Anda di halaman 1dari 15

Seminar Ilmiah

SEORANG PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE


DERAJAT 3

Oleh :

Christian A. Sewta - 15014101072

Yunellia Z. Patasik - 15014101024

Pembimbing :

Prof. dr. Linda W. A. Rotty, Sp.PD-KHOM

dr. Rosye Mawuntu

BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2016
LEMBAR PENGESAHAN

Seminar Ilmiah dengan judul

SEORANG PASIEN DENGAN DEMAM BERDARAH DENGUE


DERAJAT 3

Telah dikoreksi, dibacakan dan disetujui pada hari/tanggal, 2016

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing,

Prof. dr. Linda W. A. Rotty, Sp.PD

Residen Pembimbing,

dr. Rosye Mawuntu


PENDAHULUAN

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini
memiliki empat jenis serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. 1 Virus
dengue ini ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi
khususnya nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.2
Demam berdarah dengue tersebar di wilayah Asia Tenggara, Pasifik barat
dan Karibia. Indonesia merupakan wilayah endemis terjadinya DBD dengan
insiden antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk. Di Indonesia, infeksi virus
dengue merupakan masalah kesehatan utama yang dapat menyebabkan kejadian
luar biasa secara nasional dengan mortalitas tinggi. Di laporkan terdapat
peningkatan jumlah kasus DBD di Indonesia yaitu 58.065 kasus pada tahun 2011
menjadi 74.062 kasus pada tahun 2012. Angka insiden DBD di provinsi Sulawesi
Utara pada tahun 2009 adalah 68,79 per 100.000 penduduk yang merupakan
peringkat ketujuh dari 33 provinsi.1,3
Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue dengan manifestasi klinis yang bervariasi dari ringan hingga
berat disertai tanda-tanda perdarahan spontan masif dan syok. Adapun manifestasi
klinis yang sering ditemukan antara lain demam, nyeri otot, nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan diatesis hemoragik.
Perbedaan karakteristik demam dengue dan demam berdarah dengue adalah
terdapatnya kebocoran plasma pada DBD. Diagnosis DBD harus ditegakkan
secara cepat dan tepat sehingga manajemen penatalaksanaan pada keadaan ini
segera dilakukan untuk mencegah terjadinya syok.1,4
Adapun manajemen penatalaksanaan DBD berdasarkan berat ringannya
penyakit. Hingga saat ini penatalaksanaan DBD belum ada yang spesifik, prinsip
terapi utamanya adalah terapi suportif dan pemeliharaan cairan sirkulasi. Dengan
memahami penyebab, patogenesis, manifestasi klinis, dan pemeriksaan
laboratorium diharapkan dapat mendiagnosis dengan cepat dan tepat untuk
penatalaksanaan yang efektif dan efisien. Prognosis DBD tergantung pada
kecepatan dan ketepatan diagnosis serta penatalaksanaan.1,5,6
Berikut ini akan dilaporkan sebuah kasus demam berdarah dengue derajat
3 pada seorang perempuan, umur 37 tahun yang dirawat di RSUP Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado di Irina C4.
LAPORAN KASUS

Seorang perempuan Ny. LG umur 37 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga,


