Anda di halaman 1dari 15

I.

Analisis Masalah

1. Ny. ATW, 30 tahun, ibu rumah tangga, masuk UGD RSJ Ernaldi Bahar
Palembang karena mencoba bunuh diri. Ny. ATW selalu sedih dan menangis
tanpa sebab.
a. Apa saja gangguan dalam psikopatologi yang menyebabkan seseorang ingin
bunuh diri?

Kelainan isi pikiran ( disorder of thought content) :

a. Preokupasi pikiran dan ide overvalued :


Suatu ide atau pikiran yang kuat getaran perasaannya (feeling tone)
cenderung akan mendominasi kesadaran.
1. Bila pikiran cenderung untuk memusat pada atau berada disekitar
ide atau pikran demikian maka keadaan itu disebut preokupasi.
2. Idenya, atau ide pusat tersebut, disebut ide yang dinilai
berlebihan atau overvalued idea, misalnya ide bunuh diri atau ide
kebencian.

2. Dua tahun yang lalu terdapat perubahan perilaku yaitu adanya kegembiraan
berlebihan, banyak bicara dan beraktivitas, sering keluyuran serta kurang tidur.
a. Apa makna klinis dan penyebab dari kegembiraan berlebihan?
Kegembiraan berlebihan pada dua tahun yang lalu,menandakan bahwa ny.
ATW sedang dalam episode mania.
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai
berikut :

- Gembira berlebihan
- Mudah tersinggung sehingga mudah marah
- Merasa dirinya sangat penting
- Penuh ide dan semangat baru
- Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
- Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
- Menyusun rencana yang tidak masuk akal
- Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
- Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
- Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
- Merasa sangat mengenal orang lain
- Mudah melempar kritik terhadap orang lain
- Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari
- Sulit tidur
- Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam

1
Mekanisme episode mania:
1. Gangguan pada pengaturan oleh otak peningkatan kadar dopamin dan
norepineprin pada lobus temporalis manifestasi episode manik
2. Mutasi pada gen ANK3 meningkatnya intraselular kalsium timbul
manifestasi episode manik
3. Amygdala kiri lebih aktif pada wanita yang manik dan orbitofrontal cortex
kurang aktif manifestasi episode manik.

Reseptor Dopamin ada 2 tipe, D1-like dan D2-like. D1-like lebih berperan ke
pertumbuhan neuron, sementara D2-like berperan ke fungsinya sebagai
transmiter neuron-neuron saat mengolah fungsi motorik, kognitif, afektif.

Reseptor dopamine ini tersebar menjadi 4 jalur, dimana setiap jalur memegang
peran trnasmisi yang berbeda-beda.

1. Nigrostriatal
Berjalan dari batang otak ke ganglia basal
Berperan dalam gerakan motorik
2. Mesolimbik
Berjalan dari batang otak bagian VTA ke sistem limbik
Berperan dalam pengaturan emosi, motivasi, dan kesenangan
3. Mesokortikal
Berjalan dari batang otak bagian VTA ke korteks serebral
Berperan dalam memori, wicara, kognisi. Pada pasien psikosis negative
symptom
4. Taberoinfindibular
Berperan dalam inhibisi prolaktin
Pada ibu baru melahirkan jika stress air susu kadang tidak keluar.

Secara psikopatologi ny.NTW mengalami gangguan afektif Afek


menyenangkan :
a. euphoria :
merupakan afek menyenangkan taraf sedang.

