Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PEMBAHASAN
c. Jadwal Produksi
Jadwal produksi merupakan jadwal produksi yang menyajikan rencana
menyeluruh dan lebih detail dengan merinci rencana produksi masing-masing
produk akhir. Fungsi dari jadwal produksi ini adalah sebagai berikut :
1. Menerjemahkan dan merinci rencana-rencana agregat menjadi produk
akhir tertentu (spesifik)
2. Mengvaluasi skedul-skedul alternative
3. Merinci dan menentukan kebutuhan material
4. Merinci dan menentukan kebutuhan kapasitas
5. Memudahkan proses informasi
6. Menjaga validitas prioritas
7. Menggunakan kapasitas secara efektif
f. Follow Up
Follow up adalah kegiatan tindak lanjut pengawasan produksi dalam
bentuk monitoring/pengecekan secara terus-menerus terhadap proses pengerjaan
order produksi maupun pembelian komponen agar sesuai dengan jadwal produksi.
Akibat beberapa faktor tersebut maka produksi bisa memakan waktu lebih
lama lagi, sehingga solusi yang bisa diberikan adalah:
a. memperpanjang sedikit waktu produksi dari waktu cepat atau normal
produksi. Sehingga tidak mengecewakan konsumen akan pemesanan boiler
tersebut.
b. Melakukan pengecekan berkala terhadap mesin-mesin produksi
c. Menyimpan material untuk produksi satu buah boiler di gudang
4.1.3 PRODUCTION
Mesin dan Peralatan
Area Produksi terbagi atas 4 Workshop,yaitu :
1. Workshop I meliputi Bending, Welding
2. Workshop II meliputi Welding dan Sweging
3. Workshop III meliputi Drilling,Welding dan Bending
4. Workshop IV meliputi Welding,Bending dan Painting
Pada proses bending pipa di PT. Indonesian Marine masuk ke dalam divisi
Produksi. Dimana pada divisi ini terdapat bagian lagi yaitu
Preparation
1. Marking.
2. Cutting.
3. Machining.
4. Bending.
5. Rolling.
Assembly
Welding
Maintenance
Untuk proses bending sendiri masuk kedalam proses preparation yaitu proses
awal dalam pembuatan boiler. Pembendingan di PT. Indonesian Marine yang
dikerjakan biasanya pembendingan pipa dan pembendingan plat. Untuk
pembendingan pipa pada saat kami Kerja Praktek Pt. Indonesian Marine
mengerjakan proyek dari ALS, dan PT. pertamina persero. Disini saya akan
menjelaskan tentang langkah-langkah pembendingan pipa di PT. Indonesian
Marine:
3. Marking (Penandaan)
Proses marking adalah tahap pemberian tanda garis potong, nomor
identifikasi, jarak lubang baut dan jumlah lubang baut pada bahan baku profil
yang mengacu pada gambar fabrikasi. Pemberian tanda biasanya
mengguinakan pengggores, kapur dan spidol putih permanen. Untuk
penandaan pipa superheater sendiri menggunakan penggores dan
menggunakan spidol putih permanen. Sebelum proses marking pipa akan di
bersihkan terlebuh dahulu dari kotoran yang menempel agar memudahkan
proses marking, juga akan membuat spidol ataupun bahan untuk marking
dapat menempel pada pipa. Untuk proses marking sendiri nanti akan di cek
oleh bagian QC (quality control) apakah marking sudah benar sesuai dengan
drawing atau ada masih ada kesalahan. Untuk marking meliputi :
1. Penamaan material.
2. Penandaan bagian material yang akan dilakukan proses cutting.
3. Penandaan material yang akan dilakukan proses bending.
Alat yang digunakan :
a. Penggaris siku
b. Penggaris besi panjang
c. Penggores
d. Kapur
e. Spidol permanen putih
f. meteran
5. Proses Cuting
Pemotongan adalah tahap pekerjaan pemotongan bahan baku profil
dan pelat baja sesuai dengan tanda potong yang telah ditetapkan pada proses
penandaan. Pemotongan dapat dilakukan dengan beberapa cara namun utuk
pemotongan pipa sendiri menggunakan gerinda besar yang dioperasikan oleh
manusia.
