuh sesuai peraturan yang berlaku.

Penambahan kapasitas ketenagalistrikan dengan pembangunan pembangkit listrik lebih


ditekankan pada sumber energi gas dan panas bumi. Kalaupun masih menggunakan bahan
bakar fosil harus dilakukan dengan cara konservasi energi.

Penentuan tarif dasar listrik dilakukan dengan sistem subsidi silang dan memperhatikan
keekonomian masyarakat dan kemampuan masyarakat di tiap daerah. Artinya penentuan
tarif dasar listrik tersebut bisa tidak sama sesuai dengan kemampuan masyarakat di daerah
masing-masing.

Program konservasi dan konversi energi lebih dititikberatkan arahnya pada penggunaan
Energi Baru dan Terbarukan (EBT)

Anda mungkin juga menyukai