Akulturasi Arsitektur s1 2016
Akulturasi Arsitektur s1 2016
oleh :
Abstrak
Dengan adanya pengaruh keragaman budaya luar yang sangat kuat maka
proses mewujudkan bentukan arsitektur melalui proses akulturasi dapat
terbentuk dan menjadi sebuah budaya baru berlandaskan pada tataran
kearifan budaya lokal yang bisa menerima proses pembauran tersebut.
Proses percampuran budaya dengan meminjam gagasan-gagasan dan
materi-materi dari budaya lain terjadi karena adanya perbedaan yang
mencolok antara masyarakat yang lebih kecil [ minoritas ] dengan
masyarakat yang lebih besar [ mayoritas ].
Telaah Teoritik
I. Wujud dan Tahapan Kebudayaan
File/bf/akulturasi/ars/08/16
2. Tahap ontologi, ditandai dengan sikap manusia yang melepaskan diri
dari kepungan kekuatan alam, manusia mulai mengambil jarak dengan
alam. Proses pencarian dasar dan hakikat sesuatu dilakukan. Pada
tahapan ini mulai dikenal logika dan mulai dicari pengertian tentang
daya menggerakkan alam.
3. Tahap fungsional, manusia tidak lagi sekedar mengambil jarak, tetapi
mulai mengadakan hubungan baru terhadap sesuatu di lingkungan
hidupnya serta mendekati tema tema tradisional dengan cara baru.
Artefak [wujud karya] adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil
dari aktivitas, perbuatan dan karya semua manusia dalam masyarakat
berupa benda benda atau hal hal yang dapat diraba, dilihat dan
didokumentasikan. Sifatnya paling konkrit diantara ketiga wujud
kebudayaan.
File/bf/akulturasi/ars/08/16
Kebudayaan Material
Proses Akulturasi
Akulturasi atau acculturation atau cultural contact adalah suatu proses
sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan
tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu
lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa
menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri. Unsur-unsur
itu selalu berpindah-pindah sebagai suatu gabungan atau suatu kompleks
yang tidak mudah untuk dipisahkan [Koentjaraningrat, 1981:262].
a. Perpaduan [Integrated]
Merupakan suatu model akulturasi antara 2 [dua] budaya atau lebih yang
membentuk suatu budaya baru. Sebagai contoh munculnya suatu
kebudayaan baru dalam masyarakat Jawa yakni : Kejawen, merupakan
hasil perpaduan antara kepercayaan animism, dinamisme, agama Hindu
Budha dan agama lainnya.
b. Penyesuaian [Assimilated]
Merupakan suatu model akulturasi antara 2 [dua] budaya atau lebih yang
menghadirkan penyesuaian penyesuaian baru karena adanya faktor
kebutuhan. Dalam wujud Arsitektural, penyesuaian ini dapat berupa
penyesuaian dalam segi bentuk atau fungsinya. Seperti halnya dalam
penyebaran agama islam yang penuh dengan penyesuaian dengan
kebudayaan daerah setempat,
File/bf/akulturasi/ars/08/16
c. Peminggiran [Marginalized]
Merupakan suatu model akulturasi antara 2 [dua] budaya atau lebih,
dimana factor terbesar dari budaya tersebut akan menggeser budaya kecil
[minoritas] yang ada di sekitarnya. Kebudayaan kecil tersebut tidak lagi
berkembang dan tidak bisa membaur dengan kebudayaan yang dominan
[mayoritas] sehingga terjadilah peminggiran atau pengasingan.
d. Pemilahan [Separated]
Merupakan suatu model akulturasi antara 2 [dua] budaya atau lebih yang
menekankan suatu unsur efektivitas dalam proses pembentukannya.
Pemilahan ini hanya berupa pengambilan unsur unsur tertentu saja pada
suatu budaya. Contoh yang paling konkrit tampak pada penggunaan
ornamen pada suatu bangunan. Biasanya memperlihatkan adanya
perpaduan kebudayaan melalui unsur unsur ornamen tertentu.
