SKRIPSI
SKRIPSI
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ilmu Kelautan pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
Menyetujui, Dosen
Pembimbing
Utama Anggota
Mengetahui,
Ketua Departemen
Halaman
1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan ....................................................................................... 3
v
vi
LAMPIRAN .......................................................................................... 49
Halaman
1. Jenis dan Beberapa Bentuk Pemanfaatan Ascidian ............................. 9
2. Alat dan Bahan Penelitian .................................................................. 11
3. Kepadatan Ascidian di Lokasi Penelitian ............................................ 30
4. Indeks Nilai Penting dan Indeks Dispersi Morisita Ascidian ............... 34
5. Nilai Rendemen Ekstrak Didemnum molle ......................................... 35
6. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Didemnum molle ..................................... 37
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Siklus Hidup Ascidian ...................................................................... 6
2. [A] Bentuk dan Struktur Tubuh Ascidian Dewasa; [B] Organ Dalam
Ascidian Dewasa; [C] Didemnum molle ........................................... 7
3. Tahapan Pertumbuhan Biofouling pada Substrat ............................... 10
4. Lokasi Pengambilan Sampel dan Survei Potensi Stok Didemnum
molle di Kepulauan Seribu ............................................................... 13
5. Pengambilan Data Potensi Stok Alami ............................................. 14
6. Diagram Alir Proses Ekstraksi Tunggal............................................. 16
7. Rancangan Penanaman Substrat Buatan ........................................... 22
8. Komposisi Famili Ascidian di Lokasi Penelitian .............................. 29
9. Nilai Rata- rata dan Standard Error (SE) H dan E Komunitas
Ascidian di Lokasi Penelitian ........................................................... 32
10. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling
pada Kayu ........................................................................................ 39
11. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Macrofouling
pada Substrat Kayu .......................................................................... 39
12. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling
pada Besi ......................................................................................... 40
13. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Macrofouling
pada Besi ......................................................................................... 40
14. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling
pada Beton ....................................................................................... 41
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Jumlah Individu dari Masing-Masing Spesies yang
Ditemukan
pada Penelitian ................................................................................... 49
2. Indeks Nilai Penting (INP) Ascidian di Kepulauan Seribu .................. 51
3. Hasil Uji Aktivitas Antifouling ........................................................... 52
4. Dokumentasi Kegiatan Penelitian ....................................................... 53
5. Hasil Analisis Stastistik Menggunakan Software SAS ........................ 55
ix
1. PENDAHULUAN
kehidupan di laut ialah biota yang hidupnya menempel pada substrat ataupun
pada struktur tegakan yang terpapar air laut. Kehadiran biota penempel adalah
peristiwa wajar yang dilakukan oleh kelompok bakteri, tumbuhan, dan hewan.
Penempelan biota tersebut dapat juga terjadi pada berbagai infrastruktur, yaitu
pada kapal dan bangunan pantai. Penempelan oleh biota penempel merupakan
pengotoran biologis yang dikenal dengan istilah biofouling. Adapun jenis biota
penempel yang umum dijumpai terdiri dari berbagai jenis, yaitu teritip,
tersebut. Contohnya teritip, yang menempel pada bangunan pantai dan kapal,
yang pada
kondisi tertentu dapat mengeluarkan suatu zat yang mampu merusak substrat
yang ditumpanginya.
penempel yang merusak tersebut ialah dengan mengecat bangunan pantai dan
logam berat tersebut diduga sebagai salah satu sumber pencemaran logam berat
yang
1
2
struktur bangunan yang selalu terendam air, maka diperlukan antifouling yang
pencemaran lingkungan.
yang berasal dari organisme laut umumnya tidak menimbulkan efek samping
dan bersifat mudah terurai secara alami (biodegradable). Salah satu alternatif
yang saat ini mulai dilirik untuk mencegah keberadaan biota penempel adalah
aktif atau yang dikenal juga sebagai senyawa bioaktif ini merupakan alternatif
Ascidian adalah salah satu biota laut yang belum banyak dikaji secara
termasuk dalam Filum Chordata ini mendiami hampir seluruh perairan di dunia
daerah tropis, temperate, kutub, dan bahkan ada beberapa spesies yang
oleh ascidian ini dapat berfungsi sebagai antifouling, antikanker, antitumor, dan
antivirus.
potensial antifouling. Didemnum molle ini merupakan salah satu biota dari
Indonesia.
