Sulistyowati 1306384510 Vietnam PDF
Sulistyowati 1306384510 Vietnam PDF
April, 2016
Abstrak
Makalah ini secara keseluruhan akan membahas bagaimana civil society berperan dalam
proses demokratisasi yang terjadi di Vietnam melalui studi kasus Central for Rural Progress
(CRP). Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana CRP sebagai
bagian dari organisasi masyarakat sipil di tingkat lokal mampu berperan dalam di negara
yang sedang bertransisi dari otoritarian menuju demokrasi. Penulis berargumen bahwa CRP
mengambil peran penting sebagai aktor utama dalam demokratisasi disana meskipun tidak
secara signifikan mengingat ruang geraknya yang dibatasi oleh kekuasaan sistem partai
tunggal CVP. CRP telah berhasil mendorong partisipasi rakyat Vietnam dalam bidang politik
di tingkat lokal sebagai akar rumput demokrasi. Pembahasan makalah ini menggunakan
konsep grassroots democracy dan hubungan civil society dengan demokratisasi. Data
diperoleh dari literatur-literatur yang ditulis oleh para pemikir dan ilmuwan politik.
1
Jonathan D. London. 2014. Politics in Contemporary Vietnam. In: Politics in Contemporary Vietnam: Party,
State, and Authority Relations, Jonathan D. London Ed. Houndmills UK and New York. Palgrave/MacMillan.
Hlm.4.
2
Helmia Asyathri. Perbandingan Demokratisasi Vietnam dan China (Efek Doi-Moi Vietnam 1987 dan Reformasi
Ekonomi China 1987). Hlm.120.
3
Ibid. Helmia Asyathri Hlm. 128.
4
Ibid. Jonathan D. London. Hlm.8.
5
Pham Thanh Nght. Transition from Socialism: The State of Democratic Governance in Vietnam. Hlm. 2.
Sebelum membahas lebih jauh terkait bagaimana civil society memainkan peranan
penting dalam demokratisasi di sebuah negara, terlebih dahulu membahas mengenai
demokrasi akar rumput (grassroots democracy). Grassroots democracy pada dasarnya
merupakan sinonim dari demokrasi itu sendiri. Grassroots democracy merupakan orang-
orang ataupun komunitas yang mendorong adanya partisipasi dalam pemilihan umum,
pemerintahan, dan juga pembuatan keputusan. Demokrasi ini berakar dari tingkat
bawah/lokal yang turut menopang demokratisasi di tingkat yang lebih tinggi lagi. Dalam
konteks penulisan ini, grassroots democracy yang dimaksud ialah civil society yang ada di
tingkat lokal negara Vietnam. Demokrasi akar rumput ini sangat erat kaitannya dengan
keterlibatan masyarakat untuk mendorong demokrasi. Semua elemen didorong untuk
berpartisipasi dalam kehidupan politik. Partisipasi di tingkat akar rumput tidak akan dapat
bertahan lama apabila tidak ada dasar yang nyata berupa kepentingan bersama yang ada di
dalam organisasi lokal6. Keberadaan organisasi masyarakat sipil tergantung pada ketersediaan
sumber daya yang ada di tingkat nasional. Ketika mereka tidak mempunyai program kerja
dan tujuan yang jelas, organisasi ini biasanya akan membubarkan diri dengan sendirinya.
Kemudian untuk mengetahui bagaimana civil society dapat menjadi aktor sentral
dalam proses demokratisasi, digunakan teori civil society and the development of democracy
milik Larry Diamond (1997). Larry Diamond mendefinisikan civil society sebagai ....the
realm of organized social life that is open, voluntary, self-gnerating, at least partially self-
supporting, autonomous from the state, and bound by a legal order or set of shared rules7.
Civil society ini kemudian menjadi elemen penting dalam agenda pembangunan untuk
mengokohkan demokrasi. mereka berperan dalam hal mempromosikan dan melindungi
demokrasi itu sendiri dengan cara berkontribusi terhadap pembangunan ekonomi dan
pengurangan kemiskinan di negara tempat mereka berada.
6
E. Best, M. Augustyn and F. Lambermont. 2011. Direct and Participatory Democracy at Grassroots Level:
Levels for Forging EU Citizenship and Identity?. Hlm.94.
7
Larry Diamond. 1997. Civil Society and the Development of Democracy.
http://www.plataformademocratica.org/Publicacoes/13664_Cached.pdf (Diakses pada hari Sabtu, 30 April
2016 pukul 22.20 WIB). hlm.20.
8
Pham Thanh Nghi. The State of Democratic Governance in Vietnam. Hlm.2.
9
What Role can Local NGOS Play to Support Grassroots Democracy in Vietnam? The Example of the
Vietnamese NGO CRP. Hlm.25.
