Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kulit merupakan bagian tubuh paling luar yang berguna melindungi diri dari
trauma luar serta masuknya benda asing. Apabila kulit terkena trauma, maka dapat
luka, yaitu suatu keadaan terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi tubuh sehingga dapat mengganggu aktifitas
sehari-hari.
membatasi diri pada luka di kulit karena organ lainnya seperti limpa atau hati,
yang terletak dibawah kulit dan terputus jaringannya juga disebut luka. Tidak ada
perbedaan prinsip perawatan luka di rumah dan rumah sakit. Karena itu tidak semua
luka perlu dibawa ke rumah sakit kecuali yang memerlukan fasilitas mereka.
Praktik perawatan luka dalam bidang pelayanan di rumah sakit sudah banyak
dilakukan perawat, namun teknik perawatan luka yang dilakukan umumnya masih
bersifat konvensional. Sementara saat ini sudah berkembang teknik perawatan luka
modern yang sangat membantu proses penyembuhan klien.
Dengan memperhatikan perkembangan teknologi perawatan luka terkini dan
tepat guna maka luka dapat disembuhkan dengan waktu penyembuhan yang
relative lebih singkat (2x lebih singkat), tidak menimbulkan nyeri, balutan nyaman,
menghilangkan bau tak sedap, cost efektif, dan mengurangi kecacatan klien akibat
pertumbuhan jaringan parut atau amputasi yang tidak diinginkan. Untuk mencapai
perubahan teknik perawatan luka dari teknik konvensional menjadi teknik modern
membutuhkan pelatihan khusus dalam bidang perawatan luka agar dicapai proses
penyembuhan luka yang optimal.

B. Rumusan masalah

1. Mengetahui bagaimana cara merawat luka


2. Mengetahui berbagai macam luka
3. Mengetahui faktor-faktor penyembuhan luka

C. Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam luka dan bagaimana cara mengatasi dan
merawat luka tersebut dengan tepat dan benar agar tidak terjadi infeksi yang
berlebihan pada luka tersebut.

D. Tinjauan pustaka

Defenisi
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh.Kulit juga mempunyai peranan
yang sangat penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit
terpenting antara lain yaitu sebagai pengatur suhu tubuh dan bertindak sebagai
pelindung. Kulit juga bertindak sebagai system alarm tubuh ketika menerima
rangsang panas, dingin ataupun nyeri. Pada kondisi tubuh yang optimal, jaringan
kulit dapat memulihkan luka secara efisien dengan membentuk jaringan kembali.

1
Banyak cara yang telah dikembangkan untuk membantu penyembuhan luka,
seperti dengan menjahit luka, menggunakan antiseptic dosis tinggi, dan juga
pembalutan dengan menggunakan bahan yang menyerap. Namun, ketika diteliti
lebih lanjut, ternyata cara penyembuhan seperti ini sama sekali tidak membantu
bahkan berisiko memperburuk luka.
Dalam kehidupan sehari-hari, biasanya kita akan menggunakan antiseptic
pada luka dengan tujuan menjaga luka tersebut agar menjadi steril. Bahkan
antiseptic seperti hydrogen peroxide, povidone iodine, acetic acid, dan
chlorohexadine selalu tersedia di kotak obat. Sekarang perlu diketahui, bahwa
antiseptik-antiseptik seperti itu dapat mengganggu proses penyembuhan dari tubuh
kita sendiri.
Masalah utama yang timbul adalah antiseptic tersebut tidak hanya membunuh
kuman-kuman yang ada, tapi juga membunuh leukosit yaitu sel darah yang dapat
membunuh bakteri pathogen dan jaringan fibroblast yang membentuk jaringan kulit
baru. Sehingga untuk membersihkan luka, cara yang terbaik adalah dengan
membersihkannya dengan menggunakan cairan saline dan untuk luka yang sangat
kotor dapat digunakan water-presure.
Demikian pula dengan penggunaan balutan. Zaman dahulu orang percaya
bahwa membiarkan luka dalam kondisi bersih dan kering akan mempercepat proses
penyembuhan. Sehingga, pada zaman dahulu luka dibalut dengan menggunakan
kain pembalut yang tipis yang memungkinkan udara masuk dan membiarkan luka
mengering hingga berbentuk koreng. Namun seiring berkembangnya ilmu
pengetahuan, pertanyaan tersebut dibantah. Pengatahuan sekarang telah
membuktikan bahwa luka dalam kondisi kering dapat memperlambat proses
penyembuhan dan akan menimbulkan bekas luka.
Balutan dalam kondisi lembab atau sedikit basah merupakan cara yang paling
efektif untuk menyembuhkan luka. Balutan tersebut tidak menghambat aliran
oksigen, nitrogen dan zat-zat udara yang lain. Kondisi yang demikian merupakan
lingkungan yang baik untuk sel-sel tubuh tetap hidup dan melakukan replikasi secara
optimum, karena pada dasarnya sel dapat di lingkungan yang lembab atau
basah.Kecuali sel kuku dan rambut, sel-sel tersebut merupakan sel mati.
penyembuhan dengan menggunakan lingkungan yang lembab masih
menjadi hal yang baru dan jarang diaplikasikan di masyarkat. Masyarakat
kebanyakan berpendapat bahwa lingkungan yang lembab akan menjadi tempat
berkembangbiaknya kuman penyakit. Akan tetapi pernyataan ini tidak disertai
dengan kenyataan bahwa tubuh kita mempunyai system imun yang sangat
efisien.Segala jenis luka dengan berbagai tingkat kesterilannya memang merupakan
bentuk kolonisasi dari bakteri, tapi koloni bakteri tersebut selama masih dalam
jumlah yang wajar tidak menimbulkan risiko infeksi.?Masalah akan timbul jika bakteri
tersebut mulai melipatgandakan koloninya. Jika tubuh kita dalam kondisi yang
normal, maka antibody dalam tubuh akan dapat mencegah bakteri untuk tidak
bermitosis.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Luka

Luka adalah terputusnya jaringan di bawah dermis, luka juga suatu keadaan
terputusnya kontinuitas jaringan tubuh, yang dapat menyebabkan terganggunya
fungsi tubuh sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses
patologis yg berasal dari internal maupun eksternal & mengenai organ tubuh.
Kulit merupakan organ terbesar dalam tubuh. Kulit juga mempunyai peranan
yang sangat penting yang dapat menjaga kita agar tetap sehat. Peranan kulit
terpenting antara lain yaitu sebagai pengatur suhu tubuh dan bertindak sebagai
pelindung. Kulit juga bertindak sebagai system alarm tubuh ketika menerima
rangsang panas, dingin ataupun nyeri. Pada kondisi tubuh yang optimal, jaringan
kulit dapat memulihkan luka secara efisien dengan membentuk jaringan kembali.

B. Jenis-Jenis Luka

1. Berdasarkan sifat kejadian


Berdasarkan sifat kejadian, luka di dagi menjadi dua jenis yaitu :
Luka disengaja,luka yang terkena radiasi atau bedah.
Luka tidak disengaja, luka terkena trauma. Luka disengaja dapat di bedakan
menjadi 2 yaitu:
o Luka tertutup,jika tidak terjadi robekan. di dalam tubuh .
o Luka terbuka, jika terjadi robekan dan kelihatan seperti abrasi yakni
luka akibat gesekan, luka puncture yakni luka akibat tusukan dan luka
hautration yakni luka akibat alat-alat perawatan luka.

Dalam bidan kebidanan luka yang sering terjadi adalah luka bedah
(episiotomi), luka dalam proses persalinan (sectio cesaria).

