SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata 1
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
07310101
2011
LEMBAR PERSETUJUAN
Kami selaku pembimbing I dan pembimbing II dari mahasiswa IKIP PGRI Semarang:
NPM : 07310101
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah dibuat oleh mahasiswa tersebut di atas telah
Pembimbing I, Pembimbing II
HALAMAN PENGESAHAN
Himpunan Pada Siswa Kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran
2010/2011, yang ditulis oleh Dessy Puspita Sari telah dipertahankan di hadapan Sidang
Panitia Ujian Skripsi Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP
hari : Jumat
Panitia Ujian,
Ketua, Sekretaris,
Anggota Penguji,
NIP. 196104291986032002
2. Drs. Sudargo, M. Si ( )
NIP. 196011131992031001
NPP. 098101246
ABSTRAK
Dessy Puspita Sari, 2011. Penelitian Tindakan Kelas ini berjudul Penerapan Model
Pembelajaran Cooperative Learning Tipe CIRC dengan Pendekatan Kontekstual Untuk
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VII
B SMP Negeri 4 Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011.
Latar belakang dari penelitian ini adalah persepsi sebagian besar siswa yang
menganggap matematika sebagai hal yang menakutkan. Hal ini perlu dirubah untuk
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Untuk merubah persepsi tersebut, peneliti
mencoba menerapkan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran
CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi
siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati pada materi pokok himpunan. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B
SMP Negeri 4 Juwana Pati melalui penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan
kontekstual saat proses belajar mengajar di kelas.
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Negeri 4
Juwana Pati dengan jumlah siswa 40 yang terdiri dari 16 siswa putri dan 24 siswa putra.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran cooperative learning tipe
CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang ditandai
dengan peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada siklus I prestasi siswa menunjukkan rata-
rata kelas sebesar 65,2 dengan ketuntasan belajar 70% sedangkan pada siklus II prestasi siswa
menunjukkan rata-rata kelas sebesar 80,15 dengan ketuntasan belajar 87,5%. Pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe CIRC juga dapat meningkatkan kemampuan aktivitas dan
kerjasama siswa:
a. Meningkatnya rata-rata aktivitas siswa dari siklus I yaitu 73,82% yang menunjukkan
masih di bawah indikator keberhasilan menjadi 84,75% di siklus II yang sudah memenuhi
indikator keberhasilan.
b. Meningkatnya rata-rata tingkat kerjasama siswa dari 74,7% yang masih di bawah
indikator keberhasilan pada siklus I menjadi 83,45% yang sudah memenuhi indikator
keberhasilan pada siklus II.
Kesimpulan hasil penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran cooperative
learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar dan
keaktifan pokok bahasan himpunan siswa kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati tahun
pelajaran 2010/2011.
Saran yang dapat penulis berikan berdasarkan kesimpulan tersebut adalah sebaiknya
model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual
diterapkan dalam pembelajaran karena terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
belajar siswa.
Kata kunci : penerapan, pembelajaran, keaktifan, hasil belajar.
MOTTO
Apa yang kita kerjakan dengan tekun menjadi lebih mudah bukan karena sifat tersebut berubah,
tetapi karena kemampuan kita untuk bekerja telah meningkat.
Semangat dan ketekunan dapat membuat orang yang biasa-biasa menjadi lebih unggul, tetapi
ketidakacuhan dan kelesuan dapat membuat orang yang lebih unggul menjadi biasa-biasa saja.
Selalu berharap pada Tuhan tidak akan pernah mengecewakan karena Allah senantiasa turut bekerja
dalam segala hal yang kita lakukan untuk mendatangkan yang terbaik dari segala yang baik.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini spesial ku persembahkan untuk :
Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberi yang terbaik buatku.
Bapak dan ibuku tersayang, Bari dan Rini yang telah membimbingku dan memberikan kasih sayang,
dukungan moril dan materiil serta doa yang tulus untukku.
Adikku tercinta, Berlina yang selalu membuatku tersenyum dengan sikap-sikapnya yang lucu.
Mbak Paris yang telah memberi motivasi dan membimbingku dengan sabar dalam penyelesaian
skripsi ini.
My best friend yaitu Natalia, Yeni, Bekti yang menghiburku di saat aku sedang sedih dan saatku
membutuhkan dukungan, semoga kita semua tetap menjadi sahabat selamanya.
Teman-temanku Dewi, Endra, Nia, Sonah, Farida, Zulfiana serta semuanya yang tergabung dalam
kelas C angkatan 2007 yang selalu bahagia dan kompak dalam kondisi bagaimanapun, semoga sukses
selalu.
Teman-teman satu angkatan IKIP PGRI SEMARANG.
Teman-temanku kost Trie_D yang selalu ceria dan membuatku tersenyum.
Teman-teman PPL di SMP Kristen Gergaji Semarang dan teman-teman KKN di Kecamatan
Banyumanik Kelurahan Pudak Payung..
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan
karunia yang diberikan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan pada Siswa Kelas VII B SMP N 4
Juwana Pati Tahun Pelajaran 2010/2011. Penulis menyadari bahwa skripsi ini terwujud
bukan semata-mata hasil kerja penulis sendiri, melainkan atas bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, oleh karena itu dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih
1. Muhdi, S.H, M.Hum. selaku Rektor IKIP PGRI Semarang yang telah berkenan
3. Drs. Rasiman, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI
Semarang.
4. Dra. Intan Indiati, M.Pd. Selaku Pembimbing I pada penulisan skripsi ini dan juga
sebagai seseorang yang telah memberikan ide, bimbingan dan pengarahan kepada penulis.
5. Drs. Sudargo, M.Si selaku Pembimbing II pada penulisan skripsi ini yang telah
6. Susanto, S.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 4 Juwana Pati yang telah memberikan
7. Ruswanti, S.Pd selaku guru bidang studi matematika yang telah membantu pelaksanaan
penelitian ini.
sahabat orang tua dan keluarga penulis yang telah banyak memberikan bantuan materiil
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
Semoga skripsi ini dpaat bermanfaat dan dapat memperluas wawasan pembaca
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
HALAMAN PENGESAHAN iii
ABSTRAKSI.. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR vi
DAFTAR ISI.viii
DAFTAR LAMPIRANx
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang. 1
B. Penegasan Istilah..4
C. Permasalahan... 7
D. Strategi Pemecahan Masalah.7
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian.................... 8
F. Sistematika Penulisan Skripsi.....10
B. Faktor Penelitian 59
C. Rancangan Penelitian..... 60
D. Data dan Cara Pengambilan Data...68
E. Uji Instrumen..68
F. Analisis Data.. 74
G. Indikator Keberhasilan... 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat didukung oleh
arus globalisasi yang hebat memunculkan adanya persaingan dalam berbagai bidang
kehidupan, salah satu diantaranya bidang pendidikan. Pendidikan sebagai suatu upaya
untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdedikasi tinggi
tersebut merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, sehingga manusia itu
tumbuh sebagai pribadi yang utuh. Manusia tumbuh melalui belajar dan proses
kegiatannya tidak terlepas dari kegiatan belajar. Dalam proses kegiatan belajar mengajar
yang perlu mendapat perhatian adalah berusaha mengacu pada ketiga ranah, yaitu: ranah
pengetahuan (kognitif), ranah nilai atau sikap (afektif), dan ranah keterampilan
(psikomotorik).
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai peranan penting
dalam upaya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Lebih lanjut matematika dapat
memberi bekal kepada siswa untuk menerapkan matematika dalam berbagai keperluan.