agama Islam, alamat Tumendungan, status menikah, pendidikan terakhir SMA,
masuk rumah sakit RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado di ruang perawatan irina
C4, pada tanggal 31 Mei 2016 jam 13.45 WITA, dengan keluhan utama demam.
Pada anamnesis didapatkan keluhan utama demam dialami sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam bersifat naik-turun disertai dengan
menggigil, demam turun dengan obat penurun panas, namun beberapa jam
kemudian demam naik lagi. Penderita juga mengeluh badan terasa lemas, wajah
kemerahan, nyeri kepala pada seluruh daerah kepala, mimisan, mual, muntah
dengan strip darah. Nafsu makan menurun sejak penderita demam. Buang air
besar encer berampas berwarna hitam, frekuensi 2-3 kali sehari, dengan volume
gelas air mineral. Buang air kecil tidak ada gangguan. Riwayat penyakit kencing
manis, darah tinggi, asam urat, kolesterol, jantung, paru, hati, ginjal disangkal
penderita. Dalam keluarga pasien tidak ada yang mengeluh sakit seperti ini. Pada
riwayat sosial penderita tidak merokok dan tidak minum alkohol.
Pada hasil pemeriksaan fisik di IGD, didapatkan keadaan umum tampak
sakit berat dengan kesadaran apatis. Tekanan darah 80/60 mmHg, nadi 118x/m
reguler isi cukup, respirasi 28x/m, suhu badan 37,80C, SpO2 96%. Berat badan 52
kg, tinggi badan 158 cm, IMT 20,83 kg/m2. Pada pemeriksaan kepala ditemukan
tampak wajah kemerahan, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil
bulat isokor, refleks cahaya ada, normal. Faring tidak hiperemis. Pada leher
tekanan vena jugularis 5+0 cmH20, trakea letak tengah dan tidak ada pembesaran
kelenjar getah bening. Pada pemeriksaan dada simetris kanan dan kiri,
pemeriksaan paru dari inspeksi didapatkan pergerakan kiri sama dengan kanan.
Palpasi didapatkan stem fremitus kiri dan kanan sama. Perkusi terdengar sonor
dikedua lapang paru kiri dan kanan. Suara pernapasan pada auskultasi vesikuler,
tidak ada rhonki dan tidak ada wheezing. Pada pemeriksaan jantung, pada inspeksi
iktus kordis tidak tampak, pada palpasi iktus kordis tidak teraba. Batas jantung
kiri terletak pada ruang antar iga V linea midklavikula sinistra. Batas jantung
kanan pada ruang iga IV linea parasternalis dekstra. Pada auskultasi denyut
jantung 118x/menit, regular, terdengar suara jantung pertama dan kedua normal,
tidak ada bising. Pada pemeriksaan abdomen, inspeksi datar, bising usus terdengar
dalam batas normal, teraba lemas, didapatkan nyeri tekan epigastrium, hepar dan
lien tidak teraba. Pada eksremitas akral teraba dingin, tidak ada edema, capillary
refill time 3 detik.
Hasil pemeriksaan laboratorium Leukosit 4400/uL, Eritrosit 6,28x106/uL,
Hemoglobin 15,4 g/dL, Hematokrit 49,0%, Trombosit 30.000/uL, MCH 36,0 pg,
MCHC 37,1 g/dL, MCV 97 fL, SGOT 191 U/L, SGPT 54 U/L, Gula Darah
Sewaktu 121 mg/dL, Ureum 11 mg/dL, Creatinine 0,5 mg/dL, Natrium 133
mEq/L, Kalium 3,60 mEq/L, Chlorida 108 mEq/L. Hasil pemeriksaan anti dengue
IgG dan IgM positif.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
maka pasien ini didiagnosis dengan demam berdarah dengue derajat 3. Pasien
diterapi dengan pemberian O2 1-2 L/menit via nasal kanul, IVFD RL 10-20
ml/kgBB dilanjutkan RL 30 ml/kgBB/30 menit, omeprazole inj 2x1 IV, ranitidin
