Anda di halaman 1dari 13

Kelompok 2 (kelas C)

1. Nina Tri Suryani (15-047)

2. Rizki Nurhikmah (15-057)

3. Dita Purnama Sari (15-037)

4. Shinta Pretika (15-047)

5. Nela Utari (15-77)

HAKIKAT JUJUR DAN AMANAH

A. JUJUR
Jujur adalah suatu sikap yang mencerminkan adanya kesesuaian antara hati, perkataan
dan perbuatan. Apa yang diniatkan oleh hati, diucapkan oleh lisan/mulut dan ditampilkan
dalam perbuatan memang itulah yang sesungguhnya terjadi dan sebenarnya. Kejujuran sangat
erat kaitannya dengan hati nurani. Hati nurani senantiasa mengajak manusia kepada kebaikan
dan kejujuran. Namun terkadang kita enggan mengikuti hati nurani dikarenakan kita lebih
mengikuti keinginan hawa nafsu. Kejujuran dapat membawa kebenaran, kebenaran dapat
mengantarkan seseorang ke surganya Allah SWT.
Sabda Nabi Muhammad SAW :
Dari Abdullah ibn Masud, Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya jujur itu membawa
kepada kebaikan dan kebaikan itu membawa kesurga (H.R.Bukhari).
Lawan sifat jujur adalah dusta atau bohong. Dusta adalah sikap yang tidak mencerminkan
kesesuaian antara hati, ucapan dan perbuatan. Rasulullah SAW adalah orang yang jujur dan
terpercaya, sehingga beliau mendapat gelar al-amin (dapatdipercaya) dari bangsa Quraisy.
Kejujuran berbuah kepercayaan, sebaliknya dusta menjadikan orang lain tidak percaya. Jujur
membuat hati kita tenang, sedangkan berbohongmembuat hati jadi was-was. Kejujuran
merupakan salah satu dari akhlak yang terpuji ( akhlakul karimah / Mahmudah ). Seharusnya
sifat jujur juga menjadi identitas seorang muslim.Katakan bahwa yang benar itu adalah benar
dan yang salah itu salah. Jangan dicampur adukkan antara yang hak dan yang batil. Allah
Swt. Berfirman :
Dan janganlah kamu campur adukkan kebenaran dengan kebatilan dan (janganlah) kamu
sembunyikan kebenaran, sedangkan kamu mengetahuinya.( Q.S. Surah al-Baqarah/2:42)
: :




,
( ) .





TERJEMAH HADITS:
Dari Abdullah bin Masud radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam bersabda: Wajib atas kalian berlaku jujur, karena sesungguhnya jujur itu
menunjukkan kepada kebaikan, dan kebaikan itu menunjukkan kepada Surga. Seseorang
senantiasa jujur dan berusaha untuk selalu jujur sehingga ia ditulis di sisi Allah sebagai orang
yang jujur. Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan
kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada Neraka. Seseorang senantiasa
berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai seorang
pendusta. (SHOHIH. Diriwayatka oleh imam Muslim no. 6586).

