PENDAHULUAN
Acute Liver Failure (ALF) atau gagal hati akut pertama kali didefinisikan
pada tahun 1970 oleh Trey dan Davidson sebagai suatu kelainan yang ditandai
dengan encefalopati hepatik disertai gangguan koagulasi akibat gangguan fungsi
hati dalam waktu 8 minggu, tanpa riwayat penyakit hati sebelumnya. Selama
bertahun-tahun kemudian, definisi ini terus berubah terutama dalam hal waktu
yaitu onset hingga durasi, dan pola yang berbeda yang berhubungan dengan
etiologi dan prognosis. Saat ini ALF didefinisi sebagai suatu kelainan yang
ditandai dengan kegagalan hepatoseluler, gangguan koagulopati (International
Normalized Ratio (INR) 1.5) dan ensefalopati hati tanpa adanya riwayat penyakit
hati sebelumnya.1,2
Sebelumnya insiden dan prevalensi ALF sulit untuk diketahui karena
kurangnya data komprehensif yang terdaftar dan program surveilans berbasis
populasi. Namun, laporan terbaru menunjukkan kejadian ALF ditemukan kurang
dari 10 kasus per juta orang per tahun di negara maju, dan terlihat paling sering
pada dewasa sehat pada usia 30-an. Setiap tahunnya dilaporkan 2300-2800 kasus
ALF di Amerika Serikat dan 400 kasus per tahun di Inggris. 2,3
Langkah yang paling penting dalam penilaian pasien dengan ALF adalah
mengidentifikasi penyebabnya, karena penyebab tertentu menuntut perawatan
segera dan spesifik. Penyebab ALF dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti:
obat, virus hepatitis, penyakit hati autoimun dan syok atau hipoperfusi, dan untuk
mengidentifikasi penyebab yang benar menjadi sulit atau bahkan tidak mungkin.
Penyebab ALF juga bervariasi dari satu negara ke negara. Di negara berkembang,
penyebab virus mendominasi. Sedangkan di Amerika Serikat dan banyak negara
Eropa, dimana insiden penyakit virus telah menurun secara substansial dalam
beberapa tahun terakhir, sebagian besar kasus sekarang yang muncul adalah
kerusakan hati akibat obat, sering dari parasetamol. Sesuai dengan penelitian
1
Marudanayagam et al (2009) bahwa penyebab terbanyak ALF di Inggris adalah
3, 4
obat, dimana 90% kasus terjadi akibat acetaminophen.
2
BAB II
2.1. Definisi
2.2. Epidemiologi
Acute Liver Failure sering terjadi pada orang dewasa muda, sekitar
dekade keempat kehidupan. Dalam penelitian Fabrega et al (2013)
menemukan bahwa rata-rata mengenai usia 45 tahun dengan perempuan: laki-
laki=1,8:1 Hingga saat ini, tidak pasti mengapa wanita lebih sensitif terhadap
ALF.5
3
2.3. Klasifikasi
Tabel 2.1. Klasifikasi, Gejala Klinis dan Prognosis ALF menurut sistem
OGrady 10
Hiper-akut Akut Sub-akut
Interval ikterik ke 0-7 hari 8-28 hari >28 hari
encefalopati
Keparahan koagulopati +++ ++ +
Keparahan ikterik + ++ +++
Derajat hipertensi ++ ++ +/-
intrakranial
Tingkat kelangsungan Baik Sedang Buruk
hidup tanpa transplantasi
hati
Penyebab Acetaminophen, Hepatitis B Non-acetaminophen
hepatitis A dan E DILI
4
Gambar 2.1. Klasifikasi Acute Liver Failure
2.4. Penyebab
5
meningkat (27% vs 13% sebelum 1995). Faria et (2006) melaporkan
penyebab utama ALF, sebelum tahun 1996 hepatitis virus akut menjadi
penyebab terbanyak (42%), obat sebesar 25%, etiologi lainnya 11% dan
penyebab yang tidak diketahui sebesar 22%. Setelah tahun 1996, HBV
menurun secara signifikan (15%, p <0,0001), sedangkan overdosis
parasetamol meningkat secara signifikan (15%). 14,15
6
Secara global, hepatitis A dan E bertanggung jawab pada sebagian
besar kasus ALF, dengan tingkat kematian lebih dari 50% dilaporkan di
negara berkembang. Hepatitis merupakan penyebab paling umum dari