inj 2x1 amp IV, paracetamol 3x500 mg, dan oralit ad lib. Pemasangan NGT dan
kateter, observasi tanda-tanda vital tiap 15 menit, overload cairan dan respon
pemberian cairan. Rencana dilakukan pemeriksaan DL, Ur, Cr, GDS, SGOT,
SGPT, Na, K, Cl.
Pada perawatan saat diruangan C4, pasien mengeluh demam naik,
mimisan dan mual. Keadaan umum tampak sakit berat, kesadaran apatis. Tekanan
darah 90/70 mmHg, nadi 110x/m, respirasi 26x/m, suhu badan 37,90C, SpO2 98%.
Pada pemeriksaan tampak wajah kemerahan, tidak ditemukan konjungtiva anemis,
sklera ikterik, ada nyeri tekan epigastrium, akral teraba dingin, CRT 3 detik.
Pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue derajat 3. Pasien diterapi
dengan IVFD RL 30 gtt, transfusi trombosit 1 bag, crome 3x1 amp IV,
omeprazole inj 2x1 IV, metoclopramid 3x1 IV, asam tranexamat 3x1 IV, hepamax
3x1, dan sistenol 3x1. Pemasangan tampon epinefrin, observasi tanda-tanda vital
tiap jam serta observasi perdarahan, takar urine output, transfusi 1 kantong bila
masih terjadi perdarahan. Rencana dilakukan Blood smear, Urinalisis, DDR, X-
foto thorax, dan EKG.
Hasil pemeriksaan laboratorium 31-05-2016 (18.50) Leukosit 6300/uL,
Eritrosit 4,75x106/uL, Hemoglobin 15,1 g/dL, Hematokrit 48,6%, Trombosit
15.000/uL, MCH 31,8 pg, MCHC 36,0 g/dL, MCV 88,2 fL, PT 12,5 detik, INR
0,99 detik, APPT 38,1 detik. Hasil pemeriksaan blood smear, Eritrosit: normositik
normokrom, Leukosit: jumlah cukup, dengan peningkatan dari sel monosit dan
limfosit, hiperpigmentasi -, granulasi toksik +, limfosit atipik +, blast -,
Trombosit: jumlah menurun, giant trombosit + dengan tanda-tanda infeksi dan
trombositopenia. Hasil pemeriksaan EKG tidak ditemukan kelainan. Menunggu
hasil HbsAg, anti HCV, Urinalisis, DDR dan X-foto thorax.
Pada perawatan hari ke-2, pasien mengeluh demam naik-turun, muntah
dengan strip darah. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran
kompos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 96x/m, respirasi 24x/m, suhu
badan 36,80C, SpO2 98%. Pada pemeriksaan tampak wajah kemerahan,
konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, tidak ada nyeri tekan epigastrium, akral
teraba hangat, CRT 3 detik. Pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue
derajat 3. Pasien diterapi dengan IVFD RL 30 gtt, omeprazole 2x1 IV,
metoclopramid 3x1 IV, asam tranexamat 3x1 IV, hepamax 3x1 dan sistenol 3x1.
Observasi tanda-tanda vital serta observasi perdarahan, takar urine output,
transfusi bila masih perdarahan, lapor divisi penyakit tropik. Rencana
pemeriksaan DL serial/6 jam, HbsAg, anti HCV, Urinalisis, DDR (bila demam),
D-dimer.
Hasil pemeriksaan laboratorium 1-06-2016 Leukosit 6100/uL, Eritrosit
4,39x106/uL, Hemoglobin 14,3 g/dL, Hematokrit 40,7%, Trombosit 45.000/uL,
MCH 32,6 pg, MCHC 35,1 g/dL, MCV 92,6 fL. Hasil pemeriksaan urinalisis
makroskopik: kuning jernih, mikroskopik: eritrosit 0-3/LPB, leukosit 0-1/LPB,
epitel 1-2/LPK, kimia: berat jenis 1010, pH 8, protein +1, keton +3, urobilinogen
+1, eritrosit +1. Hasil pemeriksaan DDR negatif. Menunggu hasil pemeriksaan
HbsAg, anti HCV, dan D-dimer.
Pada perawatan hari ke-3, pasien mengeluhdemam. Keadaan umum pasien
