Anda di halaman 1dari 17

Makalah Pengantar Sosiologi

PERMASALAHAN SOSIAL "

Makalah ini diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Pengantar Sosiologi

Taufan Hardiansyah Akbar,S.IP.,M.SI

Disusun oleh:

Anysa Cikal (6212161017)

Muchamad Shydiq R (6212161028)

Mukti Fadlilah (6212161026)

Nida Nurawaliyah (6212161030)

Ni Luh Rinita Deyani Putri (6212161021)

Nurul Fahminiawan (6212161024)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

CIMAHI

2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa taala atas karunia, hidayah
dan nikmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum
ini. Tak lupa shalawat serta salam kita curahkan dan limpahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW kepada keluarganya, para sahabatnya dan pada tabiin dan tabiitnya dan
pada kita semua umatnya hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memenuhi salah satu tugas Pengantar Sosiologi.
Makalah ini ditulis dari hasil ungkapan pemikiran dengan melihat panduan yang
bersumber dari internet dan buku sebagai referensi. Tak lupa penyusun mengucapkan terima
kasih kepada dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum, juga kepada rekan-rekan
mahasiswai yang telah mendukung dan berparti-sipasi sehingga makalah ini dapat
terselesaikan dengan tepat waktu.

Penulis berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat dan sebagai
acuan atau refrensi bagi kita semua dalam mengkaji masalah Permasalahan Sosial, dan
semoga dapat menambah wawasan kita mengenai permasalah sosial di Indonesia,
khususnya bagi penulis, umumnya untuk para pembaca sekalian.

Penulis sadar bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis
mengharapan adanya koreksi,kritik, dan saran ke arah perbaikan.

Akhirnya penulis berharap, semoga malakah ini menjadi berguna dan bermanfaat,
khususnya bagi penulis umum nya bagi pembaca.

Cimahi, 20 November 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI................................................................................................... 2
BAB I........................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................ 3
1. Latar Belakang Penyebab Permasalahan Sosial..............................................3
2. Rumusan Masalah................................................................................... 7
BAB II.......................................................................................................... 7
PEMBAHASAN.............................................................................................. 7
a. Urbanisme............................................................................................ 7
b. Hedonisme............................................................................................ 8
c. Kriminalisme.................................................................................... 15
BAB III....................................................................................................... 60
PENUTUP................................................................................................... 60
1.Kesimpulan............................................................................................. 60
2.Saran..................................................................................................... 60

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari masalah, baik masalah
individu maupun sosial. Langkahawal untuk mengatasi masalah tersebut
adalah memahaminya.
Menurut Soerjono Soekanto masalah sosial adalah suatu ketidaksesuaian
antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrokan antara unsur-unsur
yang ada dapat menimbulkan gangguan hubungan sosial seperti
kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat.

Masalah sosial muncul akibat terjadinya perbedaan yang mencolok


antara nilai dalam masyarakat dengan realita yang ada. Yang dapat
menjadi sumber masalah sosial yaitu seperti proses sosial dan bencana
alam. Adanya masalah sosial dalam masyarakat ditetapkan oleh lembaga
yang memiliki kewenangan khusus seperti tokoh masyarakat,
pemerintah, organisasi sosial, musyawarah masyarakat, dan lain
sebagainya.
2. Rumusan Masalah
a) Bagaimana urban

URBANISASI
Urbanisasi berasal dari kata Urban yang artinya sifat kekotaan. Arti
urbanisasi sangat luas, yang paling menonjol di Indonesia diartikan
sebagai perpindahan penduduk dari desa ke kota. Paul Knox
mendefinisikan urbanisasi sebagai suatu proses yang dimotori oleh
perubahan ekonomi yang mendorong dan didorong oleh faktor-faktor
manusia, sumber daya alam dan teknologi (sumber daya alam buatan)
dan menghasilkan keluaran keadaan ekonomi, sosial dan fisik serta
masalah-masalah yang menjadi bahan yang harus diatasi dalam
penentuan kebijakan pembangunan kota. Selanjutnya, Urbanisasi ditinjau
dari sejarahnya yang sangat tua adalah suatu proses perubahan yang
diinginkan manusia untuk mempertahankan hidupnya dan atau menuju
perbaikan nasib kehidupannya, hal tersebut telah berlangsung sejak
manusia itu ada didunia (Soetomo, 2009 : 44). Maka, dari definisi yang
ada, dapat diambil kesimpulan bahwa urbanisasi adalah suatu proses
terbentuknya kehidupan perkotaan yang berbeda dengan kehidupan
pedesaan, dalam konteks ekonomi, sosial dan mentalitas masyarakatnya.

