Protein
Protein
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Protein
B. Tujuan Praktikum
1 Mengetahui sifat asam amino
2 Mengetahui berbagai tes pengenalan asam amino dan protein
3 Menguji larutan albumin dengan berbagai macam uji protein
4 Menguji larutan triptofan dengan berbagai mcam uji protein
II. TINJAUAN PUSTAKA
Koagulasi merupakan proses lanjutan yang terjadi ketika molekul protein yang
didenaturasi membentuk suatu massa yang solid. Cairan telur (sol) diubah
menjadi padat atau setengah padat (gel) dengan proses air yang keluar dari
struktur membentuk spiral-spiral yang membuka dan melekat satu sama lain.
Koagulasi ini terjadi selama rentang waktu temperatur yang lama dan dipengaruhi
oleh faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya seperti panas, pengocokan,
pH, dan juga menggunakan gula dan garam. Hasil dari proses koagulasi protein
biasanya mampu membentuk karakteristik yang diinginkan. Yaitu mengental yang
mungkin terjadi pada proses selanjutnya setelah denaturasi dan koagulasi.
Kekentalan hasil campuran telur mempengaruhi keinginan untuk menyusut atau
menjadi lebih kuat (Vickie, 2008).
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh
terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang memutuskan
molekul protein. Akibat dari suatu denaturasi adalah hilangnya banyak sifat-sifat
biologis suatu protein (Fessenden dan Fessenden, 1989). Salah satu penyebab
denaturasi protein adalah perubahan temperatur, dan juga perubahan pH. Faktor-
faktor lain yang dapat menyebabkan denaturasi adalah detergent, radiasi zat
pengoksidasi atau pereduksi, dan perubahan jenis pelarut. Denaturasi dapat
bersifat reversibel, jika suatu protein hanya dikenai kondisi denaturasi yang
lembut seperti perubahan pH. Jika protein dikembangkan kelingkungan alamnya,
hal ini untuk memperoleh kembali struktur lebih tingginya yang alamiah dalam
suatu proses yang disebut denaturasi. Denaturasi umumnya sangat lambat atau
tidak terjadi sama sekali (Fessenden dan Fessenden, 1989).
Denaturasi protein juga dapat diartikan suatu proses terpecahnya ikatan
hydrogen, ikatan garam atau bila susuna ruang atau rantai polipeptida suatu
molekul protein berubah. Dengan perkataan lain denaturasi adalah terjadi
kerusakan struktur primer, sekunder, tersier dan struktur kuarterner, tetapi struktur
primer (ikatan peptida) masih utuh (Fessenden dan Fessenden, 1989).
Albumin adalah protein yang dapat larut air serta dapat terkoagulasi
oleh panas dimana terdapat dalam serum darah dan bagian putih telur. Albumin
merupakan nama umum dari sekelompok protein yang berupa koloid. Dalam
plasma manusia, albumin merupakan protein terbanyak (4,5 g/dl) yaitu sekitar
60% dari total plasma. Peranan albumin dalam tubuh sangat besar, oleh karena itu
diperlukan cara untuk memenuhi kebutuhan albumin dalam tubuh terutama untuk
pasien pasca operasi. Salah satu cara yaitu dengan pemberian Human Serum
Albumin (HSA), namun harganya yang sangat mahal mencapai Rp. 1,3 juta per 10
mililiter. Sehingga diperlukan sumber albumin alternatif yang lebih murah namun
mempunyai aspek klinis yang sama (Desy dkk, 2013).
Komposisi asam amino dalam albumin bervariasi, tergantung pada asal bahan
dasarnya.Hasil beberapa analisis menunjukan bahwa albumin telur mengandung
54,3% karbon, 7,1% hydrogen, 21% oksigen, 25,8% nitrogen, serta 1,8% sulfur
(Desy dkk, 2013). Triptofan adalah asam amino esensial yang sangat peka
terhadap panas. Triptofan memutar dengan kecepata yang lebih tinggi ketika suhu
tubuh meningkat beberapa derajat saja. Triptofan memiliki peran alami dalam
mengenali dan memperbaiki struktur DNA yang rusak, tidak alami, dan tidak
tepat (Batmanghelidj, 2009).