Akan tetapi persepsi negatif siswa terhadap matematika tidak dapat diacuhkan begitu
saja. Umumnya pelajaran matematika di sekolah menjadi momok bagi siswa. Sifat
abstrak dari objek matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam
mengajar guru yang tidak cocok bagi siswa, guru hanya mengajar dengan satu metode
yang kebetulan tidak cocok dan sukar dimengerti oleh siswa, dan sebagai akibatnya
Keberhasilan belajar matematika, salah satunya ditentukan oleh minat siswa, dan
untuk membangkitkan minat siswa tersebut ditentukan oleh kemampuan guru dalam
mengerti, berperan serta aktif, mencari dan menemukan sendiri. Karena itu guru harus
mampu mengadakan komunikasi dengan siswa dan dapat memilih metode yang tepat.
menganalisis dan menyelesaikan soal rendah, siswa pasif dan cenderung suka
mencontoh, sehingga jika diberikan soal-soal yang berbeda dengan contoh yang
diberikan, mereka tidak mampu menyelesaikan. Mungkin rendahnya hasil belajar siswa
pemanfaatan lingkungan/alat peraga juga kurang dan dukungan orang tua dan masyarakat
rendah.
penjelasan serta contoh soal yang diberikan guru, namun ketika kembali ke rumah dan
ingin menyelesaikan soal-soal yang sedikit berbeda dengan contoh sebelumnya, siswa
kembali bingung bahkan lupa dengan penjelasan gurunya. Apa yang dialami siswa ini
kelas VIIB SMPN 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011, terdapat fakta di lapangan
bahwa pembelajaran matematika yang terjadi di SMPN 4 Juwana belum mencapai hasil
yang memuaskan. Hal Ini dapat dilihat dari hasil ulangan matematika yang diperoleh
masih banyak yang di bawah nilai KKM. Selain itu juga, dalam berlangsungnya kegiatan
Berarti hal ini menunjukkan bahwa guru hanya mentransfer pengetahuan, sehingga siswa
tidak mengalami sendiri dan ini dapat mengakibatkan siswa sulit memahami materi
Semua itu memang tidak terlepas dari pandangan siswa pada umumnya terhadap
mengakibatkan siswa kurang aktif pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Pembelajaran yang selama ini diterapkan hanya sekedar ceramah dan latihan soal,
membuat suasana belajar di kelas sangat monoton, kurang menarik apalagi ditambah
konsentrasi siswa yang kurang optimal. Oleh karena itu perlu dikembangkan dan
guru kepada siswa. Pembelajaran ini hendaknya juga mengaitkan pengalaman kehidupan
nyata siswa dengan materi dan konsep matematika. Model pembelajaran yang kiranya
Salah satu materi matematika yang diajarkan di SMP Kelas VII adalah Himpunan.
Materi ini sering muncul dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, dengan
Keaktifan dan Hasil Belajar Pokok Bahasan Himpunan Pada Siswa Kelas VIIB SMPN 4
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi perbedaan penafsiran maka dalam memahami judul penelitian ini
perlu adanya penjelasan istilah-istilah dalam judul tersebut. Adapun istilah-istilah yang
1. Penerapan
2. Model Pembelajaran
penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan
di kelas. (Suprijono,2009:45).
3. Pembelajaran Kooperatif
pembelajaran yang mempunyai konsep lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru. (Suprijono,2009:54).
(Suyitno,2007:12).
5. CTL
CTL merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat
6. Meningkatkan
2005: 574).
7. Keaktifan
Keaktifan artinya kegiatan atau kesibukan, tangkas, giat bekerja, dinamis dan
8. Hasil Belajar
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
2003:2).
Jadi, hasil belajar adalah sesuatu yang dilakukan dengan usaha untuk
matematika siswa SMP kelas VII semester 2 tahun pelajaran 2010/2011 yang
penelitian ini adalah keberhasilan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
dengan pendekatan kontekstual pada sub pokok bahasan himpunan ditandai dengan
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Juwana tahun
pelajaran 2010/2011.
C. Permasalahan
penelitian ini adalah: Apakah penerapan model pembelajaran CIRC dengan pendekatan
kontekstual dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar bagi siswa kelas VII B SMP
Negeri 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/1011 pada materi pokok Himpunan?"
Agar hasil belajar, keaktifan, dan minat belajar siswa serta kemampuan mengajar
guru kelas VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati dalam pembelajaran matematika khususnya
dalam pokok bahasan himpunan dapat meningkat, maka strategi pemecahan masalah
dalam penelitian ini dirancang melalui penelitian tindakan kelas menggunakan model
pendekatan kontekstual. Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua siklus yaitu
siklus I dan siklus II, masing-masing siklus terdiri atas 4 tahap. Siklus II dilakukan
apabila pada siklus I belum terjadi peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa kelas
VII B SMP Negeri 4 Juwana Pati. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari test siswa
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban atas
masalah yang telah dirumuskan di atas. Tujuan tersebut adalah untuk mengetahui
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa di kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati
2. Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan hasil yang bermanfaat bagi semua pihak
a. Bagi siswa
b. Bagi guru
c. Bagi sekolah
d. Bagi Peneliti
gambaran secara keseluruhan dalam skripsi ini, maka perlu diberikan sistematika yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini. Dalam skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi
tiga bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi dan bagian akhir skripsi.
Bagian awal atau pendahuluan skripsi ini secara berturut-turut berupa halaman
judul, halaman pengesahan, abstrak, halaman motto dan persembahan, kata pengantar,
Bagian isi dari skripsi ini di bagi menjadi lima bab, yaitu pendahuluan,landasan
teori dan hipotesis, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasan dan penutup.
Bab I Pendahuluan, dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, penegasan
Bab II Landasan teori dan hipotesis, berisi pembahasan tentang pengertian belajar,
Bab III Metode penelitian, berisi pembahasan tentang lokasi penelitian dan subjek
penelitian, faktor penelitian, rancangan penelitian, data dan cara pengambilan data, uji
Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka yang memberikan informasi tentang
BAB II
A. Pengertian Belajar
berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar, bila dapat
diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan
perubahan itu tidak hanya perubahan lahir tetapi juga perubahan batin, tidak hanya
perubahan tingkah laku yang tampak, tetapi dapat juga perubahan-perubahan yang tidak
perubahan yang positif, yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau perbaikan.
pengetahuan, pengertian belajar dari berbagai ahli berbeda-beda, perbedaan arti belajar
antara lain karena adanya dasar-dasar percobaan yang berbeda. Selanjutnya akan
12
dikemukakan beberapa dari sekian banyak ahli yang mendefinisikan belajar sebagai suatu
Pada dasarnya belajar adalah perubahan prilaku sebagai hasil langsung dari
pengalaman dan bukan akibat hubungan-hubungan dalam sistem saraf yang dibawa
sejak lahir.
2. Morris L. Bigge
Belajar adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak
3. James O. Whittaker
Belajar dapat didefinisikan sebagai proses yang menimbulkan atau merubah perilaku
5. W.S Winkel
Belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar di atas maka dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah terjadinya perubahan pada diri seseorang yang belajar
karena pengalaman. Perbuatan belajar adalah perbuatan yang disengaja untuk mencapai
hasil.
Menurut Herman Hudoyo (1990:2), terdapat tiga masalah pokok dalam belajar,
yaitu:
1. Masalah mengenai bagaimana belajar itu berlangsung dan prinsip mana yang
dilaksanakan
B. Prinsip-prinsip Belajar
Menurut Dimyati dan Mudjiono terdapat tujuh prinsip dalam belajar yaitu:
terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran sesuai dengan
seseorang.
2. Keaktifan
aspirasinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif
3. Keterlibatan Langsung/Berpengalaman
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan keterlibatan fisik semata, namun
lebih dari itu terutama adalah keterlibatan mental emosional, keterlibatan dengan
dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat
mengadakan latihan-latihan.
4. Pengulangan
mengadakan pengulangan maka daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
5. Tantangan
Dalam mencapai tujuan belajar, siswa mengalami hambatan yaitu mempelajari bahan
belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan
mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan tersebut telah diatasi maka
Balikan (feedback) adalah masukan yang sangat penting baik bagi siswa maupun bagi
guru. Penguatan (reinforcement) adalah suatu tindakan yang menyenangkan dari guru
7. Perbedaan Individual
Perbedaaan individual berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya,
digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
1. Faktor internal
a. Faktor Jasmaniah
1) Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau
bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan
2) Cacat tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
b. Faktor psikologis
1) Intelegensi
Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk
menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan
2) Perhatian
Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun
3) Minat
menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian,
karena perhatian sifatnya sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan
senang, sedangkan minat selalu diikuti perasaan senang dan dari situ diperoleh
kepuasan.