1.2. Tujuan
2.1. Ascidian
urochordata memiliki tali syaraf (neural tube) dan notochord, namun akan hilang
invertebrata. Subfilum Urochordata ini terdiri dari empat kelas, yaitu Ascidiacea
Dari keempat kelas tersebut, Kelas Ascidiacea adalah kelas terbesar yang paling
zona dangkal litoral sampai zona abysal yang dalam, mendiami perairan tropis
dan subtropis bahkan perairan dingin Antartika serta hidup dalam perairan bersih
beragam pada habitat dengan perairan yang relatif terlindung dan tercemar oleh
normal air laut (30-32 ), namun beberapa jenis dapat bertahan dan ditemukan
dalam jumlah melimpah (Abrar dan Manuputty, 2008). Ascidian ini merupakan
bioaktif untuk farmakologi di mana hewan ini dapat berasosiasi dengan mikroba
4
5
(Khoeri,
2009).
perairan, seperti logam berat dan bakteri. Kemampuan berbagai jenis ascidian
untuk menyerap vanadium dan logam berat lainnya dari air laut merupakan
salah satu keanehan fisiologi yang membedakan biota tersebut dari sebagian
besar hewan lainnya (Michibata et al., 1986). Racun vanadium yang ada dalam
dan sperma dalam satu individu yang sama. Semua jenis ascidian melepaskan
dari ascidian. Larva tersebut mengalami tahap free swimming dengan adanya
notochord dan neural tube. Selain itu, ada juga sel telur yang dibuahi secara
internal dan dierami sampai mereka menjadi larva tadpole, kemudian dilepaskan.
Dalam hitungan jam, larva yang dilepaskan akan berubah bentuk menjadi
ascidian
6
yang mendiami dasar perairan (substrat) dan dengan cepat akan kehilangan
notochord dan neural tube (Colin dan Arneson, 1995). Siklus hidup dari
Secara umum, ascidian dijumpai pada terumbu karang, baik yang masih
hidup maupun yang sudah mati, sedangkan pada substrat pasir, lumpur, dan
ascidian tertentu (Monniot et al., 1991; Colin dan Arneson, 1995). Salah satu
Didemnum molle (Setyawan et al., 2011). Berikut ini adalah sistem klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Urochordata
Kelas : Ascidiacea
Ordo : Aplousobranchiata
7
Famili : Didemnidae
Genus : Didemnum
Spesies : Didemnum molle
Didemnum molle merupakan salah satu ascidian lunak yang paling sering
tampak seperti individu soliter pada pandangan sekilas, tetapi biota tersebut
berkoloni yang tersusun oleh zooid yang sangat kecil tertanam dalam substrat.
Warna dari biota ini umumnya hijau yang disebabkan oleh alga simbion yang
ada pada tubuhnya (Allen, 1996). Visualisasi dari Didemnum molle disajikan
pada Gambar 2C, sedangkan struktur morfologi ascidian secara umum ada pada
C
Gambar 2. (A) Bentuk dan Struktur Tubuh Ascidian Dewasa; (B) Organ Dalam
Ascidian Dewasa; (C) Didemnum molle [Foto: Ulfa]
di area terumbu karang dan bebatuan di Samudera Pasifik dan Hindia. Biota
ini
8
tubuhnya yang sangat lunak berwarna hijau dan keputihan. Warna hijau dari
biota tersebut berasal dari alga Prochloron yang ada di dalam jaringan tubuhnya.
