Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Tujuan Pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2011 adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dam kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal di seluruh wilayah
Indonesia (Media Aesculapius FKUI).
Kemampuan hidup sehat dimulai sejak bayi karena pada masa ini terjadi
pertumbuhan dan perkembangan yang menentukan kualitas otak pada masa dewasa.
(Sarwono, 2008).
Tali pusat terbentuk sejak awal kehamilan. Setelah embrio terbentuk, yaitu pada
minggu ke 5, tali pusat sudah bisa terlihat melalui pemeriksaan USG, yang tampak
sebagai benang tipis diantara embrio dan plasenta. Itu lah yang akan menjadi cikal
bakal tali pusat. Seiring janin berkembang, tali pusat bertambah panjang dan
diameternya juga bertambaha lebar karena ia memulai tugasnya menjadi selang dan
makanan buat janin.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya
tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul
kontraksi rahim dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka
lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi
pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. Akibatnya, suplai darah yang mengandung
oksigen dan zat makanan ke janin akan berkurang, yang mengakibatkan janin menjadi
sesak atau hipoksia.
Pada usia 8 bulan umumnya kepala bayi belum memasuki bagian atas panggul
ibu hamil. Pada saat itu ukuran bayi relative masih kecil dan jumlah air ketuban banyak
sehingga memungkinkan bayi terlilit tali pusat. Pada kehamilan kembar dan air ketuban
berlebihan atau polihidramnion, kemungkinan bayi terlilit tali pusat akan meningkat.
Tali pusat yang panjang juga dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat
bayi rata-rata adalah 50 sampai 60 cm. Namun, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat
berbeda-beda. Dikatakan panjang tali pusat jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek
jika panjangnya kurang dari 30 cm. (Sarwono, 2008).
Lilitan tali pusat ini sendiri dapat mengakibatkan suatu kejadian fatal yaitu
kematian bayi. Karena puntiran tali pusat yang berulang-ulang ke satu arah tersebut
mengakibatkan atus darah dari ibu ke janin tersumbat total. Lilitan tali pusat pada bayi
yang terlalu erat sampai dua atau tiga kali bisa menyebabkan kompresi tali pusat
sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. (Sarwono, 2008).
Supaya terciptanya bayi yang sehat maka dalam perawatan tali pusat pada bayi
baru lahir dilakukan dengan benar benar sesuai dengan prosedur kesehatan.
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan peningkatan tali pusat yang
menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi (Media Aesculapius FKUI ).
Dan kemudian tali pusat dirawat dalam keadaan steril, bersih dan terhindar dari
infeksi tali pusat. Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak
positif yaitu tali pusat akan pupus pada hari ke 5 dan hari ke 7 tanpa ada
komplikasi, sedangkan dampak negative dari perawatan tali pusat yang tidak benar
adalah bayi akan mengalami penyakit Tetanus Neonaturum dan dapat mengakibatkan
kematian. (Sarwono, 2008).
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memberikan penanganan tentang perawatn dan pemotongan tali pusat pada bayi baru
lahir.

B. Tujuan.
1. Tujuan Umum.
Setelah berhasilnya penulisan makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu
memberikan penanganan tentang lilitan tali pusat.
2. Tujuan Khusus.
a. Dapat menjelaskan tanda-tanda bayi terlilit tali pusat.
b. Dapat menyebutkan penyebab terjadinya lilitan tali pusat.
c. Dapat menjelaskan cara mengatasi lilitan tali pusat
C. Manfaat.
Dengan adanya makalah ini, maka dapat memberikan manfaat serta
pengetahuan yang berguna bagi mahasiswa, khususnya Mahasiswa Akademi
Kebidanan dalam memahami tentang perawatan dan pemotongan tali pusat pada bayi
baru lahir.
BAB II
PEMBAHASAN

I. LILITAN TALI PUSAT


A. Definisi
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9
bulan 10 hari menyuplai zat zat gizi dan oksigen janin. (Sarwono, 2008).
Tetapi begitu bayi lahir, saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit. (Sarwono, 2008).

