Anda di halaman 1dari 19

REKOMENDASI

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

Suplementasi Besi
Untuk Anak

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA


2011
Hak Cipta Dilindungi Undang-undang

Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi


buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin penulis dan penerbit.

Disusun oleh:
Ikatan Dokter Anak Indonesia
Tahun 2011

Edisi Pertama

Diterbitkan oleh:
Badan Penerbit IDAI
Tim Penyusun

Prof. Djajadiman Gatot, dr, SpA(K)


Prof. Dr. Ponpon Idjradinata, dr.,SpA(K)
Maria Abdulsalam, dr, SpA(K)
Prof. Bidasari Lubis, dr, SpA(K)
Soedjatmiko, dr, SpA(K), MSi
Dr.Aryono Hendarto, dr, SpA(K)
Dr. Harapan Parlindungan Ringoringo,dr, SpA(K)
Setyo Handryastuti, dr, SpA(K)
Murti Andriastuti, dr, SpA

Suplementasi Besi untuk Anak iii


Kata Sambutan
Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

Anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah kesehatan pada anak
Indonesia yang perlu mendapat perhatian khusus karena tidak saja berdampak
untuk saat ini tetapi juga masa mendatang. Kekurangan besi pada masa anak
terutama pada 5 tahun pertama kehidupan dapat berdampak negatif terhadap
kualitas hidup anak. Dilain pihak, kita mengetahui bahwa anak yang menempati
30% populasi akan menentukan 100% masa depan suatu bangsa.

Angka kejadian anemia defisiensi besi sebesar 40%. Angka ini tentu saja menjadi
perhatian pemerintah sehingga berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi
masalah ini. Tugas ini sangat berat, oleh karena itu pemerintah harus dibantu, baik
oleh organisasi profesi terkait, lembaga sosial masyarakat, pihak swasta, dan yang
paling penting adalah masyarakat sendiri.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sebagai organisasi profesi dokter spesialis
anak satu-satunya di Indonesia yang mempunyai tujuan turut membantu pemerintah
dalam upaya meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak Indonesia, serta
mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan anak, merasa perlu
menerbitkan satu rekomendasi suplementasi besi pada anak. Rekomendasi ini
bertujuan agar semua pihak terkait, khususnya praktisi kesehatan anak mempunyai
konsep yang sama, sehingga percepatan pencegahan dan penanggulangan anemia
defisiensi besi dapat terlaksana.

Oleh karena itu Pengurus Pusat IDAI sangat berterima kasih kepada Satuan
Tugas Anemia Defisiensi Besi (Satgas Adebe) yang telah menyusun Rekomendasi
Suplementasi Besi untuk Anak Indonesia. Kami berharap rekomendasi ini dapat
bermanfaat tidak saja untuk anggota IDAI tetapi juga praktisi kesehatan lain yang
memberikan pelayanan kesehatan anak

Healthy children for healthy Indonesia

Badriul Hegar, dr., Sp.A(K), Ph.D


Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI

Suplementasi Besi untuk Anak v


Kata Pengantar
Ketua Satuan Tugas Adebe IDAI

Masalah defisiensi nutrisi, baik yang menyangkut makronutrien maupun


mikronutrien, masih menjadi perhatian utama di negara berkembang termasuk
Indonesia. Defisiensi ini bukanlah semata-mata hanya karena kuantitasnya
saja tetapi tidak jarang menyangkut ketidakserasian dalam mengkomposisi
nutrien secara optimal yang pada akhirnya berdampak pada asupan gizi secara
keseluruhan.

Salah satu elemen mikronutrien yang penting ialah besi (Fe). Kekurangan besi,
apalagi bila telah menyebabkan anemia terbukti memberikan pengaruh buruk bagi
tumbuh kembang anak dan bayi sampai remaja, khususnya dan segi prestasi
dan kualitas hidup serta kinerja sebagai sumber daya manusia di masa mendatang.

Karena itu sudah sewajarnya bila tenaga kesehatan perlu secara berkesinambungan
memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya peranan
besi untuk kehidupan termasuk mengenali tanda dan gejala defisiensi terutama
bila telah terjadi anemia.

