Anda di halaman 1dari 9

NEURODERMATITIS SIRKUMSKRIPTA

By Indah Triayu Irianti 18.23 2 comments

*Dibawakan dalam tugas akhir clerkship di bagian kulit kelamin fakultas kedokteran universitas
hasanuddin*

(gambar 1 : lesi erosi hingga ekskoriasi,eritema,sirkumskripta,likenifikasi,lokasi : ekstensor lengan


bawah)

I. DEFENISI

Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simpleks kronis adalah penyakit
peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi
timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang
cukup lama, atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit
tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik
likenifikasinyaadalah akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit,
utamanya pada permukaan kulit.1,2,3
Gejala dan tanda yang khas seperti gatal, terlikenifikasi, dan sirkumskripta yang dapat muncul di
berbagai tempat dari tubuh merupakan karakteristik dari liken simpleks kronik, yang juga dikenal
sebagai neuroderamtitis sirkumskripta. Penyakit ini memiliki predileksi di punggung, leher, dan
ekstremitas terutama pergelangan tangan dan lutut. 3,4
Neurodermatitis sirkumskripta merupakan proses yang sekunder ketika seseorang mengalami
sensasi gatal pada daerah kulit yang spesifik dengan atau tanpa kelainan kulit yang mendasar yang
dapat mengakibatkan trauma mekanis pada kulit yang berakhir dengan
likenifikasi. Penyakit ini biasanya timbul pada pasien dengan kepribadian yang obsessif, dimana
selalu ingin menggaruk bagian tertentu dari tubuhnya.1,2,5

II. EPIDEMIOLOGI
Neurodermatitis sirkumskripta jarang ditemukan pada anak-anak. Biasanya terjadi pada orang
dewasa. Puncaknya ditemukan antara umur 30 sampai 50 tahun. Lebih banyak ditemukan pada
wanita dibandingkan dengan pria. Insidens tertinggi didapatkan pada bangsa ras Asia. 2,6

III. ETIOLOGI
Penyebab neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai
faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor penyebab dari neurodermatitis
sirkumskripta dapat dibagi menjadi dua, yaitu : 4,6
1. Faktor eksterna
1.1 Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dala menyebabkan iritasi
yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga dpat
mencetuska gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta pada daerah
anogenital.2,6
1.2 Gigitan Serangga
Gigitan seranga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang mengakibatkan rasa gatal. 3
2. Faktor Interna
2.1 Dermatitis Atopik
Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar
26% sampai 75% pasien dengan dermatitis atopic terkena neurodermatits sirkumskripta. 2,3
2.2 Psikologis
Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan neurodermatitis
sirkumsripta. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Telah
dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti : dopamine, serotonin,
atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal. 2,3

IV. PATOGENESIS
Stimulus untuk perkembangan neurodermatitis sirkumskripta adalah pruritus. Pruritus sebagai
dasar dari gangguan kesehatan dapat berhubungan dengan gangguan kulit, proliferasi dari nervus,
dan tekanan emosional. Pruritus yang memegang peranan penting dapat dibagi dalam dua kategori
besar, yaitu pruritus tanpa lesi dan pruritus dengan lesi. Pasien dengan neurodermatitis mempunyai
gangguan metabolik atau gangguan hematologik. Pruritus tanpa kelainan kulit dapat ditemukan pada
penyakit sistemik, misalnya gagal ginjal kronik, obstruksi kelenjar biliaris, Hodgkins lymphoma ,
polisitemia rubra vera, hipertiroidisme, gluten-sensitive enteropathy, dan infeksi imunodefisiensi.
Pruritus yang disebabkan oleh kelainan kulit yang terpenting adalah dermatitis atopik, dermatitis
kontak alergi, dermatitis statis, dan gigitan serangga. 2,4
Pada pasien yang memiliki faktor predisposisi, garukan kronik dapat menimbulkan penebalan dan
likenifikasi. Jika tidak diketahui penyebab yang nyata dari garukan, maka disebut neurodermatitis
sirkumskripta.Adanya garukan yang terus-menerus diduga karena adanya pelepasan mediator dan
aktivitas enzim proteolitik. Walaupun sejumlah peneliti melaporkan bahwa garukan dan gosokan
timbul karena respon dari adanya stress. Adanya sejumlah saraf mengandung immunoreaktif CGRP
(Calsitonin Gene-Related Peptida) dan SP (Substance Peptida) meningkat pada dermis. Hal ini
ditemukan pada prurigo nodularis, tetapi tidak pada neurodermatitis sirkumskripta. Sejumlah saraf
menunjukkan imunoreaktif somatostatin, peptide histidine, isoleucin, galanin, dan neuropeptida Y,
dimana sama pada neurodermatitis sirkumskripta, prurigo nodularis dan kulit normal. Hal tersebut
menimbulkan pemikiran bahwa proliferasi nervus akibat dari trauma mekanik, seperti garukan dan
goresan. SP dan CGRP melepaskan histamin dari sel mast, dimana akan lebih menambah rasa gatal.
Membran sel schwann dan sel perineurium menunjukkan peningkatan dan p75 nervus growth factor,
yang kemungkinan terjadi akibat dari hyperplasia neural. Pada papilla dermis dan dibawah dermis
alpha-MSH (Melanosit Stimulating Hormon) ditemukan dalam sel endotel kapiler. 2,3,4,7,8

