Tujuan. Menganalisa hubungan SGPT dan SGOT dengan kejadian DILI pada anak
dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi.
Hasil. Dari 20 subyek terdapat 13 laki-laki (65%) dan 7 perempuan (35%). Hasil
analisis perbandingan antara kadar SGPT dan SGOT sebelum dan sesudah
pemberian metotreksat pada pengobatan LLA risiko tinggi pada fase konsolidasi,
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna (p<0.001). Pada
penelitian ini juga terjadi kejadian DILI, didapatkan hasil terdapat 5 kasus (25%)
dari 20 kasus pasien LLA risiko tinggi pada fase konsolidasi.
Kesimpulan. Terdapat perbedaan bermakna pada kadar SGPT dan SGOT setelah
diberikan metotreksat. Didapatkan 25% untuk kejadian DILI pada peningkatan
SGPT dan SGOT setelah menjalani kemoterapi fase konsolidasi.
Metode
Penelitian ini dilakukan pada 20 pasien anak leukemia limfoblastik akut yang
berumur 36 bulan (3 tahun) tahun sampai 192 bulan (16 tahun) yang dirawat
di bangsal hematologi-onkologi anak RSUD dr. Moewardi Surakarta dengan
usia rerata 89,35 bulan. Dari 20 sampel didapatkan 5 sampel dengan
peningkatan enzin transaminase sebesar > 2-3 kali nilai normal (DILI). dengan
menggunakan metode uji Wilcoxon didapatkan perbedaan yang bermakna
antara rerata kadar SGPT sebelum dan sesudah mendapatkan kemoterapi
metotreksat dengan nilai (p<0,001) (tabel 2). Pada tabel 3 menunjukkan hasil
signifikan (p<0,001) dari peningkatan kadar SGOT setelah pemberian
metotreksat Analisis statistik menggunakan uji t dikarenakan distribusi data
SGOT normal.
Tabel 1 Karakteristik dasar subjek penelitian menurut umur, jenis kelamin dan
kejadian DILI
Jenis kelamin
Lelaki 13 (65%)
Perempuan 7 (35%)
Usia (bulan), (rerataSB) 89,3546,67
SGPT prekemo (median, min-max) 29, (11-38)
SGPT postkemo (median, min-max) 47, (33-118)
SGOT prekemo (rerataSB) 24, 17,00
SGOT postkemo (rerataSB) 42, 2513,59
Kejadian DILI 5 (25%)
Tabel 2 Hasil analisis uji Wilcoxon perbedaan rerata kadar SGPT sebelum dan
setelah pemberian metotrexat
n Median p-value
(Max-min) (nilai p)
Kadar SGPT sebelum 20 26,05
metotreksat (11-38)
< 0.001
Kadar SGPT setelah 20 42,25
metotreksat (33-118)
Tabel 3 Hasil analisis uji t perbedaan kadar SGOT sebelum dan setelah
pemberian metotreksat
n mean p-value
SB (nilai p)
20 24,1
Kadar SGOT sebelum 7,00
metotreksat
<0.001
Kadar SGOT setelah 20 42,25
metotreksat 13,59
Pembahasan
Pada hasil penelitian yang dilakukan didapatkan anak dengan LLA pada usia
antara 46,68 bulan (3,5 tahun) sampai 136,0 bulan (11,4 tahun) dengan
median umur adalah 89,3546,67 bulan (7,4 tahun). Hasil penelitian lain juga
dikatakan hal yang sama bahwa penderita yang terbanyak pada kasus LLA
pada kelompok usia 2 sampai 12 tahun yaitu sebanyak 36 kasus (85,7%) dan
terendah pada kelompok usia kurang 2 tahun sebanyak 2 kasus. 9 Kriteria usia
pada penderita LLA dapat dikaitkan dengan prognosis dari penyakit LLA.