B. Etiologi.
Pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya kehamilan janin belum
memasuki bagian atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relative kecil dan jumlah air
ketuban berlebihan ( polihidramnion) kemungkinan bayi terlilit tali pusat.
Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-
rata 50 60 cm, namun tiap bayi mempunyai tali pusat bebeda-beda. Dikatakan
panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika kurang dari 30 cm.
Puntiran tali pusat secara berulang-ulang kesatu arah. Biasanya terjadi pada
trimester pertama dan kedua. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali
pusat terhambat total. Karena dalam usia kehamilan umumnya bayi bergerak bebas.
Lilitan tali pusat pada bayi terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan, hal tersebut
menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami hipoksia / kekurangan
oksigen.

C. Diagnosa.
Beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

1. Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah
janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai
adanya lilitan tali pusat.
2. Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan
usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula
adanya lilitan tali pusat.

3. Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG
3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.

4. Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya
dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal,
terutama pada saat kontraksi rahim.

5. Infeksi Tali Pusat ( Tetanus Neonatorum )

D. Penatalaksanaan
Melakukan pemeriksaan teratur dengan bantuan USG untuk melihat apakah ada
gambaran tali pusat disekitar leher. Namun tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa
tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya
lilitan. Namun dengan USG berwarna (Coller Doppen) atau USG tiga dimensi, dan
dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak dileher, atau sekitar tubuh
yang lain pada janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut.

II. BAYI BESAR.


A. Definisi.
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari4.000
gram.Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. B e r a t neonatus
pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram. Frekuensi berat
badan lahir lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih dari4500 gram adalah
0,4%.

B. Etiologi.
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran
bayi besar / baby giant.Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya :
Bayi dan ibu yang menderita diabetes sebelum hamil dan bayi dari ibu yang
menderita diabetes selama kehamilan. Sering memiliki kesamaan, mereka cenderung
besar dan montok akibat bertambahnya lemak tubuh dan membesarnya organ
dalam,mukanya sembab dan kemerahan ( plethonic ) seperti bayi yang sedang
mendapat kortikosteroid. Bayi dari ibu yang menderita Diabetes memperlihatkan insiden
sindrom kegawatan pernafasanyang lebih besar dari pada bayi ibu yang normal pada
umur kehamilan yang sama. Insiden yang lebih besar mungkin terkait dengan
pengaruh antagonis antara kortisol dan insulin pola sintesissurfakton.
Terjadinya obesitas pada ibu juga dapat menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi
giant). Pola makan ibu yang tidak seimbang atau berlebihan jugamempengaruhi
kelahiran bayi besar.

C. Tanda dan gejala.


1. Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir .
2. Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat).
3. Besar untuk usia gestasi.
4. Riwayat intrauterus dari ibu diabetes dan polihidramnion

D. Pemeriksaan diagnostik
1. Pemantauan glukosa darah, kimia darah, analisa gas darah.
2. Hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht)

E. Komplikasi
Bayi besar yang sedang berkembang merupakan suatu indikator dari efek ibu.
Yang walaupun dikontrol dengan baik dapat timbul pada janin, maka seringdisarankan
persalinan yang lebih dini sebelum aterm. Situasi ini biasanya dinilai pada
sekitar kehamilan 38 minggu. Penilaian yang seksama terhadap pelvisi b u . Tingkat
penurunan kepala janin dan diatas serviks.
Bersama dengan pertimbangan terhadap riwayat kebidanan sebelumnya.
Seringkali akanmenunjukkan apakah induksi persalinan kemungkinan dan
menimbulkan persalinan pervaginam. Jika tidak maka persalinan dilakukan dengan
seksiosesarea yang direncanakan. Pada kasus-kasus Bordeline dapat
dilakukan persalinan percobaan yang singkat. Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika
bayilebih besar dibandingkan panggul ibunya perdarahan intrakranial,
distosia bahu, ruptur uteri, serviks, vagina, robekan perineum dan fraktur anggota
gerak merupakan beberapa komplikasi yng mungkin terjadi. Jika terjadi
penyulit- penyulit ini dapat dinyatakan sebagai penatalaksanaan yang salah. Karena hal
ini sebenarnya dapat dihindarkan dengan seksio sesarea yang terencana.
Walaupundemikian, yang perlu dingat bahwa persalinan dari bayi besar (baby giant )
dengan jalan abdominal bukannya tanpa resiko dan hanya dapat dilakukan
oleh dokter bedah kebidanan yang terampil

