Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN KESEHATAN REMAJA

Topik : Pendidikan Seks pada Remaja.


Sub Topik : Bebas Bergaul bukan Berarti Bergaul Bebas
Sasaran : Siswa siswi SMA N 7 Pontianak
Hari/Tanggal : Selasa 30 April 2013
Waktu : 13.00 13.30
Tempat : Aula Sekolah SMA N 7 Pontianak

A. Analisis Karakteristik Remaja


Banyak remaja zaman sekarang yang rentan terjerumus ke dalam seks bebas.
Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan sekolah.
Sehingga remaja tidak mengetahui akan bahayanya seks bebas itu sendiri yang dapat
merugikan diri mereka sendiri. Akibat lingkungan dan pergaulan yang salah sehingga
remaja sering sekali terjerumus.

B. Analisis Tujuan dan Karakteristik Isi


1. Tujuan Umum
Setelah diberikan pendidikan tentang seks pada remaja itu sendiri, remaja
remaja dapat mengerti bagaimana seks yang baik serta mengetahui bagaimana
bahaya melakukan seks bebas.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan kesehatan selama 1x 30 menit diharapkan siswa
siswi SMA N 7 Pontianak dapat :.
Menyebutkan kembali salah satu contoh perilaku seksual yang
menyimpang.
Menyebutkan kembali cara menghindari diri dari pergaulan bebas.

C. Strategi Penyampaian
a) Pengorganisasian :
Moderator : Yenny Apriani
Observer : Rista Suci Rusmiyati
Presenter : Ulfi Triandana
Fasilitator : Disa Novianti
Widea Ernawati
b) Metode
1. Ceramah
2. Presentasi
3. Tanya jawab
c) Media
1. LCD

1
2. Leaflet

D. Kegiatan Penyuluhan
Kegiatan
No Tahap/Waktu Kegiatan Penyuluhan
sasaran
1. Pembukaan : Memberi salam Menjawab salam
3 menit Memperhatikan
pembuka
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan pokok Menyetujui
bahasan dan tujuan
penyuluhan
Membuat kontrak waktu

2. Pelaksanaan : Menjelaskan defnisi Memperhatikan


20 menit remaja Memperhatikan
Menjelaskan pengertian Memperhatikan
Memperhatikan
seksualitas
Menjelaskan masa
pubertas pada remaja
Menjelaskan contoh
perilaku seksual
memyimpang pada
remaja
Menjelaskan dampak
akibat perilaku seksual
Menjelaskan cara
menghindari dari
pergaulan bebas
3. Evaluasi : Memberikan kesempatan Memberikan
5 menit kepada peserta untuk pertanyaan
mengajukan pertanyan Menjawab
Menanyakan kepada pertanyaan
peserta tentang materi
yang telah diberikan, dan
memberi reinforcement

2
positif kepada peserta
yang dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi : Mengucapkan terima Mendengarkan
2 menit Menjawab salam
kasih atas peran serta
peserta
Mengucapkan salam
penutup

E. Evaluasi
a) Struktur
Satuan Acara Penyuluhan (SAP) berkaitan dengan pendidikan seks pada remaja
sudah disiapkan
Materi pedidikan seks pada remaja sudah disiapkan
Kontrak sudah dilakukan dengan kepala sekolah SMA N 7 Pontianak
Leaflet dibagikan di akhir penyuluhan.
b) Proses
Pelaksanaan penyuluhan kesehatan sesuai dengan waktu dan strategi yang telah
ditetapkan
Siswa siswi aktif dalam proses pendidikan kesehatan berlangsung

c) Hasil
Siswa siswi mampu menyebutkan kembali salah satu contoh perilaku seksual
yang menyimpang.
Siswa siswi mampu menyebutkan kembali cara menghindari diri dari
pergaulan bebas

F. Materi : Terlampir

G. Referensi
Shulha, Salma. 2008. La Tahzan For muslimah. Bandung : Mizan Media Utama
Manuaba, Ida Ayu Chandranita.2006.Memahami Kesehatan Reproduksi
Wanita.Jakarta: EGC
BKKBN. (2001). Remaja Mengenai Dirinya. Jakarta. BKKBN

H. Lampiran
Materi Penyuluhan
Pendidikan Seks pada Remaja

A. Pembuka
Seksualitas remaja merujuk kepada perasaan seksual, perilaku dan perkembangan
pada remaja dan merupakan tahap seksualitas manusia. Seksualitas sering merupakan

