Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan
di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan
masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007). Berhasilnya pembangunan
kesehatan ditandai dengan lingkungan yang kondusif, perilaku masyarakat yang
proaktif untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya
penyakit, pelayanan kesehatan yang berhasil dan berdaya guna tersebar merata di
seluruh wilayah Indonesia. Akan tetapi pada kenyataannya, pembangunan
kesehatan di Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Permasalahan-
permasalahan kesehatan masih banyak terjadi.
Sebagian masyarakat berpendapat bahwa kebijakan pemerintah lah yang
salah, sehingga masalah-masalah kesehatan di Indonesia seakan tak ada ujungnya.
Akan tetapi, kita tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja dalam hal ini.
Karena bagaimanapun juga, sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu
dalam menentukan status kesehatan. Dengan kata lain, selain pemerintah masih
banyak lagi faktor-faktor atau determinan yang mempengaruhi status kesehatan
masyarakat
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan determinan kesehatan?
b. Jelaskan bagaimana perkembangan kesehatan?
c. Jelaskan kesehatan dasar apa yang diberikan kepada masyarakat?
d. Bagaimana pendidikan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat?
e. Pelayanan kesehatan apa yang diberikan tenaga kesehatan kepada masyarakat?
1.3 Tujuan
a. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang determinan kesehatan
b. Mahasiswa dapat mengetahui tentang perkembangan kesehatan
c. Mahasiswa dapat mengetahui tentang kesehatan dasar yang diberikan kepada
masyarakat

1
d. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pendidikan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat
e. Mahasiswa dapat mengetahui tentang pelayanan kesehatan yang diberikan tenaga
kesehatan kepada masyarakat

BAB II
PEMBAHASAN

2
2.1 Determinan Kesehatan
Determinan Kesehatan adalah berbagai faktor seperti kepribadian seseorang,
social, ekonomi dan lingkungan yang menentukan status kesehatan individu
ataupun populasi (WHO,1998).
Determinan Kesehatan adalah faktor-faktor yang menentukan dan
mempengaruhi ( membentuk) status kesehatan dari individu atau masyarakat .
Menurut Bloom (1978) yang termasuk ke dalam determinan kesehatan
meliputi genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku individu. Keempat
faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya. Status kesehatan akan
optimal jika keempat faktor tersebut secara bersama-sama dalam kondisi optimal
pula. Jika satu faktor terganggu, status kesehatan akan bergeser ke arah bawah
optimal. Dengan kata lain, intervensi dalam upaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, harus ditujukan pada keempat faktor tersebut

1. Genetik
Determinan kesehatan pada penyakit degenerative berupa genetic yaitu
bakat penyakit dari seorang individu yang diturunkan oleh orang tuanya;
misalnya hipertensi, DM dan sebagainya.
2. Lingkungan
Lingkungan meliputi keterpaparan individu dari hal yang menyebabkan
penyakit , misalnya terpapar radiasi dll. Determinan lingkungan ini lebih lanjut
dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni lingkungan fisik (cuaca, iklim,

3
sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan lingkungan non fisik, seperti
lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagianya.
3. Perilaku
Determinan perilaku adalah gaya hidup individu yang menyebabkan
munculnya penyakit , misalnya perilaku hidup bersih dan sehat harus
ditanamkan dalam diri masyarakat dan juga menjaga pola makanan.
4. Pelayanan Kesehatan
Determinan pelayanan kesehatan pada penyakit degenerative meliputi
kemmpuan dan ketersediaan institusi pelayanan kesehatan dalam menangani
penyakit. Masyarakat membutuhkan posyandu, puskesmas, rumah sakit dan
pelayanan kesehatan lainnya untuk membantu dalam mendapatkan pengobatan
dan perawatan kesehatan. Terutama untuk pelayanan kesehatan dasar yang
memang banyak dibutuhkan masyarakat. Kualitas dan kuantitas sumber daya
manusia di bidang kesehatan juga mesti ditingkatkan.

2.2 Perkembangan Kesehatan


2.2.1 Perkembangan Kesehatan Masyarakat Pada Masa Liberalisme Dan
Sesudahnya.
Dekade setelah perang dunia kedua membawa pergeseran nilai yang
ditandai dengan fokus dibidang kesehatan masyarakat dan harapan
masyarakat. Di negara maju, penyakit menular yang telah begitu lama
manjadi fokus utama kesehatan masyarakat telah surut. Dengan polio
menjadi yang terakhir dari epidemi yang mengejutkan, mampu menurunkan
korban dengan pemberian imunisasi, antibiotic, atau pengendalian
epidemiologi atau lingkungan.(Rogers 1990)

Masa perkembangan epidemiologi modern dimulai pada tahun 1950-


an, dimulai dengan studi follow up terhadap dokter-dokter di Inggris untuk
memperlihatkan adanya hubungan yang kuat antara kebiasaan merokok dan
perkembangan penyakit kanker paru.

Dengan penaklukan fasisme dan diikuti dengan runtuhnya


komunisme, liberalisme muncul kembali. Ini dilambangkan dalam
pernyataan Badan Kesehatan Dunia (WHO), bahwa kesehatan dan

4
kesejahteraan adalah hak asasi bagi semua manusia (WHO, 1968). Hal ini
adalah kewajiban bagi Negara untuk memberikan hak tersebut kepada
penduduk mereka. Dalam beberapa kondisi, konflik antara kesehatan
masyarakat sebagai suatu keharusan dan hakhak sipil kembali muncul. Ini
tetap menjadi isu yang paling tangguh yang harus dihadapi oleh kesehatan
masyarakat. Bangkitnya ilmu pengetahuan pada akhir abad ke-18 dan awal
abad ke-19 mempunyai dampak yang sangat luas terhadap segala aspek
kehidupan manuasia, termasuk kesehatan.

2.2.2 Sejarah Dan Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Negara Berkembang

Untuk melindungi kesehatan rakyat dan pekerjanya, penguasa kolonial


menegakkan hukum serupa dengan yang berlaku di negaranya. Undang-
undang kesehatan masyarakat yang spesifik bervariasi disetiap penguasa
kolonial.

Namun, jejak yang masih ada seperti undang-undang kesehatan


masyarakat, undang-undang kepemerintahan, undang-undang sipil, undang-
undang pabrik, undang-undang vaksinasi dan undang-undang tentang
penyakit menular masih berlaku selama beberapa dekade. Para kolonial telah
mencanangkan inisiatif penting dalam pencegahan dan pengendalian
kesehatan masyarakat internasioanl melalui vaksinasi cacar yang awalnya
diberikan pada para pekerja administrasi kolonial dan kemudian pada pekerja
kasarnya.