F. Penatalaksanaan
Pemeriksaan klinik dan ultrasonografi yang seksama terhadap janin yang sedang
tumbuh, disertai dengan faktor-faktor yang diketahui merupakan predisposisi
terhadap makrosomia (bayi besar) memungkinkan dilakukannya sejumlah
kontrol terhadap pertumbuhan yang berlebihan. Peningkatan resiko bayi besar jika
kehamilan dibiarkan hingga aterm harus diingat dan seksio sesarea efektif harus
dilakukan kapan saja persalinan pervaginam.
1. Pemantauan glukosa darah(Pada saat datang atau umur 3 jam, kemudian tiap 6 jam
sampai 24 jamatau bila kadar glukosa 45 gr% dua kali berturut-turut.
2. Pemantauan elektrolit
3. Pemberian glukosa parenteral sesuai indikasi
4. Bolus glukosa parenteral sesuai indikasi
5. Hidrokortison 5 mg/kg/hari IM dalam dua dosis bila pemberian glukosa parenteral
tidak efektif
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY


Tanggal :09- Maret- 2012 Pukul :03.00 Wib
I. PENGUMPULAN DATA
A. Data subjektif
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :03.00 Wib.
1. Alasan utama masuk kamar bersalin : Ingin melahirkan.
2. Perasaan sejak datang ke klinik : Nyeri di atas simpisis dan
pinggang.
3. Tanda tanda bersalinan.
Kontraksi : Ada.
Sejak tanggal : 08- Maret- 2012 .
Pukul : 22.00 Wib.
Frekwensi : 3 x setiap 10 menit.
Lamanya : 20 40 detik.
Lokasi ketidak nyamanan : simpisis, pinggang dan vagina.
4. Pengeluaran vagina
Darah / lendir : Ada
Darah segar : Ada Jumlah : 50 cc Warna: merah.
Air ketuban : Ada Jumlah : 500 cc Warna: Jernih.
5. Masalah masalah yang khusus : Tidak ada.
6. Riwayat kehamilan sekarang.
HPHT : 02- 06- 2011
ANC : 3 kali di bidan.
7. Riwayat imunisasi : Lengkap.
8. Riwayat kehamilan dan persalinan lalu :Tidak ada.
9. Pergerakan janin dalam 24 jam terakhir : ada
10. Makan dan minum terakhir pukul : 20.00 WIB
: Nasi, sayur- sayuran dan lauk pauk serta air putih.
11. BAB terakhir : 15.00wib.
12. BAK terakhir : 23:20wib.
13. Tidur : Kurang tidur karena nyeri pada perut.
14. Psikologi : Cemas.
15. Keluhan lain : tidak ada.

B. Data objektif
1. Keadaan umum : kurang baik
Status emosional : stabil.
2. Tanda vital
TD :100/80 mmHg Pols : 80x/m
Resp : 24x/m Temp :37.0C
TB :160Cm BB : 70 Kg
3. Wajah.
Mata : Konjungtiva palpebra inferior pucat
Sklera tidak ikterik.
Hidung : Tidak ada polip dan pengeluaran cairan.
Mulut : Lidah bersih dan tidak ada kelainan
Gigi : Tidak ada caries hanya gigi berlubang.
4. Telinga : Tidak ada serumen dan pengeluaran cairan.
5. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
6. Mammae : Simetris kanan dan kiri.
Papilae menonjol.
Ariola menghitam.
Benjolan / tumor tidak ada.
7. Punggung dan pinggang : tidak ada kelainan.
8. Posisi tulang belakang : Normal.
9. Abdomen : membesar sesuai umur kehamilan.
Linea / strie :Tidak ada.
Bekas luka operasi :tidak ada.
Pergerakan janin :ada.
Perkusi abdomen :tidak dilakukan.

