PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna melindungi diri dari
trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat
luka, yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari.
membatasi diri pada luka di kulit karena organ lainnya seperti limpa atau hati,
yang terletak dibawah kulit dan terputus jaringannya juga disebut luka. Tidak ada
perbedaan prinsip perawatan luka di rumah dan rumah sakit. Karena itu tidak semua
luka perlu dibawa ke rumah sakit kecuali yang memerlukan fasilitas mereka.
Praktik perawatan luka dalam bidang pelayanan di rumah sakit sudah banyak
dilakukan perawat, namun teknik perawatan luka yang dilakukan umumnya masih
bersifat konvensional. Sementara saat ini sudah berkembang teknik perawatan luka
modern yang sangat membantu proses penyembuhan klien.
Dengan memperhatikan perkembangan teknologi perawatan luka terkini dan
tepat guna maka luka dapat disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang
relative lebih singkat (2x lebih singkat), tidak menimbulkan nyeri, balutan nyaman,
menghilangkan bau tak sedap, cost efektif, dan mengurangi kecacatan klien akibat
pertumbuhan jaringan parut atau amputasi yang tidak diinginkan. Untuk mencapai
perubahan teknik perawatan luka dari teknik konvensional menjadi teknik modern
membutuhkan pelatihan khusus dalam bidang perawatan luka agar dicapai proses
penyembuhan luka yang optimal.
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam luka dan bagaimana cara mengatasi dan
merawat luka tersebut dengan tepat dan benar agar tidak terjadi infeksi yang
berlebihan pada luka tersebut.
D. Tinjauan pustaka
Defenisi
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh.Kulit juga mempunyai peranan
yang sangat penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit
terpenting antara lain yaitu sebagai pengatur suhu tubuh dan bertindak sebagai
pelindung. Kulit juga bertindak sebagai system alarm tubuh ketika menerima
rangsang panas, dingin ataupun nyeri. Pada kondisi tubuh yang optimal, jaringan
kulit dapat memulihkan luka secara efisien dengan membentuk jaringan kembali.
1
Banyak cara yang telah dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka,
seperti dengan menjahit luka, menggunakan antiseptic dosis tinggi, dan juga
pembalutan dengan menggunakan bahan yang menyerap. Namun, ketika diteliti
lebih lanjut, ternyata cara penyembuhan seperti ini sama sekali tidak membantu
bahkan berisiko memperburuk luka.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan menggunakan antiseptic
pada luka dengan tujuan menjaga luka tersebut agar menjadi steril. Bahkan
antiseptic seperti hydrogen peroxide, povidone iodine, acetic acid, dan
chlorohexadine selalu tersedia di kotak obat. Sekarang perlu diketahui, bahwa
antiseptik-antiseptik seperti itu dapat mengganggu proses penyembuhan dari tubuh
kita sendiri.
Masalah utama yang timbul adalah antiseptic tersebut tidak hanya membunuh
kuman-kuman yang ada, tapi juga membunuh leukosit yaitu sel darah yang dapat
membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit
baru. Sehingga untuk membersihkan luka, cara yang terbaik adalah dengan
membersihkannya dengan menggunakan cairan saline dan untuk luka yang sangat
kotor dapat digunakan water-presure.
Demikian pula dengan penggunaan balutan. Zaman dahulu orang percaya
bahwa membiarkan luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses
penyembuhan. Sehingga, pada zaman dahulu luka dibalut dengan menggunakan
kain pembalut yang tipis yang memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka
mengering hingga berbentuk koreng. Namun seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan, pertanyaan tersebut dibantah. Pengatahuan sekarang telah
membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses
penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara yang paling
efektif untuk menyembuhkan luka. Balutan tersebut tidak menghambat aliran
oksigen, nitrogen dan zat-zat udara yang lain. Kondisi yang demikian merupakan
lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara
optimum, karena pada dasarnya sel dapat di lingkungan yang lembab atau
basah.Kecuali sel kuku dan rambut, sel-sel tersebut merupakan sel mati.
penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang lembab masih
menjadi hal yang baru dan jarang diaplikasikan di masyarkat. Masyarakat
kebanyakan berpendapat bahwa lingkungan yang lembab akan menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman penyakit. Akan tetapi pernyataan ini tidak disertai
dengan kenyataan bahwa tubuh kita mempunyai system imun yang sangat
efisien.Segala jenis luka dengan berbagai tingkat kesterilannya memang merupakan
bentuk kolonisasi dari bakteri, tapi koloni bakteri tersebut selama masih dalam
jumlah yang wajar tidak menimbulkan risiko infeksi.?Masalah akan timbul jika bakteri
tersebut mulai melipatgandakan koloninya. Jika tubuh kita dalam kondisi yang
normal, maka antibody dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak
bermitosis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Luka
Luka adalah terputusnya jaringan di bawah dermis, luka juga suatu keadaan
terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yg berasal dari internal maupun eksternal & mengenai organ tubuh.
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh. Kulit juga mempunyai peranan
yang sangat penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit
terpenting antara lain yaitu sebagai pengatur suhu tubuh dan bertindak sebagai
pelindung. Kulit juga bertindak sebagai system alarm tubuh ketika menerima
rangsang panas, dingin ataupun nyeri. Pada kondisi tubuh yang optimal, jaringan
kulit dapat memulihkan luka secara efisien dengan membentuk jaringan kembali.
B. Jenis-Jenis Luka
Dalam bidan kebidanan luka yang sering terjadi adalah luka bedah
(episiotomi), luka dalam proses persalinan (sectio cesaria).
2. Berdasarkan penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, luka di bagi menjadi 2 yaitu :
Luka mekanik, terdiri atas :
o Vulnus scissum, atau luka sayat akibat benda tajam.
o Vulnus contusum, luka memar di karenakan cedera pada jaringan
bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
o Vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
o Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut
luka) akan tetapi besar di bagian di dalam luka.
o Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru.
o Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian
luka.
o Vulnus abarsio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembulu darah.
Luka non mekanik
Luka non mekanik terdiri atas:
3
o luka akibat zat kimia.
o Termin.
o Radiasi.
o Serangan listrik
C. Klasifikasi Luka
1. Mekanisme Cedera
Luka Insisi : Dibuat dgn potongan bersih (scr aseptik) menggunakan
instrumen tajam.
Luka kontusi : Dibuat dgn dorongan tumpul & ditandai dgn cedera berat
bagian lunak, hemorrhagia & pembengkakan.
Luka laserasi: Luka dengan tepi yang bergerigi, tdk teratur.
Luka tusuk: Diakibatkan oleh bukaan kecil pada kulit Misal nya : karena
peluru / tusukan pisau.
2. Tingkat kontaminasi
Luka bersih
Luka terkontaminasi : Luka terbuka baru, luka akibat kecelakaan dan
prosedur bedah dgn pelanggaran pada teknik aseptik
Luka terinfeksi : Luka dimana organisme penyebab infeksi sdh terdapat dlm
lapang operatif sebelum pembedahan
D. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka adalah:
1. Pembersihan luka.
Setiap luka harus dibersihkan dengan air yang mengalir apakah dengan slang
atau timba. Jangan menggunakan antiseptik karena akan merusak kulit dan
memperlama sembuh. luka lecet anak kecil ketika terjatuh Juga diguyur dan bila
segera dilakukan tidak sakit karena setiap trauma mempunyai fase syok. Bila masih
ada pasir tekan-tekan diatasnya dengan kasa basah. Jangan dengan kapas! Karena
kapas tidak menyerap air.
Luka tusuk seperti terkena jarum sewaktu menjahit juga diguyur dengan
memijit sekitar luka sampai keluar darah. Bila kena paku yang kotor Anda harus ke
rumah sakit karena memerlukan insisi silang untuk membersihkannya.
2. Penghentian perdarahan.
Luka yang memerlukan tindakan ini adalah luka pada urat darah baik nadi
yang tandanya terlihat semprotan atau semburan darah ataupun vena, yang
darahnya mengalir terus. Bila dibiarkan korban akan jatuh dalam syok. Ini harus
dihentikan dengan berbagai cara seperti menekan bagian yang luka, meninggikan
bagian yang luka dari jantung; menekan urat darah besar yang mendarahi daerah
luka; bebat di proksimal atau di bagian yang lebih dekat ke jantung.