Di negara seperti Indonesia dengan angka kejadian defisiensi besi dan anemia
defisiensi besi cukup tinggi seperti dilaporkan dalam berbagai penelitian, dapat
direkomendasikan pemberian suplementasi besi tanpa terlebih dahulu
melakukan pemeriksaan khusus bahkan tanpa perlu melakukan uji tapis.
Untuk itulah satuan tugas anemia defisiensi besi (Satgas Adebe) IDAI menyusun
rekomendasi suplementasi besi praktis untuk anak agar dapat digunakan secara
nasional dalam mencegah terjadinya defisiensi besi sebelum terjadinya anemia.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan baik dengan dukungan dan komitmen
pemerintah demi tercapainya pembentukan generasi penerus yang berkualitas.

Rekomendasi ini disusun berdasarkan basil kerja Satgas Adebe IDAI periode yang
lalu ditambah dengan informasi dan bukti-bukti mutakhir yang didapatkan dari
berbagai sumber. Sangat disadari bahwa basil kerja ini belum sempurna, namun
disadari pula perlu adanya pedoman nasional yang dapat segera digunakan sebagai
pedomanpemberian suplementasi besi untuk anak.

Suplementasi Besi untuk Anak vii


Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan YME dan ucapan terimakasih
kepada Pengurus Pusat IDAI serta bantuan dari berbagai pihak yang terkait,
akhirnya anggota satgas Adebe dapat menyelesaikan rekomendasi ini. Semoga
bermanfaat dalam membantu pernerintah meningkatkan pelayanan kesehatan
bagi bangsa.

Prof. Djajadiman Gatot, dr.,Sp.A(K)


Ketua Satuan Tugas ADEBE IDAI

viii Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Daftar Isi

Tim Penyusun...................................................................................................................... iii

Kata Sambutan Ketua PP.IDAI.......................................................................................... v

Kata Pengantar Ketua Satgas ADEBE IDAI.................................................................. vii

Bab I. Latar belakang........................................................................................................ 1

Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak........................................................ 1


-- II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah 2
-- II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan................................................... 2
-- II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah............................... 3
-- II.4. Suplementasi untuk remaja..................................................................... 3

Bab III. Uji tapis (skrining) massal.................................................................................... 4

Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin......................................................................... 4

Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah ...................................................................... 5

Kesimpulan Rekomendasi ................................................................................................ 6

Daftar Pustaka..................................................................................................................... 7

Appendiks ............................................................................................................................ 9

Suplementasi Besi untuk Anak ix


Bab I. Latar belakang

Setiap kelompok usia anak rentan terhadap defisiensi besi (DB).1,2 Kelompok
usia yang paling tinggi mengalami DB adalah usia balita (0-5 tahun) sehingga
kelompok usia ini menjadi prioritas pencegahan DB.1 Kekurangan besi dengan
atau tanpa anemia, terutama yang berlangsung lama dan terjadi pada usia 0-2
tahun dapat mengganggu tumbuh kembang anak, antara lain menimbulkan defek
pada mekanisme pertahanan tubuh dan gangguan pada perkembangan otak
yang berdampak negatif terhadap kualitas sumber daya manusia pada masa
mendatang.1,3-6

Rekomendasi 1
Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita
(0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun

Bab II. Pentingnya suplementasi besi untuk anak

Prevalens anemia defisiensi besi (ADB) pada anak balita di Indonesia sekitar
40-45%.7 Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 menunjukkan
prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi 6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut
sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%.8 Penelitian kohort terhadap 211 bayi berusia 0
bulan selama 6 bulan dan 12 bulan didapatkan insidens ADB sebesar 40,8% dan
47,4%.9 Pada usia balita, prevalens tertinggi DB umumnya terjadi pada tahun
kedua kehidupan akibat rendahnya asupan besi melalui diet dan pertumbuhan
yang cepat pada tahun pertama.1, 10 Angka kejadian DB lebih tinggi pada usia
bayi, terutama pada bayi prematur (sekitar 25-85%) dan bayi yang mengonsumsi
ASI secara eksklusif tanpa suplementasi.11 Rekomendasi terbaru menyatakan
suplementasi besi sebaiknya diberikan mulai usia 4-8 minggu dan dilanjutkan
sampai usia 12-15 bulan, dengan dosis tunggal 2-4 mg/kg/hari tanpa melihat usia
gestasi dan berat lahir.11, 12 Remaja perempuan perlu mendapat perhatian khusus
karena mengalami menstruasi dan merupakan calon ibu. Ibu hamil dengan anemia
mempunyai risiko 3 kali lipat melahirkan bayi anemia, 2 kali lipat melahirkan bayi
prematur, dan 3 kali lipat melahirkan bayi berat lahir rendah sehingga suplementasi
besi harus diberikan pada remaja perempuan sejak sebelum hamil.13

