Agama
Agama
a) menghargai
sikap menghormati dan mencintai satu sama lain
b) karya
suatu yang di hasil kan
c) orang lain
orang yang bukan diri kita
d) menghargai karya orang lain
Bersikap menghormati dan menghargai segala sesuatu yang di hasilkan oleh orang lain, baik berupa
pikiran,tulisan ataupun lainnya.
Seseorang yang bersungguh-sungguh dalam belajar dan berlatih mengembangkan potensi, maka akan
berhasil menghasilkan karya yang bermanfaat. Seseorang yang rajin berlatih menulis, sangat
mungkin dikemudian hari berhasil menerbitkan karya tulisnya, yang kemudian dibaca oleh orang
banyak. Dalam tataran yang lebih tinggi, seseorang yang tekun mempelajari teknologi, maka akan
terbuka kemungkinan baginya untuk menghasilkan karya-karya teknologi yang bermanfaat bagi
kehidupan manusia, seperti Pak Habibie yang berhasil membuat pesawat terbang, karena
ketekunannya dalam belajar dan berlatih.
Contohnya, Arif menyukai seni lukis. Setelah berlatih dan belajar dengan tekun, akhirnya Arif
berhasil menghasilkan karya berbagai macam lukisan pemandangan alam yang indah.
Bagi orang yang tidak menyukai lukisan, mungkin karya Arif tersebut dianggap biasa saja dan
kurang bermanfaat. Tapi bagi orang-orang yang menyukai lukisan, pengoleksi lukisan, atau pengamat
seni, bisa jadi karya Arif tersebut sangat bernilai bagi dirinya, sehingga tidak segan-segan untuk
mengeluarkan ratusan ribu bahkan jutaan rupiah hanya untuk membeli sebuah lukisan.
Oleh karena itu, sikap terbaik adalah menghargai setiap karya orang lain, baik karya itu kecil
(sederhana), maupun karya besar (istimewa). Karena sejatinya, yang dilihat bukanlah semata karya
itu kecil atau besar, sederhana atau spektakuler, tetapi upaya dan semangat untuk berkarya itulah
yang harus kita lihat. Jadi, sekecil dan sesederhana apapun karya seseorang harus kita hargai.
Semua sikap mental yang disebutkan di atas adalah sikap mental yang sangat dianjurkan oleh Islam.
Sikap mental yang positif itulah yang akan melecut semangat seseorang untuk menghasilkan karya
yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain (masyarakat). Islam sangat menganjurkan umatnya
agar berlomba-lomba menghasilkan karya yang bermanfaat.
3. Berzina
Perkembangan zaman membuat pergaulan semakin bebas. Sehingga banyak orang
yang melakukan zina tanpa rasa malu. Padahal dalam Al-Qur'an sudah dijelaskan
bahwa Zina adalah salah satu perbuatan dosa besar karena akan mendatangkan
banyak madharat bagi pelaku dan anak hasil zina.
8. Membunuh
Salah satu hak makhluk hidup yang paling utama adalah hak untuk hidup. Setiap
manusia memiliki takdir atau waktunya meninggalnya masing-masing. Jika seseorang
membunuh orang lain berarti ia telah mendahului kehendak Allah dan merampas hak
hidup orang tersebut. Selain itu, dampak dari meninggalnya orang tersebut dapat
membuat kehidupan keluarganya bersedih, menderita dan lain sebagainya. Sehingga
banyak orang yang akan tersiksa dengan perbuatan membunuh itu.
Amalan yang melanggar hukum Islam, yang larangannya disertai dengan ancaman kemurkaan dan
siksaan daripada Allah.
Menurut nash Al-Quran dan As-Sunnah, ijma orang-orang salaf dan istilah, dosa-dosa itu dibagi
menjadi dua macam: Dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil. Firman Allah,
Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kalian mengerjakannya,
niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian. (An-Nisa: 31),
Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-
kesalahan kecil. (An-Najm: 32)
Sedangkan apa yang dikisahkan dari Abu Ishaq Al-Isfiraainy, bahwa semua dosa adalah dosa
besar dan sama sekali tidak ada dosa yang kecil, maka bukan itu maksudnya. Sebab kalau tidak,
dosa memandang sesuatu yang diharamkan sama dengan dosa berzina. Tapi yang
dimaksudkan adalah pengaitannya dengan keagungan yang didurhakai, dengan pengertian,
sebagian bisa lebih besar dosanya daripada yang lain.
Orang-orang salaf saling berbeda pendapat tentang dosa-dosa besar. Namun perbedaan
pendapat di kalangan mereka ini tidak terlalu tajam, dan pendapat-pendapat mereka hampir
sama.
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Asy-Syaby, dari Abdullah bin Amr, dari
NabiShallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, Dosa-dosa besar adalah: Syirik kepada Allah,
durhaka kepada kedua orang tua, membunuh jiwa dan sumpah palsu.
Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari hadits Abu Wail, dari Amr bin Syurahbil, dari Abdullah bin
Masud, dia berkata, Aku bertanya, Wahai Rasulullah, apakah dosa yang paling besar itu?
