IDENTITAS JURNAL
1. Nama Penulis
Jurnal ditulis oleh Kamla Dodia, Siddesh Bapat dan Rajesh K Chudasama
2. Judul Tulisan
Dry Eye Risk Factor after Phacoemulsification Cataract Surgery at a Secondary Care
Hospital
3. Jurnal Asal
International Journal of Health and Allied Sciences Vol. 2, Issue 4, Oktober-Desember
2013.
B. LATAR BELAKANG
Dry eye tidak lagi menjadi masalah mata yang sepele dan diremehkan oleh dokter
mata. Mata adalah system optik hidup yang komponennya terus berubah sepanjang
kehidupan dan salah satu komponen penting tersebut adalah tear film dan sistem
lakrimal. Jika salah satu bagian dari sistem ini tidak berfungsi dengan baik maka dapat
menyebabkan permasalahan yang kronis. Abnormalitas tear film preokular menyebabkan
dry eye. Tear film preokular terdiri atas tiga lapis, dari depan ke belakang, lapisan mukus,
aquos dan lapisan lipid. National Eye Institute/Industry Workshop on Clinical Trial
mendefinisikan dry eye sebagai suatu kelainan tear film akibat defisiensi air mata atau
evaporasi air mata berlebih, yang menyebabkan kerusakan permukaan inter-palpebra dan
berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan pada mata.
Dry eye adalah kelainan tersering pada praktik mata. Penelitian melaporkan
ketidaknyamanan akibat gejala dan tanda dry eye setelah operasi katarak. Prevalensi dry
eye bervariasi dari 4% sampai 57% yang memperlihatkan disparitas yang luas diseluruh
dunia. Hal ini dianggap oleh pasien sebagai masalah kronis yang berhubungan dengan
penurunan kualitas hidup yang signifikan, termasuk iritasi mata kronis dan penglihatan
yang fluktuatif. Pemahaman baru tentang patogenesis penyakit mata kering dan
munculnya pilihan untuk pengobatan menyebabkan ketertarikan berbasis luas dalam
meningkatkan pendekatan kami terhadap pasien dengan mata kering.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi tingkat masalah mata kering dan
mengevaluasi faktor risiko yang terkait dengan operasi fakoemulsifikasi katarak
di sebuah rumah sakit perawatan sekunder.
D. METODOLOGI PENELITIAN
Kriteria inklusi mencakup semua pasien dewasa di atas usia 18 tahun yang
dirawat untuk operasi fakoemulsifikasi katarak. Kriteria eksklusi meliputi, semua pasien
di bawah usia 18 tahun, memiliki riwayat penyakit mayor medis dan bedah, penyakit
kulit, konsumsi obat-obatan, riwayat operasi mata sebelumnya, riwayat penyakit mata
sebelumnya, riwayat trauma, luka bakar kimia, riwayat pemakaian kontak lensa, dan
pseudophakia pada mata lainnya.
Semua pasien studi ditanyakan untuk riwayat penyakit mata dan sistemik. Setiap
pasien diperiksa untuk penilaian pra-operasi dengan biomikroskopy slit lamp dan
funduskopi. Tekanan intraokular diukur dengan tonometer Schiotz dan pemeriksaan
patensi saluran lakrimal dengan syringing sac.
Kemudian semua pasien menjalani pemeriksaan Schirmer I Test (SIT) dan Tear
Film Break up Time (TBUT). Kedua tes tersebut dilakukan pada hari pre-operatif, 1 hari
pasca operasi, 7 hari pasca operasi dan 45 hari pasca operasi dan setiap pembacaannya
dicatat.
Tes tersebut dilakukan dalam kondisi suhu ruangan, masing-masing alam interval
10 menit untuk meminimalkan refleks air mata dan perubahan permukaan mata sekunder
akibat pengujian. Strip yang digunakan untuk tes ini diperoleh dari rumah sakit
pemerintah dari satu pemasok untuk mempertahankan keseragaman hasil. Sebuah skor
gejala untuk nilai SIT <5 mm dalam 5 menit pada kertas filter Whatman no. 41 dan untuk
nilai TBUT <10 s diambil sebagai indikator dari mata kering.