2. Berdasarkan penyebabnya
Berdasarkan penyebabnya, luka di bagi menjadi 2 yaitu :
Luka mekanik, terdiri atas :
o Vulnus scissum, atau luka sayat akibat benda tajam.
o Vulnus contusum, luka memar di karenakan cedera pada jaringan
bawah kulit akibat benturan benda tumpul.
o Vulnus kaceratum, luka robek akibat terkena mesin atau benda lainnya
yang menyebabkan robeknya jaringan rusak dalam.
o Vulnus punctum, luka tusuk yang kecil di bagian luar (bagian mulut
luka) akan tetapi besar di bagian di dalam luka.
o Vulnus seloferadum, luka tembak akibat tembakan peluru.
o Vulnus morcum, luka gigitan yang tidak jelas bentuknya pada bagian
luka.
o Vulnus abarsio, luka terkikis yang terjadi pada bagian luka dan tidak
sampai ke pembulu darah.
Luka non mekanik
Luka non mekanik terdiri atas:

3
o luka akibat zat kimia.
o Termin.
o Radiasi.
o Serangan listrik

C. Klasifikasi Luka

1. Mekanisme Cedera
Luka Insisi : Dibuat dgn potongan bersih (scr aseptik) menggunakan
instrumen tajam.
Luka kontusi : Dibuat dgn dorongan tumpul & ditandai dgn cedera berat
bagian lunak, hemorrhagia & pembengkakan.
Luka laserasi: Luka dengan tepi yang bergerigi, tdk teratur.
Luka tusuk: Diakibatkan oleh bukaan kecil pada kulit Misal nya : karena
peluru / tusukan pisau.

2. Tingkat kontaminasi
Luka bersih
Luka terkontaminasi : Luka terbuka baru, luka akibat kecelakaan dan
prosedur bedah dgn pelanggaran pada teknik aseptik
Luka terinfeksi : Luka dimana organisme penyebab infeksi sdh terdapat dlm
lapang operatif sebelum pembedahan

D. Perawatan luka
Prinsip perawatan luka adalah:

1. Pembersihan luka.
Setiap luka harus dibersihkan dengan air yang mengalir apakah dengan slang
atau timba. Jangan menggunakan antiseptik karena akan merusak kulit dan
memperlama sembuh. luka lecet anak kecil ketika terjatuh Juga diguyur dan bila
segera dilakukan tidak sakit karena setiap trauma mempunyai fase syok. Bila masih
ada pasir tekan-tekan diatasnya dengan kasa basah. Jangan dengan kapas! Karena
kapas tidak menyerap air.
Luka tusuk seperti terkena jarum sewaktu menjahit juga diguyur dengan
memijit sekitar luka sampai keluar darah. Bila kena paku yang kotor Anda harus ke
rumah sakit karena memerlukan insisi silang untuk membersihkannya.

2. Penghentian perdarahan.
Luka yang memerlukan tindakan ini adalah luka pada urat darah baik nadi
yang tandanya terlihat semprotan atau semburan darah ataupun vena, yang
darahnya mengalir terus. Bila dibiarkan korban akan jatuh dalam syok. Ini harus
dihentikan dengan berbagai cara seperti menekan bagian yang luka, meninggikan
bagian yang luka dari jantung; menekan urat darah besar yang mendarahi daerah
luka; bebat di proksimal atau di bagian yang lebih dekat ke jantung.

3. Penutupan luka
Luka ditutup dengan kasa atau kain bersih tapi jangan dengan kapas. Kasa
dan kain bersih mengisap air hingga kotoran luka terangkat tetapi kapas sebaliknya.
Ia tidak mengisap air hingga kotoran luka bertumpuk diatas luka.

4
4. Pencegahan infeksi
Luka bersih yang dirawat dengan benar tidak memerlukan antibiotika kecuali
suntikan tetanus pada luka dalam akibat tusukan benda tajam yang kotor atau
berkarat seperti paku dan gigitan binatang termasuk manusia.

Cara-Cara Merawat Luka

1. Usahakan agar luka tetap bersih selama proses penyembuhan. Bersihkan


luka dengan larutan saline sollution: larutkan dua sendok teh garam ke dalam
air panas, lalu biarkan dingin.
2. Usahakan Gunakan antiseptic yang alamiah.Dapat menggunakan Echinacea
angustifolia, calendula, daun teh dan lavender.
3. Perbanyak intake protein dalam tubuh ketika sedang terluka. Terutama pasca
operasi, kebutuhan kalori dan protein dalam tubuh akan meningkat 20-50
persen.
4. Perbanyak intake berbagai vitamin dan zat lainnya.
5. Gunakan madu untuk menyembuhkan luka.Madu mengandung enzim-enzim
dan zat anti-viral, dapat mempercepat penyembuhan luka, dan menurunkan
risiko infeksi lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan balutan
sintetik semi-oklusif. Madu juga dapat mempercepat pertumbuhan sel-sel
yang baru.

Vitamin dan fungsinya:


Vitamin A untuk membantu pembentukan jaringan yang luka.
Vitamin B1 untuk mensintesis kolagen.
Vitamin B5 untuk mempercepat proses penyembuhan.
Vitamin C untuk mempercepat pembentukan kolagen dan elastin, juga untuk
mempercepat pertumbuhan.
Vitamin E untuk membantu menghilangkan bekas luka.
Zn untuk menstimulasi proses penyembuhan luka.
Lemak essensial untuk memnyempurnakan proses penyembuhan luka.

Selain beberapa pengobatan-pengobatan yang telah disebutkan diatas, ada


juga metode penyembuhan luka yang juga dianjurkan pengaplikasiannya dalam
kehidupan sehari-hari, yaitu terapi tekan.Terapi ini lebih dipergunakan untuk klien
dengan luka pada kaki yang mana saraf pada kaki pun ikut terganggu. Terapi ini
sangat efektif untuk membantu proses penyembuhan dan dapat mencegah risiko
terjadinya luka ini kembali.
Metode terapi tekan ini biasanya menggunakan balutan non elastis, dua atau
empat lapis balut tekan, dan pembalut yang pendek dan lentur. Balut tekan terdapat
mermacam-macam cara, namun tetap dapat memberikan tekanan secara
permanent atau terus-menerus. Hal ini disebabkan adanya perbedaan struktur dan
kandungan dari serabut elastometric.
Balut tekan berguna untuk manajemen luka saraf. Balutan ini sangat mudah
digunakan ketika kita ingin mengganti balutan yang lama.Balutan ini harus sering
diganti, dengan tujuan untuk mengurangi pembengkakkan.Pembalut ini sangat

5
elastis, sehingga dapat mengukur seberapa bengkak luka yang ada. Kekuatan
tekanan yang dihasilkan merupakan interaksi dari beberapa prinsip, yaitu:
Struktur fisik dan elastomeric properties pembalut tersebut.
Ukuran dan bentuk dari tubuh ketika balutan itu sedang digunakan.
Teknik dan keterampilan yang memasang balutan tersebut.
Aktivitas sehari-hari yang dilakukan klien.

Fase Penyembuhan Luka

Fase penyembuhan luka dapat melalui 4 tahap yaitu:


1. Tahap respons inflamasi akut terhadap cedera.Tahap ini di mulai saat
terjadinya luka. Pada tahap ini terjadi proses hemostatis yang di tandai
dengan pelepasan histamin dan mediator lain lebih dari sel-sel yang rusak, di
sertai proses peradangan dan migrasi sel darah putih ke daerah sel yang
rusak.
2. Tahap destruktif. Pada tahap ini terjadi pembersihan jaringan yang mati oleh
leokusit polimorfonuklear dan makrofag.
3. Tahap poliferatif. Pada tahap ini pembulu darah baru di perkuat oleh jaringan
ikat dan menginfiltrasi luka.
4. Tahap maturasi. Pada tahap ini terjadi reepitelisasi, konstraksi luka, dan
organisasi jaringan ikat.

Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan primer : tepi tepi kulitmerapat atau saling berdekatan


sehingga mempunyai risiko infeksi rendah, penyembhan terjadi dengan cepat
Penyembuhan sekunder : tepi luka tidak saling berdekatan, luka akan tetap
terbuka hingga terisi oleh jaringan parut. Penyembuhan sekunder
memerlukan waktu yang lebih lama shg kemungkinan terjadinya infeksi lebih
lama dan terjadi infeksi lebih besar.

1. Penyembuhan primer: luka bersih dijahit luka tertutup


2. Penyembuhan primer tertunda: luka kotor debridement rawat
terbuka jahit luka tertutup
3. Penyembuhan sekunder: luka terbuka granulasi menutup spontan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka di pengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu:


1. Vaskularisasi, memengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan
peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan atau perbaikan sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel
membutuhkan kadar protein yang cukup. Orang yang mengalami kekurangan
kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami proses penyembuhan lama.
3. Usia, kecepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
atau kematangan usia seseorang.
4. Penyakit lain, memengaruhi proses penyembuhan luka.
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaikan sel, terutama
karena kandungan zat gizi yang terbapat di dalamnya.

6
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, memengaruhi proses
penyembehan luka.

E. Masalah Yang Terjadi Pada Luka Bedah Kebidanan

1. Perdarahan, di tandai dengan adanya perdarahan yang di sertai dengan


perubahan tanda vital seperti adanya peningkatan denyut nadi, kenaikan
pernafasan, melemahnya kondisi tubuh, kehausan serta keadaan kulit yang
dingin dan lembab.
2. Infeksi, terjadi bila terdapat tanda-tanda seperti kulit kemerahan, demam atau
panas, rasa nyeri dan timbul bengkak, jaringan di sekitar luka mengeras, dan
serta adanya kenaikan leokosit.\
3. Dehiscene, merupakan pecahnya luka secara sebagian natau seluruhnya
yang dapat di pengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan, kekurangan
nutrisi, terjadinya trauma dll.

F. Menjahit Luka

Menjahit luka merupakan cara yang di lakukan untuk menutup luka melalui
jahitan, bertujuan mencega terjadi perdarahan, mencega infeksi silang dan
mempercepat proses penyembuhan.

G. Pembalutan
Banyak macam dan jenis. Karakteristik yang ideal adalah:
Jaga kelembaban
Rangsang penyembuhan
Lindungi suhu luar
Lindungi trauma
Tidak sering diganti
Aman dan tidak toksik
Tidak mengotori
tidak melekat di luka
daya serap baik
mudah monitor
pertukaran udara
tidak tembus mikroorganisme
mudah/ murah

Tujuan Pembalutan Efektif


Memberikan lingk yg sesuai utkpenyembuhan luka
Menyerap drainase
Imobilisasi luka
Melindungi dari cedera mekanik
Kenyamanan

7
H. Perlukaan Pada Persalinan

PERLUKAAN VULVA

Luka Pada Vulva


Sebagai akibat persalinan, terutama pada seorang primipara, bisa timbul luka
pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-
kadang bisa timbul pendarahan banyak, khususnya dekat pada klitoris.

Robekan perineum
Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak
jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau
dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar pinggul dilalui oleh kepala janin
dengan cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan ditahan terlampau
kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan pendarahan dalam
tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada panggul karena
direnggangkan terlalu lama.
Robekan perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa
sehingga kepala janin terpaksa lahir lebih kebelakang daripada biasa, kepala janin
melewati pintu bawah panggul dngan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito-bregmatika, atau anak dilahirkan dengan pembedahan
vaginal.
Apabila hanya kulit perineum dan mukosa vagina yang robek dinamakan
robekan perineum tingkat satu. Pada robekan tingkat dua dinding belakang vagina
dan jaringan ikat yang menghubungkan otot-otot diafragma urogenitalis pada garis
tengah terluka; dan pada robekan tingkat tiga atau robekan total muskulus stingter
ani eksternum ikut terputus dan kadang-kadang diniding depan rectum ikut robek
pula. Arang sekali terjadi robean yang melalui pada dinding belakang vaginda di atas
introitus vagina dan anak yang dilahirkan melalui robekan itu, sedangkan ( dengan
meninggalkan) perineum sebelah depan tetap utuh (robekan perineum sentral).
Pada persalinan sulit di samping robekan perineum yang dapat dilihat, dapat pula
terjadi kerusakan dan kerenggangan muskulus puborektalis kanan dan kiri serta
hubungannya di garis tengah.Kejadian ini melemahkan diafragma pelvis yang
menimbulkan predisposisi untuk terjadinya prolepsis uteri di kemudian hari. Robekan
perineum yang melebihi robekan tingkat satu harus di jahit. Hal ini dapat dilakukan
sebelum plasenta lahir; tetapu apabila ada kemungkinan plasenta harus dikeluarkan
secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai plasenta lahir. Dengan

8
penderita berbaring dalam posisi litotomi dilakukan pembersihan luka dengan cairan
antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan seksama.
Pada robekan perineum tingkat dua, setelah diberikan anestesia lokal otot-
otot diafragma urogenitalis dihubungkan di garis tengah dengan jahitan dan
kemudian luka pada vagina dan kulit perineum di tutup dengan mengikutsertakan
jaringan-jaingan di bawahnya.
Menjahit robekan tingkat tiga harus dilakukan dengan teliti; mula-mula dinding
depan rectum yang robek dijahit, kemudian fasia-prarektal di tutup, dan muskulus
sfingter ani eksternus yang robek di jahit. Selanjutnya dilakukan penutupan robekan
seperti diuraikan untuk robekan perineum tingkat dua. Untuk mendapat hasil baik
terapi pada robekan perineum total, peril diadakan penanganan pascapembedahan
yang sempurna. penderita diberi makanan yang tidak mengandung selulosa dan
mulai hari kedua diberi parafifnum liquidum sesendok makan dua kali sehari dan jika
perlu pada hari keenam diberi klisma minyak.

Episiotomi
Dengan cara episiotomi, maka robekan perineum, regangan otot-otot dan
fasia pada dasar panggul, prolaksus uteri,stress incontinence, serta perdarahan
dalam tengkorak janin dapat dihindarkan. Luka episiotomy lebih mudah di jahit
daripada robekan.