2
Perasaan kesejahteraan yang positif secara emosional dan fisik
yang sifatnya abnormal.
Biasanya disertai perasaan atau sikap optimistic, penuh
kepercayaan/keyakinan diri.
b. elasi :
tarafnya lebih tinggi setingkat dari euphoria.
Tampak suatu kegembiraan yang nyata dan aktifitas motorik yang
meningkat.
Sering bersifat labil dan individu tiba- tiba berubah menjadi
iritabilitas.
c. eksaltasi :
suatu keadaan elasi yang ekstrem biasanya disertai dengan
perasaan atau ide kebesaran.
d. ektase :
merupakan tingkat tertinggi daripada gangguan afek.
Merupakan suatu perasaan kegairahan yang sangat, rasa bahagia,
dan rasa mendapat rahmat
Biasanya disertai perasaan atau ide keagamaan, dedikasi atau
penyerahan diri.
3. Satu tahun tahun yang lalu ia mengeluh selalu mendengar suara seperti ada orang
mengobrol dan kadang menyalahkan dirinya, serta ada keyakinan yang kuat
bahwa dirinya banyak kesalahan dan dosa. Selama setahun terakhir ini pasien
masih cenderung normal selama beberapa bulan
a Apa makna klinis dan penyebab dari mendengar suara seperti ada yang
mengobrol dan kadang menyalahkan dirinya?
Kelainan persepsi sensorik (Halusinasi) :
persepsi sensorik tanpa adanya stimulus luar.
Ciri- ciri : persepsi sensorik yang sungguh-sungguh, stimulus terletak
didunia luar yang objektif, tidak tergantung dari kemauan sadar
individu.
Halusinasi pendengaran :
gangguan perceptual yang paling sering ditemukan.
Ucapan yang paling sering ditemukan pasien berupa suara bersifat
mengejek, memerintah, menuduh, atau kata-kata cabul.
Pasien dapat terlihat berbicara sendiri dan dapat melakukan tindakan
sesuai dengan perintah halusinasinya.

waham persekutorik karena adanya halusinasi akustik berupa suara- suara


yang senantiasa mengatakan ancaman terhadap dirinya.

Halusinasi auditori terjadi karena penurunan volume grey matter (anatomi)


pada superior temporal gyrus gangguan pada area auditory otak
halusinasi auditori (suara/command)

b Apa makna klinis dan penyebab dari munculnya keyakinan yang kuat bahwa
dirinya banyak kesalahan dan dosa?
3
Gangguan isi pikiran berupa : Waham dosa dan waham salah, biasanya
berkaitan dengan waham tuduhan pasien percaya dirinya mempunyai suatu
dosa besar atau telah melakukan kesalahan tak berampun dan ia percaya
orang- orang disekitarnya mengetahui hal itu dan menuduhnya.

4. Ia mulai mengisolasi diri dan kurang berinteraksi. Kemudian kemunduran makin


hebat, kurang bisa mengurus diri, tak dapat mengerjakan pekerjaan sehari-hari,
bicara terbatas, ucapan kalimat sepatah-dua kata tetapi masih dapat dimengerti.
a Mengapa terjadi kemunduran yang semakin hebat pada Ny. ATW?
Bagaimana mekanismenya?
Pasien tidak bisa mengurus diri dan tidak mau makan minum : menunjukkan
telah terjadi regresi (menghadapi stress dengan perilaku, perasaan dan cara
berfikir mundur kembali ke ciri tahap perkembangan sebelumnya.)

5. Menurut keluarga ada stressor yang memicu perubahan perilaku ini yaitu masalah
dengan keluarga suami.
a Apa hubungan adanya stressor dengan gejala yang dialami Ny. ATW?
Pertengakaran merupakan stressor terjadinya gangguan bipolar yang
mengarah kearah faktor psikososial (diagnosis multiaksial pada AKSIS IV).
Adanya peristiwa yang menyebabkan stres lebih sering mendahului episode
pertama gangguan mood daripada episode selanjutnya. Stres yang menyertai
episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang bertahan lama
Hasil dari perubahan tersebut menyebabkan seseorang berada pada resiko
yang lebih tinggi untuk menderita episode gangguan mood selanjutnya
bahkan tanpa adanya stresor eksternal. Hasil dari penelitian juga menyatakan
bahwa semua manusia, apapun pola kepribadiannya, dapat dan memang
menjadi depresi dalam keadaan yang tepat, tetapi kerpibadian tertentu
seperti: dependen, obsesif-kompulsif, dan histerikal mungkin berada dalam
resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi daripada tipe kepribadian
lain (Kaplan dkk, 1997).

b Apa saja factor yang memicu perubahan perilaku seseorang?