Beberapa hal penting dan faedah ilmiyah yang dapat diambil dari hadits ini:
1. JUJUR dalam setiap perkataan n perbuatan termasuk akhlak terpuji yang dicintai n diridhoi
Allah taala n manusia.
2. Hukum JUJUR adalah WAJIB bagi setiap individu muslim n muslimah.
3. Hal ini berdasarkan firman Allah taala: (Yaa Ayyuhalladziina Aamanuttaqullaaha wa
Kuunuu Maash-Shoodiqiin)
4. Artinya: Hai orang-orang yg beriman bertakwalah kalian kepada Allah, dan jadilah kalian
bersama orang-orang yg JUJUR. (QS. At-Taubah: 119).
5. Dan jg berdasarkan hadits di atas.
6. Orang mukmin yg JUJUR ialah orang yg perkataannya sesuai dengan perbuatan n isi
hatinya.
7. JUJUR termasuk sebaik-baik sebab yg mengantarkan seorang hamba ke dalam Surga,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam di dlm hadits shohih di atas.
8. Orang yg JUJUR termasuk orang yg diberi nikmat oleh Allah n akan dikumpulkan bersama
para Nabi, orang2 mati syahid, n orang2 sholih di dlm Surga.
9. Hal ini berdasarkan firman Allah taala (yg artinya):
Dan barangsiapa taat kpd Allah n Rasul-Nya, maka mereka akan dikumpulkan (di dlm
Surga) bersama orang2 yg diberi nikmat oleh Allah dari kalangan para Nabi, orang2 yg selalu
JUJUR, orang2 yg mati syahid, n orang2 sholih. (QS. An-Nisa: 69).
10. JUJUR dalam transaksi jual beli merupakan sebab datangnya keberkahan rezeki dari
Allah. Demikian sebaliknya, DUSTA akan menghilangkan keberkahan rezeki.
11. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (yg artinya): Dua
pelaku transaksi jual beli mempunyai hak khiyar (melangsungkan atau membatalkan
transaksi jual beli) selagi keduanya belum berpisah dr majlis (tempat akad jual beli). Jika
keduanya bersikap jujur n menerangkan cacat (yakni tidak menutupi kekurangan) yg ada pd
barang dagangannya, maka transaksi jual beli mereka berdua diberkahi Allah. Namun, jika
keduanya berdusta n menutupi cacat barang dagangannya, maka dihilangkan oleh Allah
keberkahan akad jual beli mereka.
12. JUJUR dalam menulis artikel ilmiyah serta menshare ilmu kpd orang lain melalui
berbagai media spt BB, FB, Website/Blog dengan mencantumkan sumber rujukan
(referensi)nya akan mendatangkan keberkahan pd ilmunya, karena itu trmsuk bentuk amanah
ilmiyah.
13. Sedangkan DUSTA dlm hal itu semua dengan copy paste dari karya tulis orang lain yg
ada di situs-situs internet, buku terjemahan dsb, dengan menghilangkan nama penulisnya dan
menggantinya dengan nama dirinya (spt: Oleh ustadz Fulan, By Abu Fulan) atau dengan
merubah judulnya tanpa seizin penulisnya akan mengurangi atau bahkan menghilangkan
keberkahan pada ilmunya, karena itu bukan termasuk amanah ilmiyah, n menurut para ulama
hadits, bhwa yg demikian itu disebut Sariqoh (pencurian karya ilmiyah milik orang lain), atau
sebagian orang menyebutnya sebagai PLAGIAT. Dan ini hukumnya HARAM.
14. DUSTA merupakan sifat buruk yang sangat dibenci oleh Allah n manusia.
15. Wajib bagi kita mengajarkan sifat JUJUR dlm setiap urusan dunia n agama kpda diri kita,
keluarga kita n kaum muslimin secara umum.
16. Wajib bagi kita memperingatkan diri kita, keluarga kita n kaum muslimin secara umum
dari bahaya DUSTA di dunia n akhirat.
17. DUSTA termasuk sebab utama yg menjerumuskan pelakunya ke dalam siksa api Neraka.
18. DUSTA merupkan salah satu sifat orang Munafik.
19. Hal ini berdasarkan hadits shohih yg diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu;
bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Tanda orang munafik itu ada 3,
yaitu: Apabila berbicara, ia berdusta. Apabila berjanji, ia ingkari.
Apabila diberi amanah, ia berkhianat. (SHOHIH. Diriwayatkan oleh imam al-Bukhari &
Muslim).
20. Berdusta bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kedustaan berikutnya.
21. Berdusta bisa menyebabkan terjadinya perpecahan n permusuhan di antara kaum
muslimin.
22. Manusia yg paling JUJUR kepada Allah n Rasul-Nya adalah AHLI TAUHID n ITTIBA
(yg senantiasa mengikuti tuntunan Nabi shallallahu alaihi wasallam) dlm masalah Aqidah,
ibadah, manhaj, akhlak n adab, muamalah, dakwah, dsb.