4) Bakat
Menurut Hilgard bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru
akan teralisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
5) Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Di dalam
menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak, akan tetapi untuk mencapai
tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motif
6) Kematangan
7) Kesiapan
memberi response atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang
c. Faktor Kelelahan
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelemahan rohani.
dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk
2. Faktor eksternal
a. Keluarga
Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Hal
pendidikan yang pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya untuk
Relasi antaranggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan
anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga
3) Suasana Rumah
terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah juga
merupakan faktor yang penting yang tidak merupakan faktor yang disengaja.
Keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Kadang-kadang anak
mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi dorongan dan
semangat.
b. Sekolah
1) Metode Mengajar
Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui di dalam
mengajar.
2) Kurikulum
Kegiatan itu sebagian besar adalah menyajikan bahan pelajaran agar siswa
Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga
dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga
Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana tidak akan melihat
bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa
5) Disiplin Sekolah
dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalm
6) Alat pelajaran
Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran
yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh siswa untuk
7) Waktu Sekolah
Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar di sekolah, jika siswa
bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, akan mengalami kesulitan
di atas ukuran standar. Akibatnya merasa kurang mampu dan takut kepada guru.
9) Keadaan Gedung
Dengan jumlah siswa yang banyak serta variasi karakteristik mereka masing-
Dengan cara belajar siswa yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa. Juga
c. Masyarakat
belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaanya siswa dalam masyarakat.
masyarakat yang terlalu banyak jika tidak dapat mengatur waktunya maka akan
terganggu belajarnya.
2) Mass Media
Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga
terhadap belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga berpengaruh jelek
terhaadap siswa.
3) Teman Bergaul
Pengaruh dari teman-teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya
daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik begitu
juga sebaliknya.
Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang terpelajar atau yang berjudi
D. Pembelajaran matematika
1. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa
sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono, 2001: 24).
pengalaman sehingga tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas.
2. Matematika
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yamg lainnya dengan jumlah
banyak yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Secara
dengan mata pelajaran yang paling sulit dan menegangkan, sehingga kurang diminati
oleh siswa. Sebenarnya matematika merupakan salah satu cabang ilmu yang
menyenangkan, hal ini dapat dibuktikan jika kita pandai dalam mata pelajaran
matematika berarti kita telah berlatih untuk teliti, berfikir kritis dan praktis. Hal ini
tidak disadari oleh sebagian siswa sehingga mereka merasa matematika sebagai ilmu
yang sukar, ruwet dan membingungkan dan pada akhirnya menolak untuk belajar
matematika. Belajar matematika akan terasa indah jika kita mengetahui cara
b. Mengajak anak untuk mempelajari hal menarik dan menggelitik rasa ingin tahu
tentang matematika
e. Mencanangkan dua wajib yaitu wajib mempelajari yang sudah dijelaskan dan
g. Mengarahkan anak untuk membuat cacatan lengkap dan rapi, ringkasan konsep
E. Hasil Belajar
taksonomi yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif, ranah afektif, dan
ranah psikomotorik.
1. Ranah Kognitif
a. Pengetahuan
luas. Pengetahuan mencerminkan tingkat hasil belajar paling rendah pada ranah
kognitif.
b. Pemahaman
pembelajaran. Hasil belajar ini berada pada satu tahap di atas pengingatan materi
c. Penerapan
telah dipelajari di dalam situasi baru dan kongkrit. Hal ini mencakup penerapan
hal-hal seperti aturan, metode, konsep, prinsip-prinsip, dalil, dan teori. Hasil
belajar di bidang ini memerlukan tingkat pemahaman yang lebih tinggi daripada
d. Analisis
e. Sintesis
rangka membentuk struktur yang baru. Hasil belajar bidang ini menekankan
perilaku kognitif dengan penekanan dasar pada pembentukan struktur atau pola-
pola baru.
f. Penilaian
pembelajaran untuk tujuan tertentu. Hasil belajar di bidang ini adalah paling
tersebut dan ditambah dengan keputusan tentang nilai yang didasarkan pada
2. Ranah afektif
Tujuan pembelajaran ini berhubungan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai.
keinginan untuk menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan
b. Penanggapan, mengacu pada partisipasi aktif pada diri siswa. Hasil belajar di
atau kepuasan dalam merespon. Tingkat yang lebih tinggi dari kateori ini adalah
tertentu.
c. Penilaian, berkaitan dengan harga atau nilai yang melekat pada objek, fenomena
dalam perilaku yang ditampakkan oleh siswa. Hasil belajar di bidang ini
dikaitkan dengan perilaku yang konsisten dan cukup stabil di dalam membuat
nilai yang dapat dikenali secara jelas. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasi ke
nilai yang konsisten secara internal. Hasil belajar ini dapat berkaitan dengan
e. Karakeristik nilai atau internalisasi nilai, yaitu keterpaduan semua sistem nilai
yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah
lakunya. Perilaku pada tingkat ini adalah bersifat persuasif, konsisten dan dapat
diramalkan. Hasil belajar pada tingkat ini mencakup berbagai aktivitas yang luas,
namun penekatan dasarnya adalah pada kekhasan perilaku siswa atau siswa
3. Ranah Psikomotorik
fisik seperti ketrampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf.
Penjabaran ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih
d. Gerakan terbiasa, hasil belajar pada tingkat ini berkaitan dengan keterampilan
unjuk kerja dari berbagai tipe, namun pola-pola gerakannya kurang kompleks
energi minimum.
dengan situasi tertentu atau masalah-masalah tertentu. Hasil belajar pada tingkat
telah dikembangkan.
1. Hasil belajar sebagai indikator kuantitas dan kualitas pengetahuan yang telah
bahwa hasil belajar dapat dijadikan pendorong bagi siswa dalam meningkatkan
mutu pendidikan.
1. Faktor dalam diri individu atau faktor dari dalam peserta didik
individu, aspek jasmaniah mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari individu,
kemampuan intelektual, sosial, psikomotorik serta kondisi afektif dan konatif dari
individu.
2. Faktor lingkungan
siswa, baik faktor fisik maupun sosial psikologis yang berada pada lingkungan
sarana dan prasarana belajar yang ada, sumber-sumber belajar, media belajar,
diantaranya adalah faktor guru. Dalam hal ini guru hendaknya dapat
menunjang proses belajar, sehingga dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
F. Keaktifan Siswa
yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemampuan
dan aspirasinya sendiri. Maka belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak
bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif
mengalami sendiri.
selalu aktif memproses dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat memproses dan
mengolah perolehan belajarnya secara efektif, pebelajar dituntut untuk aktif secara fisik,
intelektual, dan emosional. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan
fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik
dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya
mendengarkan dan mencatat. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar macam kegiatan
1. Visual activities,
2. Oral activities,
3. Listening activities,
4. Writing activities,
5. Drawing activities,
6. Motor activities,
7. Mental activities,
8. Emotional activities.
(Sardiman,2010:101).
Di samping siswa yang berperan utama, peran guru juga berpengaruh penting
keaktifan belajar pada diri siswa, guru di antaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku
berikut:
kecil,
4. memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal-hal yang kurang jelas,
serta
kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar (Nurhadi : 2004 :112). Dalam pembelajaran ini, siswa belajar di
kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan
memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-
masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi
yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis
kelamin, suku / ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok
tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berfikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok,
tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru,
Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama
bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang aktif,
sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi
pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam
kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan
guru dan saling membantu diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan
materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum
berikut :
belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda-beda.
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran
belajar dan membentuk setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
tugas.