1. Faktor biologi
Hingga saat ini neurotransmitter monoamine seperti norepinefrin,
dopamine, serotonin, dan histamine menjadi focus teori dan masih diteliti
4
hingga saat ini.Sebagai biogenik amin norepinefrin dan serotonin adalah
neurotransmitter yang paling berpengaruh dalam patofisiologi gangguan
mood ini.
Norepinefrin. Teori ini merujuk pada penurunan regulasi dan penurunan
sensitivitas dari reseptor adrenergik dan dalam klinik hal ini dibuktikan
oleh respon pada penggunaan anti depresan yang cukup baik sehingga
mendukung adanya peran langsung dari system noradrenergik pada
depresi. Bukti lainnya melibatkan reseptor 2 presinaps pada depresi
karena aktivasi pada reseptor ini menghasilkan penurunan dari pelepasan
norepinefrin. Reseptor 2 juga terletak pada neuron serotoninergic dan
berperan dalam regulasi pelepasan serotonin.
Serotonin. Teori ini didukung oleh respon pengobatan SSRI (selective
serotonin reuptake inhibitor) dalam mengatasi depress. Rendahnya kadar
serotonin dapat menjadi factor resipitat depresi, beberapa pasien dengan
dorongan bunuh diri memiliki konsentrasi serotonin yang rendah dalam
cairan cerebropinalnya dan memiliki kadar konsentrasi rendah uptake
serotonin pada platelet.
Dopamine. Selain dari norepinefrin dan serotonin, dopamine juga diduga
memiliki peran. Data memperkirakan bahwa aktivitas dopamine dapat
mengurangi depresi dan meningkat pada mania. Dua teori mengenai
dopamine dan depresi adalah bahwa jalur mesolimbic dopamine tidak
berfungsi terjadi pada depresi dan dopamine reseptor D 1 hipoaktif pda
keadaan depresi.
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini.
Terdapat perbedaan gambaran otak antara kelompok sehat dengan
penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic resonance imaging (MRI)
dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah substansia
nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual.
Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun
menemukan volume yang kecil pada amygdale dan hippocampus.
Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan bagian dari
otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek). Penelitian lain
menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak
penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan
membran myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat
hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang,
maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.
2. Faktor genetik
Studi pada keluarga. Data dari studi ini mengatakan 1 orang tua dengan
gangguan mood, anaknya akan memiliki risiko antara 10-25% untuk
menderita gangguan mood. Jika kedua orang tuanya menderita gangguan
mood, maka kemungkinannya menjadi 2 kali lipat. Risiko ini meningkat
jika ada anggota keluarga dari 1 generasi sebelumnya daripada kerabat
5
jauh. Satu riwayat keluarga gangguan bipolar dapat meningkatkan risiko
untuk gangguan mood secara umum, dan lebih spesifik pada
kemungkianan munculnya bipolar.
Studi pada anak kembar. Studi ini menunjukan bahwa gen hanya
menjelaskan 50-70% etiologi dari gangguan mood. Studi ini menunjukan
rentang gangguan mood pada monozigot sekitar 70-90% dibandingkan
dengan kembar dizigot sekitar 16-35%.
3. Faktor psikososial
Stress dari lingkungan dan peristiwa dalam hidup seseorang. Penelitian
telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam
Gangguan perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan
pada kehidupan psikososial dari pasien dapat menyebabkan stress yang
dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang menyertai episode pertama
dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem
pemberian signal intraneuronal. Perubahan mungkin termasuk hilangnya
neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir perubahan
tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih
tinggi untuk menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya
stressor eksternal.
Faktor kepribadian. Tidak ada bukti yang mengindikasikan bahwa
gangguan kepribadian tertentu berhubungan dengan berkembangnya
gangguan bipolar I, walaupun pasien dengan gangguan distimik dan
siklotimik berisiko untuk dapat berkembang menjadi depresi mayor atau
gangguan bipolar I. Kejadian tiba-tiba yang memicu stress yang kuat
adalah prediktor dari onset episode depresi.