Penyebab Urbanisasi
perpindahan penduduk pedesaan ke perkotaan terjadi karena adanya
daya tarik (pull factors) dari perkotaan dan daya dorong (push factors)
dari perdesaan.

Faktor Pendorong dari Desa:


Terbatasnya kesempatan kerja atau lapangan kerja di desa.
Tanah pertanian di desa banyak yang sudah tidak subur atau
mengalami kekeringan.

Kehidupan pedesaan lebih monoton (tetap/tidak berubah) daripada


perkotaan.

Fasilitas kehidupan kurang tersedia dan tidak memadai.

Upah kerja di desa rendah.

Timbulnya bencana desa, seperti banjir, gempa bumi, kemarau


panjang, dan wabah penyakit.

Faktor Penarik dari Kota


Kesempatan kerja lebih banyak dibandingkan dengan di desa.

Upah kerja tinggi.


Tersedia beragam fasilitas kehidupan, seperti fasilitas pendidikan,
kesehatan, transportasi, rekreasi, dan pusat-pusat perbelanjaan.

Kota sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, ilmu


pengetahuan, dan teknologi.

Dampak Positif dan Negatif urbanisasi


Terjadinya urbanisasi membawa dampak positil dan negatif, baik bagi
desa yang ditinggalkan, maupun bagi kota yang dihuni.

DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF URBANISASI BAGI DESA

Dampak positif sebagai berikut.

Meningkatnya kesejahteraan penduduk melalui kiriman uang dan hasil


pekerjaan di kota.

Mendorong pembangunan desa karena penduduk telah mengetahui


kemajuan dikota.

Bagi desa yang padat penduduknya, urbanisasi dapat mengurangi


jumlah penduduk.
Mengurangi jumlah pengangguran di pedesaan.

Dampak negatif sebagai berikut:

Desa kekurangan tenaga kerja untuk mengolah pertanian.


Perilaku yang tidak sesuai dengan norma setempat sering
ditularkan dari kehidupan kota.
Desa banyak kehilangan penduduk yang berkualitas.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF URBANISASI BAGI KOTA

Dampak positif sebagai berikut:

Kota dapat memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja.


Semakin banyaknya sumber daya manusia yang berkualitas.

Dampak negatif sebagai berikut.

Timbulnya pengangguran.
Munculnya tunawisma dan gubuk-gubuk liar di tengah-tengah kota.
Meningkatnya kemacetan lalu lintas.
Meningkatnya kejahatan, pelacuran, perjudian, dan bentuk
masalah sosial lainnya.
HEDONISME
Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa orang
akan menjadi bahagia dengan mencari kebahagiaan sebanyak mungkin
dan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang
menyakitkan.

Karakteristik Hedonisme :
a. Hedonisme Egoistis

Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan


semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati
dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya: makan-makanan
yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang
cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan
ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk
menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan
keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai
puas.

b. Hedonisme Universal

Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme yang


artinya kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang.
Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya
semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun
kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh
semua orang. Sebenarnya tidak bisa disangkal lagi bahwa hedonisme
banyak jenisnya.

Hedonisme Dalam Mahasiswa

Mahasiswa adalah Iron Stock dimana mahasiswa itu di analogikan


sebagai suatu asset masa depan yang kokoh yang nantinya bergerak
kearah perubahan nyata dalam kehidupan bermasyarakat, karena
sejatinya mahasiswa itu berasal dari masyarakat dan kembali kepada
massa rakyat. Maka patutlah paradigma berfikir mahasiswa itu tidak bisa
disamakan dengan manusia lainnya. Dalam paradigma sosial mahasiswa
telah kita sama-sama ketahui bahwa mahasiswa itu memiliki kajian
berfikir yang ilmiah, lalu bagaimanakah hedonisme itu sendiri dapat
masuk di kalangan mahasiswa. ? menurut pendapat saya, hedonnisme
itu dapat masuk di dalam kalangan mahasiswa karena faktor-faktor
sebagai berikut:

1. Faktor Gaya Hidup Mewah

Faktor ini timbul dikarenakan mahasiswa itu selalu ingin memenuhi


kehidupan pribadinya dan cenderung tidak ingin di pandang rendah oleh
orang sekitarnya. Faktor gaya hidup yang mewah ini pun melahirkan sifat
egoisme di kalangan mahasiswa, dimana sifat egoisme ini merupakan
pelengkap dari faham hedonisme. Kenapa demikian. ? Karena faham
hedonisme memandang bahwa kebahagiaan itu adalah segala-galanya
dan tidak berfikir bagaimana caranya membahagiakan orang-orang yang
kesusahan di sekitarnya.