Sedangkan manusia yg paling DUSTA adalah orang-orang musyrikin kafir kpd Allah dan
Rasul-Nya dengan menentang hukum syariat yg ada di dlm Al-Quran Al-Karim n As-sunnah
An-Nabawiyyah yg Shohih.

Hikmah atau manfaat dari perilaku jujur adalah:


1. mendapatkan kepercayaan dari orang lain
2. mendapatkan banyak teman
3. mendapatkan ketentraman hidup

B. AMANAH

Amanah artinya terpercaya (dapat dipercaya). Maksudnya sifat yang mencerminkan


kemampuan sesorang menerima, menyampaikan dan menjaga segala sesuatu yang telah
disampaikan orang lain kepadanya. Amanah dapat berupa pesan , ucapan, perbuatan ,harta,
tugas atau tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Dengan demikian orang yang dapat
menjaga amanah biasanya disebut orang yang bertanggung jawab. Sebaliknya, orang yang
tidak menjaga amanah disebut orang khianat / itdak bertanggung jawab.

Dari Ibnu Umar, Rasulullah saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan akan
diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannnya. Seorang kepala negara adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban perihal rakyat yang
dipimpinnya(H.R.BukhariMuslim)
Jenis-jenis amanah dibedakan menjadi tiga macam,yaitu:
1. Amanah terhadap Allah Swt. Amanah ini berupa ketaatan akan segala perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya. Allah Swt. berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman ,janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad), dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui..( Q.S. Al-Anfa:27)
2. Amanah terhadap sesama manusia. Amanah ini meliputi hak-hak antar sesama manusia.
Misalnya ketika dititipi pesan atau barang,

Sesungguhnya Allah Swt menyuruh kamu untuk menyampaikan amanah kepada yang
berhak menerimanya.( Q.S. An Nisa:58)
3. Amanah terhadap diri sendiri. Amanah ini dijalani dengan memelihara dan menggunakan
segenap kemampuannya demi menjaga kelangsungan hidup, kesejahteraan, dan kebahagiaan
diri. Allah Swt.berfirman:

Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya ( Q.S. Al-
Muminun:8 )
Rasulullah saw. bersabda, Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada
agama pada orang yang tidak menunaikan janji. (Ahmad dan Ibnu Hibban)
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara
syari, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah
makna yang terkandung dalam firman Allah swt.: Sesungguhnya Allah memerintahkan
kalian untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya; dan apabila kalian
menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil.
(An-Nisa: 58)
Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material dan hal-
hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah.
Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini diperkuat dengan perintah-Nya:
Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia hendaklah kalian menetapkan
hukum dengan adil. Dan keadilan dalam hukum itu merupakan salah satu amanah besar.
Itu juga diperjelas dengan sabda Rasulullah saw., Setiap kalian adalah pemimpin dan
karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir adalah
pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki adalah pemimpin di
tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Seorang wanita
adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-anaknya dan ia akan diminta
pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia
akan diminta pertanggungjawaban tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta
pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. (Muttafaq Alaih)
Dan Allah swt. berfirman: Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit, bumi,
dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya. Dan
dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim lagi amat
bodoh. (Al-Ahzab 72)
Dari nash-nash Al-Quran dan sunnah di atas nyatalah bahwa amanah tidak hanya terkait
dengan harta dan titipan benda belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh semesta
menolaknya dan hanya manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan
memikulnya. Jika demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan
akal. Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan berbagai
kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya.
Amanah dan Iman
Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran. Sabda Rasulullah
saw. sebagaimana disebutkan di atas menegaskan hal itu, Tiada iman pada orang yang tidak
menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji. (Ahmad dan
Ibnu Hibban)
Barang siapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah
berdusta dan khianat. Dan siapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam
barisan orang-orang munafik. Disia-siakannya amanah disebutkan oleh Rasulullah saw.
sebagai salah satu ciri datangnya kiamat. Sebagaimana disampaikan Abu Hurairah semoga
Allah meridhainya, Rasulullah saw. bersabda, Jika amanah diabaikan maka tunggulah
kiamat. Sahabat bertanya, Bagaimanakah amanah itu disia-siakan, wahai Rasulullah?
Rasulullah saw. menjawab, Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka
tunggulah kehancuran. (Al-Bukhari)
Macam-macam Amanah
Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah manusia
senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul
dengan aturan Allah yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: Dan ingatlah
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya kami
(bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al-Araf: 172)
Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada dalam
kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan
penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah
tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran.
Kedua, amanah taklif syari (amanah yang diembankan oleh syariat). Allah swt. telah
menjadikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepada-
Nya. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajiban-
kewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum),
maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang
kepada kalian dan bukan karena lupa. (hadits shahih)
Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap muslim mendapat amanah untuk
menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan
pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.
(Hadits shahih)
Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim memikul
amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada Islam itu. Seorang muslim
bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri. Ia akan terus berusaha
untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-
Nya: Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik. (An-Nahl: 125)
Rasulullah saw. juga bersabda, Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan usaha
Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan dengan dunia dan segala isinya.
(al-hadits)
Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya agar
manusia tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah
yang satu ini, Allah swt. menegaskan: Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama
apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu
dan apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah
agama dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya. (Asy-Syura: 13)
Keenam, amanah tafaqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan
kewajiban, seorang muslim haruslah memahami Islam. Tidaklah sepatutnya bagi orang-
orang yang beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-
tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka
tentang agama. (At-Taubah: 122)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di
muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,
dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan
sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka
mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur: 55)