asam amino yang dominan (McClintock dan Baker, 2001). Ascidian telah
banyak menarik perhatian sebagai salah satu sumber zat antikanker, antivirus,
al., 2001;
dari radiasi UV. Sejumlah metabolit pun berasal dari ascidian seperti seri
2.2. Biofouling
biofouling pada sarana transportasi (kapal, perahu) dan bangunan yang ada di
laut, dapat mengganggu kegiatan operasi alat serta mengurangi daya guna sarana
penghambatan laju kapal, gangguan presisi, kerusakan peralatan bawah air, dan
pada
organisme laut. Sebagai contoh, konsentrasi tributyltin (TBT) dapat
dimulai pada bulan Maret 2011 dan berakhir pada bulan Juni 2011.
Pangan FATETA-IPB.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu yang digunakan saat eksplorasi potensi stok alami dan
eksplorasi senyawa bioaktif. Daftar alat dan bahan yang digunakan pada
11
12
4.
1
2 4
Gambar 4. Lokasi Pengambilan Sampel dan Survei Potensi Stok Didemnum molle di Kepulauan Seribu
14
meter yang arahnya tegak lurus dengan garis pantai sebagai transek garis.
Selanjutnya pada transek tersebut ditentukan empat titik pengambilan data yang
diletakkan secara acak pada setiap titik sampling dan dilakukan sebanyak tiga
ulangan. Jenis ascidian yang ditemukan pada setiap kuadrat dicatat dan
Transek kuadrat 1m x 1m
9m
Rol meter 3m
6m 12 m
bioaktif dari Didemnum molle, dapat dilakukan pembuatan substrat untuk uji
aktivitas antifouling. Substrat yang dibuat sebanyak tiga jenis substrat dengan
jenis substrat ini terdiri dari bahan beton yang merupakan tiruan dari jenis
bangunan pantai seperti dermaga dan pelabuhan; bahan besi yang merupakan
tiruan dari bahan kapal laut atau pipa bawah laut; bahan kayu sebagai tiruan
ialah dengan metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan
satu atau lebih komponen dari suatu bahan yang merupakan sumber komponen
atau cairan. Ada beberapa metode umum ekstraksi yang dapat dilakukan, namun
pelarut.
ekstraksi
16
tunggal dengan menggunakan tiga jenis pelarut. Pelarut yang digunakan terdiri
dari pelarut polar (metanol) untuk mengekstrak senyawa polar, semi polar (etil
asetat) untuk mengekstrak senyawa semi polar, dan nonpolar (n-heksan) untuk
pelarut tersebut dengan banyak sampel yang telah dipotong-potong 50 gram pada
digunakan untuk maserasi ialah 200 ml. Sampel yang dimaserasi tersebut
dikocok menggunakan orbital shaker selama 24 jam. Hasil maserasi yang berupa
dan
Sampel basah
50 gram
Pencacahan
Residu
Gambar 6. Diagram Alir Proses Ekstraksi Tunggal
(Sumber: Quinn, 1988 in Safitri, 2010)
17
Hasil ekstrak (filtrat) yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor,
ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi,
dihasilkan
ekstrak kasar. Ekstrak kasar ini kemudian dimasukkan ke dalam botol dan
ditutup rapat. Botol tersebut kemudian dilapisi alumunium foil agar tidak terjadi
oksidasi dikarenakan botol yang digunakan berupa botol bening. Hasil ekstrak
ini pun siap untuk diuji fitokimia dan uji aktivitas antifouling.
ragam senyawa organik yang dibentuk dan ditimbun oleh makhluk hidup
a. Uji Alkaloid
satu atau dua lebih atom nitrogen sebagai bagian dari sistem siklik. Alkaloid
tidak
18
turunan dari asam amino (Harborne, 1987). Beberapa senyawa yang tergolong
(Suradikusumah, 1989).
sebanyak 1 ml, kemudian diberi larutan NH3 1-3 tetes, dan dipanaskan beberapa
menjadi tiga ke dalam spot test untuk diuji dengan tiga pereaksi alkaloid, yaitu
pereaksi dragendroff, meyer, dan wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila
putih dengan pereaksi meyer, dan endapan coklat dengan pereaksi wagner.