3
aspek penting dari kehidupan remaja. Perilaku seksual remaja adalah, pada banyak
kasus, dipengaruhi oleh norma-norma budaya dan adat istiadat, orientasi
seksual mereka, dan isu-isu kontrol sosial, seperti hukum umur dewasa.
Pada manusia, hasrat seksual dewasa biasanya mulai muncul dengan
masa pubertas. Ekspresi seksual dapat mengambil bentuk masturbasi atau seks dengan
pasangan. Minat seksual di kalangan remaja, seperti orang dewasa, dapat sangat
bervariasi. Aktivitas seksual secara umum dikaitkan dengan sejumlah risiko,
termasuk penyakit menular seksual (termasuk HIV/AIDS) dan kehamilan yang tidak
diinginkan. Hal ini dianggap sangat benar untuk remaja muda, karena otak remaja
tidak memiliki saraf yang matang (daerah beberapa otak lobus frontal korteks otak
dan di hipotalamus penting untuk kontrol diri, penundaan kepuasan, dan analisis
resiko dan penghargaan yang tidak sepenuhnya matang sampai usia 25-30). Karena
sebagian hal ini, kebanyakan remaja dianggap secara emosional kurang matang dan
tidak mandiri secara finansial.

B. Definisi Remaja
Masa remaja merupakan bagian dari proses tumbuh kembang, yaitu masa
peralihan dari anak menuju dewasa. Pada tahap ini, anak mengalami percepatan
pertumbuhan, perubahan-perubahan baik fisik maupun psikologis. Oleh karenanya,
remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau
kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Hurlock (1973)
memberi batasan masa remaja berdasarkan usia kronologis, yaitu antara 13 hingga 18
tahun. Menurut Thornburgh (1982), batasan usia tersebut adalah batasan tradisional,
sedangkan aliran kontemporer membatasi usia remaja antara 11 hingga 22 tahun.
Lebih lanjut Thornburgh membagi usia remaja menjadi tiga kelompok, yaitu: 1)
remaja awal antara 11 hingga 13 tahun, 2) remaja pertengahan antara 14 hingga 16
tahun,dan 3) remaja akhir antara 17 hingga 19 tahun.
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang
batasannya usia maupun peranannya seringkali tidak terlalu jelas. Pubertas yang
dahulu dianggap sebagai tanda awal keremajaan ternyata tidak lagi valid sebagai
patokan atau batasan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang dahulu
terjadi pada akhir usia belasan (15-18) kini terjadi pada awal belasan bahkan sebelum
usia 11 tahun. Seorang anak berusia 10 tahun mungkin saja sudah (atau sedang)
mengalami pubertas namun tidak berarti ia sudah bisa dikatakan sebagai remaja dan

4
sudah siap menghadapi dunia orang dewasa. Ia belum siap menghadapi dunia nyata
orang dewasa, meski di saat yang sama ia juga bukan anak-anak lagi. Berbeda dengan
balita yang perkembangannya dengan jelas dapat diukur, remaja hampir tidak
memiliki pola perkembangan yang pasti.
Dalam perkembangannya seringkali mereka menjadi bingung karena kadang-
kadang diperlakukan sebagai anak-anak tetapi di lain waktu mereka dituntut untuk
bersikap mandiri dan dewasa. Perkembangan pada remaja merupakan proses untuk
mencapai kemasakan dalam berbagai aspek sampai tercapainya tingkat kedewasaan.
Proses ini adalah sebuah proses yang memperlihatkan hubungan erat antara
perkembangan aspek fisik dengan psikis pada remaja. Dari sudut pandang kesehatan,
tindakan menyimpang yang akan mengkhawatirkan adalah masalah yang berkaitan
dengan seks bebas (unprotected sexuality), penyebaran penyakit kelamin (sexual
transmitted disease), kehamilan di luar nikah atau kehamilan yang tidak dikehendaki
(adolescent unwanted pragnancy) di kalangan remaja. Masalah-masalah yang disebut
terakhir ini dapat menimbulkan masalah - masalah sertaan lainnya yaitu unsafe aborsi
dan pernikahan usia muda. Semua masalah ini oleh WHO disebut sebagai masalah
kesehatan reproduksi remaja, yang telah mendapatkan perhatian khusus dari berbagai
organisasi internasional .
Dari beberapa penelitian tentang perilaku reproduksi remaja yang telah dilakukan,
menunjukkan tingkat permisivitas remaja di Indonesia cukup memprihatinkan.
Faturochman (1992) merujuk beberapa penelitian yang hasilnya dianggap
mengejutkan, menunjukkan bahwa remaja di beberapa daerah penelitian yang
bersangkutan telah melakukan hubungan seksual.