Hikmah Perilaku Amanah


Dipercaya oranglain,ini merupakan modal yang sangat berharga dalam menjalin hubungan
atau berinteraksi antara sesame manusia.
Mendapatkan simpati dari semua pihak, baik kawan maupun lawan.
Hidupnya akan sukses dan dimudahkan oleh Allah Swt.

2. Ayat dan hadits yang berkaitan dengan jujur dan Amanah

Rasulullah saw. bersabda, Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah;
dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji. (Ahmad dan Ibnu
Hibban)
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun
sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu.
Secara syari, amanah bermakna: menunaikan apa-apa yang dititipkan atau
dipercayakan. Itulah makna yang terkandung dalam firman Allah swt.:
Sesungguhnya Allah memerintahkan kalian untuk menunaikan amanah-amanah
kepada pemiliknya; dan apabila kalian menetapkan hukum di antara manusia
hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil. (An-Nisa: 58)
Ayat di atas menegaskan bahwa amanah tidak melulu menyangkut urusan material
dan hal-hal yang bersifat fisik. Kata-kata adalah amanah. Menunaikan hak Allah
adalah amanah. Memperlakukan sesama insan secara baik adalah amanah. Ini
diperkuat dengan perintah-Nya: Dan apabila kalian menetapkan hukum di antara
manusia hendaklah kalian menetapkan hukum dengan adil. Dan keadilan dalam
hukum itu merupakan salah satu amanah besar.
Itu juga diperjelas dengan sabda Rasulullah saw., Setiap kalian adalah pemimpin
dan karenanya akan diminta pertanggungjawaban tentang kepemimpinannya. Amir
adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang mereka. Lelaki
adalah pemimpin di tengah keluarganya dan ia akan diminta pertanggungjawaban
tentang mereka. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan atas anak-
anaknya dan ia akan diminta pertanggungjawaban tentangnya. Seorang hamba
adalah pemimpin atas harta tuannya dan ia akan diminta pertanggungjawaban
tentang itu. Dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban tentang
kepemimpinannya. (Muttafaq Alaih)
Dan Allah swt. berfirman: Sesungguhnya Kami menawarkan amanah kepada langit,
bumi, dan gunung-gunung. Namun mereka menolak dan khawatir untuk memikulnya.
Dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zhalim
lagi amat bodoh. (Al-Ahzab 72)