2. Faktor Afatis

Faktor afatis ini sebenarnya kebalikan dari aktivis, dimana faham aktivis
lebih berfikir progressif serta kritis didalam menganalisis dan mengkaji
realita-realita disekitarnya dengan analisis yang obyektif dan efisien.
Sedangkan afatis lebih memandang realita-realita di sekitarnya tidak
berarti apa-apa didalam kehidupannya dan membiarkan realita-realita
tersebut berlalu begitu saja seperti angin yang meniup dedaunan dan
terjatuh begitu saja, tanpa berfikir serta menganalisis dan mengkaji
realita tersebut terlebih dahulu. Lalu apa kaitannya dengan faham
hedonisme dikalangan mahasiswa. ? tentu ada kaitannya, karena afatis
melahirkan sifat individualis yang berlebihan dari mahasiswa yang
memandang segala sesuatu itu harus di telaah dengan perasaan terlebih
dahulu. Apakah sesuatu itu dikatakan baik atau tidak oleh perasaan
maka itu yang di percayai untuk di lakukan, sementara dalam paradigma
mahasiswa menganalisis suatu masalah dengan perasaan pasti
berbenturan dengan kondisi subjektif yang menghasilkan rasa malu,
sungkan dan lain-lain, maka otomatis hasilnya akan selalu salah dengan
realita yang sedang di hadapinya. Dengan begitu mahasiswa lebih
memilih hal-hal yang tidak memberatkan fikiran serta daya analisis tinggi
di dalam mengkaji realita-realita yang terjadi di sekitarnya dan lebih
memilih have fun seperti santai ke pantai, dugem dan shopping sampai
jalan-jalan malam yang sebenarnya tidak ada artinya jikalau itu hanya
menguras goceng alias duit yang berlebihan.

3. Faktor Perfectsionis

Faktor perfectsionis timbul karena adanya faktor gaya hidup mewah yang
mengharuskan mahasiswa itu mengikuti style kehidupan modern saat ini,
terlebih dengan kemajuan teknologi baru yang mau tidak mau
mahasiswa itu bersaing didalam mendapatkan teknologi baru tersebut
yang tujuannya hanya memuaskan kehidupan pribadi mahasiswa itu
sendiri agar tidak di anggap remeh oleh orang disekitarnya, padahal
menjadi mahasiswa itu tidak sekedar ngmpus dan hanya mendapatkan
ilmu yang hanya sedikit saja tanpa didukung oleh ilmu lainnya di sekitar
kampus seperti masuk organisasi. Kaitannya dengan hedonisme dalam
kalangan mahasiswa, karena sifat perfectsionisme sangat dekat
hubungannya dengan faham hedonisme itu sendiri. Terlebih faham
hedonisme menganggap bahwa kebahagiaan itu lah tujuan hidupnya
serta tolak ukur tindakan manusia maka secara tidak langsung
menghasilkan sifat perfectsionis yang memandang bahwa kesempurnaan
dalam segala hal itu adalah merupakan sebuah keharusan dalam
hidupnya. Tanpa memandang bahwa orang sekitarnya yang lebih
membutuhkan belaian kasih akan kehidupan yang bahagia juga sering
kali di abaikan olehnya.

4. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan sangat menentukan keperibadian mahasiswa, karena


lingkungan adalah tempat dimana mahasiswa bergaul dan berinteraksi
dengan orang-orang sekitarnya. Lingkungan yang apatis akan memaksa
mahasiswa menjadi manusia yang tidak mau tau akan realita-realita di
sekitarnya alias cuek-cuek aja. Dan biasanya lingkungan mahasiswa yang
apatis ini akan menjadi mahasiswa yang kupu-kupu (kuliah pulang -
kuliah pulang). Kerjaannya Cuma kuliah dan kuliah lalu pulang begitu saja
tanpa memikirkan bagaimana ia berinteraksi secara lebih dengan
mahasiswa lain dan sangat tidak peduli akan organisasi-organisasi di
dalam perkuliahan yang sejatinya mendewasakan fikirannya serta
tindakannya di kemudian hari. Prilaku apatis seperti itu cenderung rentan
diserang oleh hedonisme, karena faham hedonis yang sejatinya
mengkuantitaskan kesenagan itu akan cenderung lupa bagaimana
caranya berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mudah terjebak
oleh situasi dan kondisi dimana situasi tersebut diambil alih oleh perilaku
hedonis dan melupakan analisis ilmiahnya sebagai mahasiswa yang
menjadikannya dewasa dalam berfikir serta berperan sesuai dengan
paradima mahasiswa itu sendiri.