C. Seksualitas
Pengertian seksualitas adalah sebuah bentuk perilaku yang didasari oleh faktor
fisiologis tubuh. Istilah seks dan seksualitas adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks
sering digunakan dalam dua cara. Paling umum seks digunakan untuk mengacu pada
bagian fisik dari berhubungan, yaitu aktivitas seksual genital. Seks juga digunakan
untuk memberi label jender, baik seseorang itu pria atau wanita (Zawid, 1994; Perry
& Potter 2005).
Seksualitas adalah istilah yang lebih luas. Seksualitas diekspresikan melalui
interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda dan
mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran, ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas
berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa tentang diri mereka dan bagaimana

5
mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada lawan jenis melalui tindakan
yang dilakukannya, seperti sentuhan, ciuman, pelukan, dan senggama seksual, dan
melalui perilaku yang lebih halus, seperti isyarat gerakan tubuh, etiket, berpakaian,
dan perbendaharaan kata (Denny & Quadagno, 1992; Zawid, 1994; Perry & Potter,
2005).
Pada masa remaja pekembangan seksualitas diawali ketika terjalinnya interaksi
antar lawan jenis, baik itu interaksi antar teman atau interaksi ketika berkencan.
Dalam berkencan dengan pasangannya, remaja melibatkan aspek emosi yang
diekspresikan dalam berbagai cara, seperti memberikan bunga, tanda mata, mengirim
surat, bergandengan tangan, berciuman dan lain sebagainya. Atas dasar dorongan-
dorongan seksual dan rasa ketertarikan terhadap lawan jenisnya, perilaku remaja
mulai diarahkan untuk menarik perhatian lawan jenis. Dalam rangka mencari
pengetahuan tentang seks, ada remaja yang melakukan secara terbuka mengadakan
percobaan dalam kehidupan seksual. Misalnya, dalam berpacaran mereka
mengekspesikan perasaannya dalam bentuk perilaku yang menuntut keintiman secara
fisik dengan pasangannya, seperti berpelukan, berciuman hingga melakukan
hubungan seksual (Saifuddin, 1999).
Seksualitas dan aktivitas seksual merupakan suatu area yang harus dibicarakan
dengan setiap remaja secara rahasia. Insidensi aktivitas seksual pada remaja tinggi dan
meningkat sesuai dengan pertambahan usia. Kebanyakan remaja di bawah usia 15
tahun belum pernah melakukan hubungan seksual, 8 dari 10 remaja putri dan 7 dari
10 remaja putra belum pernah melakukan hubungan seksual pada usia 15 tahun (Alan
Guttmacher Institute, 1998; Wong, 2008).
Remaja terlibat dalam seksualitas karena berbagai alasan, diantaranya yaitu: untuk
memperoleh sensasi menyenangkan, untuk memuaskan dorongan seksual, untuk
memuaskan rasa keingintahuan, sebagai tanda penaklukan, sebagai ekspresi rasa
sayang, atau mereka tidak mampu menahan tekanan untuk menyesuaikan diri.
Keinginan yang sangat mendesak untuk menjadi milik seseorang memicu
meningkatnya serangkaian kontak fisik yang intim dengan pasangan yang diidolakan.
Masa remaja pertengahan adalah waktu ketika remaja mulai mengembangkan
hubungan romantis dan ketika kebanyakan remaja ingin memulai percobaan seksual
(Wong, 2008).
Menurut Hurlock (1999) dorongan seksual dipengaruhi oleh:
1. Faktor internal