ALF di India, Pakistan, Cina, dan Asia Tenggara. Sebaliknya, infeksi
virus akut merupakan penyebab yang jarang di Amerika Serikat dan
sebagian besar Eropa Barat.13
Hepatitis A ditularkan melalui rute fekal-oral, melalui konsumsi
makanan atau air yang terkontaminasi. Tingginya insiden infeksi
berhubungan erat dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk. Frekuensi
infeksi virus telah menurun secara mencolok di banyak negara maju,
setelah penggunaan vaksinasi hepatitis yang efektif.13
Sekitar 15 juta kasus hepatitis A akut terjadi di seluruh dunia
setiap tahun, kurang dari 1% dari pasien akan berkembang menjadi gagal
hati. Rezende et al (2003) melaporkan pada ALF akibat hepatitis A akut
dipengaruhi oleh viral load, usia, jenis kelamin dan toksisitas obat
terutama parasetamol merupakan faktor yang berkontribusi.17
Pada saat terjadi infeksi hepatitis A, sebagian besar pasien hanya
menunjukkan gejala yang ringan atau tidak terdapat gejala. Namun hanya
beberapa yang berkembang menjadi penyakit serius yang mengancam
jiwa. Bahkan sangat jarang infeksi hepatitis A dapat menjadi ALF. Di
negara berkembang, hepatitis A masih menjadi salah satu penyebab ALF.
Alasan untuk berbagai tingkat keparahan infeksi tidak dipahami tetapi
telah dianggap berhubungan dengan faktor virulensi virus, meskipun hal
ini masih kontroversial; dengan usia pasien, dengan orang yang lebih tua
mengembangkan penyakit yang lebih berat; atau dengan koinfeksi
dengan virus hepatitis lainnya. Faktor genetik merupakan predisposisi
untuk kerentanan keparahan infeksi. Kim et al (2011) membuktikan
kerentanan terjadinya ALF pada hepatitis A diatur oleh polimorfisme
pada gen yang mengkode reseptor untuk HAV, HAVCR1, juga dikenal
sebagai TIM 1. 18
7
Mirip dengan hepatitis A, hepatitis E virus ditularkan melalui rute
fekal-oral dan endemik di seluruh negara-negara tropis dan subtropis,
dengan epidemi periodik yang sebagian besar disebabkan oleh pasokan
air yang terkontaminasi. Hepatitis E biasanya menghasilkan ALF pola
hiperakut.8
Hepatitis B ditularkan secara vertikal maupun horizontal oleh
paparan darah atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi. Penyakit ini
menyebabkan hampir 30% dari ALF di Eropa, dan merupakan penyebab
utama di Asia, sub-Sahara Afrika, dan cekungan Amazon. Kurang dari
4% dari kasus hepatitis B akut akan berkembang menjadi ALF, tetapi
kematian lebih tinggi dari infeksi hepatitis A atau E. ALF yang terkait
dengan hepatitis B dapat menyebabkan tidak hanya dari infeksi akut baru
tetapi juga infeksi kronis ketika perubahan status virus. ALF akibat
hepatitis B memiliki masa inkubasi lebih lama dan prodromal
dibandingkan hepatitis A atau E, dan biasanya memiliki pola akut
daripada hiperakut.8
Schiodt FV et al (2003) membuktikan tingkat kelangsungan hidup
tanpa transplantasi secara signifikan lebih tinggi untuk pasien hepatitis A
(69%) dibandingkan dengan pasien hepatitis B (19%, p = 0,007),
sedangkan kejadian transplantasi hati lebih sering pada pasien hepatitis B
(62%) dari pada pasien hepatitis A (19%, p = 0,017). Meskipun hepatitis
A adalah penyebab paling umum dari hepatitis virus akut, perkembangan
menjadi ALF merupakan kasus yang jarang. Begitu juga dengan hepatitis
C, hanya dilaporkan menjadi penyebab ALF pada beberapa kasus. 19
Penyebab ALF akibat virus juga dapat disebabkan oleh virus
herpes simpleks 1 dan 2, virus varicella zoster, virus Epstein-Barr,
cytomegalovirus, dan Parvovirus B19. Menurut Levitsky J (2008) pasien