tampak sakit berat, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/60 mmHg, nadi
80x/m, respirasi 20x/m, suhu badan 37,30C,SpO2 96%.Pada pemeriksaan tampak
wajah kemerahan, konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, dan tidak terdapat
nyeri tekan epigastrium. Pasien didiagnosis dengan demam berdarah dengue
derajat 3. Pasien diterapi dengan IVFD RL30 gtt, omeprazole 2x1 IV,
metoclopramid 3x1 IV, asam tranexamat 3x1 IV, vit K 3x1 IV, hepamax 3x1, dan
sistenol 3x1. Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam, takar urine output, transfusi
trombosit. Rencana pemeriksaan DL/12 jam, D-dimer.
Hasil pemeriksaan laboratorium 2-06-2016Leukosit 5800/uL, Eritrosit
3,88x106/uL, Hemoglobin 12,3 g/dL, Hematokrit 36,6%, Trombosit 29.000/uL,
MCH 31,7 pg, MCHC 33,6 g/dL, MCV 94,3 fL. Menunggu hasil pemeriksaan
HbsAg, anti HCV, dan D-dimer.
Pada perawatan hari ke-4, pasien mengeluh demam. Keadaan umum
pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 100/60
mmHg, nadi 80x/m, respirasi 20x/m, suhu badan 37,30C,SpO2 96%.Pada
pemeriksaan ditemukan konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, dan tidak
terdapatnyeri tekan epigastrium.Pasien didiagnosis dengan post syok
hipovolemik, demam berdarah dengue derajat 2. Pasien diterapi dengan IVFD
RL30 gtt, omeprazole 2x1 IV, metoclopramid 3x1 IV, asam tranexamat 3x1 IV,
hepamax 3x1, dan sistenol 3x1. Observasi tanda-tanda vital tiap 6 jam, takar urine
output, transfusi trombosit. Rencana pemeriksaan D-dimer.
Hasil pemeriksaan laboratorium 3-06-2016 Leukosit 6400/uL, Eritrosit
4,05x106/uL, Hemoglobin 12,7 g/dL, Hematokrit 35,6%, Trombosit 105.000/uL,
MCH 31,4 pg, MCHC 35,7 g/dL, MCV 87,9 fL. Menunggu hasil pemeriksaan
HbsAg, anti HCV, dan D-dimer.
Pada perawatan hari ke-5, keluhan demam, muntah dan perdarahan sudah
tidak ada. Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 98x/m, respirasi 20x/m, suhu badan
36,60C,SpO2 97%.Pada pemeriksaan ditemukan konjungtiva tidak anemis, sklera
ikterik, dan tidak terdapatnyeri tekan epigastrium.Pasien didiagnosis dengan
demam berdarah dengue derajat 2. Pasien diterapi dengan IVFD RL30 gttAff,
metoclopramid 3x1 IVstop, omeprazole 2x1 tab, hepamax 3x1, dan sistenol
3x1 (k/p).
Pada perawatan hari ke-6,keluhan demam dan muntah sudah tidak ada.
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis. Tekanan
darah 100/70 mmHg, nadi 74x/m, respirasi 20x/m, suhu badan 36,40C,SpO2
97%.Pada pemeriksaan ditemukan konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, dan
tidak terdapatnyeri tekan epigastrium.Pasien didiagnosis dengan demam berdarah
dengue derajat 2. Pasien diterapi dengan Omeprazole 2x1 tab, hepamax 3x1, dan
sistenol 3x1 (k/p).
Pada perawatan hari ke-7,keluhan sudah tidak ada. Keadaan umum pasien
tampak baik, kesadaran compos mentis. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
85x/m, respirasi 20x/m, suhu badan 36,20C,SpO2 99%.Pada pemeriksaan
ditemukan konjungtiva tidak anemis, sklera ikterik, dan tidak terdapatnyeri tekan
epigastrium.Pasien didiagnosis demam berdarah dengue derajat 2. Pasien diterapi
dengan Omeprazole 2x1 tab, hepamax 3x1, dan sistenol 3x1 (k/p). Rencana
pemeriksaan DL bila hasil laboratorium baik, rencana rawat jalan.
BAB III
PEMBAHASAN