Salah satu NGO lokal yang berhasil menjadi grassroots democracy ialah CRP (Center
for Rural Progress) yang diterapkan di Provinsi Ninh Thuan. Disebut berhasil sebab wilayah
tersebut berhasil melakukan Participatory Poverty Assesment (PPA) bersama-sama dengan
NGO lainnya. Mereka berupaya mencapai kemajuan di daerah pedesaan dengan adanya
kesadaran akan hak-hak rakyat didalamnya, mengetahui aktivitas politik apa yang sedang
berlangsung, serta adanya kesempatan lebih untuk berpartisipasi. Hal ini sejalan dengan
grassroots democracy yang dituntut oleh rakyat Vietnam yang tertera dalam peraturan No. 79
Tahun 2003. Rakyat didorong untuk menentukan isu yang penting dan praktis yang
berhubungan dengan kepentingan mereka. Sementara pada peraturan No.29 terdapat 4
10
Heinrich Boll Stiftung. 2005. Towards Good Society, Civil Society Actors, the State, and the Business Class in
Southeast AsiaFacilitators of or Impediments to a Strong, Democratic, and Fair Society?. Agit Druck: Berlin.
11
Nhu-Ngoc T. Ong. 2005. Support for Democracy Among Vietnamese Generations. Hlm.13.
Center for Rural Progress (CRP) merupakan organisasi masyarakat sipil dalam bentuk
Non-Goverment Organization yang berada di bawah VACVINA yang didirikan pada tahun
1994. Sumber pendanaan organisasi ini berasal dari biaya sendiri (independen), dan juga
organisasi lain sebagaimana NGO lainnya di Vietnam. Organisasi ini awalnya dibentuk oleh
peneliti yang bergerak di bidang pembangunan masyarakat pedesaan untuk orang-orang yang
membutuhkan data terkait masalah-masalah pembangunan di wilayah pedesaan. Meskipun
bersifat independen, namun bukan berarti organisasi ini benar-benar jauh dari kepentingan
pihak lain. Dikatakan demikian sebab aktivitas organisasi ini masih bergantung pada
kepentingan donatur selaku pemberi dana. Awalnya mereka bergerak di bidang pembangunan
koperasi untuk peningkatan kesejahteraan hidup petani lewat organisasi akar rumput. Sumber
pendanaan awalnya berasal dari KAS. Kemudian seiring dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat mengenai demokratisasi, organisasi ini lama kelamaan memperluas perhatiannya
kepada tata kelola pemerintahan yang baik. Melihat perubahan politik yang berlangsung
secara dinamis, CRP hari ini berupaya menjadi penghubung untuk menginisasi basis
komunitas, penelitian yang ahli dibidangnya, dan kebijakan publik. CRP menjadi mendorong
inisiatif akar rumput terkait budaya lokal sebagai elemen penting di dalam sebuah negara.
Berikut merupakan 5 bentuk aktivitas yang dilakukan CRP: (1) Model proyek pembangunan
sosial-ekonomi di wilayah pedesaan, (2) Penelitian basis komunitas pedesaan yang fokus
pada isu pembangunan, (3) Konsultasi jaringan luas yang menyediakan penelitian dan
proyek bagi para ahli untuk agen internasional, (4) Pelatihan program manajemen yang
diesain untuk manager kooperatif dan pengusaha pedesaan, (5) Inisiatif kebijakan publik
berdarkan penelitian dan hasil proyek CRP.
Seperti yang telah diuraikan pada penjelasan di atas, bahwa ada keterkaitan erat antara
negara dengan organisasi masyarakat sipil, termasuk diantaranya Center for Rural Progress
(CRP). CRP yang tugas awalnya adalah untuk meneliti terkait pembangunan di wilayah
pedesaan, merambah pada isu good governance. Dalam hal mengurus good governance, CRP
12
Jika berbicara mengenai hubungan antara negara dengan CRP, salah satunya juga
dapat dilihat dari masalah pendanaan yang dimiliki oleh NGO tersebut. organisasi masyarakat
sipil di Vietnam terbilang sangat rumit karena mereka berbeda dari kebanyakan organisasi
masyarakat sipil yang ada di negara lain. Organisasi masyarakat sipil di Vietnam dapatlah
dikatakan tidak ada yang benar-benar steril dari intervensi pemerintah. Hal ini dapat dilihat
dari penggolongannya yang terbagi menjadi dua, yaitu governmental dan pseudo non-
governmental organisastions (NGOs) 15. Yang tergolong governmental yaitu apabila
organisasi tersebut didanai oleh pemerintah atau kalau pun tidak didanai, berarti diarahkan
langsung di bawah CPV. Terdapat 6 organisasi di bawah pemerintahan, yaitu the Fatherland
Front, the Farmers Union, the Womens Union, the General Confederation of Labour, the Ho
Chi Minh Communist Youth Union dan the Veterans Associatios. Sementara itu, yang
tergolong sebagai pseudo NGOs adalah organisasi yang harus melakukan registrasi dengan
pemerintah di bawah VUSTA. Organisasi ini menganggap diri mereka sebagai NGO yang
berinisiatif pada dana sendiri tanpa campur tangan dan pengaruh dari negara. Disebut pseudo
karena pada dasarnya organisasi ini masih berhubungan dengan negara mengingat
persyaratannya yang harus mendaftar terlebih dahulu kepada negara. Pada kenyataannya
13
Anonim. What Role can Local NGOS Play to Support Grassroots Democracy in Vietnam? The Example of the
Vietnamese NGO CRP. Hlm.12.