Gambar 1. Model akulturasi yang diangkat dari budaya akar dan budaya
asal
1. Klenteng
Klenteng atau Kelenteng adalah sebutan untuk tempat ibadah penganut
kepercayaan tradisional Tionghoa di Indonesia.
2. Rumah Kapitein
Rumah kapitein pada umumnya berupa rumah cina yang sudah
mengalami transformasi dan mendapat pengaruh gaya colonial [pangkat
kapitein hanya diberikan oleh kompeni bagi keluarga terkaya di suatu
daerah tertentu dengan kewenangan mengatur administrative daerah
tersebut].
3. Rumah Deret
Rumah Deret menjadi cirri khas utama sebuah pecinan. Rumah deret bias
berupa rumah tinggal, rumah toko [shop houses] maupun rumah dengan
courtyard [siyehuan].
4. Pasar
Pasar terletak di sebuah gang atau lorong di tengah-tengah wilayah
pecinan.
File/bf/akulturasi/ars/08/16
5. Pekuburan
Bagi masyarakat cina, perkuburan memperlihatkan berbagai macam
arsitektur yang monumental jika dibandingkan dengan rumah tinggal.
Penempatan perkuburan biasanya terletak di lokasi berbukit yang memiliki
pemandangan indah, sehingga dapat mendatangkan keberuntungan dan
kemakmuran.
File/bf/akulturasi/ars/08/16
Bangunan-bangunan dua lantai baik itu bangunan batu ataupun kayu
merupakan salah satu pengaruh yang dibawa dari daratan Cina. Sebagai
masyarakat yang sangat memuja leluhur maka bangunan-bangunan
peribadatan untuk pemujaan juga akan dibangun [Soni Pratomo, 2001].
V. Arsitektur Lokal
Arsitektur adalah sebuah hasil karya seni dan ekspresi manusia yang
dapat mewadahi seluruh kegiatan manusia. Substansi yang terkandung
dalam bentukan tersebut tidak hanya dibatasi pada lingkup fungsi saja,
melainkan dapat memberikan ekspresi serta dalam perwujudan fisiknya
memiliki karaktenstik dan nilai simbolik. Pernyataan ini dapat
memberikan sumbangan pandangan bahwa tujuan arsitektur adalah
merupakan karya arsitektur yang dapat :
[1] berfungsi melakukan hal-hal yang diharapkan dengan baik, [2]
berbicara dan mengatakan pada hal-hal yang diharapkan dengan baik
serta [3] menampilkan kehadirannya dengan baik dan menyenangkan.
Sedangkan Vitruvius secara singkat memberikan pernyataan bahwa dalam
arsitektur bangunan harus dibangun sesuai dengan tujuannya, kokoh dan
juga merupakan hasil karya seni.
File/bf/akulturasi/ars/08/16
Dengan demikian, kalau kita mengamati bangunan-bangunan dalam
enclave arsitektur lokal sekarang ini, yang dianggap oleh para anggota
masyarakat setempat sebagai bangunan yang struktur dan bentuknya
adalah sesuai dengan tradisi budaya mereka dan dianggap sebagai
perwujudan. Arsitektur lokal yang dimaksud dapat disebut sebagai
arsitektur tradisional karena pernyataan bentuknya sesuai dengan kaidah-
kaidah yang diakui bersama atau masih dianut oleh sebagian besar
anggota masyarakat sebagai tradisi turun temurun [Adhi Mursid, 2007].
Dengan telaah ini diharapkan sebagai Arsitek cukup peka dan tanggap
dalam menyikapi sebuah fenomena silang budaya [proses akulturasi] yang
akan melandasi dalam sebuah proses berpikir yang lebih kritis dan tajam.
Pengetahuan lokal akan sangat banyak membantu dalam kegiatan
berarsitektur melalui kegiatan merancang. Filosofi dan konsep menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dalam kegiatan tersebut dengan
mempertimbangkan seluruh potensi yang ada yang diangkat dari unsur
lokal, dengan demikian Arsitek dapat bersikap seperti halnya masyarakat
tradisional [yang telah melalui proses akulturasi/silang buadaya] dengan
kearifan lokalnya yang tercermin dalam wujud arsitektural.
File/bf/akulturasi/ars/08/16
Daftar Pustaka