Suplementasi Besi Untuk Anak 1


II.1. Suplementasi untuk bayi prematur/bayi berat lahir rendah
(BBLR)
Bayi berat lahir rendah (BBLR) merupakan kelompok risiko tinggi mengalami DB.
Menurut World Health Organization (WHO), suplementasi besi dapat diberikan
secara massal, mulai usia 2-23 bulan dengan dosis tunggal 2 mg/kgBB/hari.1,5 Bayi
dengan berat lahir rendah memiliki risiko 10 kali lipat lebih tinggi mengalami DB.
Pada dua tahun pertama kehidupannya, saat terjadi pacu tumbuh, kebutuhan besi
akan meningkat.14 Bayi prematur perlu mendapat suplementasi besi sekurang-
kurangnya 2 mg/kg/hari sampai usia 12 bulan. Suplementasi sebaiknya dimulai sejak
usia 1 bulan dan diteruskan sampai bayi mendapat susu formula yang difortifikasi
atau mendapat makanan padat yang mengandung cukup besi.15 Centers for Disease
Control and Prevention (CDC) di Amerika merekomendasikan bayi-bayi yang lahir
prematur atau BBLR diberikan suplementasi besi 2-4 mg/kg/hari (maksimum 15
mg/hari) sejak usia 1 bulan, diteruskan sampai usia 12 bulan.10 Pada bayi berat
lahir sangat rendah (BBSLR), direkomendasikan suplementasi besi diberikan lebih
awal.11,14, 16,17

II.2. Suplementasi untuk bayi cukup bulan


Pada bayi cukup bulan dan anak usia di bawah 2 tahun, suplementasi besi diberikan
jika prevalens ADB tinggi (di atas 40%) atau tidak mendapat makanan dengan
fortifikasi. Suplementasi ini diberikan mulai usia 6-23 bulan dengan dosis 2 mg/
kgBB/hari.1,2,5,14,18 Hal tersebut atas pertimbangan bahwa prevalens DB pada bayi
yang mendapat ASI usia 0-6 bulan hanya 6%, namun meningkat pada usia 9-12
bulan yaitu sekitar 65%.19 Bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan dan
kemudian tidak mendapat besi secara adekuat dari makanan, dianjurkan pemberian
suplementasi besi dengan dosis 1 mg/kg/hari.10 Untuk mencegah terjadinya
defisiensi besi pada tahun pertama kehidupan, pada bayi yang mendapatkan ASI
perlu diberikan suplementasi besi sejak usia 4 atau 6 bulan.2,20 The American
Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan pemberian suplementasi besi
pada bayi yang mendapat ASI eksklusif mulai usia 4 bulan dengan dosis 1 mg/
kg/hari dilanjutkan sampai bayi mendapat makanan tambahan yang mengandung
cukup besi.15,21,22 Bayi yang mendapat ASI parsial (>50% asupannya adalah ASI)
atau tidak mendapat ASI serta tidak mendapatkan makanan tambahan yang
mengandung besi, suplementasi besi juga diberikan mulai usia 4 bulan dengan
dosis 1 mg/kg/hari.15

2 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


II.3. Suplementasi untuk balita dan anak usia sekolah
Pada anak usia balita dan usia sekolah, suplementasi besi tanpa skrining diberikan
jika prevalens ADB lebih dari 40%.1 Suplementasi besi dapat diberikan dengan
dosis 2 mg/kgBB/hari (dapat sampai 30 mg/hari) selama 3 bulan.1,5