b. Uji Steroid/Triterpenoid
titik lebur yang tinggi, dan umumnya sulit dikarakterisasi karena secara kimia
senyawa yang hanya terdapat pada hewan (sebagai hormon seks dan asam
mengambil sampel sebanyak 1 ml, kemudian diberi larutan dietil eter 1 ml, lalu
dituangkan ke dalam cawan dan ditambahkan larutan H2SO4 pekat dan larutan
CH3COOH anhidrat 1 tetes. Hasil uji dinyatakan positif dengan ditemukan kerak
berwarna merah atau ungu untuk triterpenoid dan kerak warna hijau untuk
steroid.
c. Uji Fenolik
Uji fenolik pada penelitian ini terdiri dari tiga uji, yaitu uji flavonoid,
uji tanin, dan uji saponin. Flavonoid merupakan senyawa fenol terbanyak
yang ditemukan di alam, dapat larut dalam air, dan dapat terekstraksi dengan
etanol
serangga dan binatang lain untuk membantu proses penyerbukan dan penyebaran
biji. Sedangkan bagi manusia, dalam dosis kecil flavon bekerja sebagai stimulan
pada jantung, dan flavon yang terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan
daun, buah yang belum matang, batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum
matang, tanin digunakan sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk
1987). Saponin bersifat toksik terhadap ikan dan binatang berdarah dingin
Setelah itu, sampel tersebut dipanaskan beberapa saat dan dibagi menjadi tiga
sedikit serbuk magnesium, HCl pekat, dan amil alkohol ke dalam sampel.
Kemudian dihomgenisasi dan akan terlihat lapisan amil alkohol pada bagian
kehijauan.
sampel yang telah disiapkan sebelumnya. Hasil uji positif sampel mengandung
saponin ditunjukkan dengan terbentuknya busa atau buih yang stabil sekitar 15
d. Uji Kuinon
sebagai
21
glikosida atau dalam bentuk kuinon tanpa warna, dan juga bentuk dimer.
(Suradikusumah,
1989).
dipanaskan selama beberapa saat. Setelah itu, ditambahkan NaOH 10% 1 ml.
warna merah.
percampuran cat dengan hasil ekstrak Didemnum molle yang terbaik dari hasil uji
teritip), salah satunya di area dermaga yang menjadi tempat singgahnya kapal.
Pulau Karya, dengan cara mengikatkan substrat buatan pada tiang-tiang tersebut.
berapa banyak
biota penempel dan apa saja yang menempel pada substrat setiap minggunya.
dibedakan dari komposisi bahan cat dan hasil ekstrak, yaitu 100% diolesi
bahan
cat (P1); 75% bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak (P 2); 50% bahan cat ditambah
22
50% hasil ekstrak (P3); 25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak (P 4); 100%
diolesi hasil ekstrak (P5). Adapun yang menjadi kontrol dalam uji aktivitas
Dispersi Morisita.
Di = ................................................................................................................. (1)
Keterangan:
H = .........................................................................................
(2) Keterangan:
H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener
pi = Perbandingan antara jumlah individu spesies ke-i (ni) dengan
jumlah individu (N)
i = 1, 2, ... n
E= ............................................................................................................ (3)
Keterangan:
E = Indeks Keseragaman
H = Indeks Keanekaragaman
H max = Indeks Keanekaragaman maksimum (log2 S)
S = Jumlah total spesies
persamaan:
Id = ... (4)
Keterangan:
Id = Indeks Dispersi Morisita
n = Jumlah plot pengambilan contoh
N = Jumlah indvidu dalam n plot
X = Jumlah individu pada setiap plot
menentukan Indeks Nilai Penting (INP) jenis tersebut. INP digunakan untuk
menghitung dan menduga dari peranan satu spesies atau jenis di dalam suatu
komunitas (Brower et al., 1989). Semakin tinggi nilai INP suatu spesies relatif
terhadap spesies lainnya, maka semakin tinggi peranan spesies tersebut dalam
komunitasnya (Fachrul,
RDi = .......................................................................................