Misionaris agama dari Eropa dan Amerika juga melakukan ekspedisi


ke seluruh dunia bersama dengan kekuasaan kolonial. Banyak dari mereka,
memiliki latar belakang medis allopathic, sehingga kemudian mendirikan
lembaga-lembaga perawatan medis serta system pendidikan umum, termasuk
sekolah keperawatan dari medis. Misionaris ini mendirikan klinik kesehatan
atau apotik pada awalnya dan kemudian berkembang menjadi rumah sakit di
Negara-negara kolonial.

5
Diakhir abad ke-18 terjadi suatu momentum peningkatan dalam
pendidikan kesehatan masyarakat, yaitu dengan pembentukan program
sarjana dan pascasarjana yang dirancang khusus untuk kesehatan masyarakat,
awalnya di negara-negara asal koloni kemudian dikembangkan di koloni-
koloni mereka.

Sekolah perintis kesehatan masyarakat didirikan di negara-negara


kolonial diakhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, dengan maksud agar dapat
berfungsi sebagai pusat untuk pengembangan kebijakan terkait kesehatan
masyarakat, dan untuk melatih orang-orang yang akan melayani warga
negaranya di wilayah kolonial atau pekerja di daerah tropis.

Keberhasilan terbesar dicapai oleh negara-negara berkembang pada


abad ke-20 adalah pencegahan dan pengendalian serta pemberantasan tuntas
penyakit cacar, yaitu suatu penyakit menular mengerikan yang telah ada sejak
jaman dahulu. Sebagai tindakan pencegahan kesehatan masyarakat, inokulasi
nanah diambil dari kasus cacar ke orang sehat. Hal ini telah dipraktekkan di
Asia sejak zaman kuno. Metode variolation menyebar ke Eropa dan bagian
lain dunia pada abad ke-17. Saat itu telah disederhanakan dan banyak
digunakan untuk pencegahan dan pengendalian cacar.

Pada 1796, Edward Jenner memperkenalkan teknik modifikasi dari


variolation dengan menggunakan bahan cacar sapi. Masyarakat Eropa
perlahan-lahan menerima hasil eksperimen ini. Kemudian masa inokulasi
menggunakan bahan cacar sapi (vaksinasi) diperkenalkan secara luas. Bahan
vaksin yang telah dikeringkan pada kaca, itu bisa dikirim ke seluruh bagian
dunia. Penerimaan yang lebih luas dari vaksinasi massal ini telah
menyebabkan penyakit cacar berhenti menjadi ancaman utama dikebanyakan
negara Eropa dan Amerika pada awal abad ke-20 (Henderson, 1997).

Pada awal abad ke-20, Prancis kemudian diikuti oleh Belanda


memproduksi vaksin cacar yang beku dan kering dalam jumlah besar, yang
diperuntukkan setiap tahunnya untuk koloni mereka sendiri di Afrika dan

6
Asia. Institute Lister di London telah mengembangkan teknologi beku-kering
untuk memproduksi vaksin di awal 1950-an. Sejak itu, vaksin beku-kering
cacar stabil diproduksi komersial dengan skala besar dan telah menyebar ke
negara-negara maju lain dan kemudian ke negara-negara berkembang yang
baru merdeka.

2.2.3 Perkembangan Kesehatan Masyarakat Di Indonesia

1. Masa pra kemerdekaan


Pada tahun 1807 Gubernur Jendral Daendels melakukan pelatihan
praktik persalinan pada para dukun bayi. Pada tahun1851 didirikan
sekolah dokter Jawa di Batavia yaitu STOVIA. Tahun 1888 di Bandung
didirikan Pusat Laboratorium Kedokteran yang selanjutnya menjadi
Lembaga Eykman sekarang. Pada tahun 1913 didirikan Sekolah Dokter
Belanda yaitu NIAS di Surabaya. Tahun 1922 terjadi wabah Pes,
sehingga tahun 1933-1935 diadakan pemberantasan Pes dengan DDT dan
vaksinasi massal. Hasil penyelidikan Hydric, petugas kesehatan
pemerintah waktu itu, penyebab kesakitan dan kematian yang terjadi di
Banyumas adalah kondisi sanitasi, lingkungan dan perilaku penduduk
yang sangat buruk. Hydric kemudian mengembangkan percontohan dan
propaganda kesehatan.

2. Masa era kemerdekaan


a. Pra reformasi
1. Masa orde lama
Pada tahun 1951 konsep bandung plan diperkenalkan oleh dr
Y. Leimena dan dr. Patah, yaitu konsep pelayanan yang
menggabungkan antara pelayanan kuratif dan preventif. Tahun 1956
didirikanlah proyek Bekasi oleh dr Y. Sulianti di Lembah Abang, yaitu
model pelayanan kesehatan pedesaan dan pusat pelatihan tenaga.
Kemudian didirikan Health Centre (HC) di 8 lokasi yaitu di Indrapura
(Sumatra Utara), Kesiman (Bali), Bojong Loa (Jawa Barat), Salaman
(Jawa Tengah), Mojosari (Jawa Timur), Metro (Lampung), DIY dan
Kalimantan Selatan. Pada tanggal 12 November 1962 Presiden

7
Soekarno mencanangkan program pemberantasan malaria dan pada
tanggal tersebut menjadi Hari Kesehatan Nasional.

2. Masa orde baru

Konsep Bandung Plan terus dikembangkan. Tahun 1967


diadakan seminar konsep puskesmas. Pada tahun 1968 konsep
puskesmas ditetapkan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional dengan
disepakatinya bentuk Puskesmas yaitu Tipe A, B & C. Kegiatan
Puskesmas saat itu dikenal dengan istilah Basic. Ada basic 7, basic
13 Health Service yaitu: KIA, KB, Gizi Masyarakat, Kesling, P3M,
PKM, BP, PHN, UKS, UHG, UKJ, Lab, Pencatatan dan Pelaporan.
Pada tahun 1969, Tipe Puskesmas menjadi A & B. Pada tahun 1977
Indonesia ikut menandatangani kesepakatan Visi: Health For All By
The Year 2000, di Alma Ata, Negara bekas Federasi Uni Soviet.
Pengembangan dari konsep Primary Health Care. Tahun 1979
puskesmas tidak ada pentipean dan dikembangkan piranti manajerial
perencanaan dan penilaian puskesmas yaitu Micro Planning dan
Stratifikasi Puskesmas. Pada tahun 1984 dikembangkan posyandu,
yaitu pengembangan dari pos penimbangan dan karang gizi. Posyandu
dengan 5 programnya yaitu KIA, KB, Gizi, Penanggulangan Diare
dan Imunisasi dengan 5 mejanya (Notoatmodjo, 2005). Pada waktu-
waktu selanjutnya posyandu bukan saja untuk pelayanan balita tetapi
juga untuk pelayanan ibu hamil. Bahkan pada waktu-waktu tertentu
untuk promosi dan distribusi Vit.A, Fe, Garam Yodium, dan Suplemen
gizi lainnya. Posyandu saat ini juga menjadi andalan kegiatan
penggerakan masyarakat seperti PIN, Campak, Vit.A dan sebagainya.