imunosupresi atau wanita hamil (biasanya pada trimester ketiga) lebih
berisiko, namun kejadian virus herpes pada ALF telah dilaporkan pada
orang sehat. 20
8
2.4.2. Drug-Induced Liver Injury (DILI)
Drug-Induced Liver Injury menjadi penyebab sekitar 50% ALF di
Amerika Serikat. Ostapowicz et al (2002) meneliti di 17 pusat di Amerika
Serikat dari 308 kasus ditemukan 160 (52%) adalah karena obat, dimana
acetaminophen (APAP) menyumbang 75% dari obat menginduksi
kerusakan hati. 16
Dosis terapeutik acetaminophen (APAP) adalah 325-1000 mg/dosis
setiap 4-6 jam, dengan dosis maksimal 4 gr/hari. Namun belakangan ini
US Food and Drug Administration (FDA) menurunkan dosis maksimal 4
g/hari menjadi 3,25 g/hari. Dosis tunggal acetaminophen penyebab ALF
adalah lebih atau sama dengan 7,5-10 g/hari. Overdosis berulang 10
g/hari atau 6 g dalam 24-48 jam dapat dikaitkan dengan hepatotoksisitas
berikutnya dan pasien harus menjalani evaluasi di fasilitas perawatan
kesehatan. Batas bawah 4-10g untuk evaluasi dapat dipertimbangkan
dalam populasi berisiko tinggi. Pada suatu laporan kasus Kurtovics et al
(2003) menemukan terjadinya ALF pada pemberian dosis 4g/hari pada
pasien malnutrisi. Meskipun kebanyakan studi telah melaporkan keamanan
penggunaan jangka pendek dan jangka panjang dari acetaminophen pada
dosis maksimum yang dianjurkan 4 g, studi Watkins et al (2006) pada 145
sukarelawan sehat melaporkan bahwa asupan harian acetaminophen 4 g
selama 14 hari dikaitkan dengan peningkatan asimtomatik SGPT (ALT) (>
3 kali batas atas normal) hingga 40% dari subyek. 21
Cedera hepatoselular tergantung pada dosis yang diberikan, dimana
Acetaminophen-induced hepatotoxicity memiliki karakteristik bentuk
hiperakut dari ALF. Kegagalan multiorgan sering progresif, dengan
keparahan yang lebih besar daripada yang terlihat pada ALF karena
penyebab lain.13
Kurang dari 10% dari DILI berkembang menjadi ALF,
diperkirakan hanya satu sampai dua kasus per juta orang per tahun. Obat
yang bertanggung jawab untuk setiap lokasi berbeda. Pola ALF serupa
juga dapat dilihat pada kerusakan hati yang diinduksi obat yang
disebabkan oleh narkoba seperti MDMA (3,4-methylenedioxy-N-
9
methylamphetamine, juga dikenal sebagai ekstasi) atau kokain. Lange-
Brock N (2002) melaporkan kejadian ALF pada pemakai rutin MDMA,
namun tidak jelas dosis MDMA penyebab AL.22
2.4.3. Keganasan
Penyebab ALF yang jarang dilaporkan adalah infiltrasi ganas dari
hati yang disebabkan oleh salah satu tumor organ padat atau keganasan
hematologi. Hati adalah lokasi yang paling umum untuk penyebaran
hematogen dari tumor padat. Kegagalan fungsi hati yang berat secara
klinis dengan koagulopati dan ensefalopati akibat keterlibatan tumor
metastatik dapat ditemukan. 23
Etiologi yang paling umum dari infiltrasi ganas ke hati banyak
berasal dari limfoma dan kanker payudara. Rich N et al (2015) melaporkan
ALF akibat keganasan yang paling umum adalah limfoma atau leukemia
(33%), kanker payudara, (30%), dan kanker usus besar (7%). Diagnosis
dikonfirmasi dengan biopsi pada 15 kasus (55%) dan otopsi pada 6 kasus.
Dua puluh empat pasien (89%) meninggal dalam waktu 3 minggu akibat
ALF.22
10
obstruksi vena hepatika, vena kava inferior, atau keduanya dan
berhubungan dengan keadaan hiperkoagulasi. 24
Gangguan metabolisme yang diturunkan walaupun jarang namun
merupakan penyebab penting dari ALF yaitu acute fatty liver in
pregnancy, intoleransi fruktosa, galaktosemia, defisiensi acyltransferase
lesitin-kolesterol, sindrom Reye, tyrosinemia, dan penyakit Wilson.