Perawatan Luka Episiopomi Pada Persalinan Normal

Luka merupakan rusaknya barier pertama bagi tubuh, dengan adanya luka
menyebabkan seseorang lebih mudah mengalami resiko infeksi karena luka
merupakan port de Entry kuman. Berkaitan dengan hal tersebut, maka luka perlu
dirawat dengan teknik perawatan steril.
Episiotomi adalah insisi perineum vagina yang merupakan bedah kebidanan
terlazim (Gerhard matius, 1997). Tindakan episiotomi saat ini masih tinggi
dikarenakan berbagai macam indikasi dalam proses persalinan normal. Adapun
robekan jalan lahir dan episiotomi yang tidak diperbaiki dapat menyebabkan
kehilangan darah yang banyak, infeksi, jaringan parut, gangguan dalam hubungan
seksual dan kematian (Margareth Ann Marshal dan Sandra Tebben Bufingtong,
1996). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat
pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau
elastisitas jaringan tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan
episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling
sesuai dengan kondisi yang sedang dihadapi. Dengan demikian tidak dianjurkan
untuk melakukan prosedur episiotomi secara rutin karena mengacu pada
pengalaman dan bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa pakar dan
klinisi, ternyata tidak terdapat bukti bermakna tentang manfaat episiotomi rutin
(Syaifuddi. AB, 2001)
Namun disisi lain perawat juga perlu pengetahuan yang lebih spesifik yaitu
bagaimana pencegahan laserasi yang terjadi karena lahirnya kepala janin. Lahirnya
kepala janin dapat menyebabkan laserasi spontan, khususnya jika kelahiran
berlangsung cepat dan tidak terkontrol. Disamping manuver tangan yang baik
adalah sangat penting untuk bekerja sama dengan ibu selama kelahiran.
Kita ketahui bersama salah satu faktor yang menyebabkan infeksi pada persalinan

9
normal adalah adanya luka episiotomi. Oleh karena itu dalam mencegah terjadinya
infeksi, perawat/bidan diharapkan melakukan perawatan luka episiotomi secara
steril.

PERLUKAAN VAGINA

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak


seberapa sering terdapat. Mungkin ditemukan sesudah persalinan biasa, tetapi lebih
sering terjadi akibat ekstrasi dengan cunam, lebih-lebih apabila kepala janin harus
diputar.robekan terdapat pada dinding lateral dan baru terlihat pada pemeriksaan
dengan speculum. Perdarahan biasanya banyak, tetapi mudah dibatasi dengan
jahitan . kadang-kadang robekan bagian atas vagina terjadi sebagian akibat
menjalarnya robekan serviks. Apanbila ligamentum latum terbuka dan cabang-
cabang arteria uterine terputus, timbul banyak perdarahan yang membahayakan jiwa
penderita. Apabila perdarahan demikian itu sukar dikuasai dari bawah, terpaksa
dilakukan laparotomi dan ligamentum dibuka untuk menghentikan perdarahan; jika
hal yang terakhir ini tidak berhasil, arteria hipogastrika yang bersangkutan perlu
diikat.

Kolpaporeksis
Kolpaporeksi adalah robekan melintang atau miring pada bagian atas vagina.

Hal ini terjadi apabila pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik terjadi
regangan segmen bawah uterus dengan serviks uteri tidak terjepit antara kepala
janin dan tulang panggul, sehingga tarikan ke atas langsung ditampung oleh vagina;
jika tarikan ini melampaui kekuatan jaringan terjadi robekan vagina pada batas
antara bagian teratas dengan bagian yang lebih bawah dan yang berfiksasi pada
jaringan sekitarnya. Kolpaporeksis juga bisa timbul apabila pada tindakan
pervaginam dengan memasukkan tangan penolong ke dalam uterus dibuat
kesalahan, yang fundus uteri tidak ditahan oleh tangan luar supaya uterus jangan
naik ke atas.

Gejala-gejala dan pengobatan kolpaporeksis tidak berbeda dengan rupture


uteri.

Fistula
Fistula akibat pembedahan vagina makin lama makin jarang karena tindakan
vagina yang sulit untuk melahirkan anak banyak diganti dengan seksio sesarea.
Fistula dapat terjadi mendadak karena perlukaan pada vagina yang menembus
kandung kencing/rectum, misalnya oleh perforator atau alat untuk dekapitas, atau
karena robekan serviks menjalar k tempat-tempat tersebut. Jika kandung kencing
luka, air kencing segera keluar melalui vagina. Fistula dapat juga terjadi karena
dinding vagina dan kandung kencing atau rectum tertekan lama antara kepala janin
dan panggul, sehingga terjadi iskemia, akhirnya terjadi nekrosis jaringan yang

10
tertekan. Setelah lewat beberapa hari postpartum, jaringan nekrosis terlepas,
terjadilah fistula disertai inkontinensia. Fistula dapat berupa fistula vesikovaginalis,
atau fistula uterovesikovaginalis, kadang-kadang juga fistula uterovaginalis, atau
juga fistula rektovaginalis. Bila ditemukan perlukaan kandung kencng setelah
persalinan selesai, harus segera dilakukan penjahitan, lalu dipasang daurcatheter
untuk beberapa lama, fistula kecil dapat menutup sendiri. Apabila fistula tidak
sembuh sendiri, maka sesudah tiga bula postpartum dapat dilakukan operasi untuk
menutupnya.

ROBEKAN SERVIKS
Persalinan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks
seseorang multipara berbeda daripada yang belum pernah melahirkan pervaginam.
Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke segmen
bawah uterus . apabila terjadi perdarahan yang tida berhenti meskipun plasenta
sudah lahir lengkap dan uterus berkontraksi baik, perlu dipikirkan perlukaan jalan
lahir, khususnya robekan serviks uteri. Dalam keadaan ini serviks harus diperiksa
dengan spekulum.Pemeriksaan ini juga harus dilakukan secara rutin setelah
tindakan obstetrik yang sulit.Apabila ada robekan,serviks perlu ditarik keluar dengan
beberapa cunam ovum,supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan
baik.Jahitan pertama dilakukan pada ujung atas luka,baru dilakukan jahitan terus ke
bawah.Apabila serviks kaku dan his kuat,serviks uteri mengalami tekanan kuat oleh
kepala janin,sedangkan pembukaan tidak maj.Akibat tekanan kuat dan lama ialah
pelepasan sebagian serviks atau pelepasan serviks secara sirkuler.Pelepasan ini
dapat dihindari dengan seksio sesarea jika diketahui bahwa adadistosia servikalis.
Apabila sudah terjadi pelepasan serviks,biasanya tidak dibutuhkan
pengobatan;hanya jika ada perdarahan,tempat perdarahan dijahit.Jika bagian
serviks yang terlepas masih berhubungan dengan jaringan lain,hubungan ini
sebaiknya diputuskan.

` RUPTURA UTERI

Ruptura uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat


berbahaya,yang umumnya terjadi pada persalinan,kadang-kadang juga pada
kehamilan tua.Robekan pada uterus dapat ditemukan untuk sebagian besar pada
bagian bawah uterus.Pada robekan ini kadang-kadang vagina atas ikut serta pula.
Apabila robekan tidak terjadi pada uterus malainkan pada vagina bagian atas,hal itu
dinamakan kolpaporeksis.kadang-kadang sukar membedakan antara ruptura uteri
dan kolpaporeksis.Apabila pada ruptura uteri peritoneum pada permukaan uterus
ikut robek,hali itu dinamakan ruptura uteri kompleta; jika tidak ruptura uteri
inkompleta.Pinggir ruptura biasanya tidak rata; letaknya pada uterus melintang,atau
membujur,atau miring dan bisa agak ke kiri atau ke kanan.Ada kemungkinan pula
terdapat robekan dinding kandung kencing.Frekuensi ruptura uteri di rumah sakit-
rumah sakit besar di indonesia terkisar antara 1:92 sampai 1:294 persalinan.Angka-
angka ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara maju ( antara

11
1:1250 dan 1:2000 persalinan ).Hal ini disebabkan karena rumah sakit-rumah sakit
di indonesia menampung banyak kasus-kasus darurat dari luar.Menurut cara terjadi
ruptura terjadi diadakan perbedaan antara: 1) ruptura uteri spontan:; 2) ruptura uteri
traumatik ; 3) ruptura uteri pada parut uterus.