C. Pemeriksaan Khusus Kebidanan


1. Kontraksi : ada.
2. Palpasi ( menurut Leopold ).
Leopold I : 32 cm.
Leopold II : Puka.
Leopold III : kepala.
Leopold IV :Disvergent.
3. Penurunan kepala : 2/5.
4. Auskultasi DJJ : 140 x/menit.
5. Frekwensi : teratur.
6. Estimate Body Weight ( EBW ) : 3455 Gram
7. Ano genitalia : Normal.
8. Oedema : tidak ada.
9. Luka vagina : tidak ada.
10. Kemerahan : tidak ada.
11. Varices : tidak ada
12. Pengeluaran cairan : ada.
13. Perineum : ada bekas jahitan.
14. Ekstremitas : Normal.
Oedema pada tangan dan kaki: tidak ada.
Oedema ekstremitas bawah : tidak ada.
Varices tungkai dan kaki : tidak ada.
Kemerahan : ada.
Reflek kanan kiri : Ada ( + ).
Kekakuan sendi : tidak ada.
15. Pemeriksaan pervaginam
Indikasi : inpartu Pukul :06.00Wib.
Oleh : Bidan Fadli Ariani.
Dinding vagina : Kaku.
Konsistensi portio : Retrofleksi.
Pembukaan servik : 9cm.
Ketuban : utuh.
Presentasi janin : Kepala.
Penurunan bagian terendah : 2/5

II. INTERPRESTASI DATA.


Diagnosa : G: II P:I A: 0.
Usia kehamilan : 39 Minggu.
: Janin hidup intra uteri, janin tunggal, Presentasi kepala, penurunan. Kepala
2/5,Disvergent,Fase aktif kala I,K/U Kurang Baik.
Data dasar ibu : HPHT :02- 06- 2011.
Adanya pergerakan janin.
Nyeri di atas simpisis, pinggang dan vagina.
O : Adanya lendir bercampur darah dari vagina.
Kontraksi 3 x/ 10 menit.
Pembukaan 6cm, penurunan kepala.
Ketuban utuh, his kekuatan sedang, DJJ 140 x /menit.
Masalah : Tidak ada.
III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Perineum kaku dan lubang vagina kecil, bayi Nampak lebih besar.
IV. TINDAKAN SEGERA / KOLABORASI.
Episitomi pada kala II.
V. RENCANA MANAJEMEN
a. Bina hubungan baik dengan ibu dan keluarga.
b. Informasikan kepada ibu tentang keadaan diri dan janinya.
c. Beri dukungan dan asuhan pada ibu.
d. Jaga hak dan privasi ibu pada saat melakukan pemeriksaan.
e. Jelaskan pada ibu setiap kemajuan persalinan sesuai partograf.
f. Anjurkan pada ibu berbaring posisi miring.
g. Ajarkan pada ibu cara bernafas saat adanya kontraksi .
h. Lanjutkan VT dan vital sign setiap 4 jam sekali kemudian prediksi.

VI. PELAKSANAAN MANAJEMEN


a. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga
b. Menjelaskan pada ibu dan keluarga kemajuan persalinan
c. Menjaga hak privasi ibu dan meminta maaf saat melakukan pemeriksaan dengan
menggunakan penutup atau tirai.
d. Menginformasikan kepada ibu tentang keadaan diri dan janinya berdasarkan hasil
pemeriksaan.
TD : 100/80 mmHg.
Temp : 37,0 C.
Pols : 82x/m.
Resp : 24 x/m.
BB : 70 Kg.
TB : 160 Cm.
e. Pemeriksaan leopold :
Tinggi fundus uteri : 42 cm.
Posisi punggung janin : PUKA.
Bagian terendah janin : kepala.
Penurunan bagian terendah janin : Disvergent 2/5
LILA : 29Cm
DJJ :140 x/m
TBJ : 4455 Gram.
Keadaan janin tunggal
f. Menjaga hak dan privasi ibu saat persalinan antara lain menggunakan
penutup/ tirai,menghadirkan suami atau orang terdekat sebagai pendamping
persalunan.
g. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahanyang terjadi serta prosedur yang
akan di laksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
h. Memantau kemajuan persalinan sesuai partograf.
i. Bantulah ibu dalam persalinanjika tampak gelisahdan ketakutan.
1) Berikan dukungan dan keyakinan pada ibu.
2) Dengarkan keluhan ibu saat menghadapi persalinan
3) Lakukan perubahan posisi sesuai dengan keinginan ibu akan tetapi apabila ibu dalam
posisi berbaring di tempat tidur menganjurkan untuk miring.

VII. EVALUASI
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :03.00 Wib.
1.Ibu merasa resah dalam menghadapi proses persalinan.
2.Ibu merasa nyaman setelah diberikan konseling oleh bidan.
3.Ibu sudah berbaring dalam posisi miring.