6. Kesimpulan pemeriksaan psikiatrik


Ditemukan adanya banyak psikopatologi antara lain adanya discriminative insigt
yang sangat terganggu, jelas terdapat gangguan asosiasi berupa hemmung,
sperrung, dan ada autism serta depresi taraf berat, dengan demikian konklusinya
adalah RTA sangat terganggu.
a. Bagaimana cara pemeriksaan RTA?
RTA (Reality Testing Ability) atau dalam bahasa indonesia adalah fungsi
menilai realita bukan sebuah pemeriksaan yang dilakukan menggunakan alat
bantu seperti pemeriksaan psikiatri yang lainnya. Di sini pemeriksa hanya
melihat bagaimana pasien menilai realitas yang ada. Pada kekacauan
perilaku, waham, dan halusinasi fungsi untuk menilai realita nya akan
terganggu.
Cara pemeriksaan RTA sifatnya subjektif , dilakukan dengan anamnesis dan
observasi tingkah laku pasien. Kemampuan menilai realitas dikatakan
terganggu apabila:

6
Ditemukan adanya waham / halusinasi (gejala psikopatologis yang berat)
Ditemukan adanya disorganisas idalam proses berpikirnya sedemikian rupa
sehingga dapat dipastikan bahwa pasien tidak mampu lagi menilai realita
dengan baik.
Ditemukan adanya tingkah laku yang aneh (bizar) yang tidak diterima oleh
lingkungan sosialnya.
Tilikan (insight into illness) tidak ada. Pasien mengingkari bahwa dirinya
sakit jiwa.

7. Manajemen Aspek Klinis


a. Cara penegakan diagnosis

Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat


dengan gejala psikotik menurut PPDGJ III (F31.5)
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif
berat dengan gejala psikotik (F32.2) dan
2. Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresif, atau campuran di masa lampau).

F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psikotik


1. Episode depresif berat yang memenuhi kriteria menurut F32.2 tersebut
diatas;
2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya
melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan, atau malapetaka yang
mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi
auditori atau halusinasi olfatorik biasanya berupa suara yang menghina
atau menuduh, atau bau kotoran atau anjing yang membusuk. Retardasi
psikomotor yang berat dapat menuju kepada stupor.
Jika diperlukan waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi
atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).
F32.2 episode depresif berat tanpa gejala psikotik
1. 3 gejala utama harus ada
2. Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa di
antaranya harus berintensitas berat
3. Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor) yang
mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu melaporkan
banyak gejalanya secara terperinci
4. Biasanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu,
tetapi bila gejala amat berat dan muncul sangat cepat bisa kurang dari 2
minggu.
5. Sangat tidak mungkin pasien mampu meneruskan kegiatan sosial,
pekerjaan, atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat
terbatas.

Gejala utama:

7
Afek depresi
Kehilangan minat dan kegembiraan, serta
Berkurangnya energi yang menuju meningkatkan keadaan mudah lelah dan
menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya:
Konsentrasi dan perhatian berkurang
Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik
Tidur terganggu
Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresi, dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan sekurang-
kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat
dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.

b. Diagnosis kerja
Gangguan afektif bipolar episode kini depresi berat dengan gejala psikotik

c. Faktor risiko

1. Genetika dan riwayat keluarga. Penderita bipolar lebih sering dijumpai


pada penderita yang mempunyai saudara atau orang tua dengan gangguan
bipolar.
2. Kerentanan psikologis (psychological vulnerability). Kepribadian dan cara
seseorang menghadapi masalah hidup kemungkinan juga berperanan
dalam mendorong munculnya gangguan bipolar..
3. Lingkungan yang menekan (stressful) dankejadian dalam hidup (live
events).Riwayat pelecehan, pengalaman hidup yang menekan.
4. Gangguan neurotransmitter di otak.
5. Gangguan keseimbangan hormonal.
6. Factor biologis. Ada beberapa perubahan kimia di otak yang diduga terkait
dengan gangguan bipolar. Hal ini menunjukkan adanya factor biologis
dalam masalah gangguan bipolar.
Pada kasus ini, faktor resiko yang berperan yaitu adanya riwayat gangguan afektif
pada keluarga dan adanya stressor bertengkar dengan keluarga suami.