5. Faktor Gaya Hidup Bebas

Gaya hidup bebas mahasiswa sangat rentan diserang hedonisme, karena


gaya hidup bebas sangat memperioritaskan kesenangan duniawi yang
sebetulnya hanya sesaat dan tidak mempunyai makna yang signifikan
kepada mahasiswa itu sendiri. Dalam tindakannya sehari-hari, gaya
hidup bebas ini cenderung mengambil tindakan yang ringan-ringan serta
tidak mau mengambil resiko yang terlau memberatkan fikirannya.
Tindakan seperti itu sangat persis dengan tindakan faham hedonis yang
memandang bahwa segala sesuatu itu tidak memberatkan jiwa dan raga
dalam kehidupan sehari-hari. Pantaslah mahasiswa yang kehidupannya
tertlalu bebas dan glamour itu lebih memilih posisi aman serta tidak mau
memacu maneuver dia dalam tindakan-tindakannya yang membawa
kebahagiaan bagi orang-orang di sekitarnya.

Selanjutnya langkah-langkah seperti apakah yang seharusnya ditempuh


oleh mahasiswa dalam menghadapi faham hedonis yang sejatinya
merusak paradigma berfikir mahasiswa dalam kehidupannya sebagai
agen of change dan agen of control ditengah-tengah masyarakat kampus
maupun di luar masyarakat kampus. ? berikut langkah-langkahnya yang
menurut saya bisa mengurangi sifat hedonis dalam kalangan
mahasiswa.

1) Kritis Dalam Bertindak dan Bertinngkah Laku

Menjadi mahasiswa yang kritis dan peka terhadap lingkungan adalah


bukan sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan. Karena dengan kita
menjadi mahasiswa yang kritis kita mampu mengkaji serta mengambil
tindakan yang tepat dan efisien dalam menghadapi masalah-masalah
yang menghadapii kita. Dengan begitu paradigma berfikir mahasiswa
akan menjadi sebuah praktek yang nyata dan bukan menjadi sebuah
wacana belaka. Maka dengan begitu pula secara tidak langsung kita
dapat memarginalkan hedonisme didalam kehidupan mahasiswa dan
beralih kepada perilaku-perilaku yang positif serta dapat membantu
sesama dengan keikhlasan dan keyakinan yang teguh akan perubahan.

2) Menerapkan Gaya Hidup Sederhana

Menerapkan gaya hidup yang sederhana adalah salah satu pilihan


alternative dalam membasmi hedonisme dikalangan mahasiswa,
pasalnya dengan menerapkan gaya hidup yang sederhana, orientasinya
lebih akurat serta tidak terlalu memberatkan fikiran serta terkesan lebih
menarik dimata orang lain. Pola hidup sederhana juga memberi pengaruh
yang signifikan terhadap pergaulan mahasiswa dengan mahasiswa
lainnya, karena di pandang sangat supple dalam bergaul dan tidak
memandang lawan bergaul dari segi apapun. Itulah alasan pola perilaku
sederhana itu sangat berpengaruh terhadap penghapusan hedonisme
dalam kalangan mahasiswa.

3) Kontrol Pengeluaran Bahan Produksi

Pengeluaran bahan produksi disini maksudnya adalah modal yang


berbentuk materil maupun non materil, bahan materil disini maksudnya
seperti uang, sedangkan bahan produksi yang non materil itu berupa
selain dari uang seperti tenaga dan alat transportasi. Lalu bagaimanakah
cara kita mengontrol bahan produksi tersebut dalam kehidupan kita
sehari-hari dalam masyarakat kampus maupun masyarkat di luar
kehidupan kampus. ? Jawabannya ada pada paradigma berfikir
mahasiswa itu sendiri. Disinilah praktek nyata dari acuan berfikir seorang
mahasiswa itu dalam mengontrol segala yang menjadi perioritas
utamanya. Maka secara tidak langsung sifat hedonisme itu dapat di
cegah oleh mahasiswa itu dengan mengontrol dan memikirkan secara
ilmiah tentang segala resiko yang akan ddiambil kelaknya.