II.4. Suplementasi untuk remaja


Suplementasi besi pada remaja lelaki dan perempuan diberikan dengan dosis 60
mg/hari selama 3 bulan. Pemberian suplementasi besi dengan dosis 60 mg/hari,
secara intermiten (2 kali/minggu), selama 17 minggu, pada remaja perempuan
ternyata terbukti dapat meningkatkan feritin serum dan free erythrocyte
protoporphyrin (FEP).2, 23 Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan
AAP merekomendasikan suplementasi besi pada remaja lelaki hanya bila terdapat
riwayat ADB sebelumnya, tetapi mengingat prevalens DB yang masih tinggi di
Indonesia sebaiknya suplementasi besi pada remaja lelaki tetap diberikan.10,15
Penambahan asam folat pada remaja perempuan dengan pertimbangan pencegahan
terjadinya neural tube defect pada bayi yang akan dilahirkan dikemudian hari.1, 24

Rekomendasi 2
Dosis dan lama pemberian suplementasi besi (Rekomendasi A):
Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian
Bayi* : BBLR (< 2.500 g) 3 mg/kgBB/hari Usia 1 bulan sampai 2 tahun
Cukup bulan 2 mg/kgBB/hari Usia 4 bulan sampai 2 tahun
2 - 5 (balita) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan
berturut-turut setiap tahun
> 5 - 12 (usia sekolah) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan
berturut-turut setiap tahun
12 - 18 (remaja) 60 mg/hari# 2x/minggu selama 3 bulan
berturut-turut setiap tahun

Keterangan: * Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal


#
Khusus remaja perempuan ditambah 400 g asam folat

Suplementasi Besi Untuk Anak 3


Bab III. Uji tapis (skrining) massal

Data WHO tahun 1990-1995 menunjukkan prevalens ADB pada negara-negara


berkembang adalah 39% (0-4 tahun), 48,1% (5-14 tahun) dan 52% (wanita hamil).1
Data SKRT tahun 2001 menunjukkan prevalens ADB pada bayi 0-6 bulan, bayi
6-12 bulan, dan anak balita berturut-turut sebesar 61,3%, 64,8% dan 48,1%, serta
40,1% pada wanita hamil.8 Ringoringo mendapatkan prevalens ADB pada bayi
berusia 0-6 bulan sebesar 38,5%.25 Berdasarkan data tersebut, saat ini tidak perlu
dilakukan uji tapis secara massal dalam pemberian suplementasi besi.1

Rekomendasi 3
Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi secara massal.

Bab IV. Pemeriksaan kadar hemoglobin

The American Academy of Pediatrics (AAP) dan CDC di Amerika menganjurkan


melakukan pemeriksaan hemoglobin (Hb) dan hematokrit (Ht) setidaknya satu
kali pada usia 9-12 bulan dan diulang 6 bulan kemudian pada usia 15-18 bulan atau
pemeriksaan tambahan setiap 1 tahun sekali pada usia 2-5 tahun. Pemeriksaan
tersebut dilakukan pada populasi dengan risiko tinggi seperti bayi dengan
kondisi prematur, berat lahir rendah, riwayat mendapat perawatan lama di unit
neonatologi, dan anak dengan riwayat perdarahan, infeksi kronis, etnik tertentu
dengan prevalens anemia yang tinggi, mendapat asi ekslusif tanpa suplementasi,
mendapat susu sapi segar pada usia dini, dan faktor risiko sosial lain.10,15,19, 26, 27
Pada bayi prematur atau dengan berat lahir rendah yang tidak mendapat formula
yang difortifikasi besi perlu dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan Hb
sebelum usia 6 bulan.10,11
Pada anak usia sekolah (5-12 tahun) dan remaja lelaki, CDC hanya
merekomendasikan pemeriksaan Hb dan Ht pada individu yang memiliki riwayat
ADB.10 Pada usia remaja, uji tapis dapat dilakukan satu kali antara usia 11-21
tahun. Uji tapis dapat diulang setiap 5-10 tahun, kecuali pada remaja perempuan
yang telah menstruasi dan mempunyai risiko tinggi, uji tapis dapat diulang setahun
sekali.19,26 Indonesia merupakan salah satu negara dengan prevalens anemia yang

4 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


tinggi dan mempunyai kemungkinan etiologi yang beragam. Oleh karena itu, jika
dari hasil pemantauan ditemukan anemia, maka perlu dicari penyebabnya.1

Rekomendasi 4
Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan
selanjutnya setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaan
ditemukan anemia, dicari penyebab dan bila perlu dirujuk.