(5) Keterangan:
RDi = Kepadatan relatif
Ni = Jumlah individu
= Jumlah total individu seluruh spesies
Fi = ............................................................................................................ (
6)
Keterangan:
Fi = Frekuensi jenis ke-i
Pi = Jumlah Kuadran pengamatan ditemukannya suatu jenis
= Jumlah seluruh kuadran pengamatan
RFi = ........................................................................................ (7)
Keterangan:
RFi = Frekuensi relatif
Fi = Frekuensi jenis ke-i
= Jumlah frekuensi seluruh jenis
Ci = .................................................................................................................. (
8)
Keterangan:
Ci = Luas area yang tertutupi spesies ke-
i ai = Luas total penutupan spesies ke-i
A = Luas total pengambilan contoh
RCi = .......................................................................................
(9) Keterangan:
RCi = Penutupan relatif
Ci = Luas area yang tertutupi spesies ke-i
= Penutupan seluruh spesies
(10) Keterangan:
INP = Indeks Nilai Penting
RDi = Kepadatan relatif
RFi = Frekuensi relatif
RCi = Penutupan relatif
Keterangan:
NRE = Nilai rendemen ekstrak (%)
b1 = Bobot sampel awal
b2 = Bobot akhir (hasil ekstrak)
Data yang diperoleh dari hasil uji aktivitas antifouling ialah berupa data
penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan pola faktorial in
time. Faktor pertama adalah jenis substrat yang terdiri dari 3 taraf, yaitu kayu,
besi, dan beton. Faktor kedua adalah perlakuan dengan komposisi bahan cat
dan hasil ekstrak yang terdiri dari 6 taraf, yaitu Kontrol tanpa perlakuan apapun
(K);
100% diolesi bahan cat (P1); 75% bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak (P 2);
50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak (P3); 25% bahan cat ditambah 75%
hasil ekstrak ( P4); 100% diolesi hasil ekstrak (P5). Masing-masing kombinasi
Keterangan:
Yijk = Variabel respon akibat pengaruh substrat ke-i dan perlakuan ke-j
pada ulangan ke-k
= Nilai tengah umum
Pi = Pengaruh substrat level ke-i
Yj = Pengaruh perlakuan level ke-j
Pyij = Pengaruh interaksi antara substrat ke-i dengan perlakuan ke-j
hasil analisis ragam berbeda nyata atau berpengaruh nyata, data tersebut akan
diuji lanjut dengan uji Duncan. Adapun peubah yang diamati adalah jumlah
famili
Polyclinidae, 1 Styelidae, 8
Ascidiidae, 1
Polycitoridae, 93
Diazonidae, 165
Didemnidae, 945
pengamatan jangka panjang yang dilakukan oleh Yayasan TERANGI pada tahun
termasuk ke
30
Tabel 3.
2
Kepadatan (ind/m )
Stasiun Spesies Total
3m 6m 9m 12m
Jumlah 11,66 9,33 22,00 2,33 45,32
4 Didemnum molle 35,67 23,33 15,67 13,67 88,34
Jumlah 35,67 23,33 15,67 13,67 88,34
Didemnum molle 14,33 7,33 14,00 25,33 60,99
Didemnum mosleyi 0,33 16,67 - - 17,00
5
Clavelina sp. 9,67 - - - 9,67
Didemnum sp. - 3,67 1,00 - 4,67
Jumlah 24,33 27,67 15,00 25,33 92,33
Stasiun
memiliki kondisi perairan tampak jernih dengan penutupan karang lunak dan
karang keras yang cukup tinggi. Perairan di Timur Gosong Sekati merupakan
yang tergolong buruk, serta didominasi substrat pasir dan patahan karang.
