Anda di halaman 1dari 3

Dowa Bag,

Brand Lokal yang Percaya Diri

Merk produk lokal tak selamanya jago kandang. Ini dibuktikan oleh Dowa, merk
tas asal Yogyakarta yang berhasil merambah ke benua Amerika dan Eropa.

Bisnis dowa bag milik Delia Murwihartini sudah ekspor dimulai sejak tahun 1990.
Sebenarnya, bisnis dowa bag miliknya ini sudah jauh lebih dulu tenar di Amerika
dengan merek The Sak dan di Eropa dengan merek The Reads. Tapi, untuk merek
Dowa sendiri dimulainya sejak enam tahun lalu. Dowa merupakan merek tas rajut
milik Delia yang ditujukan untuk pasar lokal.

Dowa diambil dari bahasa sansekerta yang artinya Doa. Berkat doa lah Delia
berhasil membangun bisnisnya hingga seperti sekarang ini.
Diakui oleh Delia kelebihan Dowa bag selain handmade, juga berupa rajutan yang
membuat pasar mancanegara menyukainya. Bermodalkan kerjasama dengan
pengrajin di sekitar Yogyakarta, Dowa sukses menembus pasar dunia.

Ia menggabungkan potensi keterampilan pengrajin dengan pengetahuan seputar


kebutuhan pasar dan fashion yang ia ketahui.

Yang saya amati, pengrajin ini umumnya hanya bisa membuat produk saja.
Mereka tak bisa menggabungkan kebutuhan konsumen dan fashion. Tidak bisa
keunggulan kita hanya di handmade saja untuk pasar ekspor, jelas Delia ketika
ditemui di showroom Dowa di Godean, Yogyakarta.

Tas tas merek dunia memang handmade tapi biasanya terbuat dari kulit. Dowa
juga tas handmade tapi berupa rajutan. Hal inilah yang membedakan dowa dengan
tas tas handmade merek dunia lainnya.

Tas tas merek dunia memang handmade dan kebanyakan dari kulit. Mereka
biasanya menekankan pada presisi dan kerumitan pada rancangannya. Kalau Dowa
pada rajutannya, jelas Delia bangga.

Ditanya soal strategi pemasaran Dowa, Delia mengakui memercayai metode word-
of-mouth yang terbukti efektif bagi produknya. Konsumen saya adalah marketer
saya, ujarnya. Jadi dari mulut ke mulut. Karena saya ingin mengurangi biaya
marketing yang dibebankan kepada konsumen. Saya ingin produk saya terbeli,
imbuhnya.

Diakui oleh Delia, strategi pemasaran Dowa agak contra intuitive. Alih alih
membangun gerai di banyak lokasi untuk mendekati pelanggannya, Dowa hanya
memfokuskan gerainya di sekitar Yogyakarta dan Solo, itu pun jumlahnya terbatas.
Hal ini diakui oleh Delia menunjukkan bahwa Dowa percaya diri sehingga tak perlu
membuat gerai di banyak lokasi.

Saya tidak membuat gerai gerai di banyak tempat untuk mendekati pelanggan
saya. Dowa tetap di Yogyakarta dan Solo, tapi pelanggan bisa tetap mudah
mendapatkan produk. Tinggal telepon lalu saya kirim, jelasnya.

Menurut Delia, Produk dan layanan yang berkualitaslah yang membuat merek
Dowa prestisius di mata para konsumennya. Cepatnya perubahan tren fashion
dunia menjadi tantangan tersendiri bagi merek Dowa. Ia pun mengakui dirinya
harus bekerja smart agar produk dowa tetap sesuai perkembangan zaman dan
fashion supaya tetap diminati pasar.

Anda mungkin juga menyukai