(gambar 2 : likenifikasi pada bagian ekstensor ekstremitas inferior )

V. GEJALA KLINIS
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Gatal bias paroksismal, terus-
menerus, atau sporadik. Menggosok dan menggaruk mungkin disengaja dengan tujuan
menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara tidak sengaja yang terjadi pada waktu tidur.
Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga
dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis. 2
Pada liken simpleks kronik, penggosokan dan penggarukan yang berulang menyebabkan
terjadinya likenifikasi (penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat) plak yang berbatas
tegas dengan ekskoriasis, sedikit edematosa, lambat laun edema dan eritema menghilang. Bagian
tengah berskuama dan menebal, sekitarya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas.
Biasanya, hanya satu plak yang tampak, namun dapat melibatkan lebih dari satu tempat. 2
Tempat yang biasa terjadi liken simpleks kronik adalah kulit kepala, tengkuk leher (terutama pada
wanita) pergelangan kaki, eksremitas ekstensor, dan region anogenital. Daerah genital yang sering
terkena adalah labia mayora pada wanita dan skrotum pada laki-laki. Pada pasien dengan eczema
atopi, intervensi kulit lebih berlikenifikasi dan serotik. Pada pasien non atopi, tana kutaneus dari
penyakit sistemik atau limfadenopati dapat terjadi.1,7

IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
I. Tes Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium tidak ada tes yang spesifik untuk neurodermatitis sirkumskripta.
Tetapi walaupun begitu, satu studi mengemukakan bahwa 25 pasien dengan neurodermatitis
sirkumskripta positif terhadap patch test. Pada dermatitis atopik dan mikosis fungiodes bisa terjadi
likenefikasi generalisata oleh sebab itu merupakan indikasi untuk melakukan patch test. Pada pasien
dengan pruritus generalisata yang kronik yang diduga disebabkan oleh gangguan metabolik dan
gangguan hematologi, maka pemeriksaan hitung darah harus dilakukan, juga dilakukan tes fungsi
ginjal dan hati, tes fungsi tiroid, elechtroporesis serum, tes zat besi serum, tes kemampuan
pengikatan zat besi (iron binding capacity), dan foto dada. Kadar immunoglobulin E dapat meningkat
pada neurodermatitis yang atopik, tetapi normal pada neurodermatitis nonatopik. Bisa juga dilakukan
pemeriksaan potassium hydroksida pada pasien liken simpleks genital untuk mengeleminasi tinea
cruris.7,8