habitat karang terumbu, baik yang didominasi karang hidup maupun yang sudah
mati, sedangkan pada substrat pasir, lumpur, dan patahan karang keragaman
atau rendahnya kepadatan ascidian. Hal tersebut terlihat dari variabilitas nilai
Indeks
32
2.00
1.50
Nilai H' dan E
1.00
0.50
0.00
1 2 3 4 5
-0.50
Stasiun Pengamatan
H' E
tersebar merata pada seluruh spesies yang ada di lokasi tersebut. Di stasiun ini
tersebar merata pada seluruh spesies yang ada di lokasi tersebut. Di stasiun ini
merata pada seluruh spesies yang ada di lokasi tersebut. Di stasiun ini
ditemukan
tersebar merata pada seluruh spesies yang ada di lokasi tersebut. Di stasiun ini
ditemukan
Potensi stok alami dilihat berdasarkan Indeks Nilai Penting (INP) yang
suatu komunitas. Semakin besar INP berarti semakin tinggi peranan spesies
mempunyai peranan yang besar, sedang, atau rendah. Pada penelitian ini, INP
dianalisis per stasiun pengamatan karena jarak antar stasiun cukup jauh
sebaran ascidian ditentukan dengan Indeks Dispersi Morisita (Id). INP dan Id
dengan INP yang cukup tinggi (74,26-300%). Stasiun 4 (Timur Pulau Pramuka)
satu spesies (Didemnum molle), sehingga INP yang diperoleh merupakan nilai
memiliki nilai
35
seragam. Pada Tabel 4 terlihat bahwa Ascidian jenis Didemnum molle memiliki
pola sebaran yang berbeda dengan spesies lain, yaitu sebaran mengelompok.
Hal tersebut dikarenakan spesies ini cukup berlimpah dibanding spesies lainnya
dan ditemukan pada semua stasiun pengamatan dan hampir ditemukan di semua
kedalaman. Pada spesies lainnya, nilai Id < 1 yang menandakan spesies tersebut
memiliki pola sebaran seragam dengan frekuensi kemunculan yang lebih sedikit
aktif. Nilai rendemen ekstrak dari masing-masing pelarut disajikan pada Tabel
5.
lemak (lipid), pelarut etil asetat untuk mengekstrak senyawa semi polar, dan
Proses evaporasi dari filtrat Didemnum molle dengan ketiga jenis pelarut
n- heksan berwarna kuning tua, ekstrak etil asetat berwarna hijau kehitaman,
dan
36
ketiga jenis pelarut yang memiliki tingkat kepolaran yang berbeda sehingga
memiliki nilai yang cukup tinggi dibanding pelarut lainnya. Menurut Rivai
(1995), pelarutan zat-zat yang tak bermuatan (nonpolar) itu tidak penting karena
satu pelarut polar akan lebih banyak terjadi reaksi-reaksi yang menyebabkan
asetat yang
merupakan pelarut semi polar memiliki rendemen lebih besar dibanding pelarut
ekstrak metanol pada penelitian ini sangat tinggi (mencapai 68%) yang
diakibatkan karena hasil evaporasi berupa cairan pekat, diduga kadar air dalam
hasil ekstrak tersebut masih tinggi. Menurut Rivai (1995) menyatakan bahwa
semakin polar suatu pelarut maka kecenderungan dalam membentuk air akan
semakin tinggi. sehingga hasil ekstrak metanol akan memiliki kadar air yang
berbeda, yaitu n-heksan (nonpolar), etil asetat (semi polar), dan metanol
kandungan senyawa yang terdeteksi dalam uji fitokimia. Dari tujuh senyawa
yang diuji, terdeteksi ada tiga senyawa yang terkandung pada sampel Didemnum
molle, yaitu senyawa alkaloid, flavonoid, dan steroid. Banyaknya senyawa yang
tidak terdeteksi diduga sebagai akibat dari sampel basah Didemnum molle yang
diekstraksi kemudian dievaporasi hingga dalam bentuk cairan pekat ini masih
Pada penelitian ini, dari tiga senyawa yang terdeteksi dalam analisis
dikarenakan senyawa alkaloid yang terdeteksi lebih kuat dibanding yang lain.