Penyebab lain dari ALF termasuk racun (misalnya, Amanita phalloides dan
racun Bacillus cereus), sindrom HELLP pada kehamilan (hemolisis,
peningkatan enzim hati, dan jumlah trombosit yang rendah), dan heat
stroke. Kasus ini sering mengikuti pola sub-akut, dan tingkat kelangsungan
hidup buruk tanpa transplantasi. 2,8
2.5. Patofisiologi
Acute liver failure disebabkan oleh cedera langsung pada hepatosit
berupa nekrosis, dan respon terhadap kekebalan bawaan yang dimediasi
melalui aktivasi monosit, makrofag, sel dendrit, leukosit, sel natural killer
(NK), dan sel natural killer T (NKT). Sel-sel ini mengekspresikan reseptor
yang mampu mengenali Pathogen-Associated Molecular Patterns (PAMPs)
pada hepatitis virus dan Damage-Associated Molecular Patterns (DAMPs)
pada sel hati yang dikenai, sehingga mengarah ke aktivasi jalur transduksi
sinyal yang menentukan pola sitokin. Awalnya terjadi secara lokal dalam hati,
akhirnya mengenai sirkulasi sistemik. Namun, ALF tanpa bukti histologis
nekrosis hepatoseluler juga dapat dilihat, sebagai contoh pada acute fatty
liver in pregnancy dan sindrom Reye. Laporan menyatakan bahwa pada
tingkat sel, baik nekrosis hepatosit dan apoptosis dapat hidup berdampingan
dalam pengaturan ALF.25
11
neurotoksin seperti amonia, inflamasi sistemik, dan hipo-osmolalitas
tampaknya memainkan peran utama. Peningkatan CBF, bersamaan dengan
hilangnya auto-regulasi, menyebabkan terjadinya hipertensi intraserebral.
Amonia adalah racun saraf yang paling sering dipelajari dalam konteks ini,
dengan tingkat serum> 124 umol / L terbukti berhubungan dengan tingginya
insiden edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (ICP), dan
tingkat> 150 umol / L pada herniasi otak. Amonia dihasilkan dari glutamin
dalam usus yang kemudian dimetabolisme terutama di hati menjadi urea, dan
diekskresikan dalam urin. Amonia yang mencapai otak diubah menjadi
glutamin oleh astrosit, yang dalam konsentrasi tinggi menyebabkan edema
sehingga terjadi stres oksidatif. Inflamasi sistemik, terutama dengan adanya
sepsis, juga menyebabkan stres oksidatif, kerusakan endotel dengan
peningkatan permeabilitas pembuluh darah otak, dan perubahan dalam aliran
darah, yang menyebabkan terjadinya edem cerebral dan hipertensi
intrakranial.25
Acute Liver Failure yang diinduksi obat dapat terjadi pada reaksi obat
idiosinkratik atau pada kasus parasetamol (acetaminophen/APAP), yang
tergantung dosis. Parasetamol terutama dimetabolisme di hati melalui
glucuronidation dan sulphation, dengan jumlah kecil dimetabolisme oleh
sistem sitokrom P450. N-asetil-p-benzoquinon imina beracun (NAPQI), yang
dihasilkan melalui jalur P450 selanjutnya terkonjugasi oleh glutation. Dalam
pengaturan overdosis parasetamol, glutation dapat menurun, yang
mengakibatkan cedera hepatosit langsung melalui NAPQI. Induksi sistem
P450 melalui penggunaan alkohol kronis atau barbiturat dan penurunan
glutathione dalam pengaturan seperti pada kekurangan gizi dapat
meningkatkan risiko terjadinya acetaminophen-induced hepatotoxicity.25
12
Gambar 2.3. Metabolisme Acetaminophen-induced hepatotoxicity
13
Tanda-tanda klinis dari peningkatan tekanan intrakranial seperti
hipertensi, bradikardi, peningkatan tonus otot dengan sikap abnormal dan
gangguan refleks cahaya pupil cenderung terjadi akhir dan dengan demikian
tidak memberikan petunjuk yang dapat diandalkan untuk intervensi terapeutik
dini. Demikian pula, pencitraan radiografi tidak cukup sensitif untuk
mendeteksi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial. Pemantauan
tekanan intrakranial langsung memberikan informasi real-time,
memungkinkan deteksi dini dari peningkatan tekanan intrakranial.