II. Histopatologi
Pemeriksaan histopatologi untuk menegakkan diagnosis neurodermatitis sirkumskripta adalah
menunjukkan proliferasi dari sel schwann dimana dapat membuat infiltrasi selular yang cukup besar.
Juga ditemukan neural hyperplasia. Didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang
parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan
perluasan dari papillo dermis. Spongiosis bisa ditemukan, tetapi vesikulasi tidak ditemukan.
Papilomatosis kadang-kadang ditemukan. Ekskoriasi, dimana ditemukan garis ulserasi punctata
karena adanya jaringan nekrotik bagian superficial papillary dermis. Fibrin dan neutrofil bisa
ditemukan, walaupun keduanya biasanya ditemukan pada penyakit dermatosis yang lain. Pada
papillary dermis ditemukan peningkatan jumlah fibroblas.7
VI. DIAGNOSIS
Diagnosis untuk liken simpleks kronis dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan
fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pasien dengan neurodermatitis sirkumskripta mengeluh merasa
gatal pada satu daerah atau lebih. Sehingga timbul plak yang tebal karena mengalami proses
likenifikasi. Biasanya rasa gatal tersebut muncul pada tengkuk, leher, ekstensor kaki, siku, lutut,
pergelangan kaki. Eritema biasanya muncul pada awal lesi. Rasa gatal muncul pada saat pasien
sedang beristirahat dan hilang saat melakukan aktivitas dan biasanya gatal timbul intermiten. 2
Pemeriksaan fisis menunjukkan plak yang eritematous, berbatas tegas, dan terjadi likenifikasi.
Terjadi perubahan pigmentasi, yaitu hiperpigmentasi.1,2,3
Pada pemeriksaan penunjang histopatologi didapatkan adanya hiperkeratosis dengan area yang
parakeratosis, akantosis dengan pemanjangan rete ridges yang irregular, hipergranulosis dan
perluasan dari papil dermis.7

VII. DIAGNOSIS BANDING

Kasus-kasus primer yang umumnya menyebabkan likenifikasi adalah :


a. Dermatitis kontak alergi
Dermatitis kontak alergi adalah inflamasi dari kulit yang diinduksi oleh bahan kimia yang secara
langsung merusak kulit dan oleh sensitifitas spesifik pada kasus . penderita umumnya mengeluh
gatal. Kelainan kulit tergantung pada keparahan dermatitis dan lokalisasinya. Pada yang akut dimulai
dengan bercak eritematous yang berbatas jelas kemudian diikuti dengan edema, papulovesikel,
vesikel atau bulla. Vesikel atau bulla dapat pecah menimbulkan erosi dan eksudasi. 5,8,9
b. Plak psoriasis
Psoriasis merupakan gangguan peradangan kulit yang kronik, dengan karakteristik plak
eritematous, berbatas tegas, berwarna putih keperakan,skuama yang kasar, berlapis-lapis,
transparan, disertai fenomena tetesan lilin, auspitz dan kobner. Llokasi terbanyak ditemukan didaerah
ekstensor. Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tetapi beberapa hipotesa telah mendapatkan
bahwa penyakit ini bersifat autoimun, dan residif,13
c. Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroik merupakan gangguan papuloskuamosa yang terdapat pada daerah kaya
sebum seperti kulit kepala, wajah an punggung. Dermatitis ini berhubungan gengan malassezi,
abnormalitas imunologis, dan aktivasi dari komplemen. Berhubungan erat dengan keaktifan glandula
sebasea. Biasa terjadi pada bayi umur bulan pertama dan mencapai puncak pada umur 18-40 tahun.
Kelainan kulit terdiri atas eritema dam skuama yang berminyak dan agak kekuningan, batasnya agak
kurang tegas.14
d. Liken Planus
Lesi yang pruritis, erupsi popular yang dikarakteritikkan dengan warna kemerahan berbentuk
polygonal, dan kadang berbatas tegas. Sering ditemukan pada permukaan fleksor dari ekstremital,
genitalia dan membrane mukus. Mirip dengan reaksi mediasi imunologis. Liken planus ditandai
dengan papul-papul yang mempunyai warna dan konfigurasi yang khas. Papul-papul berwarna merah
biru, berskuama, dan berbentuk siku-siku.15
e. Dermatitis atopi
Peradangan kulit kronis yang residif disertai gatal, yang umumnya sering terjadi selama masa
bayi dan anak-anak. Sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat
atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami
ekskoriasi dan likenifikasi, distribusinya di lipatan. Gambaran lesi kulit pada remaja dan dewasa dapat
berupa plak papuler, eritematosa, dan berskuama atau plak likenifikasi yang gatal. 16