b. Post reformasi
Pada tahun 1997 indonesia mengalami krisis ekonomi,
kemiskinan meningkat, kemampuan daya beli masyarakat rendah,
menyebabkan akses ke pelayanan kesehatan rendah. Kemudian
dikembangkan program kesehatan untuk masyarakat miskin yaitu

8
JPS-BK. Tahun 1998 Indonesia mengalami reformasi berbagai bidang
termasuk pemerintahan dan menjadi negara demokrasi. Tahun 2001
otonomi daerah mulai dilaksanakan, sehingga di lapangan program-
program kesehatan bernuansa desentralisasi dan sebagai konsekuensi
negara demokrasi, program-program kesehatan juga banyak yang
bernuansa politis. Tahun 2003 JPS-BK kemudian menjadi PKPS-
BBM bidang kesehatan, tahun 2005 berubah lagi menjadi Askeskin.
Pada saat itu juga dikembangkan Visi Indonesia Sehat Tahun 2010
dengan Paradigma Sehat.
Puskesmas dan posyandu masih tetap eksis, bahkan posyandu
menjadi andalan ujung tombak mobilitas sosial bidang kesehatan.
Dalam era otonomi dan demokrasi, menuntut akutanbilitas dan
kemitraan sehingga berkembang LSM-LSM baik bidang kesehatan
maupun bukan untuk menuntut akuntabilitas tersebut dalam berbagai
bentuk partisipasi. Sebagai partnership LSM-LSM tersebut,
program kesehatan yang bertanggung jawab adalah promosi
kesehatan.
Promosi kesehatan menjadi ujung tombak mewakili program
kesehatan secara keseluruhan, baik sebagai pemasaran-sosial Visi
Indonesia Sehat 2010 untuk merubah paradigm petugas kesehatan
dan masyarakat. Tugas lain promosi kesehatan adalah melakukan
advokasi, komunikasi kesehatan dan mobilisasi sosial. Secara
universal perkembangan kesehatan masyarakat dibagi menjadi 5 era
dengan dasar pembagian 5 unsur yaitu unsur jangkauan dengan
filosofi yang dianut dengan titik berat pelayanan, unsur
penyelenggaraan pendidikan dan penelitian pengembangan.
3. Perkembangan promosi kesehatan di Indonesia
Perkembangan promosi kesehatan tidak terlepas dari
perkembangan sejarah kesehatan masyarakat di Indonesia dan
dipengaruhi juga oleh perkembangan promosi kesehatan international,
yaitu secara seremonial di Indonesia dimulai program pembangunann
kesehatan masyarakat desa pada tahun 1975, dan tingkat internasional

9
deklarasi Alma Ata tahun 1978 tentang Primary Health Care
(Departemen Kesehatan, 1994). Kegiatan PHC tersebut sebagai tonggak
sejarah cikal-bakal promosi kesehatan.
a) Sebelum tahun 1965 (sebelum sampai awal kemerdekaan)
Pada saat itu istilahnya adalah pendidikan kesehatan. Dalam
program-program kesehatan, pendidikan kesehatan hanya sebagai
pelengkap pelayanan kesehatan terutama pada saat terjadi keadaan
kritis seperti wabah penyakit, bencana, dsb. Sasarannya
perseorangan, dengan sasaran program lebih kepada perubahan
pengetahuan seseorang.
b) Periode tahun 1965-1975
Pada periode ini mulai perhatiannya kepada masyarakat.
Saat itu juga dimulainya peningkatan professional tenaga melalui
program Health Educational Servise (HES). Tetapi intervensi
program masih banyak yang bersifat individual walau sudah mulai
aktif ke masyarakat. Sasaran program adalah perubahan
pengetahuan masyarakat tentang kesehatan.
c) Periode 1975-1985
Istilahnya mulai berubah menjadi penyuluh kesehatan. Saat
itu program UKS di SD diperkenalkannya dokter kecil. Saat itu
juga posyandu lahir sebagai pusat pemberdayaan dan mobilisasi
masyarakat. Sasaran program adalah perubahan perilaku
masyarakat tentang kesehatan.
d) Periode 1985-1995
Dibentuklah direktoral peran serta masyarakat, yang diberi
tugas memberdayakan masyarakat. Direktoral PMK berubah
menjadi pusat PKM, yang tugasnya penyebaran informasi,
komunikasi, kampanye dan pemasaran sosial bidang kesehatan.
Saat itu pula PKMD menjadi posyandu.
e) Periode 1995
Sampai sekarang Istilah PKM menjadi promosi kesehatan.
Promosi kesehatan bukan saja perubahan perilaku, tetapi perubahan
kebijakan atau perubahan menuju perubahan system atau faktor
lingkungan kesehatan. Pada tahun 1997 diadakan konvensi

10
internasional promosi kesehatan dengan tema Health Promotion
Towards The st Century, Indonesian Policy for The Future
dengan melahirkan ,The Jakarta Declaration.
2.3 Kesehatan Dasar
Pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar tertentu yang berlaku
umum terhadap proses pengembangan secara menyeluruh, tetapi dengan penekanan
penerapan di bidang kesehatan seperti berikut, (WHO, 1992) :
Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan penyebaran
sumberdaya, bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti dokter, perawat,
klinik,obat, melainkan juga sumberdaya sosial-ekonomi yang lain seperti
pendidikan, air dan persediaan makanan.

Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatian kepada


adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya sosial yang
ada telah tersebar merata dengan ebih memperhatikan mereka yang paling
membutuhkannya.

Kesehatan adalah suatu bagian penting dari pembangunan secara menyeluruh.


Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor social, budaya dan
ekonomi disamping biologi dan lingkungan.

Pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh :

1. Puskesmas
a. Pengertian puskesmas
Departemen Kesehatan Republik Indonesia yahun 1991 mengatakan
bahwa puskesemas adalah organisasi kesehatan fungsional yang merupakan
pusat pembangunan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta
masyarakat dan memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu
kepada masyarakat wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok.
b. Tugas Pokok Puskesmas
Sesuai dengan kemampuan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda,
maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah Puskesmas akan

11
berbeda-beda pula. Namun demikian kegiatan pokok Puskesmas yang
seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :
Kesejahteraan Ibu dan Anak.
Keluarga Berencana.
Usaha Peningkatan Gizi.
Kesehatan Lingkungan.
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan.
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan Sekolah.
Kesehatan Olahraga.
Perawatan Kesehatan Masyarakat.
Kesehatan Kerja.
Kesehatan Gigi dan Mulut.
Kesehatan Jiwa.
Kesehatan Mata.
Laboratorium Sederhana.
Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi
Kesehatan.
Kesehatan Lanjut Usia.
Pembinaan Pengobatan Tradisional.
c. Tujuan Puskesmas
Mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yaitu
meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan
Indonesia sehat.