Fase 5 : Evaluasi
Guru mengevaluasi cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar
(Trianto,2007:48-49).
kinerja siswa dalam tugastugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami
kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada siswa kelompok
akademik.
ketrampilan tanya jawab, serta belajar untuk dapat menghargai satu sama lain.
Composition)
ditempatkan dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari 4-5 tidak dibedakan atas
jenis kelamin, suku/bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi, dalam kelompok ini
sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa merasa
Menurut Amin Suyitno (2005 : 12) kegiatan pokok dalam CIRC untuk
memecahkan soal cerita meliputi rangkaian kegiatan bersama yang spesifik, yakni :
1. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca
2. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa yang
diketahui, apa yang ditanyakan dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu
variabel tertentu
penyelesaiannya)
5. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan/penyelesaian (jika ada yang perlu direvisi)
langkah yang ditempuh seorang guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Guru menerangkan suatu materi pokok tertentu kepada peserta didiknya (misalnya
3. Guru siap melatih peserta didik untuk meningkatkan keterampilan peserta didiknya
dalam menyelesaikan soal cerita melalui penerapan Cooperative Learning tipe CIRC.
5. Guru mempersiapkan 1 atau 2 soal cerita dan membagikannya kepada setiap peserta
a. Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca
b. Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita, termasuk menuliskan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan apa yang ditanyakan dengan
penyelesaiannya).
e. Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang perlu
direvisi).
7. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (Team Study).
8. Ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau hambatan yang
9. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota telah memahami, dan
depan kelas.
12.Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah dipresentasikan
13.Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
penghargaan terhadap kelompok yang berhasil secara cemerlang dan kelompok yang
dipandang kurang berhasil dalam menyelesaikan tugas (Teams Scores and Teams
Recognition).
14.Guru memberikan tugas atau PR soal cerita secara individual kepada para siswa
15.Guru membubarkan kelompok yang dibentuk dan siswa kembali ke tempat duduk
masing-masing.
Mata pelajaran matematika kelas VII semester 2 terdiri dari beberapa bab
dan sub bab, salah satunya adalah pokok bahasan himpunan. Pokok bahasan ini dapat
diajarkan pada siswa dengan model pembelajaran CIRC. Materi pembelajaran yang
diajarkan pada siswa dalam penelitian ini adalah himpunan. Tahapan pada model
1. Guru menentukan suatu pokok bahasan yang akan disajikan kepada para siswanya.
5. Guru membentuk kelompok-kelompok kecil dengan anggota 4-5 siswa pada setiap
pemecahan masalah.
1. Sangat tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita.
4. Siswa termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok
5. Para siswa dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaannya
Kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe CIRC, yaitu pada saat presentasi
membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan
1. Belajar yang baik adalah jika peserta didik terlibat secara pribadi dalam pengalaman
belajarnya.
2. Pengetahuan harus ditemukan peserta didik sendiri agar mereka memiliki arti atau
3. Peserta didik harus memiliki komitmen terhadap belajar dalam keadaan paling tinggi
dan berusaha secara aktif untuk mencapainya dalam kerangka kerja tertentu.
(Suprijono,2009:80).
1. Adanya ketergantungan
2. Adanya keanekaragaman
3. Pengaturan diri
Prinsip ini mendorong pentingnya peserta didik mengeluarkan seluruh potensi yang
dimilikinya.
(Suprijono,2009:80-81).
aktif dengan hal yang dipelajari, berupaya melakukan eksplorasi, mengkaji dan
(Suprijono,2009:83-84).
1. Kontruktivisme
2. Inkuiri
3. Bertanya
4. Masyarakat Belajar
Melalui interaksi dalam komunitas belajar proses dan hasil belajar menjadi lebih
bermakna.
5. Pemodelan
Melalui pemodelan peserta didik dapat meniru terhadap hal yang dimodelkan.
6. Refleksi
7. Penilaian Autentik
Penilaian autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan
(Suprijono,2009:85-88).
1. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan peserta didik menghafal fakta-fakta,
belajar yang baru, dimana peserta didik diharapkan belajar melalui mengalami bukan
menghafal.
1. Diagram Venn
Himpunan dapat dinyatakan dalam bentuk gambar yang dikenal sebagai diagran
kurva tertutup.
d. Bila anggota suatu himpunan banyak sekali, maka anggota-anggotanya tidak perlu
dituliskan.
S S A B
Himpunan Himpunanbiasa
Semesta
Contoh Soal:
Kelompok PKK di Desa Mustika Jaya, mendata ibu-ibu yang pandai dalam suatu
S
R I
Tuti
Munar Nani
Yati
Sri Ade
Jenab
Siti Kokom
Jawab:
Berikut ini akan dipelajari macam-macam hubungan antara himpunan yang satu
Dua buah himpunan disebut saling lepas atau saling asing bila kedua himpunan itu
Dua himpunan tidak saling lepas dapat ditinjau dari dua keadaan, yaitu:
1 3 2
5 10
9 7 12
R T, karena 1 R tetapi 1 T
T R, karena 2 T tetapi 2 R
2) Himpunan yang satu merupakan himpunan bagian dari himpunan yang lain
S T
2
K
4 3
1
6 5
7
Dua himpunan dikatakan tidak saling lepas bila kedua himpunan itu
Dua himpunan dikatakan sama apabila keduanya mempunyai anggota yang sama.
Dua himpunan A dan B yang berhingga dikatakan ekuivalen apabila n(A) = n(B)
Contoh Soal:
Jawab:
a. B K, karena B K dan K B.
c. Ya, B // K, karena semua anggota B tidak ada persekutuan dengan semua anggota
K.
3. Irisan ( )
S
P Q
b a
d c e h
g
f
P Q
Terlihat bahwa anggota persekutuan P dan Q adalah a, c, e, dan g. Hal ini berarti P
dan Q beririsan dan ditulis P Q = {a, c, e, g}. Irisan P dan Q adalah himpunan
Irisan dua himpunan dapat ditinjau dari persekutuan dua himpunan itu atau dari
S Q
P
2
1 4
3
P Q=P
gambar di atas).
PQ = P = Q
gambar). Diagram Venn untuk P Q dapat dilihat pada gambar di atas. Pada
S
P Q
1 3 a b
7 5 c d
P Q=
gambar di atas. Pada gambar terlihat bahwa: n(P) = 4, n(Q) = 4, dan n(P Q) =
0.
4) Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan
S P Q
1
2 7
4
3
5 6
Contoh Soal:
S A B
c e g
d f h
a b
Tentukan:
b. Berapa banyak penghuni yang tidak menyukai kopi tetapi menyukai teh?
Jawab:
a. n(A) = 4
c. n(A B) = 2
4. Gabungan ( )
S P Q
3 2 1
4 7
5
P Q
tersebut. Yaitu:
d. Kedua himpunan tidak saling lepas, tetapi juga bukan merupakan himpunan bagian
yang lain.
5. Komplemen
{Mozart, Strauss, Haydn, Schubert}. Himpunan bagian dari S ini disebut komplemen
Untuk menentukan banyaknya anggota dari irisan, gabungan, komplemen, dan selisih
dari dua himpunan atau lebih, dapat digunakan diagram Venn atau rumusan dari
Contoh:
S n(A B)
A B
r qr
pr
n(A B)
n(A B) = (p r) + r + (q r)
=pr+r+qr
=p+qr
Contoh Soal:
Di kelas 1A terdapat 37 siswa di mana 7 orang gemar IPA, 4 orang gemar matematika
b. gemar matematika,
Jawab:
Misalkan:
= 4 + 5 = 9 orang. 2 5 4
5+4=9
= 37 9 = 28 orang.
=7+95
= 11 orang.
= 37 11
= 26 orang.
K. Kerangka Berfikir
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang telah dikemukakan, maka
didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap
kemampuan, potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat
beragam agar tejadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan
terutama siswa, fasilitas, guru, metode, system evaluasi. Faktor-faktor itu saling berkaitan
dan efisiensi proses pembelajaran itu juga harus dilakukan melalui pemaduan seluruh
faktor.
