Anda di halaman 1dari 4

Indonesia sebagai negara kesatuan pada dasarnya dapat

mengandung potensi kerawanan akibat keanekaragaman suku bangsa,


bahasa, agama, ras dan etnis golongan, hal tersebut merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik sosial. Dengan
semakin marak dan meluasnya konflik akhir-akhir ini, merupakan suatu
pertanda menurunnya rasa nasionalisme di dalam masyarakat.

Kondisi seperti ini dapat terlihat dengan meningkatnya konflik yang


bernuasa SARA, serta munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan
diri dari NKRI akibat dari ketidak puasan dan perbedaan kepentingan,
apabila kondisi ini tidak dimanage dengan baik akhirnya akan berdampak
pada disintegrasi bangsa.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa gerakan separasi yang tejadi di Aceh
dikenal dengan istilah Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang didirikan pada tahun 1976.
Tujuan dari didirikannya GAM tersebut adalah agar Aceh dapat lepas dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia dan membuat negara sendiri bernama Nangroe Aceh Darussalam (Sari
2011). Latar belakang dari ingin lepasnya Aceh dari Indonesia adalah adanya rasa ketidak
adilan akibat penyelenggaraan negara Indonesia yang mayoritas berada pada tangan orang
Jawa. Kemudian, kelompok intelektual tersebut berasumsi bahwa terjadi kolonialisasi Jawa
atas masyarakat dan kekayaan alam di Aceh (Sari 2011). Gagasan anti Jawa tersebut
dikemukakan oleh Hasan Tiro. Selain itu, gerakan separatisme Aceh ini semakin diperkuat
dengan dukungan para Darul Islam (DI). Dimana Darul Islam tersebut belum secara tuntas
diberantas pada era Orde Lama. Para Anggota Darul Islam berasumsi bahwa dengan
dukungan yang mereka berikan pada Aceh akan membantu pencapaian kemerdekaan Aceh.
Namun tidak hanya mendapat dukungan dari dalam negeri saja, Gerakan Aceh Merdeka juga
mendapat dukungan dari Malaysia dan Thailand (Wadhani 2004). Dimana Malaysia dan
Thailand memberi bantuan dana pada GAM tersebut. Selain itu, akhir akhir ini berhembus
kabar bahwa Thailandlah yang menyokong persenjataan GAM. Dimana senjata tersebut
berasal dari senjata curian kelompok bersenjata Thailand yang kemudian dijual pada GAM
(Anon n.d. 2013). Lalu, Malaysia merasa bahwa dekatnya wilayah teritorial Malaysia dengan
Aceh serta mayoritas penduduk Aceh yang beragama islam membuat Malaysia mendukung
rencana pemisahan diri Aceh dari Indonesia tersebut.

Penyebab adanya disintegrasi :


Geografi : Keadaan geografi indonesia yang memiliki banyak pulau juga merupakan salah
satu penyebab Disintegrasi, ketidakmerataan pembangunan tiap pulau serta kekayaan alam
yang berbeda tiap pulau akan menjadi faktor penyebab disintegrasi suatu negara.

Demografi : Meledaknya jumlah penduduk Indonesia dengan sumber daya manusia rendah
akan menambah jumlah kemiskinan. Masyarakat yang memiliki SDM rendah ini akan mudah
dipengaruhi, sehingga mereka akan merasakan ketidakadilan terhadap pemerintah yang
menimbulkan gerakan separatisme.

Kekayaan Alam : Kekayaan alam yang berbeda tiap pulau membuat pembangunan
tiap daerah tidak merata, akibatnya akan ada perbedaan pembangunan yang cukup
besar, dimana suatu kota / pulau akan sangat tinggi dan juga akan sangat rendah.

Ideologi : Ideologi negara Indonesia yaitu Pancasila, akan tetapi semakin kesini
paham akan idelogi semakin memudar dan akibatnya masyarakat mudah dipengaruhi
kelompok - kelompok tertentu demi kepentingan mereka pribadi.

Politik : Politik di Indonesia kini semakin banyak masalah, mereka hanya ingin
mengutamakan kepentingan partai politik mereka sendiri dibandingkan demi negara.

Ekonomi : Kurangnya kesejahteraan rakyat, membuat kurangnya kepercayaan


masyarakat terhadap pemerintahan, hal ini juga disebabkan karenan kurangnya
efektivitas pemerintahan dalam mengatur sistem ekspor dan impor.

Sosial Budaya : Akibat dari keadaan geografi Indonesia yang berpulau - pulau
mengakibatkan lahirnya banyak budaya yang berbeda ( suku, agama, budaya dan
ras ), kurangnya toleransi di dalam masyarakat ini akan mudah terjadi konflik antar
daerah.

Pertahanan Dan Keamanan : Ancaman kedaulatan bisa berasal dari dalam ataupun
di luar negeri, selain sarana dan prasarana untuk pertahanan dan keamanan juga
dibutuhkan rasa kesatuan di dalam masyarakat.

Kebijakan Penanggulangan.
Adapun kebijakan yang diperlukan guna memperkukuh upaya
integrasi nasional adalah sebagai berikut :
a. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan
kehendak untuk bersatu.
b. Menciptakan kondisi yang mendukung komitmen, kesadaran dan
kehendak untuk bersatu dan membiasakan diri untuk selalu
membangun konsensus.
c. Membangun kelembagaan (Pranata) yang berakarkan nilai dan
norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan
tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa, yang
mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
e. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan
kepemimpinan yang arif dan efektif.
Strategi Penanggulangan
Adapun strategi yang digunakan dalam penanggulangan
disintegrasi bangsa antara lain :
a. Menanamkan nilai-nilai Pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air
dan rasa persaudaraan, agar tercipta kekuatan dan kebersamaan di
kalangan rakyat Indonesia.
b. Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme
sempit pada setiap kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi
KKN.
c. Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha
pemecahbelahan dari anasir luar dan kaki tangannya.
d. Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan
implementasi butir-butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan
menanamkan kesetiaan kepada ideologi bangsa.
e. Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal
kompromi.
f. Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsur masyarakat,
TNI dan Polri dalam memerangi separatis.
g. Melarang, dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap
usaha untuk menggunakan kekuatan massa.
Upaya Penanggulangan.
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif
dan berhasil, diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang
tepat guna memperkukuh integrasi nasional antara lain :
a. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan
kehendak untuk bersatu.
b. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu
membangun consensus.
c. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan
norma yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan
tepat dalam aspek kehidupan dan pembangunan bangsa yang
mencerminkan keadilan bagi semua pihak, semua wilayah.
e. Upaya bersama dan pembinaan integrasi nasional memerlukan
kepemimpinan yang arif dan bijaksana, serta efektif.

Anda mungkin juga menyukai