Demam berdarah dengue merupakan penyakit demam akut yang


disebabkan oleh virus dengue yang dikenal sebagai genus Flavivirus. Virus ini
memiliki empat jenis serotipe yaitu, DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4.
Antibodi yang terbentuk dari infeksi salah satu jenis serotipe tidak memberikan
perlindungan bagi serotipe lainnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang
dominan dan paling banyak menimbulkan menifestasi klinis yang berat.1,6,7
Penularan virus dengue ke manusia terutama melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. Terdapat tiga faktor yang berperan penting dalam penularan virus
dengue yaitu manusia, vektor dan host perantara. Infeksi virus dengue tergantung
faktor yang mempengaruhi daya tahan tubuh dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi virulensi virus. Sehingga infeksi virus dengue dapat menyebabkan
keadaan ringan hingga berat.7,8
Diagnosis demam berdarah dengue derajat II ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium. Dari anamnesis,
penderita mengeluh demam 7 hari sebelum masuk rumah sakit, demam naik-turun
disertai dengan menggigil, demam turun dengan obat penurun panas tapi naik
lagi. Penderita juga mengeluh badan lemah, wajah kemerahan, nyeri kepala pada
seluruh daerah kepala, mimisan, mual, muntah strip darah, nyeri ulu hati,
penurunan nafsu makan, BAB warna hitam. Hal ini sesuai dengan kepustakaan
yang menyatakan bahwa manifestasi klinis DBD dimulai dengan demam tinggi
yang mendadak, kontinue yang berlangsung 2-7 hari. Gejala lain yang dapat
ditemukan pada DBD yaitu badan lemah, wajah kemerahan (wajah kemerahan),
nyeri kepala, epitaksis, anoreksia, mual, muntah serta nyeri ulu hati.
Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 77x/m
reguler isi cukup, respirasi 20x/m, suhu badan 36,6 0C. Pada pemeriksaan kepala
ditemukanwajah kemerahan, epistaksis danpada pemeriksaan abdomen
didapatkan nyeri tekan epigastrium. Sedangkan dari hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan Trombosit 30.000/uL, SGOT 191 U/L, SGPT 54 U/L.
Setelah periode inkubasi, manifestasi mulai muncul dan dibagi menjadi
tiga fase yaitu fase febris, fase kritis dan fase pemulihan, serta menentukan adanya
warning signs. Pada fase febris, penderita mulai merasa demam tinggi mendadak.
Fase ini terjadi sekitar hari 2-7 diikuti dengan wajah kemerahan, kemerahan pada
kulit, nyeri kepala, nyeri retroorbital, nyeri seluruh tubuh, mialgia dan atralgia.
Manifestasi lain yang dapat ditemukan yaitu petekie, perdarahan membran
mukosa atau saluran cerna, hepatomegali. Awal dari fase kritis adalah turunnya
suhu tubuh menjadi 37,5-38,00C atau lebih rendah, terjadi 3-8 hari setelah hari
pertama demam. Leukopenia progresif diikuti trombositopenia menyebabkan
terjadinya kebocoran plasma. Peningkatan hematokrit diatas normal merupakan
tanda awal kebocoran plasma, kebocoran plasma biasa terjadi selama 24-48 jam.
Setelah melewati fase kritis 24-48 jam setelahnya akan mengalami fase
pemulihan. Dimana manifestasi klinis akan membaik, tanda vital stabil, diuresis
normal serta penurunan hematokrit menjadi normal dan terjadinya peningkatan
trombosit.Derajat penyakit demam berdarah dengue menurut WHO yaitu: demam
dengue/demam berdarah dengue (demam diikuti nyeri kepala, nyeri retroorbital,
mialgia, atralgia, kemerahan, dan tidak ada kebocoran plasma), derajat I (demam
disertai gejala tidak khas dan manifestasi perdarahan yaitu test torniquet positif),
derajat II (derajat I disertai perdarahan spontan, trombosit <100.000/uL,
hematokrit meningkat 20%), derajat III (derajat I atau II disertai kegagalan
sirkulasi seperti nadi cepat atau lambat, tekanann darah 20 mmHg, hipotensi)
dan derajat IV (derajat III disertai syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah
tidak terukur).Derajat I dan II disebut DBD tanpa renjatan sedangkan derajat II
dan IV disebut DBD dengan renjatan atau dengue syok sindrom.1,9
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dari penyebab DBD yaitu isolasi virus, deteksi asam nukleat virus,
deteksi antigen virus dengue dan deteksi respon imun serum. Pada pasien
dilakukan pemeriksaan serologi antigen virus dengue dan didapatkan hasil IgG
dan IgM positif. Pada infeksi primer, antibodi IgM dapat terdeteksi pada hari
kelima setelah onset penyakit, yakni setelah jumlah virus dalam darah berkurang.
Kadar IgM meningkat dengan cepat dan mencapai puncak dalam 2 minggu dan
menurun setelah 2-3 bulan. Antibodi IgG muncul beberapa hari setelah IgM,
produksi IgG lebih rendah dibandingkan IgM namun dapat bertahan beberapa