Beliau menjawab, Jika engkau membuat tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang
menciptakan kami.
Kemudian apa lagi? tanyaku.
Beliau menjawab, Jika engkau membunuh anakmu karena takut dia makan bersamamu.
Kemudian apa lagi? tanyaku.
Beliau menjawab, Jika engkau berzina dengan istri tetanggamu.
Kemudian Allah menurunkan ayat yang membenarkan sabda beliau ini, Dan, orang-orang yang
tidak menyembah sesembahan lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
kecuali dengan (alasan) yang benar dan tidak berzina. (Al-Furqan: 68).
Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda, Jauhilah oleh kalian tujuh kedurhakaan. Mereka bertanya, Apakah itu
wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Syirik kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan
Allah kecuali dengan (alasan) yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, melarikan
diri saat pertempuran, menuduh wanita-wanita suci yang lalai dan beriman.
Dalam hadits lain juga disebutkan, bahwa yang termasuk dosa besar adalah mencaci bapak
dan ibu seseorang serta mencemarkan nama baik orang lain tanpa alasan yang dibenarkan.
Abdullah bin Masud Radhiallau Anhu berkata, Dosa-dosa besar yang paling besar adalah: Syirik
kepada Allah, merasa aman dari tipu daya Allah, putus asa dari rahmat Allah dan karunia-Nya.
Said bin Jubair berkata, Ada seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas tentang dosa-dosa besar,
apakah jumlahnya ada tujuh? Maka Ibnu Abbas menjawab, Jumlahnya lebih dekat dengan
tujuh ratus macam. Hanya saja tidak ada istilah dosa besar selagi disertai istighfar, dan tidak
ada istilah dosa kecil selagi dilakukan terus-menerus. Segala sesuatu yang dilakukan untuk
mendurhakai Allah, disebut dosa besar. Maka barangsiapa yang melakukan sebagian dari dosa
itu, hendaklah memohon ampunan kepada Allah, karena Allah tidak mengekalkan seseorang
dari umat ini di dalamneraka kecuali orang yang keluar dari Islam, atau mengingkari satu
kewajiban atau mendustakan takdir.
Abdullah bin Masud Radhiyallahu Anhu berkata, Apa yang dila-rang Allah dari awal surat An-
Nisa hingga ayat 31, semuanya adalah dosa besar.
Adh-Dhahhak berkata, Dosa besar adalah dosa yang telah diperingatkan Allah, berupa
hukuman yang pasti di dunia dan siksa di akhirat.
Sufyan Ats-Tsaury berkata, Dosa-dosa besar ialah segala dosa yang di dalamnya terdapat
kezhaliman antara dirimu dan orang lain. Sedangkan dosa kecil ialah yang di dalamnya ada
kezhaliman antara dirimu dan Allah, sebab Allah Maha Murah hati dan pasti mengampuni.
Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Sufyan, bahwa dosa antara hamba dan Allah lebih
mudah urusannya daripada kezhaliman terhadap manusia, karena dosa ini dapat hilang
dengan istighfar, ampunan, syafaat dan lain-lainnya. Sedangkan kezhaliman terhadap manusia,
maka harus ada pembebasan darinya.
Menurut Malik bin Mighwal, dosa besar adalah dosanya para ahli bidah, sedangkan kesalahan
adalah dosanya Ahlus-sunnah. Menurut pendapat saya, yang dimaksudkan Malik, bahwa bidah
itu termasuk dosa besar dan ia merupakan dosa besar Ahlus-sunnah yang paling besar.
Sedangkandosa-dosa besar yang dilakukan Ahlus-sunnah merupakan dosa kecil jika
dibandingkan dengan bidah. Inilah maksud perkataan sebagian salaf, Bidah adalah
kedurhakaan yang paling disukai Iblis, karena dosa bidah itu tidak diampuni sedangkan dosa
kedurhakaan diampuni.
Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang disengaja, sedangkan kesalahan
adalah kelalaian dan sesuatu yang terpaksa dilakukan. Menurut pendapat saya, ini merupakan
definisi yang paling lemah.
Ada pula yang berpendapat, dosa besar adalah dosa yang dianggap kecil oleh hamba,
sedangkan dosa kecil adalah dosa yang dianggap besar, sehingga dia takut untuk
melakukannya.
Masih banyak pendapat-pendapat lain yang mendefinisikan dosa besar dan dosa kecil, dan
masing-masing mempunyai hujjah dan alasan yang mendukung pendapatnya. Tapi pada
intinya, dosa-dosa besar tidak melenceng jauh dari perkara-perkara yang telah mereka
sebutkan di atas, sekalipun apa yang mereka definisikan itu perlu uraian lebih lanjut dan tidak
mutlak benar.
"Talqinilah orang-orang yang akan mati dari kalian (dengan ucapan): 'Laa ilaaha illallah'."