3. Penutupan luka
Luka ditutup dengan kasa atau kain bersih tapi jangan dengan kapas. Kasa
dan kain bersih mengisap air hingga kotoran luka terangkat tetapi kapas sebaliknya.
Ia tidak mengisap air hingga kotoran luka bertumpuk diatas luka.
4
4. Pencegahan infeksi
Luka bersih yang dirawat dengan benar tidak memerlukan antibiotika kecuali
suntikan tetanus pada luka dalam akibat tusukan benda tajam yang kotor atau
berkarat seperti paku dan gigitan binatang termasuk manusia.
5
elastis, sehingga dapat mengukur seberapa bengkak luka yang ada. Kekuatan
tekanan yang dihasilkan merupakan interaksi dari beberapa prinsip, yaitu:
Struktur fisik dan elastomeric properties pembalut tersebut.
Ukuran dan bentuk dari tubuh ketika balutan itu sedang digunakan.
Teknik dan keterampilan yang memasang balutan tersebut.
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien.
6
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, memengaruhi proses
penyembehan luka.
F. Menjahit Luka
Menjahit luka merupakan cara yang di lakukan untuk menutup luka melalui
jahitan, bertujuan mencega terjadi perdarahan, mencega infeksi silang dan
mempercepat proses penyembuhan.
G. Pembalutan
Banyak macam dan jenis. Karakteristik yang ideal adalah:
Jaga kelembaban
Rangsang penyembuhan
Lindungi suhu luar
Lindungi trauma
Tidak sering diganti
Aman dan tidak toksik
Tidak mengotori
tidak melekat di luka
daya serap baik
mudah monitor
pertukaran udara
tidak tembus mikroorganisme
mudah/ murah
7
H. Perlukaan Pada Persalinan
PERLUKAAN VULVA
Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar pinggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada panggul karena
direnggangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dngan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginal.
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dinamakan
robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina
dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis
tengah terluka; dan pada robekan tingkat tiga atau robekan total muskulus stingter
ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang diniding depan rectum ikut robek
pula. Arang sekali terjadi robean yang melalui pada dinding belakang vaginda di atas
introitus vagina dan anak yang dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan ( dengan
meninggalkan) perineum sebelah depan tetap utuh (robekan perineum sentral).
Pada persalinan sulit di samping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula
terjadi kerusakan dan kerenggangan muskulus puborektalis kanan dan kiri serta
hubungannya di garis tengah.Kejadian ini melemahkan diafragma pelvis yang
menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolepsis uteri di kemudian hari. Robekan
perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus di jahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir; tetapu apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan
secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Dengan
8
penderita berbaring dalam posisi litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan
antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan seksama.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah diberikan anestesia lokal otot-
otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum di tutup dengan mengikutsertakan
jaringan-jaingan di bawahnya.
Menjahit robekan tingkat tiga harus dilakukan dengan teliti; mula-mula dinding
depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia-prarektal di tutup, dan muskulus
sfingter ani eksternus yang robek di jahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan
seperti diuraikan untuk robekan perineum tingkat dua. Untuk mendapat hasil baik
terapi pada robekan perineum total, peril diadakan penanganan pascapembedahan
yang sempurna. penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan
mulai hari kedua diberi parafifnum liquidum sesendok makan dua kali sehari dan jika
perlu pada hari keenam diberi klisma minyak.
Episiotomi
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan otot-otot dan
fasia pada dasar panggul, prolaksus uteri,stress incontinence, serta perdarahan
dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomy lebih mudah di jahit
daripada robekan.
Luka merupakan rusaknya barier pertama bagi tubuh, dengan adanya luka
menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami resiko infeksi karena luka
merupakan port de Entry kuman. Berkaitan dengan hal tersebut, maka luka perlu
dirawat dengan teknik perawatan steril.