Anak-anak penderita LLA yang berusia 2 tahun sampai 9 tahun mempunyai
prognosis yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang berusia kurang
dari 1 tahun atau lebih dari 10 tahun yang menderita LLA risiko tinggi.1
Berdasarkan jenis kelamin pasien yang menderita LLA pada penelitian ini,
jumlah subyek laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek
perempuan yaitu subyek laki-laki sebanyak 13 pasien (65%) sedangkan
perempuan 7 pasien (35%). Pada penelitian yang lain juga didapatkan lebih
banyak laki-laki dibandingkan perempuan yaitu sebesar laki-laki 17 (77,3%)
dan perempuan 5 kasus (22,7%).10 Hasil ini sama dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Pertiwi di RSUP Sanglah memperlihatkan bahwa jumlah
pasien anak laki-laki penderita LLA lebih banyak daripada pasien anak
perempuan, yaitu sebesar 65 kasus dan 61 kasus LLA. 11
Hasil analisis perbandingan antara kadar SGPT dan SGOT sebelum dan
sesudah pemberian metotreksat pada pengobatan LLA risiko tinggi pada fase
konsolidasi, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna
(p<0.001) pada peningkatan kadar SGPT dan SGOT setelah pemberian
metotreksat. Didapatkan hasil pada SGPT sebelum pemberian metotreksat
dengan nilai rata-rata sebesar 26 U/l (11-38) U/l meningkat kadarnya menjadi
42,25 U/l (33-118) U/l, begitu juga terhadap kadar SGOT yang terjadi
peningkatan dari nilai 24,1 U/l menjadi 42,25 U/l. Pada penelitian lain juga
menyebutkan bahwa terjadi peningkatan SGOT setelah pemberian
kemoterapi metotreksat dari nilai 31,114,97 meningkat menjadi 51,652,69
dan pada SGPT dari kadar 32,319,93 menjadi 44,726,09. 10
Berdasarkan penelitian lain yang dilakukan Ragab (2015), bahwa terdapat
peningkatan kadar SGPT dan SGOT pada pemeriksaaan 42 jam setelah
pemberian HD Mtx yang ke dua dan ke empat, serta dilakukan pemeriksaan
SGPT dan SGOT setelah pemberian metotreksat di 4 bulan setelah fase
konsolidasi selesai. Hasil yang didapat berupa peningkatan kadar SGPT dan
SGOT dalam penelitian tersebut.10 Faktor risiko lain peningkatan kadar SGPT
dan SGOT pada pasien LLA yang mendapat metotreksat tidak diteliti dalam
penelitian ini. Menurut Charlotte et al., (1998), bertambahnya usia dan lama
paparan metrotreksat mempengaruhi peningkatan kadar enzim SGOT dan
SGPT.12
DAFTAR PUSTAKA
1. Permono B., & Ugrasena IDG. Leukemia akut. 2012. Dalam :
Permono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M,
penyunting. Buku Ajar Hemato-Onkologi Anak. Jakarta: Ikatan dokter
Anak Indonesia. hlm. 236-247
2. Lanzkowsky P., 2011 Leukemias. Manual of pediatric hematology
and oncology. 5th Ed. California: Elsevier academic press. hlm. 518-
65.
3. Mantadakis, E., Cole, P.D. & Kamen, B. a, 2005. High-dose
methotrexate in acute lymphoblastic leukemia: where is the
evidence for its continued use? Pharmacotherapy, 25(5), hlm.748
55. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15899736
(diakses tanggal 6 April 2016).
5. Farahmand, F., Fallahi, G.H. & Sadeghian, M., 2010. Acute Hepatitis
as a Manifestation of Acute Lymphoblastic Leukemia. vol. 2. no. 1,
hlm. 4446.
10. Ragab, S.M. & Badr, E., 2015. Evaluation of serum and urine
fetuin-A levels in children with acute lymphoblastic leukemia during
and after high-dose methotrexate therapy: Relation to toxicity.
Hematology (Amsterdam, Netherlands), 0(0), hlm.114. Available at:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26268515.( diakses tanggal 6
Agustus 2016)
11. Pertiwi, N.M., Niruri R., & Ariawati K., 2012. Gangguan
hematologi akibat kemoterapi pada anak dengan leukemia limfositik
akut di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26268515.( diakses tanggal 10
Maret 2016)
12. Charlotte R, Freidoun A, Soeren M. B, Henrik S., & Peterson, C.,
1998. Clinical and Pharmacokinetic Risk Factors for High-dose
Methotrexateinduced Toxicity in Children with Acute Lymphoblastic
Leukemia: A Logistic Regression Analysis, Acta Oncologica, 37:3,
hlm.277-284.