d. Patofisiologi
Gangguan kepribadiaan emosional tak stabil (faktor kepribadian) + gangguan
afektif dalam keluarga (genetik) + masalah dengan keluarga suami (stressor)
Neuroanatomi & Neurotransmitter berlebihan gangguan afektif bipolar
dengan gejala psikotik terbagi menjadi 3 stadium ( 2 tahun yg lalu (mania),
1 tahun yang lalu (hypomanis), selama setahun terakhir (normal), sekarang
(depresion) RTA terganggu dan GAF scale 40-31 (bicara banyak tapi tidak

8
berhubungan) gangguan afektif bipolar episode kini depresif berat dengan
gejala psikotik. (Di LI)

e. Komplikasi
1. Gangguan emosi atau gangguan neurologic
Pasien dengan bipolar, terutama tipe II atau siklotimik, memiliki
episode depresi berat yang sering. Gangguan anxietas, seperti panik,
juga sering timbul pada pasien ini. Pasien dengan bipolar, terutama
tipe II, juga sering menderita fobia.
2. Suicide
Risiko untuk suicide sangat tinggi pada pasien dengan bipolar dan
yang tidak menerima tindakan medis. 10-15% pasien dengan Bipolar I
melakukan percobaan bunuh diri, dengan risiko tertinggi saat episode
depresi atau campuran. Beberapa studi memperlihatkan risiko suicide
pada pasien dengan bipolar II lebih tinggi dibanding bipolar I atau
depresi berat. Pasien yang menderita gangguan anxietas juga memiliki
resiko tinggi untuk suicide.
3. Masalah memori dan berpikir
Studi menunjukkan bahwa pasien dengan bipolar bisa memiliki
masalah yang bervariasi pada ingatan jangka pendek dan panjang,
kecepatan memproses informasi, dan fleksibilitas mental. Masalah
seperti ini bahkan dapat muncul diantara episode. Masalah ini
cenderung lebih parah ketika seseorang memiliki episode manik lebih
sering.
4. Efek perilaku dan emosional saat fase manik pada pasien
Dalam persentase kecil dari pasien bipolar mendemonstrasikan
kenaikan produktivitas dan kreativitas saat episode manik. Kelainan
cara berpikir dan penilaian yang merupakan karakterisik dari episode
manik dapat berujung pada perilaku berbahaya seperti
Mengeluarkan uang dengan ceroboh, yang dapat menghancurkan
finansial

Mengamuk, paranoid, dan bahkan kekerasan


Perilaku keinginan untuk sex terhadap banyak orang
Perilaku seperti di atas sering diikuti dengan rasa bersalah dan penurunan
harga diri, yang diderita saat fase depresi.
Dll.
f. SKDI
3A
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan memberikan terapi
pendahuluan pada keadaan yang bukan gawat darurat. Lulusan dokter mampu
menentukan rujukan (psikiater) yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.