Pengukuran tekanan intracranial dapat dilakukan dengan pengukuran tekanan
jugularis bola mata, yang memungkinkan untuk pemantauan lebih dekat dan
intervensi yang tepat. 27
14
kelainan pada adhesi neutrofil dan produksi superoksida. Gangguan ini
menyebabkan gangguan opsonisasi terhadap bakteri dan ragi, penurunan
endotoksin dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi keseluruhan. Infeksi
bakteri terbukti terjadi hingga 80% dari pasien ALF, dan sepsis adalah
penyebab utama kematian. Patogen penyebab termasuk Staphylococcus
aureus (70% dari gram positif sepsis) dan Escherichia coli (penyebab paling
umum dari gram negatif sepsis). Infeksi jamur terjadi pada sekitar 30% pasien
dan hampir selalu disebabkan oleh Candida albicans. Perlu dicatat bahwa
demam dan leukositosis adalah penanda infeksi utama pada ALF, namun
gejala dan tanda ini tidak selalu hadir pada sepertiga dari pasien yang
terinfeksi. 27
15
BAB III
3.1. Diagnosis
16
Kadar serum fosfat yang rendah dan peningkatan -fetoprotein dapat
menunjukkan tanda-tanda regenerasi hati. Dalam analisis retrospektif
Baquerizo et al (2003) pada pasien ALF, 74% pasien yang masih hidup pada
minggu pertama memiliki kadar fosfat <2,5, sedangkan pasien dengan kadar
fosfat serum> 5 tidak bertahan.32
3.2. Penatalaksanaan
17
perlindungan jalan nafas, kardiovaskular, paru, ginjal, atau dukungan
otak. Mempertahankan homeostasis metabolik melalui kontrol tekanan
darah, oksigenasi, gizi, kadar glukosa, dan pemeliharaan elektrolit
serum, sangat penting dilakukan. 35
18
Pemantauan tekanan intrakranial harus juga dipertimbangkan
jika fasilitas dan tenaga ahli tersedia. Sebuah studi multicenter Vaquero
et al (2005) menunjukkan bahwa monitor tekanan intrakranial hanya
digunakan pada 28% pasien dengan ALF dan ensefalopati berat;
Sepuluh persen memiliki perdarahan intrakranial, dan dapat
mengakibatkan kematian.36
19
3.2.4. Manajemen ginjal
Pada pasien ALF, kadar amonia darah yang tinggi telah terbukti
berhubungan dengan angka kematian dan komplikasi. L-ornithine L-
aspartat (LOLA) mengurangi kadar amonia dengan meningkatkan
pembuangan amonia di hepar dan metabolisme perifer. Penelitian
Acharya SK et al (2009) membuktikan infus LOLA tidak menunjukkan
manfaat dalam ensefalopati pada ALF, dimana tidak dapat menurunkan
amonia atau meningkatkan kelangsungan hidup pada pasien ALF.38
20
Kelainan metabolik lain seperti hipofosfatemia dan
hipomagnesemia harus diatasi. ALF ditandai dengan disfungsi
metabolik yang berat karena kehilangan fungsi sel hati. Nutrisi
parenteral diperlukan dalam kasus tersebut. Penggunaan asam amino
untuk mendukung sintesis protein telah terbukti membantu.