14
Ibid. Hlm.12.
15
Hai Hong Nguyen. 2 Februari 2013. Civil Society and Democratisation in Vietnam.
http://www.eastasiaforum.org/2013/02/02/civil-society-and-democratisation-in-vietnam/ (Diakses pada
Jumat, 29 April 2016 pukul 23.50 WIB).
Pendanaan NGO di Vietnam bersumber dari berbagai pihak. Beberapa berasal dari
pemberian bantuan internasional, sementara yang lainnya berasal dari pihak swasta, uang
yang dialokasikan untuk kegiatan sosial, charity, dan aktivitas lainnya yang serupa.
Mekanisme serta struktur persyaratan keuangannya dapat dikatakan belum benar-benar
akuntabel. Sehingga disini, dapat dikatakan bahwa organisasi masyarakat sipil di Vietnam
terbilang masih sangat cair dan fleksibel sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dr. Will.
Mereka masih belum terlalu matang dalam mengonsepsikan seperti apa idealnya organisasi
masyarakat sipil berperan dalam rangka mendorong demokratisasi. Organisasi ini bahkan
disebut sangat rentan, mudah termanipulasi, serta mudah hancur. Mereka tidak bisa
menggantikan organisasi politik seperti partai maupun serikat yang menentukan aturan
perbuatan serta hak-hak mereka untuk merepresentasikan kepenitngan ekonomi dan politik
serta membela kepentingan tersebut dari tekanan-tekanan kekuatan lain16. Dalam konteks
CRP sendiri, sumber pendanaan organisasi ini berasal dari pembiayaan sendiri (independen).
Meskipun dalam praktiknya tidaklah benar-benar demikian. Sebab organisasi ini tetap berada
di bawah kontrol pemerintah pusat. Namun jika dibandingkan dengan keberlangsungan
organisasi ini dari dulu sejak tahun 1994 dibentuk hingga sekarang, terlihat perbaikan yang
tentu saja berdampak positif terhadap CRP itu sendiri. Jika dahulu pemerintah masih curiga
dengan keberadaan organisasi ini, kini organisasi ini dianggap membawa manfaat sebagai
medium bagi pemerintah dan rakyat. Selain itu, jika dahulu organisasi ini terpusat pada
negara, saat ini mulai otonom meskipun tak pernah benar-benar otonom. Ruang gerak mereka
yang dahulu sangat dibatas pun saat ini menjadi lebih sedikit longgar meskipun tetap saja
tidak mampu meniadakan kekuasaan CVP sebagai partai tunggal yang berkuasa di tingkat
pusat.
Pembahasan terkait civil society dengan demokratisasi adalah dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Hal tersebut karena keduanya mempunyai ketergantungan satu sama lain.
16
Heinrich Boll Stiftung. 2005. Towards Good Society, Civil Society Actors, the State, and the Business Class in
Southeast AsiaFacilitators of or Impediments to a Strong, Democratic, and Fair Society?. Agit Druck: Berlin.
Hlm.123.
Kesimpulan
Penerapan kebijakan Doi-Moi yang berimplikasi pada reformasi ekonomi di Vietnam
berdampak besar terhadap keberlangsungan hidup negara tersebut. vietnam mampu
membuktikkan langkahnya mengambil keputusan besar yang sebetulnya bertantangan dengan
ideologinya ialah bukanlah langkah yang salah. Terbukti, pertumbuhan ekonomi merangkak
naik akibat liberalisasi ekonomi yang diterapkan. Hal tersebut juga rupanya mempengaruhi
Daftar Pustaka
Anonim. What Role can Local NGOS Play to Support Grassroots Democracy in Vietnam?
The Example of the Vietnamese NGO CRP.
Asyathri, Helmia. Perbandingan Demokratisasi Vietnam dan China (Efek Doi-Moi Vietnam
1987 dan Reformasi Ekonomi China 1987).
Augustyn M., E. Best and F. Lambermont. 2011. Direct and Participatory Democracy at
Grassroots Level: Levels for Forging EU Citizenship and Identity?.
Stiftung, Heinrich Boll. 2005. Towards Good Society, Civil Society Actors, the State, and the
Business Class in Southeast AsiaFacilitators of or Impediments to a Strong,
Democratic, and Fair Society?. Agit Druck: Berlin.
T. Ong, Nhu-Ngoc. 2005. Support for Democracy Among Vietnamese Generations.
Artikel berita
Nguyen, Hai Hong. 2 Februari 2013. Civil Society and Democratisation in Vietnam.
http://www.eastasiaforum.org/2013/02/02/civil-society-and-democratisation-in-
vietnam/ (Diakses pada Jumat, 29 April 2016 pukul 23.50 WIB).