9
II. Learning Issue

1. Gangguan bipolar

Bipolar Disorder

a. Defini
Gangguan Bipolar dikenal juga dengan gangguan manik depresi, yaitu
gangguan pada fungsi otak yang menyebabkan perubahan yang tidak biasa pada
suasana perasaan, dan proses berfikir. Disebut Bipolar karena penyakit kejiwaan ini
didominasi adanya fluktuasi periodik dua kutub, yakni kondisi manik (bergairah
tinggi yang tidak terkendali) dan depresi
b. Etiopatologi
Dahulu virus sempat dianggap sebagai penyebab penyakit ini. Serangan virus
pada otak berlangsung pada masa janin dalam kandungan atau tahun pertama sesudah
kelahiran. Namun, gangguan bipolar bermanifestasi 15-20 tahun kemudian. Telatnya
manifestasi itu timbul karena diduga pada usia 15 tahun kelenjar timus dan pineal
yang memproduksi hormon yang mampu mencegah gangguan psikiatrik sudah
berkurang 50%.2 Penyebab gangguan Bipolar multifaktor. Mencakup aspek bio-
psikososial. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan gangguan
neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kana-
kanak, stres yang menyakitkan, stres kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan
banyak lagi faktor lainnya.
Didapatkan fakta bahwa gangguan alam perasaan (mood) tipe bipolar (adanya
episode manik dan depresi) memiliki kecenderungan menurun kepada generasinya,
berdasar etiologi biologik. 50% pasien bipolar mimiliki satu orangtua dengan
gangguan alam perasaan/gangguan afektif, yang tersering unipolar (depresi saja). Jika
seorang orang tua mengidap gangguan bipolar maka 27% anaknya memiliki resiko
mengidap gangguan alam perasaan. Bila kedua orangtua mengidap gangguan bipolar
maka 75% anaknya memiliki resiko mengidap gangguan alam perasaan. Keturunan
pertama dari seseorang yang menderita gangguan bipolar berisiko menderita
gangguan serupa sebesar 7 kali. Bahkan risiko pada anak kembar sangat tinggi
terutama pada kembar monozigot (40-80%), sedangkan kembar dizigot lebih rendah,
yakni 10-20%.2 Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara gangguan
bipolar dengan kromosom 18 dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana
dari kromosom tersebut yang benar-benar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah
diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer, 18q22, 18q22-q23, dan 21q22. Yang
menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down (trisomi 21)
berisiko rendah menderita gangguan bipolar.2 Sejak ditemukannya beberapa obat
yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai menduga adanya hubungan
neurotransmiter dengan gangguan bipolar. Neurotransmiter tersebut adalah dopamine,
serotonin, dan noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan neurotransmiter
tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A
(MAOA), tirosin hidroksilase, catechol-Ometiltransferase (COMT), dan serotonin
transporter (5HTT).
10
Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini
yaitu gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF
adalah neurotropin yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis dan
perlindungan neuron otak. BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang
mengatur BDNF terletak pada kromosom 11p13. Terdapat 3 penelitian yang mencari
tahu hubungan antara BDNF dengan gangguan bipolar dan hasilnya positif.2 Kelainan
pada otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan
gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan
magnetic resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET),
didapatkan jumlah substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks
prefrontal subgenual. Tak hanya itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003
pun menemukan volume yang kecil pada amygdala dan hipokampus. Korteks
prefrontal, amygdala dan hipokampus merupakan bagian dari otak yang terlibat dalam
respon emosi (mood dan afek).
Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada
otak penderita bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran
myelin yang membungkus akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi
antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi
antar saraf tidak berjalan lancar.
c. Epidemiologi