(HR. Muslim dalam shahihnya)
Yang dimaksud dengan kata "Mautaakum" dalam hadits ini adalah orang-orang sedang
sekarat, yaitu orang yang sudah tampak padanya tanda-tanda kematian.
Dalam hal ini, dia tidak perlu dimandikan dan tidak perlu juga dishalatkan. Dia hanya cukup
dikuburkan dengan pakaiannya. Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
memandikan orang-orang yang meninggal di perang Uhud dan tidak pula menshalatkan
mereka.]
4. Cara memandikan jenazah
Alat-alat yang dipergunakan untuk memandikan jenazah adalah sebagai berikut:
Kapas
Shampo
Kapur barus
Air
B. Membersihkan Kotoran
Seorang petugas memulai dengan melunakkan persendian jenazah tersebut. Apabila kuku-
kuku jenazah itu panjang, maka dipotongi. Demikian pula bulu ketiaknya. Adapun bulu
kelamin, maka jangan mendekatinya, karena itu merupakan aurat besar. Kemudian petugas
mengangkat kepala jenazah hingga hampir mendekati posisi duduk. Lalu mengurut
perutnya dengan perlahan untuk mengeluarkan kotoran yang masih dalam perutnya.
Hendaklah memperbanyak siraman air untuk membersihkan kotoran-kotoran yang keluar.
Petugas yang memandikan jenazah hendaklah mengenakan lipatan kain pada tangannya
atau sarung tangan untuk membersihkan jasad si mayit (membersihkan qubul dan dubur si
mayit) tanpa harus melihat atau menyentuh langsung auratnya, jika si mayit berusia tujuh
tahun ke atas.
C. Mewudhukan Jenazah
Selanjutnya petugas berniat (dalam hati) untuk memandikan jenazah serta membaca
basmalah. Lalu petugas me-wudhu-i jenazah tersebut sebagaimana wudhu untuk shalat.
Namun tidak perlu memasukkan air ke dalam hidung dan mulut si mayit, tapi cukup dengan
memasukkan jari yang telah dibungkus dengan kain yang dibasahi di antara bibir si mayit
lalu menggosok giginya dan kedua lubang hidungnya sampai bersih.
Selanjutnya, dianjurkan agar mencuci rambut dan jenggotnya dengan busa perasan daun
bidara atau dengan busa sabun. Dan sisa perasan daun bidara tersebut digunakan untuk
membasuh sekujur jasad si mayit.
Setelah itu membasuh anggota badan sebelah kanan si mayit. Dimulai dari sisi kanan
tengkuknya, kemudian tangan kanannya dan bahu kanannya, kemudian belahan dadanya
yang sebelah kanan, kemudian sisi tubuhnya yang sebelah kanan, kemudian paha, betis
dan telapak kaki yang sebelah kanan.
Selanjutnya petugas membalik sisi tubuhnya hingga miring ke sebelah kiri, kemudian
membasuh belahan punggungnya yang sebelah kanan. Kemudian dengan cara yang sama
petugas membasuh anggota tubuh jenazah yang sebelah kiri, lalu membalikkannya hingga
miring ke sebelah kanan dan membasuh belahan punggung yang sebelah kiri. Dan setiap
kali membasuh bagian perut si mayit keluar kotoran darinya, hendaklah dibersihkan.
Banyaknya memandikan: Apabila sudah bersih, maka yang wajib adalah memandikannya
satu kali dan mustahab (disukai/sunnah) tiga kali. Adapun jika belum bisa bersih, maka
ditambah lagi memandikannya sampai bersih atau sampai tujuh kali (atau lebih jika
memang dibutuhkan). Dan disukai untuk menambahkan kapur barus pada pemandian yang
terakhir, karena bisa mewangikan jenazah dan menyejukkannya. Oleh karena itulah
ditambahkannya kapur barus ini pada pemandian yang terakhir agar baunya tidak hilang.
Dianjurkan agar air yang dipakai untuk memandikan si mayit adalah air yang sejuk, kecuali
jika petugas yang memandikan membutuhkan air panas untuk menghilangkan kotoran-
kotoran yang masih melekat pada jasad si mayit. Dibolehkan juga menggunakan sabun
untuk menghilangkan kotoran. Namun jangan mengerik atau menggosok tubuh si mayit
dengan keras. Dibolehkan juga membersihkan gigi si mayit dengan siwak atau sikat gigi.
Dianjurkan juga menyisir rambut si mayit, sebab rambutnya akan gugur dan berjatuhan.
Setelah selesai dari memandikan jenazah ini, petugas mengelapnya (menghandukinya)
dengan kain atau yang semisalnya. Kemudian memotong kumisnya dan kuku-kukunya jika
panjang, serta mencabuti bulu ketiaknya (apabila semua itu belum dilakukan sebelum
memandikannya) dan diletakkan semua yang dipotong itu bersamanya di dalam kain kafan.
Kemudian apabila jenazah tersebut adalah wanita, maka rambut kepalanya dipilin (dipintal)
menjadi tiga pilinan lalu diletakkan di belakang (punggungnya).