tahun dalam sirkulasi bahkan seumur hidup.6,9,10
Terapi penanganan demam berdarah dengue bersifat suportif dan
simtomatis. Penatalaksanaan ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat
kebocoran plasma dan pemberian terapi substitusi komponen darah bila
diperlukan. Pasien DBD dirawat diruangan biasa, tatapi pada DBD dengan
komplikasi diperlukan perawatan intensif. Keberhasilan tatalaksana DBD terletak
pada bagaimana mendeteksi secara dini fase kritis, yaitu saat suhu turun (the time
of defervescene) merupakan fase awal terjadinya kegagalan sirkulasi, dengan
melakukan observasi klinis disertai pemantauan perembesan plasma dan
gangguan hemostasis.6,9
Menurut WHO 2009, berdasarkan manifestasi klinis dan kondisi lainnya,
pasien dapat dibagi tiga kategori: kelompok A, kelompok B, dan kelompok C.
Kelompok A merupakan pasien yang dapat dimotivasi untuk minum secara
adekuat, masih dapat berkemih setidaknya sekali tiap enam jam, dan tidak
mempunyai warning signs, khususnya saat demam mereda. Pasien rawat jalan
harus diobservasi tiap hari untuk mencegah progresi hingga melewati periode
kritis. Pasien dengan Ht stabil dapat dipulangkan setelah dirawat dan diberi
edukasi apabila warning signs muncul. Apabila warning signs muncul, maka
tindakan selanjutnya adalah: (1) memotivasi meminum oral rehydration solution
(ORS), jus buah, serta cairan lain yang mengandung elektrolit dan gula untuk
mengganti cairan yang hilang akibat demam. (2) memberikan parasetamol bila
demam dengan interval pemberian tidak kurang dari enam jam. (3) Memantau
tanda-tanda vital, asupan, urine output, tanda perembesan plasma atau perdarahan,
hematokrit, jumlah leukosit dan trombosit. Kelompok B merupakan pasien yang
harus dirawat inap untuk observasi ketat khususnya pada fase kritis. Hal yang
perlu dilakukan yaitu: (1) pemeriksaan Ht sebelum pemberian cairan. Diberikan
larutan isotonik seperti Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, mulai dari 5-7 ml/kg/jam
selama 1-2 jam, lalu dikurangi lagi menjadi 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, dan
dikurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam atau dikurangi sesuai respon klinis. (2) bila
tanda vital memburuk dan Ht meningkat drastis, tingkatkan pemberian cairan 5-10
ml/kg/jam selama 1-2 jam. Nilai kembali status klinis, ulang Ht dan periksa
kecepatan cairan infus berkala. (3) berikan volume intravena minimum untk
menjaga perfusi dan urin output 0,5 ml/kg/jam selama 24-48 jam. Kurangi
pemberian cairan infus saat kebocoran plasma berkurang, yakni saat akhir fase
kritis. (4) monitor tanda-tanda vital dan perfusi perifer (tiap 1-4 jam hingga lewat
fase kritis), urin output (tiap 4-6 jam), Ht (sebelum dan sesudah pemberian cairan,
selanjutnya tiap 6-12 jam), glukosa darah dan fungsi organ sesuai indikasi.
Sedangkan pada pasien tanpa warning signs, perlu dilakukan: (a) pemberian
minum yang adekuat, jika tidak bisa beri infus intravena dengan Ringer laktat atau
Nacl 0,9% dengan atau tanpa dekstrosa dengan dosis pemeliharaan disesuaikan
dengan berat badan ideal. Pemberian volume minimum untuk memelihara perfusi
dan urine output selama 24-48 jam. (b) monitoring tanda-tanda vital, asupan,
keluaran cairan, urine output, hematokrit, jumlah leukosit dan trombosit.
Sedangkan pada kelompok C membutuhkan tatalaksana emergensi dan urgensi
apabila DBD berat untuk memudahkan akses intensif dan transfusi darah.
Resusitasi cairan dengan kristaloid isotonik secepatnya sangat penting untuk
menjaga volume ekstravaskular saat periode kebocoran plasma atau larutan koloid
pada keadaan syok. Pantau nilai Ht sebelum dan sesudah resusitasi. Tujuan akhir
dari resusitasi cairan adalah meningkatkan sirkulasi sentral dan perifer dan
meningkatkan perfusi organ. Adapun terapi simptomatik lain yang diberikanuntuk
mengatasi gejala yang timbul. Terapi simptomatik yang diberi antara lain terapi
antipiretik, terapi antasida dan antiulcer, terapi antimimetik, terapi diuretik, dan
terapi sedatif.6,8,9,11,12
Komplikasi yang sering timbul pada pasien demam berdarah dengue ialah
gangguan keseimbangan elektrolit dan overhidrasi. Komplikasi lain yang dapat
dijumpai yaitu: ensefalopati, mikroditis, edema paru, gagal hati, gagal ginjal akut,
DIC, dan sepsis.1,12
Prognosis demam berdarah dengue derajat 2 tergantung pada kecepatan
dan ketepatan diagnosa serta penanganannya. Makin cepat dan tepat penegakan
diagnosa serta penanganannya dapat memperbaiki prognosis serta mengurangi
terjadinya komplikasi hingga kematian.1,9,12Pada kasus ini prognosis ad vitam, ad
functionam, dan ad sanationam adalah dubia bonam.
BAB IV