Dapat dikatakan insiden gangguan bipolar tidak tinggi, berkisar antara 0,3-
1,5%. Namun, angka itu belum termasuk yang misdiagnosis. Risiko kematian terus
membayangi penderita bipolar. Biasanya kematian itu dikarenakan mereka mengambil
jalan pintas yaitu bunuh diri. Risiko bunuh diri meningkat pada penderita bipolar yang
tidak diterapi yaitu 5,5 per 1000 pasien. Sementara yang diterapi hanya 1,3 per 1000
pasien.
Gangguan pada lelaki dan perempuan sama, umumnya timbul di usia remaja
atau dewasa. Hal ini paling sering dimulai sewaktu seseorang baru menginjak dewasa,
tetapi kasus-kasus gangguan bipolar telah didiagnosis pada remaja dan bahkan anak-
anak.
d. Gambaran Klinis
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Perbedaannya adalah pada
gangguan bipolar I memiliki episode manik sedangkan pada gangguan bipolar II
mempunyai episode hipomanik. Beberapa ahli menambahkan adanya bipolar III dan
bipolar IV namun sementara ini yang 2 terakhir belum dijelaskan.
Gangguan bipolar I dibagi lagi menjadi beberapa bagian menurut perjalanan
longitudinal gangguannya. Namun hal yang pokok adalah paling tidak terdapat 1
episode manik di sana. Walaupun hanya terdapat 1 episode manik tanpa episode
depresi lengkap maka tetap dikatakan gangguan bipolar I. Adapun episode-episode
yang lain dapat berupa episode depresi lengkap maupun episode campuran, dan
episode tersebut bisa mendahului ataupun didahului oleh episode manik.
Gangguan bipolar II mempunyai ciri adanya episode hipomanik. Gangguan
bipolar II dibagi menjadi 2 yaitu tipe hipomanik, bila sebelumnya didahului oleh
11
episode depresi mayor dan disebut tipe depresi bila sebelum episode depresi tersebut
didahului oleh episode hipomanik.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ)
III, gangguan ini bersifat episode berulang yang menunjukkan suasana perasaan
pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu
terdiri dari peninggian suasana perasaan serta peningkatan energi dan aktivitas (mania
atau hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan serta
pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah terdapat penyembuhan
sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama.
Episode pertama bisa timbul pada setiap usia dari masa kanak-kanak sampai
tua. Kebanyakan kasus terjadi pada dewasa muda berusia 20-30 tahun. Semakin dini
seseorang menderita bipolar maka risiko penyakit akan lebih berat, kronik bahkan
refrakter.6 Episode manik dibagi menjadi 3 menurut derajat keparahannya yaitu
hipomanik, manik tanpa gejala psikotik, dan manik dengan gejala psikotik.
Hipomanik dapat diidentikkan dengan seorang perempuan yang sedang dalam masa
ovulasi (estrus) atau seorang laki-laki yang dimabuk cinta. Perasaan senang, sangat
bersemangat untuk beraktivitas, dan dorongan seksual yang meningkat adalah
beberapa contoh gejala hipomanik. Derajat hipomanik lebih ringan daripada manik
karena gejalagejala tersebut tidak mengakibatkan disfungsi sosial.
Pada manik, gejala-gejalanya sudah cukup berat hingga mengacaukan hampir
seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial. Harga diri membumbung tinggi dan terlalu
optimis. Perasaan mudah tersinggung dan curiga lebih banyak daripada elasi.
Tanda manik lainnya dapat berupa hiperaktifitas motorik berupa kerja yang tak
kenal lelah melebihi batas wajar dan cenderung non-produktif, euphoria hingga
logorrhea (banyak berbicara, dari yang isi bicara wajar hingga menceracau dengan
'word salad'), dan biasanya disertai dengan waham kebesaran, waham kebesaran ini
bisa sistematik dalam artian berperilaku sesuai wahamnya, atau tidak sistematik,
berperilaku tidak sesuai dengan wahamnya. Bila gejala tersebut sudah berkembang
menjadi waham maka diagnosis mania dengan gejala psikotik perlu ditegakkan
e. Diagnosis dan klasifikasi
Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual (DSM) IV, gangguan bipolar
dibedakan menjadi 2 yaitu gangguan bipolar I dan II. Gangguan bipolar I atau tipe
klasik ditandai dengan adanya 2 episode yaitu manik dan depresi, sedangkan
gangguan bipolar II ditandai dengan hipomanik dan depresi. PPDGJ III membaginya
dalam klasifikasi yang berbeda yaitu menurut episode kini yang dialami penderita.

