Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini
adalah :
1. Sosiodemografi :
Usia
Jenis kelamin
2. Faktor Genetik Miopia
3. Faktor Lingkungan
Nearsightness-work
Usia adalah satuan waktu yang mengukur keberadaan sesuatu yaitu berupa
tahun, bulan dan hari. Usia dalam penelitian ini yaitu pada masa remaja (12 -17
tahun). Dalam penelitian ini akan usia dapat diartikan menjadi dua, yaitu : usia
saat ini dan usia saat terpajan miopia.
Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suatu spesies
yaitu perempuan dan laki-laki.
Faktor genetik adalah adanya riwayat miopia pada salah satu atau kedua orang
tua.
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala nominal, dimana
penggolongan faktor risiko diperoleh dari hasil pengukuran jumlah kuesioner
yang diberikan kepada responden.
BAB 4
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian des kriptif potong lintang (cross
sectional) dengan menggunakan metode survei untuk mengetahui gambaran
faktor risiko yang menyebabkan terjadinya miopia pada siswa -siswi SMA
Shafiyyatul Amaliyyah Medan .
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa -siswi yang bersekolah di
SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan periode 2013. Adapun jumlah seluruh siswa -
siswi SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan periode 2013 adalah 311, namun yang
menjadi sampel dalam penelitian ini berjumlah 83 siswa.
4.3.2. Sampel Penelitian
Semua data yang terkumpul diolah dan disusun dalam bentuk tabel. Data yang
diperoleh akan dianalisis secara statistik dengan bantuan program komputer
analisastatistik.
BAB 5
SMA Plus Shafiyyatul Amaliyyah yang terletak di Jl. Setia Budi No. 191
Medan merupakan sekolah swasta yang memiliki status akreditasi A di provinsi
Sumatera Utara. Sekolah ini memiliki jumlah siswa sebanyak 311 siswa, dimana
siswa kelas X berjumlah 90 siswa, siswa kelas XI berjumlah 119 siswa, dan siswa
kelas XII berjumlah 102. Kurikulum yang diterapkan pada sekolah ini adalah ktsp
berkarakter + adaptasi cambridge dengan jumlah jam perminggunya yaitu 48 jam
dan adanya jam tambahan yaitu 6 jam.
Dari 311 siswa, diketahui yang menderita miopia berjumlah 83 siswa dengan
gambaran faktor risiko sebagai berikut :
Riwayat Keluarga f %
Ada 61 73.5
Tidak ada 22 26.5
TOTAL 83 100.0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kasus yang memiliki riwayat keluarga
lebih banyak yaitu 61 kasus (73.5%), sedangkan yang tidak memiliki riwayat
berjumlah 22 kasus (26.5%).
5.1.2.2. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin f %
Laki laki 35 42.2
Perempuan 48 57.8
TOTAL 83 100.0
Dari tabel di atas dijumpai bahwa kasus yang terjadi pada perempuan lebih
banyak yaitu 48 kasus (57.8%), sedangkan yang terjadi pada laki -laki berjumlah
35 kasus (42.2%).
5.1.2.3. Usia
Usia Responden f %
12 tahun 1 1.2
14 tahun 3 3.6
15 tahun 19 22.9
16 tahun 31 37.3
17 tahun 29 34.9
TOTAL 83 100.0
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada usia 16
tahun lebih banyak yaitu berjumlah 31 kasus (37.3%), kemudian pada usia 17
tahun berjumlah 29 kasus (34.9%), kemudian pada usia 15 tahun berjumlah 19
kasus (22.9%), kemudian pada u sia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), dan pada
usia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%).
5.1.2.4. Riwayat Konsumsi Sayur
Dari tabel di atas dijumpai kasus memiliki riwayat konsumsi sayur hanya 1
porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 60 kasus (72.3%), kemudian yang
memiliki riwayat konsumsi sayur 2 porsi berjumlah 11 kasus (1 3.3%), kemudian
yang memiliki riwayat konsumsi sayur 3 porsi berjumlah 7 kasus (8.4%), dan
yang tidak memiliki riwayat konsumsi sayur berjumlah 5 kasus (6.0%).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada siswa yang
lama waktu belajarnya Kurang dari 1 jam lebih banyak yaitu berjumah 40 kasus
(48.2%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 1 -2 jam berjumlah 34 kasus
(41.0%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 3 jam atau lebih berjumlah
7 kasus (8.4%), sedangkan siswa yang tidak pernah belajar dirumah berjumlah 2
kasus (2.4%).
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki riwayat bermain
game selama kurang dari 1 jam berjumlah 30 kasus (36.1 %), sedangkan yang
tidak memiliki riwayat bermain game berjumlah 25 kasus (30.1%), kemudian
yang memiliki riwayat bermain game1 -2 jam berjumlah 21 kasus (25.3%), dan
yang memiliki riwayat bermain game selama 3 jam atau lebih berjumlah 7 kasus
(8.4%).
5.2. Pembahasan
Berdasarkan Tabel 5.1. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia dengan
adanya riwayat pada orang tua berjumlah 61 kasus (73.5%), sedangkan jumlah
kasus miopia tanpa adanya riwayat pada orang tua beerjumlah 22 kasus (26.5%).
Berdasarkan Tabel 5.2. diman a dapat diketahui bahwa kasus miopia yang
terjadi pada perempuan lebih banyak yaitu 48 kasus (57.8%), sedangkan pada
laki-laki berjumlah 35 kasus (42.2%).
Berdasarkan Tabel 5.3. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada
usia 16 tahun lebih banyak yait u berjumlah 31 kasus (37.3%), kemudian pada usia
17 tahun berjumlah 29 kasus (34.9%), kemudian pada usia 15 tahun berjumlah 19
kasus (22.9%), kemudian pada usia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), dan pada
usia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%).