Titik isoelektrik adalah pH pada saat terjadi kesetimbangan yang tepat dari
muatan positif secara negatif pada sebuah asam amino atau protein. PH isoelektrik
ini sangat erat hubungannya dengan sifat fisika dan kimia. Pada pH di atas titik
isoelektrik protein bermuatan negatif, sedangkan di bawah titik isoelektrik,
protein bermuatan positif. Titik isoelektrik pada albumin adalah pada pH 4,55-
4,90. (Poedjiadi, 1994). Uji kualitatif protein dapat dilakukan berdasarkan uji
warna atau melalui uji pengendapan. Uji warna meliputi ninhidrin, biuret, reduksi
sulfur, xantoprotein, dan million nasse. Sedangkan untuk uji pengendapan
biasanya menggunakan garam logam (Poedjiadi. 1994).
Uji Ninhidrin adalah uji umum untuk protein dan asam amino. Zat
pengoksidasi ninhidrin dengan larutan protein membentuk larutan berwarna ungu
sampai biru. Reaksi ini berjalan dengan sempurna pada PH 5 7 dan sedikit
pemanasan. Reaksi ini berlaku untuk semua protein, hasil antara antara
hidrolisisnya dan hasil akhir hidrolisisnya yaitu asam amino (Sumardjo, D. 2009).
Uji Biuret adalah uji umum untuk protein (ikatan peptide) tetapi tidak
dapat menunjukan asam amino bebas. Jika larutan protein encer yang dibuat basa
dengan larutan natrium hidroksida ditambah dengan beberapa tetes larutan
tembaga sulfat encer, larutan tersebut akan terbentuk warna merah muda sampai
violet. reaksi ini disebut reaksi biuret sebab warna senyawa yang terbentuk sama
dengan warna senyawa biuret bila ditambah larutan natrium hidroksida dan
tembaga sulfat (Karmana, 2006). Reaksi biuret positif untuk semua jenis protein
dan hasil hasil antara hidrolisisnya jika masih mempunyai dua atau lebih ikatan
peptide, dan negative untuk asam amino (Karmana, 2006).
Percobaan ke-dua adalah uji biuret. Uji ini menggunakan sampel albumin
dan triptofan yang ditambahkan reagen biuret menghasilkan perubahan warna.
Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Hasil Uji Biuret
Warna
Sampel Hasil (+/-)
Sebelum Sesudah
Larutan Albumin Bening keruh Ungu bening (+)
Larutan Triptofan Bening Bening kebiruan (-)
Uji biuret bertujuan untuk menguji adanya ikatan peptida pada sampel yang
digunakan, reaksi positif dari uji ini adalah terbentuknya warna ungu. Uji biuret
termasuk kedalam uji kualitatif, karena hanya bertujuan untuk mengetahui adanya
ikatan peptida pada sampel tanpa mengetahui jumlahnya. Hal yang dilakukan
pada uji biuret ini, sampel yang berupa albumin dan tryptophan ditetesi dengan
reagen biuret sebanyak 10 tetes. Penambahan regaen biuret berfungsi untuk
membentuk kompleks warna ungu pada sampel yang mempunyai ikatan peptida.
Reagen biuret yang ditambahkan akan bereaksi membentuk senyawa kompleks
Cu dengan gugus -CO dan -NH pada asam amino dalam protein yang ditandai
dengan kompleks berwarna ungu pada larutan.
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil positif pada sampel albumin,
sedangkan pada sampel triptofan hasilnya negatif. Hasil positif ditandai dengan
perubahan warna sampel menjadi ungu yang menunjukkan bahwa sampel terdapat
ikatan peptida. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan jika albumin adalah
nama umum dari sekelompok protein yang berupa koloid (Desy dkk., 2013).
Sedangkan untuk sampel triptofan, hasil yang didapat adalah reaksi negative
dimana larutan tidak membentuk warna ungu. Hal ini dikarenakan sampel
triptofan tidak memiliki ikatan peptida atau bukan merupakan protein, seperti
menurut Batmanghelidj (2009), triptofan adalah asam amino esensial. Reaksi
yang terjadi pada percobaan ini:
Day, J. R.., dan Underwood, A. L. 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Erlangga, Jakarta.
Desy, W. Y., Titik D. S., dan Suprayitno, E. 2013, Pengaruh Suhu Pengeringan
Vakum Terhadap Kualitas Serbuk Albumin Ikan Gabus (Ophiocephalus
striatus). THPi Student Journal 1(1):1-11.
Katili, A. Struktur Dan Fungsi Protein Kolagen. Jurnal Pelangi Ilmu 2(5):1925.
Moore, J.W., Stannitski, C. L., dan Jurs, P.C. 2010. Principles of Chemistry: The
Molecular Science. Mary Finch, New York.
Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam
Pedaging. Jurnal Penelitian 12(2):42-48.