2. Poskesdes
a. Pengertian
Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) dapat dikatakan sebagai sarana
kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan
dukungan pemerintah.Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif,
preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (terutama
bidan) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Iainnya.
b. Fungsi Poskesdes
Begitu banyak fungsi poskesdes yang sebenarnya dapat kita manfaatkan
antara lain adalah :

12
Sebagai wahana peran aktif masyarakat di bidang kesehatan
Sebagai wahana kewaspadaan dini terhadap berbagai resiko dan
masalah kesehatan
Sebagai wahana pelayanan kesehatan dasar, guna lebih mendekatkan
kepada masyarakat serta meningkatkan jangkauan dan cakupan
pelayanan kesehatan
Sebagai wahana pembentukan jaringan berbagai UKBM yang ada di
desa
c. Kedudukan dan hubungan kerja
Poskesdes merupakan kooedinator dari UKBM yang ada (misalnya:
posyandu, poskestren, ambulan desa).
Pokesdes dibawah pengawasan dan bimbingan puskesmas setempat.
Pelaksanan poskesdes waib melaporkan kegiatannya kepada
puskesmas, adapun pelaporan yang menyangkut pertanggungjawaban
keuangan disampaikan kepada kepala desa
Jika wilayah tersebut terdapat puskesmas pembantu maka poskesdes
berkoordinasi dengan puskesmas pembantu yang ada tersebut
Poskesdes di bawah pimpinan kabupaten/ kota melalui puskesmas.
Pembinaan dalam aspek upaya kesehatan masyarakat maupun upaya
kesehatan perorangan
d. Kegiatan Poskesdes
Kegiatan rutin Poskesdes di selenggarkan dan dimotori oleh tenaga
kesehatan yang ada di desa tersebut dan Kader Poskesdes dengan bimbingan
Puskesmas setempat dan sektor terkait.
Pelayanan kesehatan yang di selenggarakan oleh poskesdes meliputi
promotif, preventif dan kuratif (pengobatan) sesuai dengan kompetensi.
Kegiatan pelayanan kesehatan tersebut di kelompokkan menjadi kegiatan
utama dan kegiatan pengembangan.
Kegiatan utama pelayanan kesehatan bagi masyarakat desa, adalah :
Pengamatan epidemiologis sederhana terhadap penyakit, terutama
penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian
Luar Biasa (KLB), dan faktor resikonya (termasuk status gizi) serta
kesehatan ibu hamil yang beresiko.

13
Penanggulangan penyakit, terutama penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, serta faktor-faktor resikonya
(termasuk kurang gizi).
Kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
Pelayanan medis dasar, sesuai dengan kompetensi. Pelayanan tersebut
di laksananakan baik di dalam poskesdes maupun di luar poskesdes
(dalam gedung maupun luar gedung).
Adapun kegiatan pengembangan meliputi promosi kesehatan untuk :
Peningkatan keluarga sadargizi,
Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS),
Penyehatan Lingkungan.

3. Posyandu
a. Pengertian posyandu
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam
pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta
pembinaan teknis dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang
mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak
dini.
Yang dimaksud dengan nilai strategis untuk pengembangan sumber
daya manusia sejak dini yaitu dalam peningkat mutu manusia masa yang
akan datang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia
ada 3 intervensi yaitu :
1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan
untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan
ibu sampai usia balita.
2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan
untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik
maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh.
3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk
memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan
bangsa dan negara.
b. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

14
Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu
( ibu Hamil, melahirkan dan nifas)
Membudayakan NKKBS.
Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB Berta kegiatan lainnya
yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera,
Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga
Sejahtera.
c. Kegiatan Pokok Posyandu
KIA
KB
lmunisasi.
Gizi.
Penggulangan Diare.

2.4 Pendidikan Kesehatan


2.4.1 Definisi pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk


menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,
pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang
lain, kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2007: 12)

2.4.2 Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan program pendidikan kesehatan adalah meningkatkan


pengetahuan, kesadaran dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan
sehat, serta meningkatnya peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal (Dahroni,
1996).

15
Adapun sasaran program pendidikan kesehatan yang ditetapkan oleh Depkes
RI (1998) antara lain:
a. Membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat bagi pribadi, keluarga dan
masyarakat umum sehingga dapat memberikan dampak yang bermakna
terhadap derajat kesehatan masyarakat.
b. Meningkatnya pengertian terhadap pencegahan dan pengobatan terhadap
berbagai penyakit yang disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan perilaku
seperti AIDS, Kanker, penyakit jantung, ketergantungan obat dan minuman
keras sehingga angka kesakitan terhadap penyakit tersebut berkurang.
c. Meningkatnya peran swasta / dunia usaha dalam berbagai upaya
pembangunan kesehatan terutama pelayanan kesehatan pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan yang selama ini masih dibiayai pemerintah
seperti imunisasi, foging untuk DBD, penyediaan air bersih dan penyehatan
lingkungan pemukiman.
d. Meningkatnya kreatifitas, produktifitas dan peran serta generasi muda dalam
mengatasi masalah kesehatan diri, lingkungan dan masyarakat

2.4.3 Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai


dimensi, antara lain dimensi sasaran pendidikan kesehatan, tempat
pelaksanaan pendidikan kesehatan, dan tingkat pelayanan pendidikan
kesehatan. (Herawani dkk, 2001: 4)

a. Sasaran pendidikan kesehatan


Dari dimensi sasaran, ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat
dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:
1) Pendidikan kesehatan individual dengan sasaran individu
2) Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok
3) Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat

16
b. Tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan
Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat
berlangsung diberbagai tempat sehingga dengan sendirinya sasarannya
juga berbeda. Misalnya:
1) Pendidikan kesehatan di sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran
murid, yang pelaksanaannya diintegrasikan dalam upaya kesehatan
sekolah (UKS)
2) Pendidikan kesehatan di pelayanan kesehatan, dilakukan di pusat
kesehatan masyarakat, balai kesehatan, rumah sakit umum maupun khusus
dengan sasaran pasien dan keluarga pasien
3) Pendidikan kesehatan di tempat tempat kerja dengan sasaran buruh
atau karyawan.

c. Tingkat pelayanan pendidikan kesehatan


Dalam dimensi tingkat pelayanan kesehatan, pendidikan kesehatan
dapat dilakukan berdasarkan lima tingkat pencegahan (five levels of
prevention) dari Leavel dan Clark, yaitu:
1) Promosi kesehatan (health promotion)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan misalnya
dalam kebersihan perorangan, perbaikan sanitasi lingkungan,
pemeriksaan kesehatan berkala, peningkatan gizi, dan kebiasaan hidup
sehat.