VIII. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan dari neurodermatitis sirkumskripta secara primer adalah menghindarkan pasien


dari kebiasaan menggaruk dan menggosok secara terus-menerus. Ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, seperti memotong kuku pasien, memberikan antipruritus, glukokortikoid topikal atau
intralesional, atau produk-produk tar, konsultasi psikiatrik, dan mengobati pasien dengan cryoterapi,
cyproheptadine, atau capsaicin.6,9
a. Steroid topikal
Merupakan pengobatan pilihan karena dapat mengurangi peradangan dan gatal serta perlahan-
lahan menghaluskan hiperkeratosisnya. Karena lesinya kronik. Pentalaksanaannya biasanya lama.
Pada lesi yang besar dan aktif, steroid potensi sedang dapat digunakan untuk mengobati inflamasi
akut. Tidak direkomendasikan untuk kulit yang tipis (vulva, skrotum, axilla dan wajah). Steroid potensi
kuat digunakan selama 3 minggu pada area kulit yang lebih tebal. 6,9
1. Clobetasol
Topical steroid super poten kelas 1: menekan mitosis dan menambah sintesis protein yang
mengurangi peradangan dan menyebabakan vasokonstriksi.
2. Betamethasone dipropionate cream 0,05%.6,9
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan
dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.6,9
3. Triamcinolone 0,025 %, 0.1%, 0.5 % or ointment
Untuk peradangan kulit yang berespon baik terhadap steroid. Bekerja mengurangi peradangan
dengan menekan migrasi leukosit polimorfonuklear dan memeperbaiki permeabilitas kapiler.6,9
4. Fluocinolone cream 0.1 % or 0.05%
Topical kortikosteroid potensi tinggi yang menghambat proliferasi sel. Mempuyai sifat imonusupresif
dan sifat anti peradangan.6,9
b. Obat oral anti anxietas dan sedasi
Obat oral dan anti anxietas dapat dipertimbangkan pada beberapa pasien. Menurut kebuthan
individual, penatalaksanaan dapat dijadwalkan setiap hari, pada ssat pasien tidur, atau keduanya.
Antihistamin seperti dipenhydramine dan hidroxyzine biasa digunakan. Doxepin dan clonazepam
dapat dipertimabangkan pada beberapa kasus. 17
c. Agen anti pruritus
Obat oral dapat mengurangi gatal dengan memblokir efek pelepasan histamine secara endogen.
Gatal berkurang, pasien merasa tenang atau sedative dan merangsang untuk tidur. Obat topical
menstabilisasi membrane neuron dan mencegah inisiasi dan transmisi implus saraf sehingga
memberi aksi anestesi lokal.10
1. Dipenhidramin,
Untuk meringankan gejala pruritus yang disebabkan oleh pelepasan histamine. 10
2. Cholorpheniramine
Bekerja sama dengan histamine atau permukaan reseptor H1 pada sel efektor di pembuluh darah dan
traktus respiratori.10
3. Hidroxyzine
Reseptor H1 antagonis diperifer. Dapat menekan aktifitas histamine diregion subkortikal system sraf
pusat.10
4. Klonazepam
Untuk anxietas yang disertai pruritus. Berikatan dengan reseptor- reseptor di SSP, termasuk sistem
limbik dan pembentukan retikular. Efeknya bisa dimediasi melalui reseptor GABA. 10
d. Agen imunosupresor
Tacrolimus, Mekanisme kerjanya pada liken simpleks kronik tidak diketahui. Dapat mengurangi
gatal dan peradangan dengan menekan pelepasan sitokin dari sel T. juga menghambat transkripsi
gen yang mengkode IL-3, IL-4, IL5, GM-CSF, dan TNF- alfa, yang semuanya terlibat dalam aktivasi
sel T derajat dini. Juga dapat menghambat pelepasan mediator sel mast dan basofil kulit dan
mengurangi regulasi ekspresi FCeRI pada sel langerhans. Obat dari kelas ini lebih mahal dari
kortikosteroid topical. Terdapat dalam bentuk ointment dalam konsentrasi 0.03% dan 0.1%. indikasi
apabila pilihan terapi yang lain tidak berhasil.10
e. Immunodilator
Berasal dari ascomycin, suatu bahan alami yang diproduksi oleh jamur streptomyces
hygroscopicus var asmyeticus, bekerja menghambat produksi dan pelepasan sitokin inflamasi dari sel
T teraktivasi secara selektif dan berikatan dengan reseptor imunofilin sitosolik makrofilin 12 (cytosolic
immunophili receptor macrophilin-12). Menghambat kompleks yang menghambat kalsineurin fofatase,
yang kemudian memblokir aktivasi sel T dan pelepasan sitokin. Atropi kutaneus tidak didapati pada
percobaan klinis yang merupakan kelebihan terhadap kortikosteroid topical. Indikasi apabila pilihan
terapi yang lain tidak berhasil.10