6
Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam diri individu yang
berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan
dorongan seksual pada individu yang bersangkutan dan hal ini menuntut untuk
segera dipuaskan.
2. Faktor eksternal
Faktor eksternal, yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang
menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual.
Stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi
mengenai seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, pengaruh
orang dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan porno. Perubahan
pola perilaku seksual di antara para remaja masa kini tidak dianggap salah karena
biasanya mereka hanya mempunyai satu pasangan seksual yang dalam banyak
kasus diharapkan akan dinikahi di masa mendatang. Meskipun hubungan yang
telah terjalin ditentang oleh para orang tua, namun banyak remaja tetap
melangsungkannya.
Ada banyak alasan untuk mengikuti pola perilaku seksual yang baru ini. Di
antaranya adalah keyakinan bahwa hal ini harus dilakukan karena semua orang
melakukannya; bahwa mereka harus tunduk pada tekanan kelompok sebaya bila
ingin mempertahankan status mereka di dalam kelompok; dan bahwa perilaku ini
merupakan ungkapan dari hubungan yang bermakna yang memenuhi kebutuhan
semua remaja untuk mengadakan hubungan yang intim dengan orang lain, terlebih
bila kebutuhan tersebut tidak dipenuhi dalam hubungan keluarga (Hurlock, 1999).

D. Masa Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan
pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai
saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15
hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung dengan cepat. Pada wanita pubertas ditandai dengan menstruasipertama
(menarche), sedangkan pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal
adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa bahan kimia
DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon
ini diketahui sangat berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita.
Berikut adalah cirri - cirri primer dan sekunder pada pria dan wanita :
1. Ciri-ciri primer

7
Bagi wanita ditandai dengan haid pertama (menarche) yang disertai pelbagai
perasaan tak enak bagi yang mengalaminya. Bagi pria ditandai oleh mimpi polusi
(mimpi basah) atau dikenal dengan sebutan nocturnal emmisions.
2. Ciri-ciri seks sekunder
Bagi wanita pinggulnya membesar dan membulat, buah dada semakin nampak
menonjol, tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, ketiak, lengan, dan kaki. Ada
perubahan suara dar suara anak-anak menjadi lebih merdu (melodious), kelenjar
keringat lebih aktif dan sering tumbuh jerawat, kulit menjadi lebih kasar
dibanding kulit anak-anak.
Bagi pria otot-otot tubuh , dada, lengan, paha dan kaki tumbuh kuat,
tumbuhnya rambut di daerah alat kelamin, betis dan kadang-kadang dada; terjadi
perubahan suara yaitu nada pecah dan suara merendah hingga sampai akhir masa
remaja, volume suara turun satu oktaf, aktifnya kelenjar-kelenjar keringat dan
kelenjar-kelenjar ini menghasilkan keringat yang banyak walaupun remaja
tersebut bergerak sedikit saja. Pada usia 11-12 tahun wnaita lebih cepat tumbuh
dibanding pria sehingga secara tidak sadar si puber sering merasa iri hati terhadap
si puber wanita. Inilah sebabnya sering ada puber pria yang menjauhi bahkan
bermusuhan dengan puber wanita pada usia ini, istilahnya sex antagonisme. Akan
tetapi dalam pertumbuhan tubuh kekar maka mulailah timbul saling tertarik antara
2 jenis kelamin ini. Hal yang demikian dipengaruhi oleh daya tarik seksuil atau
sex appeal.
Setelah melewati masa pubertasnya sip uber ini akan memasuki masa remaja
awal yang ditandai dengan ketidakstabilan kedaan perasaan dan emosinya, dalam
bekerja ia tiba-tiba bersemangat sekali namun bisa juga kelihatan lesu sekali,
dalam hal sikap dan moralnya terutama menonjol menjelang akhir remaja awal
(15-17 tahun). Ada dorngan-dorngan seks dan kecenderungan memenuhi
dorongan itu sheingga kadng-kadang dinilai oleh masayarakat tidak sopan, dalam
hal kemampuan mental dan kecerdasan mulai sempurna. Kesempurnaan
mengambil kesimpulan dan informasi abstrak mulai pada usia 14 tahun.
Akibatnya si remaja awal suka menolak hal-hal yang tidak masuk akal tetapi
dengan alasan yang masuk akal remaja cenderung mengikuti pemikiran orang
dewasa. Hal status remaja awal sangat sulit ditentukan bahkan membingungkan.
Perlakuan yang diberikan orang dewasa kepada remaja awal sering berganti-
ganti. Ada keraguan orang dewasa untuk memberi tanggung jawab kepada remaja

8
dengan dalih merasa masih anak-anak tetapi pada lain kesempatan si remaja
awal sering mendapat teguran sebagai orang yang sudah besar jika remaja awal
bertingkah laku yang kekanak-kanakan. Akibatnya si remaja awalpun mendapat
sumber kebingungan dan menambah masalahnya. Setelah masa remaja awal
berakhir si remaja awal ini akan menghadapi masa remaja akhir yang ditandai
dengan stabilitas yang mulai meningkat, citra diri dan sikap pandangan yang lebih
realistis, menghadapi masalahnya secara lebih matang dan perasaan yang lebih
tenang.