2) Perlindungan khusus (specific protection)


Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat. Misalnya tentang pentingnya
imunisasi sebagai cara perlindungan terhadap penyakit, pada anak,
maupun orang dewasa.
3) Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment)

17
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena
rendahnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
kesehatan dan penyakit yang terjadi dimasyarakat.
4) Pembatasan cacat (disability limitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena
masyarakat sering didapat tidak mau melanjutkan pengobatannya
sampai tuntas atau tidak mau melakukan pemeriksaan dan pengobatan
penyakitnya secara tuntas. Pada tingkat ini kegiatan meliputi perawatan
untuk menghentikan penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, serta
fasilitas untuk mengatasi cacat dan mencegah kematian.
5) Rehabilitasi (rehabilitation)
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena setelah
sembuh dari suatu penyakit tertentu, seseorang mungkin menjadi cacat.
Untuk memulihkan kecacatannya itu diperlukan latihan latihan. Untuk
melakukan suatu latihan yang baik dan benar sesuai program yang
ditentukan, diperlukan adanya pengertian dan kesadaran dari
masyarakat yang bersangkutan.

2.4.4 Metode pendidikan kesehatan


Dibawah ini akan diuraikan beberapa metode pendidikan individual,
kelompok, dan massa (public). (Notoatmodjo, 2003: 104)
a. Metode pendidikan individual (perorangan)
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat
individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang
yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
Dasar digunakannya pendekatan individual ini disebabkan karena setiap
orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda beda sehubungan
dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan
ini antara lain 1) bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling),
2) wawancara (interview).

18
b. Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus mengingat
besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran.
Untuk kelompok yang besar metodenya akan lain dengan kelompok kecil.
Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran
pendidikan.
1) Kelompok besar
Yang dimaksud kelompok besar disini adalah apabila peserta
penyuluhan itu lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk
kelompok besar ini antara lain ceramah dan seminar.
2) Kelompok kecil
Apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang disebut
kelompok kecil. Metode metode yang cocok untuk kelompok kecil
ini antara lain diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming),
bola salju (snow bolling), kelompok kecil kecil (bruzz group),
memainkan peran (role play), permainan simulasi (simulation game).
c. Metode pendidikan massa (public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan
pesan pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya
massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung.


Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Contoh metode ini
antara lain: ceramah umum (public speaking).

2.5 Pelayanan Kesehatan


2.5.1 Pengertian Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan adalah setiap anggota yang di selenggarakan
secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk
memelihara dan meningkatan kesehatan. Mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok
dan atau pun masyarakat (azwar, 1995).
2.5.2 Konsep Pelayanan Kesehatan Dasar

19
Konsep pelayanan kesehatan dasar mencakup nilai-nilai dasar
tertentu yang berlaku umum terhadap proses pengembangan secara
menyeluruh, tetapi dengan penekanan penerapan di bidang kesehatan seperti
berikut, (WHO, 1992) :
2 Kesehatan secara mendasar berhubungan dengan tersedianya dan
penyebaran sumberdaya, bukan hanya sumberdaya kesehatan seperti
dokter, perawat, klinik,obat, melainkan juga sumberdaya sosial-
ekonomi yang lain seperti pendidikan, air dan persediaan makanan.
3 Pelayanan kesehatan dasar dengan demikian memusatkan perhatia
kepada adanya kepastian bahwa sumberdaya kesehatan dan sumberdaya
sosial yang ada telah tersebar merata dengan ebih memperhatikan
mereka yang paling membutuhkannya.

4 Kesehatan adalah suatu bagian penting dari pembangunan secara


menyeluruh. Faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah faktor social,
budaya dan ekonomi disamping biologi dan lingkungan.

2.5.3 Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan


Jenis pelayanan adalah pelayanan publik yang mutlak dilaksanakan
untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak dalam kehidupan. Pelayanan
dasar adalah jenis pelayanan publik yang mendasar dan mutlak untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial, ekonomi dan
pemerintah.

Jenis pelayanan kesehatan menurut UNDANG-UNDANG NO 36 TAHUN


2009 TENTANG KESEHATAN diantaranya adalah :

1 Pelayanan kesehatan perseorangan,


Pelayanan kesehatan perseorangan maupun masyarakat meliputi kegiatan
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan
kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

20
Pelayanan kesehatan preventif adalah suatu kegiatan pencegahan
terhadap suatu masalah kesehatan/penyakit.
pelayanan kesehatan kuratif adalah suatu kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,
pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga seoptimal mungkin.
Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan dan/atau
serangkaian kegiatan untuk mengembalikan bekas penderita ke
dalam masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota
masyarakat yang berguna untuk dirinya dan masyarakat semaksimal
mungkin sesuai dengan kemampuannya
2 Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat dilihat dari bentuk pelayanannya
yaitu pelayan klinik, puskesmas, dan rumah sakit
KLINIK
Berdasarkan Pada PERATURAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 028/ MENKES/PER/I/2011
TENTANG KLINIK Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang
menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik,
diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis adalah dokter,
dokter spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis.
Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi
Klinik Pratama dan Klinik Utama.
1 Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar.

2 Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan


pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik.

21
Klinik Pratama atau Klinik Utama dapat mengkhususkan
pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan disiplin ilmu,
golongan umur, organ atau jenis Penyakit tertentu. Jenis Klinik
Pratama atau Klinik Utama pedoman penyelenggaraannya
ditetapkan oleh Menteri. Klinik dapat diselenggarakan oleh
pemerintah, pemerintah daerah atau masyarakat.

Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat


promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pelayanan kesehatan
dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan, one day care, rawat inap
dan/atau home care. Klinik yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan 24 (dua puluh empat) jam harus menyediakan dokter serta
tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan yang setiap saat berada di
tempat.

Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat


jalan dapat secara perorangan atau berbentuk badan usaha.
Kepemilikan Klinik Pratama yang menyelenggarakan rawat inap
dan Klinik Utama harus berbentuk badan usaha. Klinik harus
memenuhi persyaratan lokasi, bangunan dan ruangan, prasarana,
peralatan, dan ketenangan.

PUSKESMAS

Setiap Puskesmas mempunyai jenis pelayanan yang standar


sesuai wilayah kerja masing-masing. Beberapa Puskesmas
melaksanakan jenis kegaitan pengembangan dan penunjang sesuai
kemampuan sumber daya manusia dan sumber daya material yang
dimilikinya. Berikut ringkasan pelayanan sebagai contoh menurut
pengalaman bertugas keliling puskesmas.