Ruptura uteri spontan

Yang dimaksud ruptura ialah ruptura uteri yang terjadi secara spontan pada
uterus yang utuh ( tanpa perut ).Faktor pokok di sini ialah bahwa persalinan tidak
maju karena rintangan,misalnya panggul sempit,hidrosefalus,janin dalam letak
lintang dan sebagainya,sehingga segmen bawah uterus makin lama makin
diregangkan.Pada suatu saat regangan yang terus bertambah melampaui batas
kekuatan jaringan miometrium: terjadila ruptura uteri.Faktor yang merupakan
predisposisi terhadap terjadinya ruptura uteri ialah multiparitas;disinai di tengah-
tengah miometrium sudah terdapat banyak jaringan ikat yang menyebabkan
kekuatan dinding uterus menjadi kurang,sehingga regangan lebih mudah
menimbulkan robekan.Oleh banyak penulis di laporkan pula banyak kebiasaan yang
dilakukan oleh dukun-dukun memudahkan timbulnya ruptura uteri.Pada persalian
yang kurang lancar ,dukun-dukun itu biasanya melakukan tekanan keras ke bawah
terus menerus pada fundus uteri; hal ini dapat menembah tekanan pada segmen
bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptura
uteri.Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlampau tinggi dan/atau atas indikasi
yang tidak tepat,bisa pula menyebabkan ruptura uteri.

Gejala-gejala

Sebelum terjadinya ruptura uteri umumnya pendritaa menunjukkan gejala-gejala


ruptura uteri membakat.Ia gelisah,pernapasan dan nadi menjadi cepat serta
dirasakan nyeri pada perabaan dan lingkaran retraksi ( Bandl ) tinggi sampai
mendekati pusat,ligamenta rotunda tegang.Pada saat terjadi ruptura uteri penderita
kesakitan sekali dan merasa seperti ada yang robek didalam perutnya;tidak lama
kemudian ia menunjukkan gejala-gejala kolaps dan jatuh dalam syok.Pada waktu
robekan terjadi perdarahan;pada ruptura uteri kompleta untuk sebagian mengalir ke
rongga perut dan untuk sebagian keluar per vaginam.sering kali seluruh atau
sebagian janin masuk kedalam rongga perut;pada pemeriksaan vaginal bagian
bawah janin tidak teraba lagi atua teraba tinggi dalam jalan lahir.Pada ruptura uteri
inkompletaperdarahan yang biasanya tidak seberapa banyak,berkumpul di bawah
peritoneum atau mengalir keluar.Janin umumnya tetap tinggal di uterus.Pada
pemeriksaan di temukan seorang wanita pucat dengan nadi yang cepat dan dengan
perdarahan pervaginam.Segera setelah ruptura uteri terjadi,dan janin masuk
kedalam rongga perut,ia dapat diraba dengan jelas pada pemeriksaan luar,dan
disampingnya ditemukan uterus sebagai benda sebesar kepala bayo.Lambat laun
perut menunjukkan meteorismus kadang-kadang disertai defense musculaire dan
janin lebih sukar diraba.Pada ruptura uteri kompleta kadang-kadang juga pada

12
pemeriksaan vaginal,robekan dapat diraba,demikian pula usus dala rongga perut
melalui robekan.

Ruptura uteri traumatik

Ruptura uteri yang disebabkan oleh trauma yang terjadi karena


jatuh,kecelakaan seperti tabrakan dan sebagainya.Robekn demikian itu yang bisa
terjadi pada setiap saat dalam kehamilan,jarang terjadi karena rupanya otot uterus
cukup tahan terhadap trauma dariruptura uteri yang luar.Yang lebih sering terjadi
ialah ruptura uteri yang dinamakan ruptura uteri violenta.Di sini karena distosia
sudah ada regangan segmen bawah uterus dan usaha vaginal untuk melahirkan
janin mengakibatkan timbulnya ruptura uteri.Hal itu misalnya terjadi pada versi
ekstrasi pada letak lintang yang dilakukan bertentangan dengan syarat-syarat untuk
tindakan tersebut.kemungkinan besar yang lain ialah ketika melakukan
embriotomi.Berhubungan dengan itu,setelah tindaka-tindakan tersebut di atas dan
juga setelah ekstrasi dengan cunam yang sukar,perlu dilakukan pemeriksaan kavum
uteri dengan tangan untuk mengetahui apakah terjadi ruptura uteri.Gejala-gejal
ruptura uteri violenta tidak berbeda dari ruptura uteri spontan.

Ruptura uteri pada perut uterus

Ruptura uteri demikian ini terdapat paling sering pada peut bekas seksio
sesarea; peristiwa ini jarang timbul pada uterus yang telas di operasi untuk
mengangkat mioma ( miomektomi ),dan lebih jarang lagi pada uterus dengan perut
karena kerokan yang terlampau dalam.Di antara perut-perut bekas seksio
sesarea,perut yang terjadi sesudah seksio sesarea profunda.Perbandingannya ialah
4:1. Hala ini di sebabkan oleh karena luka pada segmen bawah uterus yang
menyerupai daerah uterus yang lebih tenang dalam masa nifas dapat sembuh
dengan lebih baik,sehingga perut lebih kuat.Ruptura uteri pada bekas perut seksio
sesarea klasik juga lebih sering terjadi pada kehamilan tua sebelum persalinan
mulai,sedang peristiwa tersebut pada perut bekas seksio secara profunda umumnya
terjadi pada aktu persalinan.Ruptura uteri pasca saksio sesarea bisa menimbulkan
gejal-gejala seperti telah diuraikan terlebih dahulu,akan tetapi bisa juga terjadi tanpa
banyak menimbulkan gejala.Dalam hal yang terakhir ini tidak terjadi robekan secara
mendadak,malainkan lambata laun jaringan di sekitar bekas luka menipis untuk
akhirnya terpisahsama sekali dan terjadilah ruptura uteri.Di sini biasanya peritoneum
tidak ikut serta,sehingga terdapat ruptura uteri inkompleta.Pada peristiwa ini ada
kemungkinan arteria besar terbuka dan timbul perdarahan yang utuk sebagian
berkumpul di ligamentum latum dan untuk sebagian keluar.Biasanya janin masih
tinggal dalam uterus dan his kadang-kadang masih ada.

13
Sementara itu penderita merasa nyeri spontan atau nyeri pada perabaan
tempat bekas luka.Jika arteria besar luka,gejal-gejala perdarahan dengan anemia
dan syok; janin dalam uterus meninggal pula.

Prognosis

Ruptura uteri merupsksn peristiwa yang gawat bagi ibu dan lebih-lebih bagi
anak.Apabila peristiwa itu terjadi di rumah sakit dan pertolongan dan dapat diberikan
dengan segera,angka mortalitas ibu dapat di tekan sampai beberapa persen.Akan
tetapi apabila seperti sering terjadi di indonesia pederita di bawa ke rumah
sakitdalam keadaan syok dan karena persalinan lama menderita pula dehidrasi dan
infeksi intrapartum,angka kematian ibu menjadi sangat tinggi.Dalam laporan
beberapa rumah sakit di indonesiaangka itu sekitar antara 30% dan 46,4%.Janin
umumnya meninggal pada ruptura uteri.Janin dapat ditolong apabila pada saat
terjadinya ruptura uteri ia masih hidup dan segera dilakukan laparotomi untuk
melahirkannya.