B. PENDOKUMENTASIAN ( SOAP ) PADA IBU INC


IDENTITAS
Nama Ibu :Nuraida Nama Suami : M. yanis
Umur : 32 tahun Umur : 34 tahun
Suku/ bangsa : Aceh Suku/ Bangsa : Aceh
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : PNS Pendidikan :
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : wiraswasta.

Nama anak : Bayi Nuraida


Umur anak : 1 hari
Jenis kelamin : laki- laki
Berat badan anak : 4100gram
Panjang badan : 48cm

KALA I
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :06.00 Wib
1. SUBJEK.
Ibu mengeluh nyeri di atas simpisis, pinggang dan vagina.
Ibu mengeluh seperti mau BAB.
2. OBJEKTIF
a. TD :110/80 mmHgPols :84 x/m
b. Tem :37C
c. Resp :24 x/m
d. TB :156 Cm
e. BB :65Kg
f. LILA :29 Cm
g. Pemeriksaan Leopold
Tinggi fundus uteri : 42cm.
Posisi punggung janin : PUKA.
Bagian terendah janin : kepala.
Penurunan bagian terendah : Disvergent 2/5
h. DJJ : 140 X /menit.
i. TBJ : 4805 Gram
j. TTP : 09-03-2012
k. Pembukaan : 9 cm.
l. K/U : kurang Baik

3. ASSASMENT.
Ibu Inpartu dengan G: II P: I A:O , umur kehamilan 39 minggu,janin hidup
intra uterin, posisi PUKA, presentasi kepala dan convergent, penurunan bagian
terendah 2/5,pembukaan servik 9 cm,his ada, kontraksi 4 x/10 menit, konsistensi his
sedang, pada saat persalinan.

4. PLEANING.
a. Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga.
b. Menginformasikan keadaan ibu dan janinya berdasarkan hasil pemeriksaan.
c. Berikan dukungan dan asuhan pada ibu.
d. Jelaskan kemajuan persalinan pada ibu dan keluarga.
e. Pantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf.
f. Lakukan VT dan Vital sign setiap 30 menit atau setiap 4 jam sekali sesuai indikasi

KALA II
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :07:00 Wib
1. SUBJEKTIF.
Ibu mengatakan nyeri di atas simpisis yang menjalar ke pinggang yang sangat
kuat dan keinginan mengedan.

2. OBJEKTIF.
a. TD :120/80 mmHg.
b. Pols : 84 x/m.
c. Temp :37C.
d. Resp :24 x/m.
e. VT :10 Cm.
f. DJJ : 140 x/m.
g. Penurunan kepala : 0/5.
h. Kontraksi 5 x/10 menit selama >40 detik
Ketuban pecah warna jernih
Bayi lahir lengkap, dengan lilitan tali pusat dan BBL lebih di atas upnormal.

3. ASSESMENT
Ibu inpartu kala II persalinan, keadaan umum ibu kurang baik, ibu dengan Hb di
bawah normal, pada saat persalinan, bayi dengan kondisi lilitan tali pusat, perineum ibu
harus di epis karena perineum kaku dan terjadinya gawat janin.

4. PLANNING / PERENCANAAN
a. Antisipasi persalinan normal.
b. Pimpin persalinan, dan puji pada saat his.
c. Anjurkan perubahan posisi untuk mengurangi rasa sakit.
d. Beri dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan.
e. Jelaskan kemajuan persalinan.
f. Minta bantuan pada keluarga untuk membantu ibu dengan dorongan doa pada saat
persalinan

KALA III
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :07: 15 Wib
1. SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan terasa nyeri pada perut.

2. OBJEKTIF
a. Tidak adanya bayi kedua.
b. Menyuntikkan oxitosin 10 unit /IM, 2 menit setelah bayi lahir.
c. Adanya kontraksi.
d. Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
e. Pengeluaran plasenta lengkap dengan selaput ketuban warna merah.

3.ANALISA DATA
a. Ibu inpartu kala III persalianan.
b. Perdarahan 550cc.
c. Tinggi fundus uteri setinggi pusat.