Episiotomi adalah insisi perineum vagina yang merupakan bedah kebidanan
terlazim (Gerhard matius, 1997). Tindakan episiotomi saat ini masih tinggi
dikarenakan berbagai macam indikasi dalam proses persalinan normal. Adapun
robekan jalan lahir dan episiotomi yang tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak, infeksi, jaringan parut, gangguan dalam hubungan
seksual dan kematian (Margareth Ann Marshal dan Sandra Tebben Bufingtong,
1996). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau
elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan
episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling
sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Dengan demikian tidak dianjurkan
untuk melakukan prosedur episiotomi secara rutin karena mengacu pada
pengalaman dan bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa pakar dan
klinisi, ternyata tidak terdapat bukti bermakna tentang manfaat episiotomi rutin
(Syaifuddi. AB, 2001)
Namun disisi lain perawat juga perlu pengetahuan yang lebih spesifik yaitu
bagaimana pencegahan laserasi yang terjadi karena lahirnya kepala janin. Lahirnya
kepala janin dapat menyebabkan laserasi spontan, khususnya jika kelahiran
berlangsung cepat dan tidak terkontrol. Disamping manuver tangan yang baik
adalah sangat penting untuk bekerja sama dengan ibu selama kelahiran.
Kita ketahui bersama salah satu faktor yang menyebabkan infeksi pada persalinan
9
normal adalah adanya luka episiotomi. Oleh karena itu dalam mencegah terjadinya
infeksi, perawat/bidan diharapkan melakukan perawatan luka episiotomi secara
steril.
PERLUKAAN VAGINA
Kolpaporeksis
Kolpaporeksi adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.
Hal ini terjadi apabila pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik terjadi
regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala
janin dan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina;
jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan terjadi robekan vagina pada batas
antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang berfiksasi pada
jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada tindakan
pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam uterus dibuat
kesalahan, yang fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar supaya uterus jangan
naik ke atas.
Fistula
Fistula akibat pembedahan vagina makin lama makin jarang karena tindakan
vagina yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus
kandung kencing/rectum, misalnya oleh perforator atau alat untuk dekapitas, atau
karena robekan serviks menjalar k tempat-tempat tersebut. Jika kandung kencing
luka, air kencing segera keluar melalui vagina. Fistula dapat juga terjadi karena
dinding vagina dan kandung kencing atau rectum tertekan lama antara kepala janin
dan panggul, sehingga terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis jaringan yang
10
tertekan. Setelah lewat beberapa hari postpartum, jaringan nekrosis terlepas,
terjadilah fistula disertai inkontinensia. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis,
atau fistula uterovesikovaginalis, kadang-kadang juga fistula uterovaginalis, atau
juga fistula rektovaginalis. Bila ditemukan perlukaan kandung kencng setelah
persalinan selesai, harus segera dilakukan penjahitan, lalu dipasang daurcatheter
untuk beberapa lama, fistula kecil dapat menutup sendiri. Apabila fistula tidak
sembuh sendiri, maka sesudah tiga bula postpartum dapat dilakukan operasi untuk
menutupnya.
ROBEKAN SERVIKS
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seseorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan pervaginam.
Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus . apabila terjadi perdarahan yang tida berhenti meskipun plasenta
sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan
lahir, khususnya robekan serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa
dengan spekulum.Pemeriksaan ini juga harus dilakukan secara rutin setelah
tindakan obstetrik yang sulit.Apabila ada robekan,serviks perlu ditarik keluar dengan
beberapa cunam ovum,supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan
baik.Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka,baru dilakukan jahitan terus ke
bawah.Apabila serviks kaku dan his kuat,serviks uteri mengalami tekanan kuat oleh
kepala janin,sedangkan pembukaan tidak maj.Akibat tekanan kuat dan lama ialah
pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler.Pelepasan ini
dapat dihindari dengan seksio sesarea jika diketahui bahwa adadistosia servikalis.
Apabila sudah terjadi pelepasan serviks,biasanya tidak dibutuhkan
pengobatan;hanya jika ada perdarahan,tempat perdarahan dijahit.Jika bagian
serviks yang terlepas masih berhubungan dengan jaringan lain,hubungan ini
sebaiknya diputuskan.
` RUPTURA UTERI
11
1:1250 dan 1:2000 persalinan ).Hal ini disebabkan karena rumah sakit-rumah sakit
di indonesia menampung banyak kasus-kasus darurat dari luar.Menurut cara terjadi
ruptura terjadi diadakan perbedaan antara: 1) ruptura uteri spontan:; 2) ruptura uteri
traumatik ; 3) ruptura uteri pada parut uterus.