Penanganan

Untuk mencegah timbulnya ruptura uteri pimpinan persalinan harus dilakukan


dengan cermat,khususnya pada persalianan dengan kemungkinan distosia;dan
pada persalinan pada wanita yang pernah mengalami seksio sesarea atau
pembedahan lain pada uterus.Pada persalinan dengan kemungkinan ditosia perlu
diamat-amatiterjadinya ragangan segmen bawah uterus dan apabila tanda-tanda itu
ditemukan,persalinan harus diselesaikan denagnsegera,dengan cara yang paling
aman bagi ibu dan anak.Mengenai pencegahan ruptura uteri pada wanita yang
pernah mengalami saksio sesarea,di beberapa negara terdapat pandapat
bahwasekali seksio ,seterusnya seksio.Pendirian ini tidak dianut di
indonesia.Seorang wanita yang mengalami seksio sesareauntuk sebab yang hanya
terdapat pada persalinan yang memerlukan pembedahan itu untuk
menyelesaikannya,diperolehkan unutk melahirkan pervaginam pada persalinan
berikutnya.Akan tetapi ia harus bersalin di rumah sakit,supaya diawasi dengan
baik.Kala II tidak boleh berlangsung terlalu lama da pemberian oksitosin tidak
dibenarkan.ketentuan bahwa tidak perlu dilakukan seksio sesarea ulangan pada
wanita yang pernah mengalami seksio sesarea yang berlaku untuk seksio sesarea
klasik.

Di sini,berhubung dengan adanya bahaya yang lebih besar akan timbulnya


ruptura uteri,perlu dilakukan seksio sesarea.Malahan penderita hendaknya dirawat
tiga minggu sebelum jadwal persalinan.Dapat dipertimbangkan pula untuk
melakukan seksio sesarea sebelum peralinan mulai,asal kehamilan benar-benar
lebih dari 37 minggu.Apabila terjadi ruptura uteri,tindakan yang terbaik ialah
laparotomi.Janin dikeluarka dahulu dengan atau tanpa pembukaan uterus ( Hal yang
terakhir ini jika janin sudah tidak lama uterus lagi ),kemudian dilakukan
histerektomi.Janin tidak dilahirkan pervaginam,kecuali jika janin masih terdapat
seluruhnya dalam uterus dengan kepala sudah turun jauh dalam jalan lahir dan ada
14
keragu-raguan tehadap diagnosis ruptura uteri.Dalam hal ini,setelah janin
dilahirkan,perlu diperiksa dengan satu tangan dalam uterus apakah ada ruptura
uteri.Pada umumnya pada ruptura uteri tidak dilakukan penjahitan luka dalam
usahan ada keragu-raguan tehadap diagnosis ruptura uteri.Dalam hal ini,setelah
janin dilahirkan,perlu diperiksa dengan satu tangan dalam uterus apakah ada ruptura
uteri.Pada umumnya pada ruptura uteri tidak dilakukan penjahitan luka dalam usaha
untuk mempertahankan uterus.Hanya dalam keadaan yang sangat istimewa hal itu
dilakukan; dua syarat dlam hal ini harus dipenuhi,yakni pinggir luka harus rata
seperti ruptura parut bekas seksio sesarea,dan tidak ada tanda-tanda
infeksi.Pengobatan untuk memerangi syok dan infeksi sangat penting dalam
penanganan pendrita denga ruptura uteri.

EMBOLI AIR KETUBAN

Merupakan salah satu penyabab syok dalam obstetri yang bukan di sebabkan
karena perdarahan.Penyababnya adalah masuknya air ketuban melalui vena
endoserviks atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasenta.Masuknya iar ketuban yang juga mengandung rambut lanugo,verniks
kaseosa dan mekonium ke dalam peredarah darah ibu akan menyumbat
penyumbat-penyumbat kapiler dalam paru-paru ibu,selain itu zat-zat asing dari janin
tersebut juga menimbulkan reaksi anafilaksis yang keras dan gangguan pembekuan
darah. Faktor-faktor yang mempermudah timbulnya peristiwa ini adalah adanya his
yang kuat dan terutama yang terus-menerus misalnya pada pemberian uterotonika
yang berlebihan dimana kebutuhan sudah pecah (atau dipecah pada amniotomi )
biasa pada akhir kala I atau segera setelah anak lahir. Gejala permulaan yaitu
penderita tampak gelisah,mual,muntah dan disertai takikardidan takipnea.
Selanjutnya timbul dispnea dan sianosis. Tekanan darah menurun ,nadi cepat dan
lemah,kesadaran menurun dan disertai nistagmus dan kadang-kadang timbul
kejangtonuk klonik.Penyumbatan kapiler paru-paru tersebut akan menimbulkan
edema paru-paru yang luas dan akhirnya mengakibatkan kegagalan dan payah
jantung kanan. Komplikasi yang lain adalah terjadinya gangguan pembekuan
darah.karen mortalitasnya yang sangat tinggi,di mana dalam 60 menit pertama
dapat mencapai 50%,maka diperlukan tindakan yang cepat. Perawatan pertama
ditunjukkan untuk mengatasi edema paru-paru dengan pemberian zat asam dengan
tekanan positif. Digitalis dapat diberikan bila ada indikasi payah jantung. Dapat juga
diberi Morphin 0,01-0,02 subkutan atau Atropin 0,001-0,003 iv. Perlahan-lahan dan
papaverin 0,004 iv perlahan-lahan. Pasang torniket pada lengan dan tungkai untuk
meringankan sisi kanan jantung, kembangkan antara tekanan sistolik dan diastolik
kalau perlu lakukan vena seksi.Tidak boleh diberi vasopresor.Masuknya bahan
tromboplastik dari plasenta kedalam sirkulasi ibu, mula-mula menimbulkan keadaan
hiperkoagulemiayang umumnya berlangsung singkat. Selanjutnya bahan tersebut
mengkonsumsi fibrinogen dan faktor-faktor pembeku lain sehingga darah tidak dapat
membeku. Keadaan ini disebut hipofibrinogenemia atau afibirinogenemia. Pada fase

15
akhir,peningkatan aktivitas fibrinolitik. Kecurigaan timbul bila darah yang keluar dari
genitalia sangat lambat membeku atau tidak dapat membeku. Dalam hal ini untuk
menegakkan diagnosis yang cepat dan sederhana dapat dilakukan tes observasi
bekuan darah dengan tabung tes. Umumnya koagulasi terjadi dalam waktu 8-10
menit.Bila memang terjadi pemanjangan dari waktu koagulasi maka secara umum
harus dikontrol dahulu syoknya dengan pemberian darah atau oksigen.
Penanggulangan koagulopati konsumsi,yaitu pertama diberi heparin 2000 unit
iv da trsyol 300.000 K.I.E.Dalam 20 menit kemudian diberi fibrinogen manusia 3-5-
10 gram dan lanjutan trasylol minimal 100.000 K.I.E. per jam. Heparin 20.000 unit
dalam tetesan selama 24 jam. Apabila pemberian fibrinogen tidak berhasil,maka
kemungkinan sudah terjadi koagulopatilisis, untuk itu dapat diberi Trasylol 250.000-
300.000 K.I.E.diikuti 100.000-300.000 K.I.E.per jam dengan tetesan.Hati-hati dengan
penberian campuran mako molekul,jangan lebih dari 500 ml.