12
f. Tatalaksana
1. Psikoterapi
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi
dibandingkan yang lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja.
Tetapi, terapi keluarga adalah diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang
gangguan mood serius yang dapat terjadi pada anak-anak saat terjadinya stres
keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak terdepresi adalah
pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi
psikososial anak yang terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang
lama, walaupun setelah episode depresif telah menghilang, intervensi keterampilan
sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada beberapa program terapi, modeling
dan permainan peran dapat membantu menegakkan keterampilan memecahkan
masalah yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam pengobatan depresi.
2. Edukasi
Penyuluhan Psikososial
- Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode
manik akut) dan pada anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
- Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim
dimana dapat merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada
keadaan energik, sangat semangat.
- Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam
waktu 1 hari yang dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang berlebihan.
- Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya tidur
yang sama, mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum sakit serta
hindari kebutuhan tidur yang berlebihan dari biasanya).
- Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya
waktu tidur, menghabiskan uang atau merasa lebih enegik dari biasanya dan
segera mulai terapi jika hal tersebut terjadi.

13
- Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang
sedang dideritanya dan merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi
pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam upaya pencegahan.
- Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif
- Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta
direncanakan
- Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian yang
menyedihkan dan mebicarakannya pada keluarga dan sahabat.
- Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari
pengurangan waktu tidur, memperbaiki hubungan dukungan sosial, berdiskusi
serta meminta pendapat tentang keputusan penting misalnya tentang uang atau
keputusan penting lainnya)
- Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan.
- Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang
peranan penting dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana
hubungan saling percaya secara medis ikut membantu pemulihan pasien secara
simultan.
Membangun hubungan sosial
- Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara
langsung maupun tidak langsung dukungan psikososial (contohnya pertemuan
keluarga, bepergian bersama teman, mengunjungi tetangga, berolahraga).
- Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali segala
kegiatan sosial yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga pasien
tentang ini.
3. Rehabilitation
- Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi
dalam kegitan ekonomi, pendidikan serta kesenian di lingkungannya baik secara
formal maupun informal.
- Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk
mencari pekerjaan yang baik.
4. Follow-up
- Follow yang berkesinambungan wajib diperlukan. Tingkat kekambuhannya
tinggi dan pasien yang berada dalam keadaan manik seringkali tidak sadar untuk
mencari pengobatan bagi dirinya, jadi pengobatan serta perawatan yang tidak
dilakukan secara bersamaan sangat merugikan pada saat tertentu
- Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan kebutuhan
akan intervensi psikososial perlu dicantumkan.
- Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala.
Evaluasi harus lebih sering sampai episode manik berakhir.
- Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan
perawatnya, khususnya yang tentang gejala dan tanda serta pengelolaan terapi
secara bersamaan, saat hilangnya gejala. Jika pasien tidak memiliki perawat
yang merawatnya amak pemeriksaan dilakukan secara berkala, diusahakan
14
merekrut seorang perawat, idealnya yang berasal dari lingkungannya dapat
teman atau keluarganya.
5. Pencegahan
- Memperbanyak pengetahuan tentang bipolar dan cara mengatasinya.
- Jauhkan stress. Hindari stres tinggi dengan menjaga situasi keseimbangan antara
pekerjaan dan hidup sehat, dan mencoba teknik relaksasi seperti meditasi, yoga,
atau pernapasan dalam.
- Mencari dukungan. Sangat penting untuk memiliki orang yang dapat diminta
bantuan dan dorongan. Cobalah bergabung dengan kelompok pendukung atau
berbicara dengan teman yang dipercaya.
DAPUS

Kaplan, H.I & Saddock, B.J. 2015. Sinopsis Psikiatri. Edisi kedelapan. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Maslim, Rusdi. 2013. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ
III dan DSM -5. Jakarta: PT. Nuh Jaya
Putra, A. 2013. Gangguan Bipolar. Diunduh dari
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/38120/4/Chapter%20II.pdf pada 1
November 2016.
Fitria Dina, Mutia Lailani. 2014. Gangguan afektif bipolar episode manik dengan gejala
Psikotik. From: https://www.scribd.com/doc/211456259/MTE-Gangguan-Afektif-
Bipolar-Episode-Manik-dengan-Gejala-Psikotik-doc, diunduh pada 1 November 2016.

15

Anda mungkin juga menyukai