Pada intinya pencegahan hedonisme dalam mahasiswa itu


terletak pada keyakinan (trust) yang teguh serta praktek yang nyata dari
mahasiswa itu sendiri. Itu lah beberapa cara yang mungkin dapat
meminimalisir budaya hedonis itu timbul dalam dunia kemahasiwaan.
KRIMINALITAS
Kriminalitas atau bisa disebut juga dengan kejahatan adalah tingkah laku
yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga
masyarakat menentangnya.
Bila dilihat dari sosiologi maka kejahatan adalah salah satu masalah
yang paling gawat dari disorganisasi sosial.Karena pelaku kejahatan
bergerak dalam aktivitas-aktivitas yang membahayakan bagi dasar-dasar
pemerintahan, hukum, Undang-Undang, Ketertiban dan Kesejahteraan
sosial.dan oleh karena itulah kejahatan merupakan salah satu bagian dari
disorganisasi sosial yang perlu diperhatikan. Dalam culture conflict
theory Thomas Sellin menyatakan bahwa setiap kelompok memiliki
conduct morm-nya sediri dan dari conduct norms dari satu kelompok
mungkin bertentangan dengan conduct norms kelompok lain. Seorang
individu yang mengikuti norma kelompoknya mugkin saja dipandang
telah melakukan suatu kejahatan apabila norma-norma kelokpoknya itu
bertentangan dengan norma-norma dari masyarakat dominan.
Menurut penjelasan ini perbedaan utama antara seorang kriminal dengan
seorang non kriminal adalah bahwa masig-masing menganut conduct
norms yang berbeda. Sebaliknya dalam teori kontrol sosial memfokuskan
diri pada teknik-teknik dan strategi-strategi yang mengatur tingkah laku
manusia dan membawanya kepada penyesuaian atau ketaatan kepada
aturan-aturan masyarakat.
FAKTOR PENYEBAB KRIMINALITAS

A. Faktor ekonomi

1) Sistem ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan bebas,
menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara penjualan
modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk memiliki
barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk kesempatan
melakukan penipuan-penipuan.

2) Harga-harga, Perubahan Harga Pasar


Ada anggapan umum, bahwa ada suatu hubungan langsung antara
keadaan-keadaan ekonomi dan kriminalitas, terutama mengenai
kejahatan terhadap hak milik dan pencurian (larceny).Dalam penelitian
tentang harga-harga (prices) maka hasilnya menunjukkan bahwa
kenaikan harga rata-rata diikuti dengan kenaikan pencurian yang
seimbang.
Suatu interaksi yang khas antara harga-harga barang (contoh: gandum,
dan sebagainya) dari kriminalitas ternyata dan terbukti dari fakta-fakta,
yaitu bahwa jumlah kebakaran yang ditimbulkan yang bersifat menipu
mengenai hak milik tanah menjadi tinggi, bila harga tanah turun dan
penjualannya sukar. Alasannya ialah karena keadaan-keadaan ekonomi
menimbulkan suatu kepentingan khusus untuk memperoleh jumlah
asuransi kebakaran untuk rumah dan pekarangan serta tanaman,
(premises = rumah dan pekarangan).

3) Gaji atau Upah.


Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan lain-lain gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks keadaan
ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan harga pasar
harus diperhatikan..

4) Pengangguran
Di antara factor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu-waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. 18 macam factor ekonomi yang
berbeda dapat dilihat dari statistic-statistik tersebut, bekerja terlalu
muda, tak ada pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap,
pengangguran biasa dan kekhawatiran dalam hal itu, berpindahnya
pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain, perubahan gaji sehingga
tidak mungkin membuat anggaran belanja, kurangnya libur, sehingga
dapat disimpulkan bahwa pengangguran adalah factor yang paling
penting.
DAFTAR PUSTAKA

http://dirtyfarms.blogspot.co.id/2012/12/masalah-sosial-yang-terjadi-
di.html
http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-penyebab-dampak-
urbanisasi.html
http://anca45-kumpulan-makalah.blogspot.co.id/2011/11/urbanisasi-
dampak-dan-strategi.html
(http://michaelgunnrose.blogspot.co.id/2013/10/hedonisme.html?m

http://ronikurosaky.blogspot.co.id/2014/05/hedonisme-kehidupan-
mahasiswa.html?m=1
http://click-gtg.blogspot.com/2008/08/teori-kejahatan-dari-aspek-sosiologis.html

http://ittemputih.wordpress.com/2012/04/27/kriminalitas/

Anda mungkin juga menyukai