EMBOLI AIR KETUBAN

Merupakan salah satu penyabab syok dalam obstetri yang bukan di sebabkan
karena perdarahan.Penyababnya adalah masuknya air ketuban melalui vena
endoserviks atau sinus vena yang terbuka di daerah tempat perlekatan
plasentaLokasi hematoma obstetrik dapat di daerah infra levatorial misalnya
hematoma vulva,pereneum dan dalam fosa iskiorektal atau di daerah infralevatorial
yaitu paravaginal,ligamentum latum dan mungkin juga naik ekstraperitoneal sampai
setinggi lingkaran pelvis.Hematoma infralevatorial ditandai dengan didapatkannya
tumor yang nyeri di daerah perineum atau vulva,mungkin berwarna biru
merah.Tergantung besar lokasinya dapat memberikan keluhan lokal, gangguan
kemih atau tekanan pada pencernaan.Hematoma supralevatorial memberika
keluhan nyeri perut bawah yang semakin bertambah pasca persalinan. Kadang-
kadang tampak menonjol kedepan pada sepertiga atas vagina,atau tumor di
samping uterus yang cepat membesar.Bila terus membesar akan di dapatkan pre-
syok dan apabila tidak segera di atasi penderita jatuh dalam syok dan
anemia.Apabila dicurigai adanya hematoma terutama supralevatorial maka
sebaiknya dilakukan observasi tekanan darah,nadi,hemoglobin atau
hematokrit.Lakukan eksplorasi untuk kemungkinan adanya laserasi
uterus.Perawatan hematoma infralevatorialyang kecil cukup secara konservatif
dengan kompres dingin dan balutan T.Bila cukup besar maka sebaiknya dilakukan
evkuasi, dibuka dan bersihkanlah daerah perineum dan vagina yang menjadi lokasi
hematoma.Lakukan hemostasis sebaik mungkin dan dapat di bantu dengan
pemasangan tampon dan drainase.setalah luka dirawat,dapat diberi antibiotik dan
analgetikasecukupnya.sebaiknya penderita dirawat-inapkan karena hampir selalu
diperlukan eksplorasi dan evakuasi perabdominan.Sebelumnya keadaan umum
penderita harus diperbaiki dahulu.Hematoma dibuang sebanyak mungkin perlukaan
pembuluh darah dirawat dengan seksama dan bila terdapat kesulitan karena

16
lokasinya yang sulit dan kompleks maka bila perlu dapat dilakukan oleh ahli bedah
vaskuler.

I. Perlukaan Kelahiran

PERLUKAAN JARINGAN LUNAK


Perlukaan kulit

Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat


seperti cunam atau ekstraktor vakum. infeksi sekunder merupakan bahaya yang
dapat timbul pada kejadian ini. karena itu, kebersihan dan pengeringan kulit yang
terluka perlu di perhatikan. Bila di anggap perlu, dapat di gunakan obat-obat
antiseptik lokal.

Eritema, petekiae, dan ekimosis

Kelainan ini di temukan di bawah kulit bagian tubuh yang mengalami tekanan
pada waktu bayi di lahirkan. Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini
adalah presentasi muka dan persalinan yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam,
ekstraksi vakum, dan sebagainya. Kelainan ini memerlukan pengobatan khusus dan
biasanya menghilang dalam minggu pertama.

Kaput suksedaneum

Kelainan ini di temukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan


posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai
akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah. Kaput suksedaneum tidak
memerlukan pengobatan khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari.

Sefalbematoma

Kelainan ini di sebabkan oleh pendarahan subperiosal tulang tengkorak dan


terbatas tegas pada tulang yang bersangkutan, tidak melampaui sutura-sutura
sekitarnya. Tulang tengkorang yang sering terkena ialah tulang temporal atau
parietal. Di temukan pada 0.5-2% dari kelahiran hidup. Kelahiran dapat terjadi pada
kelahiran biasa, tetapi lebih sering pada persalinan lama atau persalinan yang yang
di akhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau ekstraktor vakum. Gejala lanjut
yang mungkin terjadi ialah anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang
sefalhematoma disertai pula dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau
perdarahan intrakranial. Bila tidak ditemukan gejala lanjut, sefalhematoma tidak
memerlukan perawatan khusus. Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya
setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang agak luas, penyembuhan kadang-kadag
disertai kalsifikasi.

Perdarahan subponeurotik

17
Perdarahan disini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena
yang menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak.
Perdarahan dapat terjadi pada persalinan yang di akhiri dengan alat, dan biasanya
mempunyai batas tegas, sehingga kepala kadang-kadang berbentuk asimetris. Pada
perabaan sering di temukan fluktuasi dan terdapat pula edema. Kelainan ini dapat
menimbulkan syok, anemia, atau hiperbilirubinemia. Pemberian vitamin K dianjurkan
pada perdarahan ringan.

Trauma muskulus sternokleidomastoideus

Dalam minggu pertama setelah bayi lahir ditemukan suatu tumor pada
muskulus sternokleidomastoideus dengan diameter 1-2 cm, berbatas tegas dan
sukar digerakkan dari dasarnya. Tumor ini umumnya dianggap sebagai suatu
hematoma akibat perlukaan karena usaha untuk melahirkan kepala bayi pada
persalinan sungsang. Kepala serta leher bayi cenderung miring kearah otot yang
sakit (tortikolis) dan jika keadaan dibiarkan, otot sembuh, tetapi dalam keadaan lebih
pendek dari normal. Sebelim hal itu terjadi, perlu dilakukan fisioterapi. Jika keadaan
sudah menetap, diperlikan tindakan operasi.

Nekrosis kulit serta jaringan lemak subkutan

Kelainan ini dapat ditemukan pada persalinan lama atau persalinan yang
diselesaikan dengan alat yang menyebabkan tekanan yang lama pada bagian
tertentu kepala bayi. Kulit bersama lemak subkutan menjadi nekrotik dengan batas
yang tidak tegas, biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk penyembuhan.
Bahaya terbesar adalah infeksi.

Perdarahan subkonjungtiva

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan biasa maupun
pada yang sulit. Darah yang tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi
setelah 1-2 minggu tanpa diperlukan pengobatan apa-apa.

PERLUKAAN SUSUNAN SARAF

Peralis plekus brakialis ( brachial palsy )

Kelainan ini dibagi atas :


a. Paralisis Duchenne-Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi
oleh cabang-cabang C5 dan C6 dari pleksus brakialis;
b. Paralisi klumpke,yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh
cabang C8 Th 1 dari pleksus brakialis.

Kelainan-kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada
saat lahirnya bayi,sehingga terjadinya kerusakan pada pleksus brakialis.Hal ini
ditemukan pada persalinan letak-sungsang apabila dilakukan traksi yang kuat dalam
usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi-kepala,kelainan dapat
terjadi pada janin dengan bahu lebar.Di sini kadang-kadang dilakukan tarikan pada
kepala agak kuat ke belakang untuk melahirkan bahu depan.

18
Pada paralisis Duchenne-Erb ditemukan kelemahan lengan untuk
fleksi,abduksi,serta memutar ke luar,disertai hilangnya refleks biseps dan
Moro.Lengan berada dalam posisi aduksi dan putaran ke dalam lengan bawah
dalam pronasi dan telapak tangan melihat kebelakang.
Paralisis klumpke jarang sering terjadi.Di sini terdapat kelemahan otot-otot
fleksor pergelangan,sehingga bayi kehilangan refleks mengepal.
Penanggulangan paralisis Duhenne-Erb ialah dengan jalan meletakkan
lengan atas dalam posisi abduksi 90 0 dan putaran ke luar.Siku berada dalam fleksi
900 disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi pergelangan dan telapak tangan
menghadap ke depan.Posisi ini dipertahankan beberapa waktu.Penyembuhan
biasanya terjadi setelah beberapa hari,kadang-kadang sampai 3-6 bulan.

Paralisis nervus fasialis ( fascial palsy )

Kelaianan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus fasialis pada
kelahiran.Hal ini sering tampak pada bayi yang lahir pada ekstraksi cunam.Gejala-
gejala yang terdapat ialah separuh muka dapat digerakkak dan separuh yang lain
tidak; kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan-tindakan
khusus.