Bab V. Dukungan kebijakan pemerintah

Dalam rangka menurunkan prevalens ADB dan mendukung program


nasional pencegahan DB, maka diperlukan dukungan dari pemerintah dan
institusi lain.1

Rekomendasi 5
Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besi
dan alat laboratorium untuk pemeriksaan status besi.

Suplementasi Besi Untuk Anak 5


Kesimpulan Rekomendasi

Rekomendasi 1
Suplementasi besi diberikan kepada semua anak, dengan prioritas usia balita
(0-5 tahun), terutama usia 0-2 tahun.

Rekomendasi 2
Dosis dan lama pemberian suplementasi besi:
Usia (tahun) Dosis besi elemental Lama pemberian
Bayi* : BBLR (< 2.500 g) 3 mg/kgBB/hari Usia 1 bulan sampai 2 tahun
Cukup bulan 2 mg/kgBB/hari Usia 4 bulan sampai 2 tahun
2 - 5 (balita) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut
setiap tahun
> 5 - 12 (usia sekolah) 1 mg/kgBB/hari 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut
setiap tahun
12 - 18 (remaja) 60 mg/hari# 2x/minggu selama 3 bulan berturut-turut
setiap tahun

Keterangan: *Dosis maksimum untuk bayi: 15 mg/hari, dosis tunggal


#
Khusus remaja perempuan ditambah 400 g asam folat

Rekomendasi 3
Saat ini belum perlu dilakukan uji tapis (skrining) defisiensi besi secara massal.

Rekomendasi 4
Pemeriksaan kadar hemoglobin (Hb) dilakukan mulai usia 2 tahun dan selanjutnya
setiap tahun sampai usia remaja. Bila dari hasil pemeriksaan ditemukan anemia,
dicari penyebab dan bila perlu dirujuk.

Rekomendasi 5
Pemerintah harus membuat kebijakan mengenai penyediaan preparat besi dan
alat laboratorium untuk pemeriksaan status besi.

6 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Daftar Pustaka

1. World Health Organization. Iron deficiency anemia: assessment, prevention, and


control. A guide for programme managers. Geneva: WHO; 2001.
2. Allen LH. Iron supplements: scientific issues concerning efficacy and implication for
research and programs. J Nutr. 2002;132 (Suppl):813-9.
3. Haas JD, Brownlie TIF. Iron deficiency and reduced work capacity: a critical review
of the research to determine a causal relationship. J Nutr. 2001;131 (Suppl):676-90.
4. Akman M, Cebeci D, Okur V, Angin H, Abali O, Akman AC, dkk. The effects of iron
deficiency on infants development test performance. Acta Paediatr. 2004;93:1391-6.
5. Lannotti LL,Tielsch JM, Black MM, Black RE. Iron supplementation in early childhood:
health benefit and risks. Am J Clin Nutr. 2006;84:1261-76.
6. Joyce C, McCann JC, Ames BN. An overview of evidence for a causal relation
between iron deficiency during development and deficits in cognitive or behavioral
function. Am J Clin Nutr. 2007;85:931-45.
7. Helen Keller International (Indonesia). Iron deficiency anemia in Indonesia. Jakarta;
1997:1-16.
8. Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono. Anema gizi besi.
Dalam: Untoro R, Falah TS, Atmarita, Sukarno R, Kemalawati R, Siswono, penyunting.
Gizi dalam angka sampai tahun 2003. Jakarta: DEPKES; 2005. h. 41-4.
9. Ringoringo HP. Pendekatan diagnostik status besi bayi berusia 0 bulan sampai
6 bulan di Banjarbaru: saat terbaik pemberian suplementasi zat besi. [disertasi].
Jakarta: Universitas Indonesia; 2008. h. 99-101
10. Centers for Disease Control and Prevention. Recommendation to prevent and
control iron deficiency in United States. 1998.
11. Rao R, Geogieff MK. Iron therapy for preterm infants. Clin Perinal. 2009;36:27-42.
12. Berglund S, Westrup B, Domellof M. Iron supplements reduce the risk of
iron deficiency anemia in marginally low birth weight infants. Pediatrics.
2010;126:e874-e883.
13. Meinzen-Derr JK, Guererro ML, Altaye M, Ortega-Gallegos H, Ruiz-Palacios GM,
Morrow AL dkk. Risk of infant anemia is associated with exclusive breast-feeding
and maternal anemia in Mexican cohort. J Nutr. 2006;136:452-8.
14. Vendt N, Grunberg H, Leedo S, Tillmann V, Talvik T, dkk. Prevalence and causes of
iron deficiency anemias in infants aged 9-12 months in Estonia. Medicina (Kaunas).
2007;43:947-52.
15. Baker RD, Greer FR, Committee of Nutrition. Clinical report diagnosis and
prevention of iron deficiency and iron deficiency anemia in infants and young
children (0-3 years of age). Pediatrics. 2010;126:1040-50.