KESIMPULAN

Telah dilaporkan sebuah kasus, perempuan usia 37 tahun dengan dengan


demam berdarah dengue derajat II berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Terapi secara konservatif dan suportif diberikan pada
pasien ini. Prognosis pada kasus ini ialah dubia ad bonam, karena terjadi
perubahan yang membaik pada pasien ini dengan dilakukannya diagnosis dan
penangganan yang cepat dan tepat.
Daftar Pustaka

1. Suhendro, Nainggolan L, Chen K, Pohan HT. Demam berdarah dengue. In:


Sudoyo A, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid IV. 5 thed. Jakarta:
Pusat Penerbitan IPD.
2. WHO. Pencegahan dan penanggulangan penyakit demam dengue dan
Demam berdarah dengue. Jakarta: WHO & Departemen Kesehatan RI.
2009.
3. Pusat data dan informasi. Profil kesehatan Indonesia tahun 2009. Jakarta:
Departemen Kesehatan. 2010.
4. WHO. Dengue and dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta: World Health
Organization. 2013.
5. Chen K, Pohan HT, Sinto R. Diagnosis dan terapi cairan pada demam
berdarah dengue. Jakarta: Medicines. 2009.
6. WHO. Dengue guidelines for diagnosis, treatment, prevention and control.
Geneva: WHO. 2009.
7. Infections caused by Arthropod and Rodent-Borne Viruses. In: Braunwald,
et al Harrison principles of Internal Medicine. 17 th ed. USA: McGraw Hill
Companies. 2008.
8. Hadinegro SRH, Soegijanto S, Wuryadi S, Suroso T. Tatalaksana demam
berdarah dengue di Indonesia. Jakarta: Depkes RI Dirjen pemberantasan
penyakit menular dan penyehatan lingkungan. 2004.
9. WHO. Comprehensive guidelines for prevention and control of dengue
and dengue haemorrhagic fever. India: WHO. 2011.
10. WHO. Demamberdarah dengue: Diagnosis, pengobatan,
pencegahandanpengendalian. 2nd ed. Jakarta: EGC.
11. Estuningtyas A, Arif A. Obat local. In: Gunawan SG, Setiabudy R,
Nafrialdi. Farmakologidanterapi. 5th ed. Jakarta:
DepartemenFarmakologidanTerapiFakultasKedokteranUniversitas
Indonesia. 2007.
12. Gubler DJ. Dengue haemorrhagic fever: History and current status.
Novartis found symptoms. 277:page 3-16. 2006.

Anda mungkin juga menyukai