Salah satu faktor yang berpengaruh kuat terhadap ketercapaian keberhasilan itu
adalah faktor pilihan metode. Pilihan metode yang tepat atau mampu memberikan
motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal ini berarti akan sangat
membantu siswa dalam meningkatkan daya serap terhadap sebuah materi pokok yang
disampaikan guru.
pemilihan metode harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan pokok bahasan yang
menjadi materi ajar, apalagi dalam pembelajaran matematika, proses pembelajaran tidak
cukup hanya melalui tranfer ilmu atau informasi saja. Proses pembelajaran matematika
harus lebih diarahkan kepada latihan-latihan soal, agar siswa terbiasa menghadapi
persoalan atau kasus. Semakin sering siswa berhadapan dengan persoalan, akan semakin
dapat memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru. Selain itu, melatih siswa untuk lebih bertanggung jawab
pendekatan kontekstual ini awalnya guru memberikan materi tentang Himpunan dan
indikator pencapaian konsep yang ingin dicapai. Selanjutnya guru membagi kelas
menjadi beberapa kelompok. Setelah itu, guru membagi tugas berupa soal cerita yang
berkaitan dengan konteks pengalaman kehidupan nyata kepada setiap kelompok. Guru
tugas. Setiap ketua kelompok melaporkan kepada guru tentang keberhasilan atau
hambatan yang dialami anggota kelompoknya. Setelah selesai guru meminta kepada
jawab.
L. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian kerangka berpikir di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis
tindakan dari penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC
materi pokok himpunan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas
BAB III
METODE PENELITIAN
dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII B semester 2 SMP N 4 Juwana Pati
B. Faktor Penelitian
1. Faktor siswa
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan kerjasama antara siswa dalam suatu
kelompok tersebut.
2. Faktor guru
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian berupa penelitian tindakan kelas yang terdiri dari empat
59
komponen pokok yaitu: perencanaan (Planning), tindakan (acting), pengamatan
menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berkelanjutan berulang. Siklus inilah yang
sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan. Ada dua siklus yang
dirancang dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu siklus I dan siklus II. Hal ini
Reading and Composition dengan pendekatan Kontekstual dan hasil belajar siswa pada
kompetensi dasar Himpunan. Setiap siklus terdiri atas empat tahap yaitu perencanaan,
1. Siklus I
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dalam hal ini peneliti memilih pokok
bahasan himpunan.
5) Menyusun lembar kerja, angket, dan lembar observasi. Lembar kerja akan
diberikan kepada siswa yang digunakan untuk menyelesaikan soal yang sesuai
dengan tahapan pemecahan soal dan lembar observasi yang akan digunakan oleh
b. Pelaksanaan Tindakan
kehidupan sehari-hari.
4) Guru melakukan tanya jawab untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa
group).
dapatnya.
7) Guru memberikan contoh latihan soal dan meminta siswa untuk menemukan dan
menyelesaikannya sendiri.
kontekstual
10) Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan
membaca soal.
komposisi penyelesaiannya).
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang
perlu direvisi).
12) Setelah selesai diskusi, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
13) Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah
14) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
telah dipelajari.
c. Pengamatan
selama proses pengajaran selain itu juga pengamatan berdasarkan tugas yang
dikerjakan kelompok.
d. Refleksi
Adapun perlu yang diperbaiki pada siklus II adalah berdasarkan data hasil
pengamatan dan tes pada siklus I baik keaktifan siswa dalam diskusi, bertanya dan
kesimpulan.
2. Siklus II
a. Perencanaan
5) Menyusun lembar kerja, angket, dan lembar observasi. Lembar kerja akan
diberikan kepada siswa yang digunakan untuk menyelesaikan soal yang sesuai
dengan tahapan pemecahan soal dan lembar observasi yang akan digunakan
oleh peneliti adalah lembar pengamatan dan lembar observasi keaktifan siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
kehidupan sehari-hari.
4) Guru melakukan tanya jawab untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa
group).
dapatnya.
7) Guru memberikan contoh latihan soal dan meminta siswa untuk menemukan
kontekstual
membaca soal.
komposisi penyelesaiannya).
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang
perlu direvisi).
12) Setelah selesai diskusi, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
13)Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah
14) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
telah dipelajari.
c. Pengamatan
selama proses pengajaran selain itu juga pengamatan berdasarkan tugas yang
dikerjakan kelompok.
d. Refleksi
pengamatan dan hasil evaluasi yang telah diberikan siswa setelah berakhirnya siklus
II, peneliti bersama-sama guru pengajar melakukan analisis data yang diperoleh
selama proses pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Hal ini dilakukan untuk
1. Sumber data
Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati
2. Jenis data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yang terdiri
dari:
a. Data kualitatif
Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru dan data tentang keaktifan siswa.
b. Data Kuantitatif
a. Data tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru diambil dengan lembar observasi
guru.
E. Uji Instrumen
1. Penyusunan instrumen
Untuk memperoleh data digunakan metode tertentu yang tepat dan juga diperlukan
alat bantu untuk memperoleh data tersebut yaitu instrumen pengumpulan data.
b. Penulisan butir soal, atau item questioner, penyusunan skala penyusun pedoman
wawancara.
(Arikunto, 2002:142-143)
pada kelas VII B, agar instrumen memiliki syarat-syarat hasil belajar yang baik maka
harus memenuhi validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran yang
a. Validitas
aspek yang dinilai sehingga benar-benar menilai apa yang seharusnya dinilai.
Validitas empiris dari tes ini dicari validitas butir soal dengan skor total.
N XY X Y
rxy =
[(N X 2
) ( X ) ][(N Y ) ( Y ) ]
2 2 2
Keterangan :
Y : skor total
Harga rxy yang diperoleh dari tiap-tiap butir soal jika rxy > rtabel dengan taraf
Kriteria validitas :
(Suharsimi Arikunto,2007:75)
b. Reliabilitas tes
Reliabilitas suatu alat ukur atau alat evaluasi dimaksudkan sebagai suatu alat
yang memberikan hasil tetap sama. Suatu instrument dikatakan reabel jika hasil
evaluasi tersebut relatife tetap jika digunakan untuk subjek yang sama dalam
waktu yang berlainan. Atau dapat berubah tetapi tidak mengalami perubahan yang
berarti signifikan.
Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal tes uraian, maka rumus yang
n i
2
r11 = 1- 2
n-1 t
i
2
: jumlah varians skor tiap-tiap item
t2 : varian total
( X )2
X 2
( Y )2
N Y2
i2 = N
t2 =
N
N
N : Jumlah siswa
(Arikunto, 2007:97)
(Arikunto, 2007:75)
Suatu soal dikatakan baik apabila soal tersebut tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Para ahli tes menentukan tingkat kesukaran berdasarkan seberapa
banyak peserta tes dapat menjawab benar pada soal yang diberikan.
butir soal sesuai dengan yang telah direncanakan dalam spesifikasi instrumen.
F
P= 100%
N
Keterangan :
P = taraf kesukaran
Butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai proporsi antara 27%
sampai dengan 72% atau butir soal dengan kategori sedang. (Zaenal Arifin, 1991 :
135).
d. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara
1) Skor hasil tes uji coba diranking yaitu dengan mengurutkan skor atas dari skor
2) Mengelompokkan skor tes uji coba menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas
(M H M L )
t=
x + x2
2 2
1
ni(ni 1)
Keterangan:
x 2
1 = Jumlah kuadrat deviasi individu kelompok atas
x 2
2 = Jumlah kuadrat deviasi individu kelompok bawah
Jika thitung < ttabel, maka daya pembeda soal tidak signifikan.
F. Analisis Data
berdasarkan :
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar matematika, maka analisis ini dilakukan pada instrumen lembar observasi
sebagai berikut :
n
Prosentase (%) = x 100%
N
Keterangan :
(Ali, 1984:184).
Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan kognitif siswa dalam
memecahkan masalah dianalisis dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan
x=
x
N
Keterangan :
x : rata-rata nilai
(Arikunto,2006 :120)
Keberhasilan kelas dilihat dari jumlah siswa yang mampu menyelesaikan atau
n
Prosentase (%) = 100%
N
Keterangan:
Kriteria :
G. Indikator keberhasilan
1. Jika kelas memperoleh nilai rata-rata 65 dengan ketuntasan klasikal 80% dari seluruh
2. Kerjasama siswa mencapai maksimal untuk setiap kelompok dengan presentase rata-
3. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran CIRC rata-
kinerjanya dalam proses belajar mengajar, dengan nilai pengamatan mencapai > 75%
BAB IV
A. Persiapan Penelitian
berikut:
guru bidang studi matematika yang dilaksanakan pada bulan Desember 2010.
mengadakan penelitian.
pertimbangan dari guru matematika di kelas VII SMPN 4 Juwana Pati Ibu Ruswanti,
4. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah, dalam hal ini peneliti memilih pokok
bahasan himpunan.
8. Membuat soal tes evaluasi siklus I dan II yang disesuaikan dengan materi yang
10. Menyusun lembar observasi kinerja guru dalam pembelajaran menggunakan model
Pelaksanaan uji coba instrumen ini dilakukan pada siswa kelas VII A semester II SMPN 4
Juwana pati tahun pelajaran 2010/2011 yang berjumlah 40 siswa dengan pertimbangan
kelas tersebut mempunyai pengajar yang sama dengan kelas yang akan digunakan
sebagai subjek penelitian yaitu kelas VII B. Uji coba instrumen dilaksanakan pada hari
Selasa tanggal 1 dan Rabu tanggal 2 Februari 2011 terhadap kelompok uji coba yaitu
kelas VII A dengan jumlah soal sebanyak 5 soal uraian Siklus I dan 5 soal uraian siklus II
dengan alokasi waktu masing-masing 40 menit. Berikut adalah hasil analisis uji coba
instrumen penelitian :
1. Siklus I
a. Validitas Soal
kasar. Nilai rxy yang dihasilkan pada perhitungan dikonsultasikan dengan tabel
harga kritik r product moment. Soal dikatakan valid apabila mempunyai koefisien
korelasi lebih besar atau sama dengan nilai rtabel. Jika rxy < rtabel , maka butir item
tidak valid.
Berikut contoh perhitungan validitas soal untuk butir soal no 1 pada siklus I
dan butir soal yang lain juga dihitung dengan cara yang sama.
X = 136 XY = 4693 N = 40
(40)(4693) (136)(1286)
rxy =
[(40)(520) 18496][(40)(44662) 1653796]
187720 174896 12824
= =
(20800 18496)(1786480 1653796) (2304)(132684)
12824
=
305703936
12824
= = 0,73345
17484,3912104
Karena rxy > r tabel atau 0,73345 > 0,312 maka soal no.1 valid.
Dari 5 soal uraian uji coba instrumen siklus I semuanya mempunyai koefisien
korelasi yang memenuhi kriteria rhitung > rtabel sehingga semua soal uji coba siklus I
dikatakan valid. Untuk hasil perhitungan validitas soal uji coba instrumen siklus I
b. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan dengan rumus alpha, untuk uji coba instrumen siklus
I diperoleh koefisien korelasi r11 = 0,7211. Karena rhitung = 0,7211 terletak pada
interval 0,60 r11 < 0,80 maka instrumen yang digunakan reliabel dengan kategori
reliabilitas tinggi.
n i
2
r11 = 1
n 1 t2
( X )2
X 2
N
12 =
N
(136) 2
520
= 40
40
18496
520
= 40
40
= 1,44
Sehingga
2 2 2 2 2 2
i = 1 + 2 + 3 + 4 + 5
= 35,09125
n i
2
r11 = 1
n 1 2t
5 35,09125
= 1
5 1 82,9275
= 0,72106
Karena r 11 berada pada interval 0,60 r 11 < 0,80 maka termasuk dalam kategori
10).
c. Taraf Kesukaran
Dari contoh hasil perhitungan pada silus I soal nomor 1 diperoleh P = 57,5%
untuk uji coba instrumen ini berarti P berada pada kisaran prosentase 27% - 72%,
sehingga untuk siklus I soal nomor 1 dikategorikan sebagai soal yang mempunyai
Berikut perhitungan taraf kesukaran untuk siklus I soal no.1, untuk butir soal yang
F
P= 100%
N
F = 23
N = 40
F
P= 100%
N
23
= 100%
40
= 57,5%
Dari 5 soal yang diuji coba siklus I semuanya mempunyai harga P pada kisaran
prosentase 27% - 72%, sehingga semua soal termasuk kategori tingkat kesukaran
soal sedang. Secara keseluruhan hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba
d. Daya Pembeda
Daya pembeda hitung dengan uji-t. Butir soal dikatakan signifikan apabila
thitung > ttabel, dengan dk = (n1 1)+(n2 1) dengan taraf signifikan 5%.
(M H M L )
t=
x + x2
2 2
1
ni(ni 1)
ni(ni 1)
Dari tabel distribusi t, untuk = 5% dan dk = (10 1) + (10 1) = 18, ttabel = 1,73.
Dari hasil perhitungan uji coba instrumen untuk contoh item soal nomor 1 diperoleh
thitung = 7,66. Karena thitung > ttabel , yaitu 7,66 > 1,73 maka daya pembeda soal nomor
1 signifikan. Secara keseluruhan hasil perhitungan daya pembeda soal uji coba
instrumen dapat dilihat pada (lampiran 11). Dari semua perhitungan daya pembeda
siklus I soal nomor 1 sampai 5 didapat thitung > dari ttabel, maka daya beda soal uji
coba instrumen yang digunakan signifikan.
Berdasarkan hasil analisis uji instrumen (uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan taraf kesukaran) dari siklus I di atas, soal-soal yang diberikan semua
memenuhi kriteria instrumen yang baik, dapat dilihat pada (Lampiran 13), sehingga
soal yang diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini.
2. Siklus II
a. Validitas Soal
kasar. Nilai rxy yang dihasilkan pada perhitungan dikonsultasikan dengan tabel
harga kritik r product moment. Soal dikatakan valid apabila mempunyai koefisien
korelasi lebih besar atau sama dengan nilai rtabel. Jika rxy < rtabel , maka butir item
tidak valid.
Berikut contoh perhitungan validitas soal untuk butir soal no 1 pada siklus II
dan butir soal yang lain juga dihitung dengan cara yang sama.
X = 273 XY = 9198 N = 40
(40)(9198) (273)(1275)
rxy =
[(40)(2031) 74529][(40)(43295) 1625625]
367920 348075 19845
= =
(81240 74529)(1731800 1625625) (6711)(106175)
19845
=
712540425
19845
= = 0,74344
26693,4528489
Karena rxy > r tabel atau 0,74344 > 0,312 maka soal no.1 valid.