1 Pelayanan Puskesmas didalam gedung (rawat jalan)

22
Ruangan Kartu/Loket
Poli Umum
Poli Gigi
Poli KIA-KB
Pojok Gizi
Ruangan Tundakan / UGD
Apotek
Gudang Obat
Gudang Inventaris
Ruangan Tata Usaha
Ruangan Imunisasi
Ruangan Laboratorium Sederhana
Ruangan Kepala Puskesmas

Puskesmas Rawat Inap, pada umumnya mempunyai ruangan khusus


untuk Unit Gawat Darurat, perawatan umum dan ruang bersalin

1 Pelayanan Puskesmas di luar gedung

Posyandu Balita
Posyandu Lansia
Penyuluhan Kesehatan
Pelacakan Kasus
Survey PHBS
Rapat Koordinasi

1 Program Pokok Puskesmas :

Promosi Kesehatan (Promkes)


Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Sosialisasi Program Kesehatan

2 Pencegahan Penyakit Menular (P2M) :

Surveilens Epidemiologi
Pelacakan Kasus : TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu Burung,
ISPA, Diare, PMS

23
3 Pengobatan :

Poli Umum
Poli Gigi
Unit Gawat Darurat
Puskesmas Keliling

4 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) KB

ANC (Antenatal Care) , PNC (Post Natal Care), KB


(Keluarga Berencana),
Persalinan, Rujukan Resti, Kemitraan Dukun

5 Upaya Peningkatan Gizi

Penimbangan, Pelacakan Gizi Buruk, Penyuluhan Gizi

6 Kesehatan Lingkungan :

Pengawasan SPAL (saluran pembuangan air limbah),


SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), TTU
(tempat umum), Institusi
Survey Jentik Nyamuk

7 Pencatatan dan Pelaporan :

Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas


(SP2TP)

1 Program Tambahan/Penunjang Puskesmas :

2 Kesehatan Mata

3 Kesehatan Jiwa

4 Kesehatan Lansia

24
5 Kesehatan Reproduksi Remaja

6 Kesehatan Olahraga

(Program penunjang biasanya sebagai tambahan, sesuai kemampuan


puskesmas dalam melakukan pelayanan)

RUMAH SAKIT

Pelayanan rumah sakit ditunjukkan untuk : pasien/penderita dan


keluarganya, orang sehat, masyarakat luas, dan institusi (asuransi,
pendidikan, dunia usaha, kepolisian dan kejaksaan). Pelayanan terhadap
pasien meliputi : pemeriksaan, penegakan diagnosis, tindakan terapeutik
(pengobatan), tindakan pembedahan, penyinaran dan lain-lain.

Bentuk pelayanan rumah sakit dibagi atas pelayanan dasar,


pelayanan spesialistik dan sub spesialistik dan pelayanan penunjang.
Bentuk pelayanan ini akan sangat ditentukan juga oleh tipe rumah sakit.

Pelayanan dasar rumah sakit : rawat jalan (politeknik/ambulatory), rawat


inap (inpatient care), dan rawat darurat (emergency care). Rawat jalan
merupakan pertolongan kepada penderita yang masih cukup sehat untuk
pulang ke rumah.

Rawat inap merupakan pertolongan kepada penderita yang


memerlukan asuhan keperawatan terus-menerus (continuous nursing
care) hingga sembuh. Rawat darurat merupakan pemberian pertolongan
kepada penderita yang dilaksanakan dengan segera.

Rawat darurat dilakukan dengan prinsip-prinsip : revive, review


dan repair. Setiap pasien masuk rawat darurat khusus di rumah sakit
kemungkinan dapat melalui 3 bagian sebelum masuk ke ruang rawat

25
inap, atau kembali kerumah sendiri. Bagian-bagian ini adalah : ruang
triage, ruang tindakan dan ruang observasi.

1 Pelayanan medis spesialistik dan sub spesialistik meliputi : Pelayanan


spesialis bedah, terdiri dari 8 spesialis yakni : bedah syaraf, bedah tumor,
bedah urologi, bedah umum dan digestive, bedah orthopedic, bedah anak,
bedah plastik dan rekonstruksi , bedah torax dan kardiovaskuler.

2 Pelayanan spesialis penyakit dalam terdiri dari 8 (delapan) sub spesialis


yakni gastro enterologi, metabolisme/endokrin, cardiology, tropical
medicine, rheumatologi, pulmonologi, ginjal dan hematology.

3 Pelayanan spesialis kebidanan dan penyakit kandungan terdiri dari 7


(tujuh) sub spesialis yakni obstetric dan gynocologi umum, perinatologi,
endokrinologi, onkologi, obstetric dan gynocolgi social, reproduksi dan
rekonstruksi.

4 Pelayanan spesialis kesehatan anak terdiri dari 14 (empat belas) sub


spesialis yakni hematologyk pulmonologi , gastroenterologyk alergi
immunologi, gizi, penyakit infeksi, pencitraan, nephrology, neonatology,
endokrinologi, cardiologi, tumbuh kembang, dan pediatric gawat darurat.

5 Pelayanan spesialis telinga, hidung dan tenggorokan terdiri dari 6 (enam)


sub spesialis, yakni : otology, audiologi-vestibular, faring-laringologi,
rhinologi, onkologi THT dan bronkho-esofagologi.

6 Pelayanan spesial mata, terdiri dari 5 sub spesialis, yakni : glaucoma,


external eye disease, retina/uvea, tumor dan trauma rekonstruksi.

7 Pelayanan spesialis neurology, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis, yakni :


neuro muscular, neuro fisiologi, neurologi anak, neuro opthalmologi,
neuro radiologi dan neuro restorasi.

26
8 Pelayanan spesialis kulit dan kelamin, terdiri dari 7 (tujuh) sub spesialis,
yakni : allergi immunologi, kosmetik, mikologi, dermatologi, penyakit
hubungan seksual, umum dan MH (Morbus Hansen).

9 Pelayanan spesialis anaesthesi, terdiri dari 6 (enam) sub spesialis, yakni :


thorax & cardiovascular anaesthesia, neuro anaesthesia, regional
analgesia, obstetric anaesthesia and labor painless, pain clinic and
palliative care, dan intensive cara unit.

10 Pelayanan medis spesialis rehabilitasi medik.

11 Pelayanan medis spesialis gizi klinik.

12 Pelayanan bedah (operasi) dilakukan di instalasi bedah sentral. Instalasi


bedah sentral merupakan pusat seluruh kegiatan pembedahan pasien di
rumah sakit. Oleh karena itu, ada prinsip-prinsip yang harus dipatuhi di
dalam bedah sentral ini, yaitu : cukup nyaman bagi tim, mencegah infeksi
dan kontaminasi, dan membuat barrier antara hal-hal yang sifatnya bersih
dengan yang kotor.

Selain itu juga di rumah sakit terdapat pelayanan penunjang,


yaitu : penunjang diagnostic (radiology dan laboratorium), penunjang
terapi (farmasi, gizi, rehabilitasi media dan kamar bedah). Pelayanan
penunjang medis spesialistik, terdiri dari :

1 Pelayanan spesialis radiology, yang terbagi atas : sub spesialis radiology


anak, sub spesialis C. Tomografi, sub spesialis radiology, dan sub
spesialis angiografi.