Analisis statistik pada penelitian ini menggunakan Epi Info Software versi 3.5.1
dengan penggunaan proporsi dan uji statistik yang sesuai (z-test). Statistik P <0,05
dianggap signifikan dengan 95% dari interval kepercayaan.
E. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini sebanyak 272 pasien terdaftar selama masa penelitian 1 tahun
dengan dengan kisaran usia 36 - 75 tahun dan usia rata-rata adalah 60,03 tahun. Lebih
dari setengah (54,4%) dari pasien merupakan kelompok usia 51-65 tahun. Jumlah kasus
pada wanita (55,9%) dilaporkan lebih banyak dari laki-laki. Sebagian besar pasien
(75,4%) yang berada di wilayah perkotaan. Pada akhir hari ke 45 pasca operasi, dari
272 pasien, 42 (15,4%) dilaporkan terjadi perubahan pada TBUT dan nilai SIT yang
menunjukkan terjadinya dry eye.
Nilai TBUT sangat mengalami perubahan pasca-operasi pada hari ke 1 dan hari
ke 7. Perbedaan yang signifikan diamati antara nilai TBUT pada hari 1 dan hari 7 bila
dibandingkan dengan nilai pra-operasi. Temuan serupa dilaporkan juga untuk nilai SIT.
Tabel 2. Perbandingan Nilai SIT dan TBUT subjek penelitian Pre dan Post Operasi
Perbandingan nilai SIT pasca operasi dibuat terhadap nilai pra-operasi dan
perubahan ditampilkan sebagai persentase. perubahan nilai maksimum dilaporkan pada
kedua jenis kelamin untuk kelompok usia di atas 65 tahun untuk 1 dan 7 hari pasca
operasi. Temuan serupa dilaporkan untuk nilai TBUT juga untuk kedua jenis kelamin dan
kelompok usia di atas 65 tahun.
Tabel 3. Distribusi Umur dan Jenis Kelamin Nilai SIT Selama Periode Post Operasi
Katarak Fakoemulsifikasi
Tabel 4. Distribusi Usia dan Jenis Kelamin nilai TBUT selama Periode Post Operasi
Katarak Fakoemulsifikasi
F. DISKUSI / PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat masalah dry eye dan
mengevaluasi beberapa faktor risiko yang terkait dengan operasi fakoemulsifikasi katarak
di rumah sakit perawatan sekunder. Metode untuk diagnosis dry eye bervariasi,
meremehkan definisi dengan penggunaan kriteria diagnostik yang berbeda menyebabkan
kesulitan dalam perbandingan prevalensi dan efektivitas rejimen pengobatan. Prevalensi
tinggi yang dilaporkan dalam beberapa penelitian juga dikarenakan tes dry eye telah
dilakukan pada pasien dengan skor gejala positif (sehingga menyebabkan bias) atau pada
pasien dengan beberapa penyakit lain.
Tes yang paling umum digunakan untuk tujuan diagnostik adalah tes Schirmer,
digunakan sejak lama, tidak akurat dan tidak dapat diulang karena refleks sekresi yang
dihasilkan secara invasive natural. Karena biaya strip yang murah, kemudahan dari
aplikasi dan kurangnya ketersediaan tes diagnostik lain yang lebih dapat diterima telah
menyebabkan Schirmer tes ini menjadi uji klinis yang paling umum diterapkan untuk
diagnosis dry eye.
Pengukuran TBUT dengan fluorescein adalah metode lain yang banyak digunakan
untuk diagnosis mata kering oleh dokter mata. Tes TBUT dianggap lebih dapat
diandalkan dibandingkan tes Schirmer, karena berulang dan bersifat minimal invasif.
Namun, penggunaan fluorescein secara berangsur-angsur dapat menyebabkan
destabilisasi film air mata. Pengukuran break up time tanpa menggunakan fluorescein
dapat mengatasi masalah ini dan memberikan penilaian yang lebih akurat stabilitas air
mata.