Dari 5 soal uraian uji coba instrumen siklus II semuanya mempunyai koefisien
korelasi yang memenuhi kriteria rhitung > rtabel sehingga semua soal uji coba siklus II
dikatakan valid. Untuk hasil perhitungan validitas soal uji coba instrumen siklus II
b. Reliabilitas
Dari hasil perhitungan dengan rumus alpha, untuk uji coba instrumen siklus
II diperoleh koefisien korelasi r11 = 0,6903. Karena rhitung = 0,6903 terletak pada
interval 0,60 r11 < 0,80 maka instrumen yang digunakan reliabel dengan kategori
reliabilitas tinggi.
n i
2
r11 = 1
n 1 t2
( X )2
X 2
N
12 =
N
(273) 2
2031
= 40
40
74529
2031
= 40
40
= 4,19438
Sehingga
2 2 2 2 2 2
i = 1 + 2 + 3 + 4 + 5
= 29,70816
n i
2
r11 = 1
n 1 2t
5 29,70813
= 1
5 1 66,3594
= 0,690393
Karena r 11 berada pada interval 0,60 r 11 < 0,80 maka termasuk dalam kategori
34).
c. Taraf Kesukaran
Dari contoh hasil perhitungan pada siklus II soal nomor 1 diperoleh P = 55%
untuk uji coba instrumen ini berarti P berada pada kisaran prosentase 27% - 72%,
sehingga untuk siklus II soal nomor 1 dikategorikan sebagai soal yang mempunyai
Berikut perhitungan tingkat kesukaran untuk siklus I soal no.1, untuk butir soal
F
P= 100%
N
F = 22
N = 40
F
P= 100%
N
22
= 100%
40
= 55%
Dari 5 soal yang diuji coba siklus II nomor 1, 3, 4, 5 mempunyai harga P pada
kisaran prosentase 27% - 72%, sehingga soal-soal tersebut termasuk kategori taraf
prosentase >72%, sehingga soal tersebut termasuk kategori taraf kesukaran soal
sukar. Secara keseluruhan hasil perhitungan taraf kesukaran uji coba instrumen
d. Daya Pembeda
91 24,9 51 4,9
MH = 9,1 ML = 5,1
ni(ni 1)
(9,1 5,1) 4 4
= = = 6,951
24,9 + 4,9 0,331 0,575
10 x 9
Dari tabel distribusi t, untuk = 5% dan dk = (10 1) + (10 1) = 18, ttabel = 1,73.
Dari hasil perhitungan uji coba instrumen untuk contoh item soal nomor 1 diperoleh
thitung = 6,951. Karena thitung > ttabel , yaitu 6,951 > 1,73 maka daya pembeda soal
nomor 1 signifikan. Secara keseluruhan hasil perhitungan daya pembeda siklus II
soal uji coba instrumen dapat dilihat pada (lampiran 35). Dari semua perhitungan
daya pembeda siklus II soal nomor 1 sampai 5 didapat thitung > dari ttabel, maka daya
beda soal uji coba instrumen yang digunakan signifikan.
Berdasarkan hasil analisis uji instrumen (uji validitas, reliabilitas, daya
pembeda, dan taraf kesukaran) dari siklus II di atas, soal-soal yang diberikan semua
memenuhi kriteria instrumen yang baik, dapat dilihat pada (Lampiran 37), sehingga
soal yang diujicobakan dapat digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini.
C. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII B SMPN 4 Juwana Pati
tahun pelajaran 2010/2011 pada tanggal 4 Februari 2011 sampai dengan 14 Februari
2011. Setelah segala persiapan dilakukan maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus terdiri atas
tahapan perencanaan, tindakan pengamatan dan refleksi. Adapun tahapan tiap siklus
1. Siklus I
a. Perencanaan
Penelitian ini direncanakan pada tanggal 4 sampai 7 Februari, pada siswa kelas VII
(Lampiran 14).
(Lampiran 20).
5) Membuat soal tes evaluasi siklus I yang disesuaikan dengan materi yang
lampiran 22).
b. Pelaksanaan tindakan
yaitu, menyajikan irisan dua himpunan dan komplemen suatu himpunan dengan
pada hari Jumat tanggal 4 Februari 2011 diadakan pertemuan pertama (2 x 40)
menit untuk menjelaskan materi tentang penyajian irisan atau gabungan dua
himpunan dengan diagram venn, dilanjutkan pada hari Sabtu tanggal 5 Februari
2011, diadakan pertemuan kedua (2 x 40) menit untuk menjelaskan materi tentang
kelompok, pada hari Senin tanggal 7 Februari 2011 selama 40 menit diadakan
pertemuan ketiga untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dengan mengadakan tes
kehidupan sehari-hari.
4) Guru melakukan tanya jawab untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa
group).
dapatnya.
7) Guru memberikan contoh latihan soal dan meminta siswa untuk menemukan dan
menyelesaikannya sendiri.
9) Guru membagikan soal diskusi siklus I yaitu materi himpunan yang berkaitan
membaca soal.
komposisi penyelesaiannya).
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang
perlu direvisi).
12) Setelah selesai diskusi, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
13) Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah
14) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan kriteria
c. Pengamatan
1) Hasil pengamatan tentang keaktifan dan kerjasama siswa pada siklus I adalah
sebagai berikut :
sebagai tolak ukur apakah model pembelajaran yang digunakan sudah dikuasai
Secara klasikal diperoleh prosentase ketuntasan belajar siswa 70% dengan nilai
rata-rata 65,2. Namun hal ini belum menunjukan hasil yang diharapkan
Selain itu juga guru kurang memberikan bimbingan dan motivasi kepada siswa
berikut :
Dari hasil penilaian kinerja guru, maka dapat dikatakan kinerja guru cukup
baik dengan prosentase 72,5% (Lampiran 26). Hal ini belum maksimal,
tergolong cukup.
d. Refleksi
refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Dari pelaksanaan siklus I
1) Peneliti dan guru saling bertukar pikiran, agar pada siklus II dapat lebih baik
dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan siklus
I.
belajar, bimbingan yang diberikan guru pada siswa belum merata, sehingga
4) Guru hendaknya memberikan perhatian agar siswa yang lebih pandai tidak
dapat bekerjasama dan saling membantu antar temannya yang belum jelas.
prosentase 74,7% yang dikategorikan cukup baik (Lampiran 22). Sehingga masih
terdapat beberapa catatan dari peneliti bahwa guru kurang memberikan motivasi
belajar kepada siswa, yaitu buktinya masih terdapat siswa yang belum terlibat
cukup baik.
Berdasarkan analisis hasil belajar siswa pada siklus I (Lampiran 18) dalam
kontekstual diperoleh siswa yang tidak tuntas belajar berjumlah 12 siswa dengan
prosentase ketuntasan belajar klasikal 70%. Dan nilai rata-rata kelas yang dicapai
adalah 65,2.
Dari semua hasil siklus I di atas dapat disimpulkan bahwa agar siswa
memahami penjelasan dari guru pada waktu membahas materi ajar, maka
sebaiknya guru dapat mengarahkannya dengan baik. Guru juga disarankan untuk
tangkap siswa yang beragam. Bimbingan yang diberikan guru pada siswa belum
merata sehingga ada kelompok yang belum dapat menyelesaikan soal-soal dengan
baik. Guru hendaknya memberikan perhatian agar tidak siswa yang lebih pandai
pengertian agar siswa dapat bekerjasama dan membagi kemampuan yang dimiliki
kepada temannya yang belum paham. Sehingga perlu dilakukan siklus II untuk
memperbaikinya.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Penelitian ini direncanakan pada tanggal 11 sampai 14 Februari, pada siswa kelas
berikut :
(Lampiran 38).
(Lampiran 44).
5) Membuat soal tes evaluasi siklus II yang disesuaikan dengan materi yang
lampiran 46).
b. Pelaksanaan tindakan
40 menit), pada hari Jumat tanggal 11 Februari 2011 diadakan pertemuan pertama
menggunakan diagram venn dan konsep himpunan, dilanjutkan pada hari Sabtu
tanggal 12 Februari 2011, diadakan pertemuan yang kedua (2 x 40) menit untuk
himpunan. Pada hari Senin tanggal 14 Februari 2011 selama 40 menit diadakan
pertemuan ketiga untuk mengevaluasi hasil belajar siswa dengan mengadakan tes
kehidupan sehari-hari.
4) Guru melakukan tanya jawab untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa
group).
dapatnya.
7) Guru memberikan contoh latihan soal dan meminta siswa untuk menemukan
9) Guru membagikan soal diskusi siklus II yaitu materi himpunan yang berkaitan
membaca soal.
komposisi penyelesaiannya).
e) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan atau penyelesaian (jika ada yang
perlu direvisi).