Suplementasi Besi Untuk Anak 7


16. Franz AR, Mihatsch WA, Sander S, Kron M, Pohlandt F. Prospective randomize trial
of early versus late enteral iron supplementation in infans with birth weight of less
than 1301 grams. Pediatrics. 2000;106:700-6.
17. Steinmacher J, Pohlandt F, Bode H, Sander S, Kron M, Franz AR, dkk. Randomized
trial of early versus late enteral iron supplementation in infants with a birth weight
of less than 1301 grams: neurocognitive development at 5.3 years corrected age.
Pediatrics. 2007;120:538-46.
18. Monajemzadeh SM, Zarkesh MR. Iron deficiency anemia in infants aged 12-15
months in Ahwaz, Iran. Int J. Gynaecol Obstet. 2009;52:182-4.
19. Kohli-Kumar M. Screening for anemia in children: AAP recommendations-a critique.
Pediatrics. 2001;108:1-2.
20. Kazal LA. Prevention of iron deficiency in infants and toddlers. Am Fam Physician.
2002;66:1217-27.
21. Friel JK, Aziz K, Andrews WL, Harding SV, Courage ML, Adams RJ, dkk. A double-
masked, randomized control trial of iron supplementation in early infancy in healthy
term breast-fed infants. J Pediatr. 2003;143:582-6.
22. Georgieff MK, Wewerka SW, Nelson CA, deReigner RA. Iron status at 9 months of
infants with low iron stores at birth. J Pediatr. 2002;141:405-9.
23. Zavaleta N, Respicio G, Garcia T. Efficacy and acceptability of two iron
supplementation schedules in adolescent school girls in Lima, Peru. J Nutr. 2000;130
(Suppl): 462-4.
24. Baker PN, Wheeler SJ, Sanders TA, Thomas JE, Hutchinson CJ, Clarc K, dkk. A
prospective study of micronutrient status in adolescent pregnancy. Am J Clin Nutr.
2009;89:1114 -24.
25. Ringoringo HP. Insidens defisiensi besi dan anemia defisiensi besi pada bayi berusia
0-12 bulan di Banjarbaru Kalimantan Selatan: studi kohort prospektif. Sari Pediatri.
2009;11:8-14.
26. Wu AC, Lesperance L, Bernstein H. Screening for iron deficiency. Pediatr Rev.
2002;23:171-8.
27. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for
iron deficiency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6.
28. Domellof M, Dewey KG, Lonnerdal B, Cohen R, Hernell O. Diagnostic criteria for
iron deficiency in infants should be reevaluated. J Nutr. 2002;132:3680-6.

8 Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia


Appendiks

Preparat besi setara dengan 60 mg besi elemental


Askorbat 437 mg
Aspartat 422 mg
Karbamat 125 mg
Fumarat 183 mg
Klorida 214 mg
Gluseptat 544 mg
Glukonat 518 mg
Laktat 310 mg
Oksalat 193 mg
Sulfat 300 mg
Tortrat 268 mg
Iron Polimaltose Complex ( IPC ) 176,47 mg
Ferazon 452 mg

Suplementasi Besi Untuk Anak 9

Anda mungkin juga menyukai