Penelitian ini melaporkan usia rata-rata 60,03 tahun (dengan kisaran usia: 36-75
tahun) yang sedikit lebih rendah dibandingkan Inggris (63,8 tahun) dan Korea (67,5
tahun). Prevalensi mata kering bervariasi dari 4% menjadi 57% dengan demikian
menunjukkan disparitas yang luas di seluruh dunia. Penelitian ini melaporkan mata
kering di 15,4% pasien setelah 45 hari pasca-operasi dari operasi katarak
fakoemulsifikasi.
Fakoemulsifikasi saat ini digunakan sebagai metode untuk operasi katarak.
Namun, efek dari operasi ini pada fungsi air mata termasuk produksi air mata dan
stabilitas air mata film jarang dipelajari. Sebuah studi melaporkan bahwa
fakoemulsifikasi tidak mengubah nilai TBUT dan SIT pada pasien dengan mata kering,
sementara Liu et al. melaporkan fakoemulsifikasi mengurangi TBUT pada pasien.
Penelitian ini melaporkan perubahan baik TBUT dan SIT dibandingkan dengan penelitian
di atas.
Penelitian melaporkan kasus dry eye meningkat secara progresif dengan usia yang
mana konsisten dengan temuan penelitian ini. Penelitian ini melaporkan kasus dry eye
lebih terjadi pada usia lebih dari 65 tahun dan dengan peningkatan restorasi film air mata
yang tertunda. Korelasi yang signifikan dilaporkan oleh beberapa studi antara usia dan
mata kering
Banyak penelitian yang melaporkan jumlah kasus dry eye yang tinggi pada wanita
dibandingkan laki-laki. Penelitian ini juga melaporkan lebih banyak jumlah kasus dry eye
pada wanita. Menopause menyebabkan defisiensi estrogen dan perubahan konsekuen
dalam lingkungan hormonal lokal dari kelenjar lakrimal. Hal ini diperkirakan akan
menurunkan produksi air mata dan terjadinya dry eye pada wanita, dan yang mungkin
menjadi alasan untuk terjadinya lebih banyak perubahan nilai SIT dan TBUT pada
wanita.
G. Kesimpulan
Operasi fakoemulsifikasi katarak berhubungan dengan risiko mata kering. Usia
yang lebih tinggi dan jenis kelamin perempuan adalah faktor risiko tambahan untuk mata
kering. Pada 45 hari pasca operasi, 15,4% pasien didiagnosis dengan mata kering. Lebih
banyak jumlah kasus yang dilaporkan pada kelompok umur yang lebih tinggi (> 65
tahun) dan pada wanita. Perubahan persentase yang signifikan dari nilai TBUT dan SIT
dilaporkan selama 1 dan 7 hari pasca operasi dibandingkan dengan status pra-operatif.
RANGKUMAN PEMBACA
Dry eye merupakan suatu kelainan tear film akibat defisiensi air mata atau
evaporasi air mata berlebih, yang menyebabkan kerusakan permukaan interpalpebra dan
berhubungan dengan gejala ketidaknyamanan pada mata. Dry eye adalah kelainan
tersering pada praktik mata. Penelitian melaporkan ketidaknyamanan akibat gejala dan
tanda dry eye setelah operasi katarak. Prevalensi dry eye bervariasi dari 4% sampai 57%
yang memperlihatkan disparitas yang luas diseluruh dunia dan dianggap oleh pasien
sebagai masalah kronis yang berhubungan dengan penurunan kualitas hidup yang
signifikan, termasuk iritasi mata kronis dan penglihatan yang fluktuatif.
Kelebihan Penelitian
1. Judul dan abstrak memberikan ringkasan yang singkat, jelas dan informatif.
2. Latar belakang dan tujuan penelitian dijabarkan cukup jelas bagi pembaca.
3. Peneliti menyampaikan prosedur penelitian secara detail dan cukup jelas.
4. Penelitian ini memberikan informasi penting mengenai dry eye dan mengevaluasi faktor
risiko yang terkait dengan operasi fakoemulsifikasi katarak
Kekurangan Penelitian
1. Jurnal ini tidak menjelaskan hipotesis serta manfaat penelitian secara rinci
2. Jurnal ini tidak menuliskan saran untuk penelitian selanjutnya mengenai apa yang harus
dilakukan dengan cukup baik dan jelas.