12) Setelah selesai diskusi, guru meminta perwakilan setiap kelompok untuk
13) Guru memberikan umpan balik dan evaluasi atas materi yang telah
14) Guru memberikan skor terhadap hasil kerja kelompok dan memberikan
15) Guru memberikan latihan soal (evaluasi) secara individu (Lampiran 39).
dipelajari.
c. Pengamatan
1) Hasil pengamatan tentang keaktifan dan kerjasama siswa pada siklus II adalah
sebagai berikut :
41).
b) Kerjasama siswa dalam kelompok juga menunjukkan hasil yang baik, dan
(Lampiran 46).
ketuntasan belajar dibandingkan dengan siklus I. Pada siklus II ini ada lima
siswa yang tidak tuntas sehingga telah sesuai dengan harapan. Rata-rata nilai
berikut :
Dari hasil penilaian kinerja guru, maka dapat dikatakan kinerja guru baik
CIRC dengan pendekatan kontekstual. Disamping itu, guru juga lebih bisa
d. Refleksi
refleksi terhadap segala kegiatan yang telah dilakukan. Hasil refleksi siklus II
yaitu:
2) Siswa dengan cepat dapat merespon pertanyaan guru dengan jawaban yang
soal.
4) Tiap siswa telah beradaptasi dengan teman satu kelompoknya sehingga tidak
diri dalam kegiatan menyelesaikan soal serta siap menjelaskan pada kelompok
yang lain.
berjalan lancar.
siswa, kerjasama siswa dalam kelompok dan kinerja guru sehingga kekurangan
Dari hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa siswa dapat memahami
penjelasan dari guru pada waktu membahas materi ajar. Hal itu disebabkan guru
oleh siswa, mengingat daya tagkap siswa yang beragam. Bimbingan yang
diberikan guru pada siswa sudah merata sehingga semua kelompok dapat
menyelesaikan soal-soal dengan baik. Siswa yang pandai tidak lagi mendominasi
kelompoknya dan antar siswa dapat bekerjasama dengan baik serta membagi
D. Pembahasan
keaktifan dan hasil belajar siswa kelas VII B SMP N 4 Juwana Pati pada pokok bahasan
himpunan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes akhir yang semula dengan rata-rata
mencapai 65,2 dengan ketuntasan belajar klasikal 70% meningkat menjadi 80,15 dengan
ketuntasan belajar klasikal 87,5%. Begitu pula dengan nilai hasil diskusi yang semula
rata-rata 78,54 naik menjadi 83,54. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya motivasi dan
minat siswa dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menjawab pertanyaan dari guru,
siswa lebih aktif dan kreatif serta lebih mudah menerima dan memahami materi yang
diajarkan. Untuk keaktifan siswa selama proses belajar mengajar mengalami peningkatan
dari rata-rata prosentase 73,82% menjadi 84,75% sehingga sudah memenuhi indikator
dari rata-rata prosentase 74,7% menjadi 83,45%. Hal ini disebabkan karena siswa lebih
berani bertanya, terlibat aktif antara siswa dengan guru, menghargai pendapat orang lain,
berani dan mampu menjelaskan pada teman yang belum jelas serta berani berpresentasi.
peningkatan yaitu semula rata-rata prosentase mencapai 72% meningkat menjadi 81%.
Hal ini karena siswa merasa lebih mudah memahami materi yang diajarkan dan bisa
saling membantu dengan teman yang lainnya yang mengalami kesulitan, sehingga dapat
saling melengkapi.
prosentase 72,5% menjadi 85% dan sudah memenuhi indikator keberhasilan, hal ini
disebabkan karena guru dapat menguasai kelas dengan baik, membimbing siswa
mengkonstruksi pengetahuan baru yang didapat siswa dalam KBM, lebih menumbuhkan
interaksi kepada siswa agar lebih aktif dalam KBM dan membimbing siswa dalam
kelompok.
tersebut disebabkan siswa sudah mampu memahami dan menyesuaikan diri dengan
model pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual yang diterapkan oleh guru.
Selain itu proses diskusi dalam kelompok telah memunculkan keberanian bertanya baik
antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru tentang hal yang dianggap
sulit, sehingga mereka dapat lebih aktif belajar dan aktif berkomunikasi dalam
menyelesaikan soal-soal.
mendapatkan nilai baik dalam tes uji kompetensi. Hal ini terlihat dari motivasi siswa
Bimbingan guru dalam mengkonstruksi pengetahuan baru yang didapat siswa menambah
nilai positif dari pembelajaran CIRC ini. Peran aktif siswa pada setiap kegiatan
pembelajaran seperti belajar kelompok, berdiskusi, berpikir dan berinteraksi baik dengan
dengan pendekatan kontekstual ini dapat meningkatkan keaktifan dan sikap siswa dalam
pembelajaran CIRC dengan pendekatan kontekstual ini menjadikan guru lebih kreatif
dan siswa tidak jenuh serta lebih termotivasi untuk terlibat secara aktif dalam proses
kesempatan pada siswa untuk bekerja sama dan mengemukakan pendapatnya sendiri.
kontekstual dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru sehingga hasil belajar dan
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Dwi Antari Wijayanti tahun
2002 dan penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Wiwik Fitri Sholikah tahun
Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Dwi Antari Wijayanti tahun
2002 menyimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan hasil belajar
matematika khususnya dalam materi SPLDV bagi siswa kelas II-C SLTP N 4 Semarang.
Hal ini dapat dilihat pada peningkatan hasil evaluasi 60% pada siklus I dan 84% pada
siklus II, selain itu juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dari 56% pada siklus I dan
81% pada siklus II serta dapat meningkatkan kinerja guru dari 56% pada siklus I dan
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH3c47.dir/doc.pdf
Disamping itu hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Wiwik Fitri
belajar matematika khususnya dalam materi bangun segiempat bagi siswa kelas VII A
SMP N II Balarejo Kab. Madiun tahun pelajaran 2004/2005 dengan 3 siklus. Pada siklus
ketiga sudah mencapai keberhasilan dengan nilai rata-rata mencapai 7,25 dengan
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH0193/7b9ca7cb.dir/doc.pdf
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa, keaktifan dan kerjasama siswa dalam
kelompok pada siswa Kelas VII B SMPN 4 Juwana Pati tahun pelajaran 2010/2011
1. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Nilai rata-rata siklus I yaitu 65,2 dan
pada siklus II nilai rata-ratanya meningkat menjadi 80,15. Pada siklus I siswa yang
tuntas belajar 28 siswa dan yang tidak tuntas 12 siswa. Sedangkan pada siklus II
siswa yang tuntas belajar sebanyak 35 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 5 siswa.
Ketuntasan belajar klasikal pada siklus I yaitu 70% dapat disimpulkan bahwa hasil
tes akhir pada siklus II lebih baik bila dibandingkan dengan siklus I yaitu mencapai
peningkatan dari rata-rata prosentase yang diperoleh semula hanya 73,82% menjadi
84,75%, begitu pula dengan aktivitas kerjasama siswa mengalami peningkatan dari
tipe CIRC dengan pendekatan kontekstual juga mengalami peningkatan yaitu semula
rata-rata prosentase mencapai 72% meningkat menjadi 81%, jadi semuanya sudah
3. Penampilan guru dalam mengajar juga mengalami peningkatan dari skor yang
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas VII B SMPN 4 Juwana Pati tahun
pembelajaran alternatif untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa baik
pendekatan kontekstual ini karena dapat melatih siswa agar mampu menganalisa
masalah matematika yang dihadapi, sehingga memotivasi siswa terbiasa berfikir kritis
dengan instruksi seminimal mungkin, hal ini mendorong siswa agar lebih aktif
DAFTAR PUSTAKA
Darsono, Max. 2001. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Dwi Antari Wijayanti. 2002. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas II C SLTP N 4
Semarang Tahun Pelajaran 2001/2002 Pada Pokok Bahasan SPLDV dengan Model
CIRC.
http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH3c47.dir/doc.pdf
Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Simangunsong, Wilson. 2006. Matematika Untuk SMP Kelas VII. Jakarta: Erlangga.
Tim Penyusun. 1993. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Wiwik Fitri Sholikhah. 2005. Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Bangun Segi
Empat Siswa Kelas VII A SMP N II Balarejo Kab. Madiun Tahun Pelajaran