4. PLANNING / PERENCANAAN.
a. Berikan oksitosin untuk merangsang uterus berkontraksi yang juga mempercepat
b. pelepasan plasenta
1) Oksitosin dapat diberikan setelah 2 menit bayi lahir.
2) Jika tidak tersedia oksitosin, rangsang pada puting ibu atau susukan bayi segera
untuk menghasilkan oksitosin alami.
3) Lakukan penegangan tali pusat terkendali.
4) PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.
5) Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan menggerakan tangan atau klem
pada tali pusat mendekati plasenta,keluarkan plasenta dengan gerakanke bawah dan
ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan memegang plasenta dan perlahan
memutar plasenta searah jarum jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
6) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan, massage fundus uteri agar
menimbulkan kontraksi yang dapat mengurangi pengeluaran darah dan mencegah
perdarahan pasca persalin.
KALA IV
Tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul :07; 20 Wib
1. SUBJEKTIF.
a. Ibu mengatakan banyak darah keluar pada saat tidur miring ke samping.
b. Ibu mengatakan bayinya belum bisa menyyusui.
2. OBJEKTIF
a. K/U :ibu dan bayi kurang baik.
b. TD :120/80 x/m
c. Pols :82 x/m
d. Temp :37,4C
e. Resp :24 x/m
f. TFU : 2 jari di bawah pusat
g. Kontraksi uterus baik.
h. Perdarahan normal.
i. Lokhea rubra
j. Bayi TB : 48 cm BB : 4100gram
3. ANALISA DATA.
Perdarahan kala IV normal.
melakukan penghetingan pada bagian perineum karena episiotomy.
Penanganan lebih lanjut terhadap bayi.

4. PLANNING / PERENCANAAN
a. Observasi k/u ibu dan bayi 2 jam sekali persalianan
b. Periksa tinggi fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20 30
menit kedua.
c. Periksa tanda vital sign,kandung kemih,perdarahan setiap 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit setelah jam kedua.
d. Anjurkan pada ibu agar minum air yang banyak untuk mencegah dehidrasi.
e. Bersihkan perineum ibu dan kenakan ibu pakaian yang bersih dan kering.
f. Biarkan ibu beristirahat dan membantunya dalam posisi yang nyaman.
g. Biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayinya.
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun sendiri dan boleh di bantu jika ibu
merasa pusing dan lemah.
i. Pastikan ibu sudah BAK setelah 3 jam persalinan

Catatan Persalinan
Pada tanggal : 09- Maret- 2012 Pukul : 09:00 Wib
His kurang kuat sampai proses persalinan berlansung, pembukaan lengkap,
penurunan kepala 0/5,DJJ 140x /menit,persalinan siap di pimpin, pada saat persalinan
bayi terjadinya lilitan tali pusat, sedikit sulit pada saat bidan menolong persalinan, bayi
lahir pukul :07:00 Wib, panjang tali pusat 55 cm,berat plasenta 500 gram, jumlah
kotiledon 20, plasenta lahir lengkap,jenis kelamin bayi laki laki,BB 4100 gram, PB 48
cm, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik, lokhea rubra, perdarahan
normal,k/u ibu baik hanya saja ibu merasa nyeri di bagian perineum karena harus di
heating.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan.
Tali pusat atau Umbilical cord adalah saluran kehidupan bagi janin selama
dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama 9
bulan 10 hari menyuplai zat zat gizi dan oksigen janin. (Sarwono, 2008).
Tali pusat yang panjang menyebabkan bayi terlilit. Lilitan tali pusat pada bayi
terlalu erat sampai dua atau tiga lilitan.
Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada saat lahir lebih dari4.000
gram. Makrosomia adalah bila berat badannya lebih dari 4000 gram. Beratneonatus
pada umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang melebihi 5000 gram.
Beberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan terjadinya kelahiran bayi besar
/ baby giant.Faktor-faktor dari bayi tersebut diantaranya : Bayi dan ibu yang menderita
diabetes sebelum hamil dan bayi dariibu yang menderita diabetes selama kehamilan.

B. Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan yang dimiliki oleh
penulis, oleh karena itu penulis sangat berharap kepada pembaca untuk memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan harapan penulis semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa STIKes Getsampena. Atas
perhatian teman- teman, pembaca, penulis ucapkan banyak terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA.

Prawiroharjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Tridasa Printer.


Teber, Ben-Zian. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC.

Anda mungkin juga menyukai