21
Antimikroba profilaksis spektrum luas dengan cakupan aktivitas
gram positif dan gram negatif termasuk anti-jamur (misalnya piperasilin
dengan Tazobactam dan fluconazole) harus diberikan pada awalnya,
pada saat dicurigai infeksi. Namun, manfaat ini harus seimbang
terhadap risiko berkembangnya patogen yang multi-resisten. Menurut
Karvellas (2014) membuktikan antimikroba profilaksis tidak mengubah
tingkat infeksi atau meningkatkan kelangsungan hidup, sehingga
penelitian ini tidak mendukung penggunaan rutin profilaksis
antimikroba pada pasien ALF. 39
22
memiliki nilai prediktif positif untuk kematian pada pasien di ICU
tanpa transplantasi 0,98 dan nilai prediksi negatif 0,82. Kriteria lain
menggunakan konsentrasi faktor V juga telah divalidasi. Kelangsungan
hidup pasien 1-tahun dan 5-tahun yang menjalani transplantasi hati
untuk ALF adalah sekitar 20% lebih rendah dari kasus elektif untuk
pasien sirosis. Perbedaan ini mencerminkan tingkat keparahan penyakit
dan kurangnya pilihan dalam pemilihan donor. Kontraindikasi mutlak
untuk transplantasi hati termasuk sepsis, hipotensi refrakter, acquired
immunodeficiency syndrome dan hipertensi intrakranial yang tidak
terkontrol dengan dugaan kerusakan saraf permanen. Setelah pasien
dipilih untuk menjalani transplantasi hati, kesesuaian mereka untuk
transplantasi harus ditinjau secara berkala karena sifat progresif dari
penyakit.27
23
3.3. Prognosis
Acetaminofen Non-acetaminofen
pH < 7,3 PT>100 detik (INR>6,5)
Atau 3 kriteria berikut: Atau 3 kriteria berikut:
24
bahwa menurunnya tingkat sCD163 memiliki prognosis yang baik untuk
ALF. Sedangkan, Ozawa et al membuktikan kombinasi dari Feritin/Alanin
aminotransferase rasio merupakan penanda untuk memprediksi tingkat
keparahan dan prognosis ALF.43,44
25
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
Perlu dilakukan diagnosis yang akurat dan tepat waktu, identifikasi cepat
penyebab, inisiasi terapi spesifik dan evaluasi untuk transplantasi hati dalam
manajemen ALF, sehingga diharapkan dapat mengurangi angka mortalitas
akibat ALF.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
28
15. Faria L, Ichai P, Saliba F, Azoulay D, Antonini T, Ben Hamida S, et al.
Etiology, outcome and early causes of death in 500 patients with acute liver
failure: 20 year single center experience Hepatology 2006 ; 370A
16. Ostapowicz G., Fontana R.J., Schiodt F.V., Larson A., Davern T.J., Han S.H.,
and al. Results of a prospective study of acute liver failure at 17 tertiary care
centers in the United States Ann Intern Med. 2002 ; 137 (12) : 947-954
17. Rezende G, Roque-Afonso A.M, Samuel D, Gigou M, Nicand E, Ferre V, et
al. Viral and clinical factors associated with the fulminant course of hepatitis
A infection. Hepatology. 2003 ; 38 (3) : 613-8
18. Kim HY, Eytheramonho MB, Pichavant M, Cambaceres CG,
Matangkasombut P, Cervio G, et al. A polymorphism in TIM1 is associated
with susceptibility to severe hepatitis A virus infection in humans. The
Journal of Clinical Investigation 2011; 121 (3): 1111-8.
19. Schiodt FV, Davern TJ, Shakil AO, McGuire B, Samuel G, Lee WM. Viral
hepatitis-related acute liver failure. Am J Gastroenterol. 2003 Feb;98(2):448-
53.
20. Levitsky J, Thadareddy A, Lakeman FD, Whitley RJ, Luby JP, Lee WM, et al.
Detection and diagnosis of herpes simplex virus infection in adults with acute
liver failure. Liver Transplant 2008;14: 1498-1504.
21. Kurtovic J, Riordan SM. Acetaminophen induced hepatotoxicity at
recommended dosage (case report). J Intern Med 2003; 253: 240-3.
22. Lange-Brock N, Berg T, Mller AR, Fliege H, Neuhaus P, Wiedenmann B, et
al. Acute liver failure following the use of ecstasy (MDMA). Z
Gastroenterol. 2002 Aug; 40(8):581-6.
23. Rich N, Sanders C, Hughes R, Fontana R, Stravitz R, Fix O, et al. Malignant
infiltration of the liver presenting as acute liver failure. Clinical
Gastroenterology and Hepatology 2015; 13: 1025-8.
24. Stine J, Newton K, Vinayak A. Acute Liver Failure Due to Budd-Chiari
Syndrome in the Setting of Cardiac Synovial Sarcoma. ACG Case Rep J.
2015 Apr; 2(3): 1813.
25. Rutherford A, Chung R. Acute liver failure: Mechanisms of hepatocyte injury
and regeneration. Seminars In Liver Disease 2008; 28(2): 167-74.
26. Shakil AO, Kramer D, Mazariegos GV, Fung J, Rakela J. Acute Liver Failure:
Clinical Features, Outcome Analysis, and Applicability of Prognostic Criteria.