Dari nash-nash Al-Quran dan sunnah di atas nyatalah bahwa amanah tidak hanya terkait
dengan harta dan titipan benda belaka. Amanah adalah urusan besar yang seluruh semesta
menolaknya dan hanya manusialah yang diberikan kesiapan untuk menerima dan
memikulnya. Jika demikian, pastilah amanah adalah urusan yang terkait dengan jiwa dan
akal. Amanah besar yang dapat kita rasakan dari ayat di atas adalah melaksanakan berbagai
kewajiban dan menunaikannya sebagaimana mestinya.

Macam-macam Amanah

Pertama, amanah fitrah. Dalam fitrah ada amanah. Allah menjadikan fitrah manusia
senantiasa cenderung kepada tauhid, kebenaran, dan kebaikan. Karenanya, fitrah selaras betul
dengan aturan Allah yang berlaku di alam semesta. Allah swt. berfirman: Dan ingatlah
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah
mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah Aku ini
Tuhanmu? Mereka menjawab, Betul, (Engkau Tuhan kami) kami menjadi saksi. (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: Sesungguhnya
kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan). (Al-
Araf: 172)

Akan tetapi adanya fitrah bukanlah jaminan bahwa setiap orang akan selalu berada dalam
kebenaran dan kebaikan. Sebab fitrah bisa saja terselimuti kepekatan hawa nafsu dan
penyakit-penyakit jiwa (hati). Untuk itulah manusia harus memperjuangkan amanah fitrah
tersebut agar fitrah tersebut tetap menjadi kekuatan dalam menegakkan kebenaran.

Kedua, amanah taklif syari (amanah yang diembankan oleh syariat). Allah swt. telah
menjadikan ketaatan terhadap syariatnya sebagai batu ujian kehambaan seseorang kepada-
Nya. Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah telah menetapkan fara-idh (kewajiban-
kewajiban), maka janganlah kalian mengabaikannya; menentukan batasan-batasan (hukum),
maka janganlah kalian melanggarnya; dan mendiamkan beberapa hal karena kasih sayang
kepada kalian dan bukan karena lupa. (hadits shahih)

Ketiga, amanah menjadi bukti keindahan Islam. Setiap muslim mendapat amanah untuk
menampilkan kebaikan dan kebenaran Islam dalam dirinya. Rasulullah saw. bersabda:
Barangsiapa yang menggariskan sunnah yang baik maka dia mendapatkan pahalanya dan
pahala orang-orang rang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahalanya sedikit pun.
(Hadits shahih)

Keempat, amanah dakwah. Selain melaksanakan ajaran Islam, seorang muslim memikul
amanah untuk mendakwahkan (menyeru) manusia kepada Islam itu. Seorang muslim
bukanlah orang yang merasa puas dengan keshalihan dirinya sendiri. Ia akan terus berusaha
untuk menyebarkan hidayah Allah kepada segenap manusia. Amanah ini tertuang dalam ayat-
Nya: Serulah ke jalan Rabbmu dengan hikmah dan nasihat yang baik. (An-Nahl: 125)

Rasulullah saw. juga bersabda, Jika Allah memberi petunjuk kepada seseorang dengan
usaha Anda, maka hal itu pahalanya bagi Anda lebih dibandingkan dengan dunia dan segala
isinya. (al-hadits)

Kelima, amanah untuk mengukuhkan kalimatullah di muka bumi. Tujuannya agar manusia
tunduk hanya kepada Allah swt. dalam segala aspek kehidupannya. Tentang amanah yang
satu ini, Allah swt. menegaskan: Allah telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa
yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan
apa yang telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Musa, dan Isa, yaitu: Tegakkanlah agama
dan janganlah kalian berpecah-belah tentangnya. (Asy-Syura: 13)

Keenam, amanah tafaqquh fiddin (mendalami agama). Untuk dapat menunaikan kewajiban,
seorang muslim haruslah memahami Islam. Tidaklah sepatutnya bagi orang-orang yang
beriman itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan
di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang
agama. (At-Taubah: 122)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka
berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya
untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentosa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada
mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah
(janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (An-Nur: 55)

Bahkan bisa jadi orang pendusta ini digolongkan sebagai orang yang munafik. Orang-orang
munafik tergolong orang kafir. Nauzubillah. Allah berfirman :

Diantara manusia ada yang mengatakan: Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian, pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.

Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa
yang pedih, disebabkan mereka berdusta. [QS.2 Al-Baqarah :8-10]

Firman Allah taala:

Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. [QS. As-
syam :8]

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan Tetapi dia tiada menempuh jalan
yang mendaki lagi sukar. [QS. Al-Balad :10-11]

Yang dimaksud dengan Dua jalan ialah jalan kebajikan dan jalan kejahatan. Jalan
kejahatan adalah jalan yang mudah dan enak dikerjakan, tetapi jalan kebaikan dan kebajikan
adalah jalan yang sulit, mendaki lagi sukar.

Kalau kita memilih jalan kebaikan, kebajikan. Inilah jalan yang diridhoi Allah subhanahu
wataala, dan orang yang berada dijalan ini akan mendapat ganjaran dari allah subhanahu
wataala. Tetapi jalan kebaikan ini tidak mudah, sulit lagi sukar.
Hadits nabi membawa pesan nabi salallohu alaihi wasalam tentang kejujuran adalah:

Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan
dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga.

Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa
itu akan mengantarkan pada neraka. [Hadits: Mutafaqun Alaih]

Oleh sebab itu hendaklah kita akan senantiasa jujur. Dan dikatakan kita sebagai orang yang
jujur. Orang jujur ada kemungkinan akan teguh dalam memegang amanah. Sedangkan orang
yang pendusta atau tidak jujur sama sekali tidak bisa memegang amanah.

Jujur dan amanah adalah serangkaian sifat yang perlu kita sikapi. Sebagaimana rasulullah
adalah seorang yang mempunyai sifat jujur, terpercaya [Amanah]. Oleh sebab itu kita patut
menjadikan Rasulullah sebagai suri tauladan yang baik.

Sebagaimana Firman allah taala:

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu)
bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebutAllah.
[QS. Al-Ahzab :21]

Manusia diperintah Allah untuk menyampaikan amanah kepada yang berhak


menerimanya (QS. 4 : 58), hal ini berkaitan dengan tatanan berinteraksi sosial
(muamalah) atau hablun min al-nas.

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


menerimanya, dan [menyuruh kamu] apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil.

Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya


Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (QS. An-Nisa :58)

Lebih lanjut, berbicara amanah juga merujuk pada golongan manusia yang termasuk para
pemimpin. Bagaimanapun juga, kita semua merupakan pemimpin, setidaknya bagi diri
sendiri dan keluarga. Sehingga, nanti kita pasti akan ditanya dan dimintai
pertanggungjawaban tentang kepempinan kita. Hal ini tercantum dalam Alquran surat Al
Anfaal ayat 27:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.

Dari ayat di atas, kita bisa lihat bahwa Allah benar-benar dengan tegas melarang sifat
khianat. Rasulullah pun dengan tegas mendidik orang untuk menjalankan amanah, bahkan
sedari kecil.

Dalam hal ini, kita bisa lihat, bahwa menjaga amanah itu sangat penting dan memiliki
konsekuensi yang besar untuk orang-orang yang mengabaikan amanah. Begitu besarnya,
hingga bumi, langit, dan gunung pun takut melanggarnya. Hal ini tercantum dalam Alquran
surat Al Ahzab ayat 72:

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-
gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh.

Bila mereka saja takut, bukankah kita seharusnya lebih takut? Karena kitalah yang akhirnya
dititipi amanah itu dan nantinya akan ditanya tentang pertanggungjawabannya.

Anda mungkin juga menyukai