Anda di halaman 1dari 4

Home

About Us

FAQ

Contact Us

Search...

Pasien & Pengunjung

Pelayanan

Tenaga Medis

Rubrik Dokter

Artikel Dokter

Sekilas PJT

Management Team

Penghargaan & Prestasi

Seputar PJT

Publikasi

CSR

Penyakit Kawasaki

Category: Artikel Dokter


Published Date Ditulis Oleh DR. dr. Najib Advani, Sp.A(K)

" Sebagian besar masyarakat kita belum mengenal tentang Penyakit Kawasaki
(PK). Tetapi, kita harus mewaspadainya, karena bila terlambat tertangani dapat
berakibat fatal. Penyakit Kawasaki yang juga dikenal sebagai mucocutaneous
lymphnode syndrome adalah suatu penyakit yang biasanya menyerang anak
balita dan paling sering pada usia satu sampai dua tahun. Penyakit ini sekilas
mirip penyakit campak, alergi obat, infeksi virus, atau bahkan penyakit
gondong. Karena itu penyakit yang ditemukan oleh dokter Tomisaku Kawasaki
di Jepang pada tahun 1967 ini seringkali salah diagnosis. "

Penyakit Kawasaki memiliki tiga fase, diantaranya :

Fase pertama adalah fase akut. Pada fase akut, penderita memiliki tanda-tanda seperti
demam yang mendadak tinggi dan bisa mencapai 40C selama 5 hari atau lebih, mata
berwarna merah tapi tidak terdapat kotoran (belekan), telapak tangan dan kaki berwarna
merah, dan ada bercak-bercak merah pada seluruh tubuh. Bibir, rongga mulut, dan lidah
penderita pun berwarna merah atau yang sering disebut lidah stroberi. Selain itu penderita
mengalami pembengkakan kelenjar getah bening di salah satu sisi leher, sehingga sering
dianggap sebagai penyakit gondong (parotitis).

Fase kedua adalah fase sub akut. Fase ini terjadi mulai pada hari kesebelas sampai hari
keduapuluh lima. Pada fase ini, demam sudah mulai menurun dan bercak merah
berkurang. Biasanya timbul pengelupasan kulit jari tangan dan jari kaki. Pada fase ini
penderita PK mengalami komplikasi ke jantung yaitu pada arteri koroner.

Fase ketiga adalah fase penyembuhan. Fase ini terjadi setelah hari keduapuluh lima. Pada
fase in timbul garis melintang pada kuku kaki dan tangan penderita yang disebut Beaus
line.

Dr. Najib Advani SpA (K), MMed. (Paed), Konsultan Jantung Anak yang banyak mendalami
Penyakit Kawasaki mengatakan di Indonesia penyakit ini sudah mulai dikenal sejak tahun
1980an. Kebanyakan kasus PK ini terlambat didiagnosis. Padahal jumlah kasus PK di Indonesia
diperkirakan 5000 kasus baru pertahun. Menurut Najib, sapaan pria yang sudah menggeluti PK
sejak tahun 1996 ini, sering pasien yang datang sudah terlambat, dalam arti mereka sudah berada
dalam fase sub akut di mana sudah terjadi kelainan jantung. Penderita mengalami komplikasi
pada arteri koroner berupa aneurisma atau pelebaran (pada 20-40 persen penderita yang tidak
terobati) dengan akibat selanjutnya terjadi penyempitan arteri koroner yang dapat mengakibatkan
infark miokard yang fatal.

Kendalanya adalah belum banyak dokter di Indonesia yang memahami penyakit ini. Kadang-
kadang orang tua penderita Penyakit Kawasaki yang aktif mencari informasi tentang penyakit
ini. Dokternya bilang sakit ini dan sakit itu. Namun orang tua yang mendapat informasi dari
internet menanyakan apakah anaknya menderita Penyakit Kawasaki, ujar Najib yang alumnus
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Komplikasi Jantung
Dr. Najib Advani, Ketua Unit Koordinasi Kerja Jantung Anak pada Ikatan Dokter Anak
Indonesia ini mengatakan, hal yang paling mengkhawatirkan dari Penyakit Kawasaki adalah bila
penderita terlambat didiagnosis. Pasien berpotensi mengalami serangan jantung koroner secara
mendadak.Beliau menjelaskan kondisi ini berawal dari gangguan di pembuluh darah koroner.
Keadaan pembuluh darah melebar, melemah, menonjol, atau aneurisma. Selanjutnya terjadi
penyempitan pembuluh koroner sehingga aliran darah ke otot jantung akan tersumbat. Akibatnya
otot jantung kurang sirkulasi darah atau tidak mendapat darah sehingga terjadi kematian otot
jantung dengan manifestasi serangan jantung.