Liver Transplantation 2000; 6(2): 163-9.
29
27. Kwan Lai W, Murphy N. Management of acute liver failure. Continuing
Education in Anaesthesia, Critical Care & Pain 2004; 4 (2): 40-43.
28. OGrady J. Acute liver failure. Postgrad Medicine Journal 2005; 81: 148-154.
29. Betrosian A, Agarwal B, Douzinas E. Acute renal dysfunction in liver
diseases. World J Gastroenterol 2007 November 14; 13(42): 5552-9
30. Lee W. Recent developments in acte liver failure. Best Practice & Research
Clinical Gastroenterology 2012; 26: 316.
31. Larson A. Diagnosis and management of acute liver failure. Current Opinion
in Gastroenterology 2010; 26: 21421.
32. Baquerizo A, Anselmo D, Shackleton C, et al. Phosphorus as an early
predictive factor in patients with acute liver failure. Transplantation
2003;75:200714
33. Sakaida I, Kimuza T, Yamasaki T, Fukumoto Y, Watanabe K, Aoyama M, et
al. Cytochrome c is a possible new marker for fulminant hepatitis in humans.
Journal of Gastroenterology 2005; 40:17985
34. Miraglia R, Luca A, Gruttadauria S, Minervini MI, Vizzini G, Arcadipane A,
et al. Contribution of transjugular liver biopsy in patients with the clinical
presentation of acute liver failure. Cardiovasc Intervent Radiol 2006; 29:
1008-10
35. Privitera G, Agarwal B, Jalan R. Acute liver failure: pathophysiologic basis,
and the current and emerging therapies. Hepatology 2014;1:99-107.
36. Vaquero J, Fontana RJ, Larson A, Bass N, Davern T, Shakil AO, et al.
Complications and use of intracranial pressure monitoring in patients with
acute liver failure and severe encephalopathy. Liver Transplantation 2005;
11:1581-9
37. Leithead JA, Ferguson JW, Bates CM, Davidson JS, Simpson KJ, Hayes P.
Chronic Kidney Disease After Liver Transplantation for Acute Liver Failure
is Not Associated With Perioperative Renal Dysfunction. American Journal of
Transplantation. 2011; 11(9): 1905-15.
30
39. Karvellas C, Cavazos J, Battenhouse H, Durkalski V, Balko J, Sanders C, et
al. Effects of antimicrobial prophylaxis and blood stream infections in
patients with acute liver failure: A retrospective cohort study. Clinical
Gastroenterology and Hepatology 2014; 12: 1942-49.
40. Als-Nielsen B, Gluud L, Gluud C. Nonabsorbable disaccharides for hepatic
encephalopathy. Cochrane Database Syst Rev. 2004;2.
41. Bass NM, Mullen KD, Sanyal A, et al. Rifaximin treatment in hepatic
encephalopathy. N Engl J Med. 2010;362:1071-81.
42. Jin YJ, Lin YS, Han S, Lee HC, Hwang S, Lee SG. Predicting survival after
living and decreased donor liver transplantation in adult patients with acute
live failure. Journal of Gastroenterohepatology 2012; 47: 1115-24.
43. Hiraoka A, Horiike N, Akbar SM, Michitaka K, Matsuyama T, Onji M.
Soluble CD163 in patients with liver diseases: very high levels of soluble
CD163 in patients with fulminant hepatic failure. Journal of Gastroenterology
2005, 40: 526
44. Ozawa E, Abiru S, Nagaoka S, Yano K, Komori A, Migita K, et al.
Ferritin/alanine Aminotransferase Ratio as a Possible Marker for Predicting
the Prognosis of Acute Liver Injury. Journal of Gastroenterology and
Hepatology 2011; 26(8): 1326-32.
45. Miyake Y, Sakaguchi K, Iwasaki Y, Ikeda H, Makino Y, Kobashi H, et al.
New prognostic scoring model for liver transplantation in patients with non-
acetaminophen-related fulminant hepatic failure. Transplantation 2005,
80:930936.
46. Arai M, Yokosuka O, Kanda T, Fukai K, Imazeki F, Muramatsu M, et al.
Serum osteopontin levels in patients with acute liver dysfunction.
Scandinavian Journal of Gastroenterology 2006; 41:10210.
31