Yang dimaksud ruptura ialah ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada
uterus yang utuh ( tanpa perut ).Faktor pokok di sini ialah bahwa persalinan tidak
maju karena rintangan,misalnya panggul sempit,hidrosefalus,janin dalam letak
lintang dan sebagainya,sehingga segmen bawah uterus makin lama makin
diregangkan.Pada suatu saat regangan yang terus bertambah melampaui batas
kekuatan jaringan miometrium: terjadila ruptura uteri.Faktor yang merupakan
predisposisi terhadap terjadinya ruptura uteri ialah multiparitas;disinai di tengah-
tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan
kekuatan dinding uterus menjadi kurang,sehingga regangan lebih mudah
menimbulkan robekan.Oleh banyak penulis di laporkan pula banyak kebiasaan yang
dilakukan oleh dukun-dukun memudahkan timbulnya ruptura uteri.Pada persalian
yang kurang lancar ,dukun-dukun itu biasanya melakukan tekanan keras ke bawah
terus menerus pada fundus uteri; hal ini dapat menembah tekanan pada segmen
bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptura
uteri.Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan/atau atas indikasi
yang tidak tepat,bisa pula menyebabkan ruptura uteri.
Gejala-gejala
12
pemeriksaan vaginal,robekan dapat diraba,demikian pula usus dala rongga perut
melalui robekan.
Ruptura uteri demikian ini terdapat paling sering pada peut bekas seksio
sesarea; peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telas di operasi untuk
mengangkat mioma ( miomektomi ),dan lebih jarang lagi pada uterus dengan perut
karena kerokan yang terlampau dalam.Di antara perut-perut bekas seksio
sesarea,perut yang terjadi sesudah seksio sesarea profunda.Perbandingannya ialah
4:1. Hala ini di sebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang
menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh
dengan lebih baik,sehingga perut lebih kuat.Ruptura uteri pada bekas perut seksio
sesarea klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan
mulai,sedang peristiwa tersebut pada perut bekas seksio secara profunda umumnya
terjadi pada aktu persalinan.Ruptura uteri pasca saksio sesarea bisa menimbulkan
gejal-gejala seperti telah diuraikan terlebih dahulu,akan tetapi bisa juga terjadi tanpa
banyak menimbulkan gejala.Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara
mendadak,malainkan lambata laun jaringan di sekitar bekas luka menipis untuk
akhirnya terpisahsama sekali dan terjadilah ruptura uteri.Di sini biasanya peritoneum
tidak ikut serta,sehingga terdapat ruptura uteri inkompleta.Pada peristiwa ini ada
kemungkinan arteria besar terbuka dan timbul perdarahan yang utuk sebagian
berkumpul di ligamentum latum dan untuk sebagian keluar.Biasanya janin masih
tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.
13
Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan
tempat bekas luka.Jika arteria besar luka,gejal-gejala perdarahan dengan anemia
dan syok; janin dalam uterus meninggal pula.
Prognosis
Ruptura uteri merupsksn peristiwa yang gawat bagi ibu dan lebih-lebih bagi
anak.Apabila peristiwa itu terjadi di rumah sakit dan pertolongan dan dapat diberikan
dengan segera,angka mortalitas ibu dapat di tekan sampai beberapa persen.Akan
tetapi apabila seperti sering terjadi di indonesia pederita di bawa ke rumah
sakitdalam keadaan syok dan karena persalinan lama menderita pula dehidrasi dan
infeksi intrapartum,angka kematian ibu menjadi sangat tinggi.Dalam laporan
beberapa rumah sakit di indonesiaangka itu sekitar antara 30% dan 46,4%.Janin
umumnya meninggal pada ruptura uteri.Janin dapat ditolong apabila pada saat
terjadinya ruptura uteri ia masih hidup dan segera dilakukan laparotomi untuk
melahirkannya.