Paralisis nervus frenikus

Gangguan saraf ini biasanya terjadi disebelah kanan dan menyebabkan


terjadinya paralisis diafragma.Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang,di
mana terjadinya regangan pada pleksus brakialis,tempat asalnya saraf yang
terganggu.paralisis nervus frenikus ini biasanya menyertai paralisis Duchenne-Erb
dan diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan.Pada paralisis berat bayi
dapat memperlihatkan sindroma gangguan pernapasan dengan dipsnea dan
sianosis.diagnosis dapat dibuat dengan pemeriksaan potret reotgen-toraks atau
fluoroskopi.( diafragma yang terganggu lebih tinggi ).Pengibatab biasanya
simtomatik;ada kemungkinan terjadi infeksi paru-paru sebagai kompliksi.

Kerusakan medulla spinalis

Gangguan pada medulla spinalis dapt ditemukan pada bayi lahir dalam letak
sungsang,presentasi muka,atau presentasi-dahi.kelainan terjadi akibat regangan
Longitudinal tulang belakang karena tarikan,hiperfleksi,atau hiperekktensi pada
kelahirang.Tindakan ini mungkin menimbulkan fraktur atau dislokasi tulang
vertebra,perdarahan,atau edema pada medulla spinalis.
Gejala yang ditemukan tergantung dar bagian medula spenalis yang terkena
dan dapat memperlihatkan sidroma gangguan pernapasan,paralisis kedua
tungkai,retensio urine,dan lai-lain.Kerusakan yang ringan kadang-kadang tidak
memerlukan tindakan apa-apan,tetapi pada beberapa keadaan perlu dikerjakan
tindakan bedah atau bedah saraf.

Paralisis pita suara

Kelainan ini mungkin timbul pada setiap kelahiran dengan traksi kuat di
daerah leher.trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari nervus
vagus,sehingga terjadi gangguan suara (afonia ),stridor pada inspirasi,atau sidroma

19
gangguan pernapasan.kalainan dapat menghilangkan dengan sendirinya telah 4-6
minggu;kadang-kadang diperlukan tindakan trakeotomia pada kelainan yang berat.

PERDARAHAN INTRAKRANIAL

Kelainan ini dapat disebabkan oleh 2 macam peristiwa,yaitu 1 ) hipoksia;dan


2) tekanan mekanik.Walaupun kedua peristiwa ini saling mempengaruhi ,tetapi
kadang-kadang lokasinya perdarahan yang ditimbulkannya berbeda-beda.Atas
dasar lokasinya,perdarahan intrakranial dapat dibagi dalam 3 golongan.

Perdarahan subdural

Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada tengkorak yang dapat


menimbulkan robekan falks serebri atau tentorium serebelli, sehingga terjadi
perdarahan. Hal ini misalnya ditemukan pada persalinan dengan disproporsi
sefalopelvikdengan janin dipaksakan untuk lahir per vaginam. Dengan lebih
banyaknya dilakukan seksio sesaria dalam hal ini, frekuensi perdarahan subdural
kareana disproporsi sefalopelvik dapat dikurangi. Fungsi subdural menunjukkan
adanya sel- sel darah merah dan peninggian kadar protein. Pengeluaran cairan dari
rongga subdural secara teratur kadang- kadang dapat menolong bayi, tetapi gejala-
gejala lanjut masih sering ditemukan pada penderita.

Perdarahan subependimal dan perdarahan intraventikuler

Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan biasanya terdapat
pada bayi- bayi prematur.

Perdarahan subaraknoidal

Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi- bayi prematur dan mempunyai
hubungan erat dengan anoksia atau hipoksia pada saat lahir.

PATAH TULANG

Fraktura klavikula

Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu


pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi kepala dengan anak
besar ataupun kelahiran sungsang dengan lengan membumbung tinggi ke atas.
Gejala yang tampak pada keadaan ini ialah kelemahan lengan pada sisi yang
terkena disertai menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis pasti
dibuat dengan palpasi dan jika perlu, dengan foto roentgen. Penyembuhan
sempurna terjadi setelah 7-10 hari dengan imobilisasi dalam posisi abduksi 60
derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang terkena.

PATAH TULANG

Fraktura klavikula

20
Fraktur ini mungkin terjadi apabila terdapat kesulitan mengeluarkan bahu
pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran presentasi kepala dengan anak
besar ataupun kelahiran sungsang dengan lengan membumbung tinggi ke atas.
Pada keadaan ini biasanya sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks
Moro sisi tersebut menghilang. Prognosis penderita sangat baik dengan
dilakukannya imobilisasi lengan selama 2-4 minggu.

Fraktura femoris

Biasanya disebabkan ole kesalahan teknik dalam pertolongan pada


presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada penderita ialah pembengkakan
pada paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai. Diagnosis
pasti dibuat dengan palpasi dan jika perlu dengan foto roentgen. Pengobatan yang
optimal dikerjakan dengan melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur
hanya terjadi unilateral. Penyembuhan sempurna dapat terjadi setelah 3- 4 minggu
pengobatan.

Fraktura tengkorak

Fraktur tengkorak dapat berupa fraktur linear atau depressed. Kelainan ini
dapat ditemukan apabila terjadi tekanan tulang tengkorak janin pada promontorium,
atau simfisis ibu pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik, atau karena
kesalahan teknik pada ekstraksi cunam. Apabila tidak ditemukan komplikasi-
komplikasi lain, penyembuhan dapat sempurna tanpa pengobtan khusus.

Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika diadakan traksi kuat
untuk melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan
bahu pada presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi terjadi lebih sering pada tulang
belakang sevikal bagian bawah dan tulang belakang torakal bagian atas. Terjadinya
perlukaan pada medula spinalis dalam hal ini sudah dibahas lebih dahulu.

PERLUKAAN LAIN

Perdarahan intraabdominal

Perdarahan intraabdominal ini harus dipertimbangkan pada setiap persalinan


sungsang dengan bayi yang menunjukkan tanda- tanda syok, pucat, anemia, dan
kelainan abdomen tanpa tanda- tanda perdarahan yang jelas. Ruptur hepar, limpa,
dan perdarahan adrenal merupakan beberpa faktor yang mungkin menimbulkan
perdarahan ini. Operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki prognosis bayi.

21
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perawatan luka merupakan tindakan untuk merawat luka dan memalukan


pembalutan, dengan tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan
mempercepat proses penyembuhan luka.
Jika luka sudah membaik atau sembuh, disarankan agar balut tekan tetap
digunakan dengan tujuan untuk mengontrol risiko pembengkakkan, memperbaiki
system saraf dan mencegah risiko terjadinya luka ini kembali. Sebelum kita
melakukan intervensi terhadap luka, ada baiknya kita melakukan pengkajian terlebih
dahulu.
Melakukan pengkajian luka secara komprehensif pada klien yang tepat
merupakan komponen penting dalam manajemen luka. Kemampuan untuk
melakukan pengkajian luka tersebut membutuhkan pensgetahuan, keterampilan dan
pengalaman yang cukup. Perencanaan perawatan luka sangat dibutuhkan namun
dalam perencanaan tersebut dibutuhkan juga keterangan-keterangan atau fakta dari
hasil evaluasi rencana tersebut.

B. KRITIK DAN SARAN


Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh
pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

http:// rhasny amir perawatan luka.htm

Winkjosastro, Hanifa (editor).2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

23

Anda mungkin juga menyukai