2 Pelayanan spesialis patologi klinik.

3 Pelayanan spesialis parasitologi klinik.

4 Pelayanan spesialis mikrobiologi klinik.

27
5 Pelayanan spesialis patologi anatomi.

2.5.4 Jenis Pelayanan Rumah Sakit

Dari bentuk pelayanan rumah sakit tersebut di atas, maka jenis


pelayanan rumah sakit dikelompokkan atas :

1 Kelompok pelayanan medis, meliputi 6 (enam) jenis pelayanan, yakni :

pelayanan rawat jalan

pelayanan rawat darurat

pelayanan rawat inap

pelayanan bedah sentral

pelayanan rawat intensif

dan pelayanan rehabilitasi medik.

2 Kelompok pelayanan penunjang medis, mencakup 3 (tiga) jenis


pelayanan, yakni :
pelayanan radiology dan imaging
pelayanan laboratorium, dan
pelayanan farmasi.
3 Kelompok penunjang non medik, mencakup 6 (enam) jenis pelayanan,
yakni :
pelayanan gizi rumah sakit
pelayanan pemulasaran jenazah
pelayanan binatu
pelayanan pemeliharaan dan perbaikan sarana
pelayanan pelatihan dan pelatihan
pelayanan sosial.

28
2.5.5 Pelayanan kesehatan tradisional.
Pelayanan kesehatan tradisional adalah pengobatan dan/atau
perawatan dengan cara dan obat yang mengacu pada pengalaman dan
keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.
Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional
terbagi menjadi:

1 pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan

2 pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keahliannya

Setiap orang yang melakukan pelayanan kesehatan tradisional yang


menggunakan alat dan teknologi harus mendapat izin dari lembaga kesehatan
yang berwenang.

Penggunaan alat dan teknologi harus dapat dipertanggungjawabkan


manfaat dan keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama dan
kebudayaan masyarakat. Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya
untuk mengembangkan, meningkatkan dan menggunakan pelayanan
kesehatan tradisional yangdapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya. Pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanankesehatan
tradisional dengan didasarkan pada keamanan,kepentingan, dan perlindungan
masyarakat.

2.5.6 Pelayanan Kesehatan Kebidanan

Sementara Berdasarkan pada PERATURAN MENTERI


KESEHATAN RI NOMOR 741/MENKES/PER/VII/2008 TENTANG
STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDAN KESEHATAN DI
KABUPATEN/KOTA jenis-jenis pelayanan kesehatan terdiri dari :

1 Pelayanan kesehatan dasar, mencakup :

29
Pelayanan kesehatan ibu hamil

Pelayanan penanganan komplikasi kebidanan

Pelayanan pertolongan persalinan

Pelayanan nifas

Pelayanan penanganan neonatus dengan komplikasi

Pelayanan bayi baru lahir

Pelayanan imunisasi

Pelayanan pada balita

Pelayanan kesehatan anak

Pelayanan KB aktif

Pelayanan penanganan penderita penyakit

Pelayanan kesehatan dasar masyarakat miskin

2 Pelayanan Kesehatan Rujukan

Pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin

Pelayanan gawat darurat level 1 yang arus diberikan Rumah Sakit

Penyelidikan epidemiologi dan penanggulangan kejadian luar biasa


(KLB)

Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat

30
2.5.6 Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Agar pelayanan kesehatan dapat mencapai tujuan yang di inginkan,


banyak syarat yang harus dipenuhi. syarat yang di maksud paling tidak
mencakup delapan hal pokok, yaitu : tersedia (available), wajar (appropriate),
berkesinambungan (continue), dapat di terima (acceptable), dapat di capai
(accesible), dapat di jangkau (affordable), efisien (efficient), serta bermutu
(quality) (azwar,1995)

1 Ketersediaan pelayanan kesehatan (available)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan kesehatan


tersebut tersedia di masyarakat.

2 Kewajaran pelayanan kesehatan (appropriate)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut


bersifat wajar, dalam arti dapat mengatasi masalah kesehatan yang
dihadapi.

3 Kesinambungan pelayanan kesehatan (continue)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut


bersifat berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut
waktu atau kebutuhan pelayanan kesehatan.

4 Penerimaan pelayanan kesehatan (acceptable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan


kesehatan tersebut dapat di terima oleh pemakai jasa pelayanan
kesehatan.

5 Ketercapaian pelayanan kesehatan (accesible)

31
Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut
dapat di capai oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

6 Keterjangkauan pelayanan kesehatan (affordable)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut


dapat di jangkau oleh pemakai jasa pelayanan kesehatan

7 Efisiensi pelayanan kesehatan (efficient)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan


kesehatan tersebut dapat di selenggarakan secara efisien.

8 Mutu pelayanan kesehatan (quality)

Artinya pelayanan kesehatan bermutu apabila pelayanan tersebut


dapat menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.

Adapun kriteria kriteria pelayanan yng memuaskan menurut DR.Bob


Woworutu (Noveniawanata, 2008) adalah :

1 Kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi

2 Mampu memberikan pelayanan yang baik

3 Tidak berbelit belit

4 Menyingkat waktu tunggu masyarakat

5 Dapat menguntungkan semua pihak

2.5.7 Sistem Rujukan

32
Seperti yang telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan Nomor
23 Tahun 1972 tentang Sistem Rujukan adalah suatu system penyelenggaraan
pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal
balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal
dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih
mampu atau secara horizontal dalam arti antar unit-unit yang setingkat
kemampuannya.

Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,


pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat
yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka
berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada.
(Depkes RI, 2006)

Sistem rujukan merupakan suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan


yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal
balik atas timbulnya masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan
masyarakat, baik secara vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih
kompeten, terjangkau dan dilakukan secara rasional.

Jenis Rujukan

Rujukan secara konseptual terdiri atas :

1 Rujukan Medik yang pada dasarnya menyangkut masalah


pelayanan medik perorangan yang antara lain meliputi :

2 Rujukan kasus untuk keperluan diagnostic, pengobatan, tindakan


operasi dan lain-lain.

33
3 Rujukan spesimen untuk pemeriksaan laboratorium klinik yang
lengkap.

4 Rujukan ilmu pengetahuan antara lain mendatangkan atau mengirim


tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan tindakan,
memberi pelayanan, alih pengetahuan dan teknologi dalam
meningkatkan kualitas pelayanan.

5 Rujukan Kesehatan masyarakat rujukan yang menyangkut


masalah kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan promotif
yang antara lain meliputi :

6 Rujukan sarana berupa antara lain bantuan laboratorium kesehatan,


teknologi kesehatan.

7 Rujukan tenaga dalam bentuk antara lain dukungan tenaga ahli untuk
penyidikan sebab dan asal usul penularan penyakit serta
penanggulangannnya pada bencana alam dan gangguan kamtibmas.

8 Rujukan operasional berupa antara lain bantuan obat, vaksin, pangan


pada saat terjadi bencana, pemeriksaan specimen jika terjadi
keracunan masal, pemeriksaan air minum penduduk.