Penanganan
Merupakan salah satu penyabab syok dalam obstetri yang bukan di sebabkan
karena perdarahan.Penyababnya adalah masuknya air ketuban melalui vena
endoserviks atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasenta.Masuknya iar ketuban yang juga mengandung rambut lanugo,verniks
kaseosa dan mekonium ke dalam peredarah darah ibu akan menyumbat
penyumbat-penyumbat kapiler dalam paru-paru ibu,selain itu zat-zat asing dari janin
tersebut juga menimbulkan reaksi anafilaksis yang keras dan gangguan pembekuan
darah. Faktor-faktor yang mempermudah timbulnya peristiwa ini adalah adanya his
yang kuat dan terutama yang terus-menerus misalnya pada pemberian uterotonika
yang berlebihan dimana kebutuhan sudah pecah (atau dipecah pada amniotomi )
biasa pada akhir kala I atau segera setelah anak lahir. Gejala permulaan yaitu
penderita tampak gelisah,mual,muntah dan disertai takikardidan takipnea.
Selanjutnya timbul dispnea dan sianosis. Tekanan darah menurun ,nadi cepat dan
lemah,kesadaran menurun dan disertai nistagmus dan kadang-kadang timbul
kejangtonuk klonik.Penyumbatan kapiler paru-paru tersebut akan menimbulkan
edema paru-paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah
jantung kanan. Komplikasi yang lain adalah terjadinya gangguan pembekuan
darah.karen mortalitasnya yang sangat tinggi,di mana dalam 60 menit pertama
dapat mencapai 50%,maka diperlukan tindakan yang cepat. Perawatan pertama
ditunjukkan untuk mengatasi edema paru-paru dengan pemberian zat asam dengan
tekanan positif. Digitalis dapat diberikan bila ada indikasi payah jantung. Dapat juga
diberi Morphin 0,01-0,02 subkutan atau Atropin 0,001-0,003 iv. Perlahan-lahan dan
papaverin 0,004 iv perlahan-lahan. Pasang torniket pada lengan dan tungkai untuk
meringankan sisi kanan jantung, kembangkan antara tekanan sistolik dan diastolik
kalau perlu lakukan vena seksi.Tidak boleh diberi vasopresor.Masuknya bahan
tromboplastik dari plasenta kedalam sirkulasi ibu, mula-mula menimbulkan keadaan
hiperkoagulemiayang umumnya berlangsung singkat. Selanjutnya bahan tersebut
mengkonsumsi fibrinogen dan faktor-faktor pembeku lain sehingga darah tidak dapat
membeku. Keadaan ini disebut hipofibrinogenemia atau afibirinogenemia. Pada fase
15
akhir,peningkatan aktivitas fibrinolitik. Kecurigaan timbul bila darah yang keluar dari
genitalia sangat lambat membeku atau tidak dapat membeku. Dalam hal ini untuk
menegakkan diagnosis yang cepat dan sederhana dapat dilakukan tes observasi
bekuan darah dengan tabung tes. Umumnya koagulasi terjadi dalam waktu 8-10
menit.Bila memang terjadi pemanjangan dari waktu koagulasi maka secara umum
harus dikontrol dahulu syoknya dengan pemberian darah atau oksigen.
Penanggulangan koagulopati konsumsi,yaitu pertama diberi heparin 2000 unit
iv da trsyol 300.000 K.I.E.Dalam 20 menit kemudian diberi fibrinogen manusia 3-5-
10 gram dan lanjutan trasylol minimal 100.000 K.I.E. per jam. Heparin 20.000 unit
dalam tetesan selama 24 jam. Apabila pemberian fibrinogen tidak berhasil,maka
kemungkinan sudah terjadi koagulopatilisis, untuk itu dapat diberi Trasylol 250.000-
300.000 K.I.E.diikuti 100.000-300.000 K.I.E.per jam dengan tetesan.Hati-hati dengan
penberian campuran mako molekul,jangan lebih dari 500 ml.