Berdasarkan Tabel 5.6. dapat diketahui bahwa jumlah kasus miopia pada siswa
yang lama waktu belajarnya Kurang dari 1 jam lebih banyak yaitu berjumah 40
kasus (48.2%), kemudian siswa yang l ama waktu belajarnya 1-2 jam berjumlah 34
kasus (41.0%), kemudian siswa yang lama waktu belajarnya 3 jam atau lebih
berjumlah 7 kasus (8.4%), sedangkan siswa yang tidak pernah belajar dirumah
berjumlah 2 kasus (2.4%).
Berdasarkan Tabel 5.8. dapat diketahui bahwa siswa yang memiliki riwayat
bermain game selama kurang dari 1 jam berjumlah 30 kasus (36.1%), sedangkan
yang tidak memiliki riwayat bermain game berjumlah 25 kasus (30.1%),
kemudian yang memiliki riwayat bermain game1 -2 jam berjumlah 21 kasus
(25.3%), dan yang memiliki riwayat bermain game selama 3 jam atau lebih
berjumlah 7 kasus (8.4%).
Berdasarkan Tabel 5.9. dapat diketahui kasus yang memiliki riwayat konsumsi
buah hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 38 kasus (45.8%),
kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 2 porsi berjumlah 32 kasus
(38.6%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 4 porsi atau lebih
berjumlah 6 kasus (7.2%), kemudian yang memiliki riwayat konsumsi buah 3
porsi berjumlah 4 kasus (4.8%), dan yang tidak memiliki riwayat konsumsi buah
berjumlah 3 kasus (3.6%).
Adanya riwayat miopia pada salah satu atau kedua orang tua dapat
meningkatkan risiko terjadinya miopia. Beberapa studi telah membandingkan
miopia pada anak yang orang tuanya memiliki riwayat miopia dan pada anak yang
orang tuanya tidak memiliki riwaya t miopia. Hasil dari perbandingan tersebut,
secara umum, kejadian miopia tertinggi adalah pada anak yang kedua orang
tuanya memiliki riwayat miopia yaitu 40%, dan pada anak yang salah satu orang
tuanya memiliki riwayat miopia yaitu 20 -25%, sedangkan pada anak yang kedua
orang tuanya tidak memiliki riwayat miopia presentasenya adalah 10%. Hal ini
sesuai dengan data penelitian di atas dimana dapat diketahui bahwa jumlah kasus
miopia dengan adanya riwayat pada orang tua berjumlah 61 kasus (73.5%).
Kejadian ini dapat dihubungkan dengan tingkat keparahan yang lebih tinggi pada
miopia yang disebabkan oleh faktor genetik, hal ini dapat dikaitkan dengan onset
yang lebih awal daripada miopia yang disebabkan oleh faktor lingkungan.
Setelah faktor risiko riwayat orang tua, riwayat konsumsi sayur merupakan
yang kedua tersering, yaitu dijumpai kasus yang memiliki riwayat konsumsi sayur
hanya 1 porsi atau kurang adalah yang terbanyak yaitu 60 kasus (72.3%).
Jika ditinjau dari segi usia sebagai faktor terjadinya miopia, dapat diketahui
bahwa jumlah kasus miopia pada siswa usia 16 tahun lebih banyak yaitu
berjumlah 31 kasus (37.3%), kemudian pada siswa usia 17 tahun berjumlah 29
kasus (34.9%), kemudian pada usia 15 tahun berjumlah 19 kasus (22.9%),
kemudian pada usia 14 tahun berjumlah 3 kasus (3.6%), dan pada usia 12 tahun
berjumlah 1 kasus (1.2%). Hal tersebut menunjukan bahwa usia sekolah memiliki
faktor risiko terjadinya miopia sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Tiharyo, Gunawan, dan Suhardjo pada tahun 2008 yang menunjukan adanya
peningkatan prevalensi miopia pada usia sekolah.
6.1. Kesimpulan
1. Kejadian miopia semakin meningkat pada usia sekolah, hal tersebut dapat
dilihat dari siswa berusia 12 tahun berjumlah 1 kasus (1.2%), usia 14 tahun
berjumlah 3 kasus (3.6%), usia 15 tahun berjumlah 19 kasus (22.9%), usia
16 tahun berjumlah 31 kasus (37.3%), dan siswa berusia 17 tahun
berjumlah 29 kasus (34.9%).
2. Kasus miopia pada perempuan yaitu 48 kasus (57.8%), dan sisanya 35
kasus (42.2%) adalah laki-laki.
3. Dari 83 kasus, dijumpai 61 kasus miopia (73.5%) den gan adanya riwayat
pada orang tua, sementara 22 kasus miopia (26.5%) sisanya tanpa adanya
riwayat pada orang tua.
4. Berdasarkan faktor lingkungan, faktor yang paling mempengaruhi
yaituriwayat konsumsi sayur hanya 1 porsi atau kurang yang berjumlah 60
kasus (72.3%), kemudianadanya riwayat pelajaran tambahan yang
berjumlah 49 kasus (59.0%), selanjutnyariwayat konsumsi buah hanya 1
porsi atau kurang yang berjumlah 38 kasus (45.8%), dan yang terakhir
adalah riwayat bermain game selama kurang dari 1 jam berjumlah 30
kasus (36.1%).
5. Kasus miopia pada siswa dengan adanya riwayat miopia pada orang tua
memiliki faktor risiko lebih banyak dibandingkan pada siswa yang orang
tuanya tidak memiliki riwayat miopia.
6. Faktor lingkungan yang paling mempengaruhi adalah adanya riwa yat
pelajaran tambahan dan riwayat konsumsi sayur pada anak.
6.2. Saran