Jalur Rujukan Kesehatan

1 Rujukan Pelayanan Medis

Antara masyarakat dengan puskesmas


Antara Puskesmas Pembantu/Bidan di Desa dengan Puskesmas
Intern antara petugas Puskesmas/Puskesmas Rawat Inap
Antara Puskesmas dengan Rumah Sakit, Labratorium
ataufasilitas pelayanan lainnya.

2 Rujukan Pelayanan Kesehatan

34
Dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Dari Puskesmas ke instansi lain yang lebih kompeten baik
intrasektoral maupun lintas sektoral.
Jika rujukan di Kabupaten/Kota masih belum mampu
menanggulangi, dapat diteruskan ke Provinsi/Pusat.

2.5.8 Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan

Umum:

Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung


mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah kesehatan
secara berdaya guna dan beerhasil.

Khusus:

1 Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat kuratif


dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna

2 Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dan


promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.

2.5.9 Upaya kesehatan Rujukan

Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:

1 Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan


dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat

2 Mengadakan Pusat Rujukan Antara dengan mengadakan ruangan


tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada
lokasi yang strategis

3 Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan


dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit pelayanan
kesehatan

35
4 Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk
kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio
komunikasi

5 Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi sistem


rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan

6 Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan rujukan

2.5.10 Rujukan Kebidanan

Sistem rujukan dalam mekanisme pelayanan obstetri adalah suatu


pelimpahan tanggung jawab timbale-balik atas kasus atau masalah kebidanan
yang timbul baik secara vertical maupun horizontal. Rujukan vertical,
maksudnya adalah rujukan dan komunikasi antara satu unit ke unit yang telah
lengkap. Misalnya dari rumah sakit kabupaten ke rumah sakit provinsi atau
rumah sakit tipe C ke rumah sakit tipe B yang lebih spesialistik fasilitas dan
personalianya. Rujukan horizontal adalah konsultasi dan komunikasi antar-unit
yang ada dalam satu rumah sakit, misalnya antara bagian kebidanan dan bagian
ilmu kesehatan anak.

2.5.11 Tujuan rujukan

1 Setiap penderita mendapat perawatan dan pertolongan yang sebaik-baiknya.

2 Menjalin kerjasama dengan cara pengiriman penderita atau bahan


laboratorium dari unit yang kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap
fasilitasnya.

3 Menjalin pelimpahan pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge


and skill) melalui pendidikan dan pelatihan antara pusat dan daerah.

2.5.12 Kegiatan

1 Rujukan dan pelayanan kebidanan

36
2 Pengiriman orang sakit dari unit kesehatan kurang lengkap ke unit yang
lebih lengkap.

3 Rujukan khusus patologis pada kehamilan, persalinan, dan nifas.

4 Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya, seperti kasus


ginekologi atau kontrasepsi, yang memerlukan penanganan spesialis.

5 Pengiriman bahan laboratorium.

6 Jika penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai, kembalikan
dan kirimkan ke unit semula, jika parlu disertai dengan keterangan yang
lengkap (surat balasan).

2.5.13 Pelimpahan pengetahuan dan keterampilan

1 Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan pengetahuan


dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi penderita, diskusi kasus, dan
demontrasi operasi.

2 Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah


pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit pendidikan, juga
dengan mengundang tenaga medis dalam kegiatan lmiah yang
diselenggarakan tingkat provinsi atau ilustrasi pendidikan.

2.5.14 Rujukan informasi medis

1 Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim dan advis
rehabilitas kepada unit yang mengirim.

2 Menjalin kerjasama dalam system pelaporan data-data parameter pelayanan


kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan prenatal. Hal ini

37
sangat berguna untuk memperoleh angka-angka secara regional dan
nasional.

2.5.15 Keuntungan system rujukan

1 Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti bahwa


pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara psikologi
member rasa aman pada pasien dan keluarganya

2 Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan


keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerah masing-masing.

3 Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli

2.5.16 Indikasi perujukan ibu

1 Riwayat seksio sesaria

2 Perdarahan pervaginam

3 Persalinan kurang bulan(usia kehamilan kurang dari 37 mgg)

4 Ketuban pecah dengan mekonium yang kental

5 Ketuban pecah lama (kurang lebih 24jam)

6 Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan

7 Ikterus

8 Anemia berat

9 Tanda /gejala infeksi

10 Preeklamisa/hipertensi dalam kehamilan

38
11 Tinggi fundus 40 cm atau lebih

12 Gawat janin

13 Primipara dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5

14 Presentasi bukan belakang kepala

15 Kehamilan gemeli

16 Presentasi majemuk

17 Tali pusat menumbung

18 syok

39
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Untuk mencapai status kesehatan yang baik, baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosial, setiap individu atau kelompok harus mampu
mengidentifikasikan setiap aspirasi, untuk memenuhi kebutuhan dan mengubah
atau mengantisipasi keadaan lingkungan agar menjadi lebih baik. Kesehatan
sebagai sumber kehidupan sehari-hari, bukan sekedar tujuan hidup. Kesehatan
merupakan konsep yang positif yang menekankan pada sumber-sumber sosialdan
personal
3.2 Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Saran dan kritik sangat kami harapkan dari pembaca. Apabila ada terdapat
kesalahan kami mohon maaf dan harap memakluminya.

DAFTAR PUSTAKA

Ircham, Machfoedz dan Eko Suryani.2008.Pendidikan Kesehatan Bagian Dari Promosi


Kesehatan. Fitramaya :Yogyakarta

40
Maulana,Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Soekidjo Notoatmojo.2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan
Masyarakat.Jakarta:Rineka Cipta
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik
Makassar.
Soekidjo Notoatmojo.2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat.Ed.2.
Jakarta : Rineka Cipta
Soekidjo Notoatmojo, 2007.Kesehatan Masyarakat, Ilmu dan Seni, , Jakarta: Rineka
Cipta.
Dwiyanto Fery, 2011. Sejarah dan Perkembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat Di
Negara Maju dan Berkembang.
Depkes RI., (2009) Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta
Hidayat, A.A. A., (2008) Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Edisi 2, Jakarta:
Salemba Medika.
Entjang, Indan, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti
Kumpulan Materi Kesmas Bahan Bacaan Jurusan Kebidanan Politeknik
Makassar.
Azwar, Azrul 1995. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan : aplikasi prinsip lingkaran
pemecahan masalah. Pustaka sinar harapan. Jakarta
Peraturan Menteri Kesehatan Ri Nomor 741/Menkes/Per/Vii/2008 Tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidan Kesehatan Di Kabupaten/Kota
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011
Tentang Klinik Klinik
Undang-Undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan
Curtis,G.B.2002. Tanya Jawab Seputar Kehamilan. Jakarta.
Hanifa, W. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

41
42

Anda mungkin juga menyukai