Perubahan lain yang dialami penderita berupa peradangan (inflamasi) di otot jantung
(miokarditis) dan cairan pada kantong yang mengelilingi jantung (perikarditis). Irama jantung
yang abnormal (aritmia) dan radang katupkatup jantung (valvulitis) dapat juga terjadi. Hal ini
dapat mengakibatkan kematian mendadak beberapa tahun kemudian. Bila penderita dapat
tertangani pun atau dinyatakan sembuh secara klinis oleh dokter, penyakit jantung koroner ini
dapat muncul belakangan yakni pada usia dewasa.

Biaya mahal
Menurut Dr. Najib Advani oleh karena PK belum diketahui penyebabnya sampai saat ini belum
dapat dilakukan langkah pencegahan. Untungnya sudah ada obat untuk menyembuhkan PK asal
saja tidak terlambat. Beliau menjelaskan bahwa diagnosis dan pengobatan penderita Penyakit
Kawasaki harus mendapat pengawasan dari dokter ahli jantung anak. Penderita harus dirawat
inap di rumah sakit dan mendapat pemantauan yang seksama.

Pemeriksaan jantung menjadi hal yang sangat penting. Termasuk EKG dan ekokardiografi
(USG jantung). Kadang ultrafast CT scan, MRA (Magnetic Resonance Angiography) maupun
kateterisasi jantung diperlukan pada kasus yang berat. Pemeriksaan laboratorium untuk penyakit
ini tidak ada yang khas. Biasanya jumlah sel darah putih, laju endap darah, dan C Reactive
Protein (CRP) meningkat pada fase akut, ujar dokter Najib Advani.

Harga obat yang mahal, lanjutnya, menjadi kendala dalam proses penyembuhan pasien.
Penderita Penyakit Kawasaki yang harus mengkonsumsi imunoglobulin membutuhkan obat
tersebut dua gram per satu kilogram berat badannya. Harga satu gram berkisar Rp. 1,2 juta.

Bila penderita memiliki berat badan 15 Kg misalnya, berarti ia membutuhkan 30 gram


imunoglobulin atau seharga sekitar 36 juta. Selain imunoglobulin, penderita juga diberikan asam
salisilat untuk mencegah kerusakan jantung dan sumbatan pembuluh koroner, ujar dokter ahli
jantung anak ini. Beliau menjelaskan, bila tidak terjadi komplikasi pada proses penyembuhan,
pasien dapat dipulangkan dalam beberapa hari. Pada kasus yang terlambat dan sudah terjadi
kerusakan pembuluh koroner, penderita perlu rawat inap yang lebih lama dan mendapatkan
pengobatan yang intensif guna mencegah kerusakan jantung yang lebih lanjut.
Kemudian bila dengan obat-obatan tidak berhasil, kadang diperlukan operasi pintas koroner
(coronar bypass), atau bahkan, meskipun sangat jarang, transplantasi jantung. Kematian dapat
terjadi pada satu sampai lima persen penderita yang umumnya terlambat ditangani, dan
puncaknya terjadi pada 15-45 hari setelah awal timbulnya demam. Bila ada anak balita yang
demam hingga lima hari, matanya dan bibirnya berwarna merah, kemungkinan mengalami
Penyakit Kawasaki. Bila demikian maka orang tua perlu memikirkan kemungkinan PK dan
membawa anaknya ke dokter ahli jantung anak di beberapa rumah sakit besar yang mempunyai
fasilitas pemeriksan jantung yang lengkap seperti di PJT, RSCM

Who's Online

We have 7 guests and no members online

Monday the 29th. Muhammad Sumarudin.

Anda mungkin juga menyukai