E. Perilaku Seksual Menyimpang pada Remaja


Selama ini perilaku seksual sering disederhanakan sebagai hubungan seksual berupa
penetrasi dan ejakulasi. Padahal menurut Wahyudi (2000), perilaku seksual secara
rinci dapat berupa :
1. Berfantasi : merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas
seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme.
2. Pegangan Tangan : Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual
yang kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba aktivitas yang lain.
3. Cium Kering : Berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir.
4. Cium Basah : Berupa sentuhan bibir ke bibir
5. Meraba : Merupakan kegiatan bagian-bagian sensitif rangsang seksual, seperti
leher, breast, paha, alat kelamin dan lain-lain.
6. Berpelukan : Aktivitas ini menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai
rangsangan seksual (terutama bila mengenai daerah aerogen/sensitif)
7. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) : perilaku merangsang organ kelamin
untuk mendapatkan kepuasan seksual.
8. Oral Seks : merupakan aktivitas seksual dengan cara memaukan alat kelamin ke
dalam mulut lawan jenis.
9. Petting : merupakan seluruh aktivitas non intercourse (hingga menempelkan alat
kelamin).
10. Intercourse (senggama) : merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat
kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.
Perilaku diatas biasanya bertahap dan progresif tingkatannya, jadi jika kita ingin
menghindari sex bebas dari awal, mulailah dari pikiran kita.

F. Dampak Perilaku Seksual Menyimpang


ketegangan mental dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah,
misalnya pada kasus remaja yang hamil di luar nikah.
tekanan dari masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

9
terganggunya kesehatan yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat
kematian bayi yang tinggi.
tingkat putus sekolah remaja hamil juga sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa
malu remaja dan penolakan sekolah menerima kenyataan adanya murid yang
hamil diluar nikah.
Dosa
Menjadi malas melakukan berbagai macam kegiatan.
Mudah lelah dan stress
Rasa bersalah yang mendalam
Aura pada tubuh menghilang
Terancam terkena HIV/AIDS

G. Cara Menghindari Diri dari Pergaulan Bebas


1. Hilangkan kebiasaan menonton film porno. Hapus semua file yang berisikan foto-
foto maupun film porno.
2. Ingatlah semua perbuatan yang menyimpang tersebut merupakan perbuatan dosa
yang tidak akan pernah membawa manfaat sama sekali.
3. Berhentilah bercanda seputar seks dengan teman-teman kamu.
Sedangkan Dr. Dito Anurogo Penulis buku dan ebook Konsultan kesehatan dan
juga Penemu Hematopsikiatri and Medicopomology menyatakan bahwa untuk
berhenti dari perbuatan tersebut dan tidak mengulanginya lagi adalah dengan
melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Harus memiliki tekad yang kuat, kemauan, dan motivasi dari diri sendiri untuk
berhenti dan tidak mengulanginya lagi.
2. Berikan reward dan punishment untuk diri sendiri. Missal, jika kamu bias
menghindari semua perbuatan yang menyimpang maka kamu akan memberi
hadiah untuk diri kamu, namum jika kamu masih melanggar juga berikan
hukuman untuk diri kamu.
3. Katakan tidak pada SEX sebelum menikah.
4. Bergaullah dengan orang-orang yang benar. Hindari lingkungan pergaulan yang
bisa menjerumuskanmu pada hal-hal yang negative dan tidak bermanfaat.
5. Perbanyaklah beribadah
6. Sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat.
7. Perbanyaklah aktifitas fisik, terutama ketika kamu sedang dalam keadaan tertekan.

10
8. Kembangkan potensi yang kamu miliki semaksimal mungkin selama itu positif.

11

Anda mungkin juga menyukai