6. Proses Brazing
Proses ini yaitu pembersihan ujung pipa dengan cara di amplas dengan mesin
amplas yang berputar. Tujuan dari proses brazing ini sendiri adalah
Agar ketika assembly atau dilakukan pengelasan dapat menyambung
secara maksimal atau dapat mempermudah proses pengelasan.
Pipa yang dipasang dalam drum yang dialiri fluida tidak akan mudah
berkarat.
Memudahkan pemasangan pada drum.
Gambar 8. Mesin brazing
7. Proses bending
Proses bending adalah proses pembentukan dengan cara
membengkokan ataupenekukan plat atau pipa. Proses bending dilakukan
dengan cara pengerjaan dingin. Atau dapat dikatakan untuk melakukan
deformasi plastis pada suatu material.
Langkah langkah Proses Pembendingan pipa :
a. Melakukan marking, pembuatan layout, cutting, brazing (perlakuan awal
material).
b. Penentuan dies yang akan digunakan. Dalam penentuan dies yang digunakan
untuk superheater mengacu pada gambar yang diterima dari ME.
Gambar 11. Cetakan (dies) mesin bending.
c. Penyetelan mesin bending yang akan digunakan sesui dengan permintaan
pembendingan.
Perhitungan
A
Pipa :
Untuk mencari Z1 (jarak yang akan dibending) :
Diketahui
R= 80
Sudut = 15 drajat
Berapakah Z1 ?
Jawab :
Z1 = 15 x R x
180
= 15 x 80 x 3.14
180
= 20.9 mm
b. Roundness
Roundness atau kebulatan adalah kondisi pada suatu permukaan
dengan penampang berbentuk lingkaran, dimana pada pipa yang sudah
dilakukan pembendingan akan mengakibatkan pipa tidal bulat lagi
juga bisa disebut dengan ovality. Toleransi yang diizinkan untuk
Roundness sesuai dengan ASME adalah 10%.
Perhitungan Roundness
Diketahui :
Spec OD = 50.8 mm
Max OD = 53 mm
Min OD = 48 mm
1. SPRINGBACK
Springback terjadi karena semua benda - benda memiliki modulus tertentu
dari elastisitas, perubahan logam diikuti dengan pemulihan lenting pada
pulihan beban. Dalam pembentukan, pemulihan ini dikenal sebagai
springback., sudut lengkung akhir setelah diberi kekuatan
tekanan/pembentukan lebih kecil dan radius lengkung akhir lebih besar dari
yang sebelumnya.
Sudut lengkung yang dihasilkan menjadi lebih besar setelah pembentukan
dilakukan. Kegagalan springback negatif dapat berupa kembalinya bentuk
benda menuju ke bentuk semula.
2. SOBEK
Kegagalan ini disebabkan karena keelastisan benda yang kurang atau pada
saat pembentukan terjadi tumbukan yang terlalu besar sehingga benda yang
dibentuk menerima tekanan lebih yang menyebabkan sobek. Umumnya sobek
terjadi pada pengerjaan yang menggunakan benda plat atau piringan.
3. PATAH
Salah satu kegagalan dalam proses pembendingan yaitu patah. Penyebab
patah antara lain terlalu kerasnya benda yang dibentuk. Benda yang didorong
atau ditekan dalam cetakan tidak memiliki elastisitas yang cukup, sehingga
tekanan yang dilakukan bukan membentuk tapi mematahkan. Sebab lain yaitu
berulang kalinya penekukan yang dilakukan pada benda di titik tekukan yang
sama. Tekukan berulang kali yang diberikan tidak dapat diterima oleh logam
yang dibentuk, sehingga terjadilah patahan, bahkan untuk logam yang
termasuk elastis, gagal patah bisa terjadi .