Merupakan salah satu penyabab syok dalam obstetri yang bukan di sebabkan
karena perdarahan.Penyababnya adalah masuknya air ketuban melalui vena
endoserviks atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasentaLokasi hematoma obstetrik dapat di daerah infra levatorial misalnya
hematoma vulva,pereneum dan dalam fosa iskiorektal atau di daerah infralevatorial
yaitu paravaginal,ligamentum latum dan mungkin juga naik ekstraperitoneal sampai
setinggi lingkaran pelvis.Hematoma infralevatorial ditandai dengan didapatkannya
tumor yang nyeri di daerah perineum atau vulva,mungkin berwarna biru
merah.Tergantung besar lokasinya dapat memberikan keluhan lokal, gangguan
kemih atau tekanan pada pencernaan.Hematoma supralevatorial memberika
keluhan nyeri perut bawah yang semakin bertambah pasca persalinan. Kadang-
kadang tampak menonjol kedepan pada sepertiga atas vagina,atau tumor di
samping uterus yang cepat membesar.Bila terus membesar akan di dapatkan pre-
syok dan apabila tidak segera di atasi penderita jatuh dalam syok dan
anemia.Apabila dicurigai adanya hematoma terutama supralevatorial maka
sebaiknya dilakukan observasi tekanan darah,nadi,hemoglobin atau
hematokrit.Lakukan eksplorasi untuk kemungkinan adanya laserasi
uterus.Perawatan hematoma infralevatorialyang kecil cukup secara konservatif
dengan kompres dingin dan balutan T.Bila cukup besar maka sebaiknya dilakukan
evkuasi, dibuka dan bersihkanlah daerah perineum dan vagina yang menjadi lokasi
hematoma.Lakukan hemostasis sebaik mungkin dan dapat di bantu dengan
pemasangan tampon dan drainase.setalah luka dirawat,dapat diberi antibiotik dan
analgetikasecukupnya.sebaiknya penderita dirawat-inapkan karena hampir selalu
diperlukan eksplorasi dan evakuasi perabdominan.Sebelumnya keadaan umum
penderita harus diperbaiki dahulu.Hematoma dibuang sebanyak mungkin perlukaan
pembuluh darah dirawat dengan seksama dan bila terdapat kesulitan karena
16
lokasinya yang sulit dan kompleks maka bila perlu dapat dilakukan oleh ahli bedah
vaskuler.
I. Perlukaan Kelahiran
Kelainan ini di temukan di bawah kulit bagian tubuh yang mengalami tekanan
pada waktu bayi di lahirkan. Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini
adalah presentasi muka dan persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam,
ekstraksi vakum, dan sebagainya. Kelainan ini memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang dalam minggu pertama.
Kaput suksedaneum
Sefalbematoma
Perdarahan subponeurotik
17
Perdarahan disini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena
yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak.
Perdarahan dapat terjadi pada persalinan yang di akhiri dengan alat, dan biasanya
mempunyai batas tegas, sehingga kepala kadang-kadang berbentuk asimetris. Pada
perabaan sering di temukan fluktuasi dan terdapat pula edema. Kelainan ini dapat
menimbulkan syok, anemia, atau hiperbilirubinemia. Pemberian vitamin K dianjurkan
pada perdarahan ringan.
Dalam minggu pertama setelah bayi lahir ditemukan suatu tumor pada
muskulus sternokleidomastoideus dengan diameter 1-2 cm, berbatas tegas dan
sukar digerakkan dari dasarnya. Tumor ini umumnya dianggap sebagai suatu
hematoma akibat perlukaan karena usaha untuk melahirkan kepala bayi pada
persalinan sungsang. Kepala serta leher bayi cenderung miring kearah otot yang
sakit (tortikolis) dan jika keadaan dibiarkan, otot sembuh, tetapi dalam keadaan lebih
pendek dari normal. Sebelim hal itu terjadi, perlu dilakukan fisioterapi. Jika keadaan
sudah menetap, diperlikan tindakan operasi.
Kelainan ini dapat ditemukan pada persalinan lama atau persalinan yang
diselesaikan dengan alat yang menyebabkan tekanan yang lama pada bagian
tertentu kepala bayi. Kulit bersama lemak subkutan menjadi nekrotik dengan batas
yang tidak tegas, biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk penyembuhan.
Bahaya terbesar adalah infeksi.
Perdarahan subkonjungtiva
Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan biasa maupun
pada yang sulit. Darah yang tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi
setelah 1-2 minggu tanpa diperlukan pengobatan apa-apa.
Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada
saat lahirnya bayi,sehingga terjadinya kerusakan pada pleksus brakialis.Hal ini
ditemukan pada persalinan letak-sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam
usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi-kepala,kelainan dapat
terjadi pada janin dengan bahu lebar.Di sini kadang-kadang dilakukan tarikan pada
kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan.
18
Pada paralisis Duchenne-Erb ditemukan kelemahan lengan untuk
fleksi,abduksi,serta memutar ke luar,disertai hilangnya refleks biseps dan
Moro.Lengan berada dalam posisi aduksi dan putaran ke dalam lengan bawah
dalam pronasi dan telapak tangan melihat kebelakang.
Paralisis klumpke jarang sering terjadi.Di sini terdapat kelemahan otot-otot
fleksor pergelangan,sehingga bayi kehilangan refleks mengepal.
Penanggulangan paralisis Duhenne-Erb ialah dengan jalan meletakkan
lengan atas dalam posisi abduksi 90 0 dan putaran ke luar.Siku berada dalam fleksi
900 disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap ke depan.Posisi ini dipertahankan beberapa waktu.Penyembuhan
biasanya terjadi setelah beberapa hari,kadang-kadang sampai 3-6 bulan.
Kelaianan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus fasialis pada
kelahiran.Hal ini sering tampak pada bayi yang lahir pada ekstraksi cunam.Gejala-
gejala yang terdapat ialah separuh muka dapat digerakkak dan separuh yang lain
tidak; kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan-tindakan
khusus.
Gangguan pada medulla spinalis dapt ditemukan pada bayi lahir dalam letak
sungsang,presentasi muka,atau presentasi-dahi.kelainan terjadi akibat regangan
Longitudinal tulang belakang karena tarikan,hiperfleksi,atau hiperekktensi pada
kelahirang.Tindakan ini mungkin menimbulkan fraktur atau dislokasi tulang
vertebra,perdarahan,atau edema pada medulla spinalis.
Gejala yang ditemukan tergantung dar bagian medula spenalis yang terkena
dan dapat memperlihatkan sidroma gangguan pernapasan,paralisis kedua
tungkai,retensio urine,dan lai-lain.Kerusakan yang ringan kadang-kadang tidak
memerlukan tindakan apa-apan,tetapi pada beberapa keadaan perlu dikerjakan
tindakan bedah atau bedah saraf.
Kelainan ini mungkin timbul pada setiap kelahiran dengan traksi kuat di
daerah leher.trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari nervus
vagus,sehingga terjadi gangguan suara (afonia ),stridor pada inspirasi,atau sidroma
19
gangguan pernapasan.kalainan dapat menghilangkan dengan sendirinya telah 4-6
minggu;kadang-kadang diperlukan tindakan trakeotomia pada kelainan yang berat.
PERDARAHAN INTRAKRANIAL
Perdarahan subdural
Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan biasanya terdapat
pada bayi- bayi prematur.
Perdarahan subaraknoidal
Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi- bayi prematur dan mempunyai
hubungan erat dengan anoksia atau hipoksia pada saat lahir.
PATAH TULANG
Fraktura klavikula
PATAH TULANG
Fraktura klavikula
20
Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu
pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi kepala dengan anak
besar ataupun kelahiran sungsang dengan lengan membumbung tinggi ke atas.
Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks
Moro sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan
dilakukannya imobilisasi lengan selama 2-4 minggu.
Fraktura femoris
Fraktura tengkorak
Fraktur tengkorak dapat berupa fraktur linear atau depressed. Kelainan ini
dapat ditemukan apabila terjadi tekanan tulang tengkorak janin pada promontorium,
atau simfisis ibu pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik, atau karena
kesalahan teknik pada ekstraksi cunam. Apabila tidak ditemukan komplikasi-
komplikasi lain, penyembuhan dapat sempurna tanpa pengobtan khusus.
Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika diadakan traksi kuat
untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan
bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi terjadi lebih sering pada tulang
belakang sevikal bagian bawah dan tulang belakang torakal bagian atas. Terjadinya
perlukaan pada medula spinalis dalam hal ini sudah dibahas lebih dahulu.
PERLUKAAN LAIN
Perdarahan intraabdominal
21
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23