IX. PROGNOSIS
Prognosis untuk penyakit liken simpleks kronis adalah :
- Lesi bisa sembuh dengan sempurna.8
- Rasa gatal dapat diatasi, likenifikasi yang ringan dan perubahan pigmentasi dapat diatasi setelah
dilakukan pengobatan.8
- Relaps dapat terjadi, apabila dalam masa stress atau tekanan emosional yang meningkat. 8
-
Pengobatan untuk pencegahan pada stadium-stadium awal dapat membantu untuk mengurangi
proses likenifikasi.17
Biasanya prognosis berbeda-beda, tergantung dari kondisi pasien, apabila ada gangguan
psikologis dan apabila ada penyakit lain yang menyertai. 1 Pengobatan yang teratur dapat
meringankan kondisi pasien. Penyebab utama dari gatal dapat hilang, atau dapat muncul kembali.
Pencegahan pada tahap awal dapat menghambat proses penyakit ini. 17

X. KESIMPULAN
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga disebut dengan liken simpleks kronik merupakan
penyakit gatal-gatal lokal yang berlangsung kronik, lesi disebabkan garukan dan gosokan berulang,
dengan gambaran likenifkasi berbatas tegas. umumnya mengenai orang dewasa, kebanyakan pada
umur 30-50 tahun. lebih sering terjadi pada wanita dibanding pria. Patofisiologi yang mendasari
penyakit ini tidak diketahui tetapi mungkin melibatkan perubahan pada system saraf yang menerima
dan memproses sensasi gatal.
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simplek kronik. Gatal bisa paroksismal, terus
menerus, atau sporadik. Penggosokan dan penggarukan berulang menyebabkan terjadinya
likenifikasi( penebalan kulit dengan garis-garis kulit semakin terlihat), plak yang berbatas tegas dan
ekskoriasi, sedikit edematous, lambat laun eritema dan edema menghilang, bagian tengah
berskuama dan menebal, sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit normal tidak jelas. Liken
simplek kronik dapat didiagnosis banding dengan dermatitis atopi, dermatitis seboroik, dermatitis
kontak alergi, dan liken planus. Terapi yang dapat diberikan pada liken simplek kronik adalah steroid
topical, antiaxietas, dan antibotik topical bila sudah terjadi infeksi sekunder.

DAFTAR PUSTAKA

1. Holden AC,Berth-jones J. in : Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, Editors.Rooks


textbook of dermatology ; Eczema, prurigo, lichenification, and erithroderma.7 th.Italy :
Blackwell scienc:2004.P. 1741-1743

2. Soter NA. Numular Eczema and Lichen Simpleks Chronicus/Prurigo Nodularis in :


Freedberg IM, Eizen AZ, Wollf K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI, eds. Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York : Mc. Graw Hill ; 2003. p. 160-162.

3. Journal of Pakistan association of dermatology,2006; 62-64

4. Anderws
5. Champion RH, Burton JL, Ebling FJG. Textbook of Dermatology. 5th ed. London :
Blackwell Scientific Publications ; 1992. p. 578-580.

6. PubMed. Lichen simplex chronic available at

7. Habif TP. Clinical Dermatology. 4th ed. Edinburgh : Mosby ; 2004. p. 54-65.

8. Hunter John, John Savin, Marck Dahl editors. Clinical dermatology: eczema and
dermatitits.3rdedition Blackwell publishing 2002.p.70

9. Daniel J Hogan. Allergic Contac dermatitis. Available at..

10. Mason SH. Lichen Simplex Chronicus. Cited on October 7th 2011.
Available : http://www.emedicine.medscape.com/dermatology.

11. Elder DE, Elenitsas R, Johnson BL, Murphy GF. Lichen Simpleks Chronicus in Levers
Histophatology of The Skin. 9th ed. Philadelphia : A Wolters Kluwer Company ; 2005. p.
250

12. Susan Bayliss Mallory, Illustrated Manual of Pediatric Dermatology

13. Zohra Zaidi, sean w.lanigan. Dermatology in clinical practice

14. Samuel Selden. Medscape. Seborrheic Dermatitis. Available at

15. Michael Hertl. Autoimmun Disease of the skin, 3rd edition

16. J.Ring. Handbook of Atopic Eczcema 2nd edition

17. Chuang YT.Lichen planus. on October 7th 2011.


Available : http://www.emedicine.medscape.com/dermatology

Anda mungkin juga menyukai