Menurut Sirait
38
bahwa salah satu ascidian yang berpotensi sebagai antifouling adalah Eudistoma
hasil ekstrak terbaik yang diperoleh dari hasil uji fitokimia sebelumnya.
Adapun hasil uji fitokimia yang terbaik ialah hasil ekstrak dengan pelarut
penempelan substrat buatan ini meliputi area dermaga yang banyak ditemukan
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Kontrol P1 P2 P3 P4 P5
Pengamatan
Minggu ke-1 Minggu ke-2 Minggu ke-3 Minggu ke-4
Gambar 10. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling pada
[Keterangan : P1 (100% diolesi bahan cat); P2K(a7y5u% bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak );
P3 (50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak); P4 (25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak);
P5
(100% diolesi hasil ekstrak) Nilai 0 menandakan tidak ada; 0-0,9 menandakan sekitar 1/6
dari
luasan substrat; 1-1,9 menandakan sekitar 2/6 dari luasan substrat; 2-2,9 menandakan sekitar 3/6
dari luasan substrat; 3-3,9 menandakan sekitar 4/6 dari luasan substrat; 4-4,9 menandakan
sekitar
5/6 dari luasan substrat; 5 menandakan seluruh luasan substrat telah ditumbuhi
microfouling]
16
14
12
10
-2 Kontrol P1 P2 P3 P4 P5
Pengamatan
Gambar 11. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Macrofouling pada
[Keterangan : P1 (100% diolesi bahan cat); bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak ); P3
P2K(a7y5%u
(50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak); P4 (25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak); P5
(100% diolesi hasil ekstrak)]
40
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
Kontrol P1 P2 P3 P4 P5
Pengamatan
Gambar 12. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling pada
[Keterangan : P1 (100% diolesi bahan cat); bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak ); P3
P2B(7e5s%i
(50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak); P4 (25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak); P5
(100% diolesi hasil ekstrak) Nilai 0 menandakan tidak ada; 0-0,9 menandakan sekitar 1/6 dari
luasan substrat; 1-1,9 menandakan sekitar 2/6 dari luasan substrat; 2-2,9 menandakan sekitar
3/6 dari luasan substrat; 3-3,9 menandakan sekitar 4/6 dari luasan substrat; 4-4,9 menandakan
sekitar
5/6 dari luasan substrat; 5 menandakan seluruh luasan substrat telah ditumbuhi microfouling]
1.7
1.2
0.7
0.2
Kontrol P1 P2 P3 P4 P5
-0.3
Pengamatan
Gambar 13. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Macrofouling pada
[Keterangan : P1 (100% diolesi bahan cat); bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak ); P3
P2B(7e5s%i
(50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak); P4 (25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak); P5
(100% diolesi hasil ekstrak)]
41
5.5
5.0
4.5
4.0
3.5
3.0
2.5
2.0
1.5
1.0
0.5
0.0
-0.5 Kontrol P1 P2 P3 P4 P5
Pengamatan
Gambar 14. Penambahan Rata- rata dan Standard Error (SE) Microfouling pada
[Keterangan : P1 (100% diolesi bahan cat); PB2 bahan cat ditambah 25% hasil ekstrak ); P3
e(7to5%n
(50% bahan cat ditambah 50% hasil ekstrak); P4 (25% bahan cat ditambah 75% hasil ekstrak); P5
(100% diolesi hasil ekstrak) Nilai 0 menandakan tidak ada; 0-0,9 menandakan sekitar 1/6 dari
luasan substrat; 1-1,9 menandakan sekitar 2/6 dari luasan substrat; 2-2,9 menandakan sekitar
3/6 dari luasan substrat; 3-3,9 menandakan sekitar 4/6 dari luasan substrat; 4-4,9 menandakan
sekitar
5/6 dari luasan substrat; 5 menandakan seluruh luasan substrat telah ditumbuhi microfouling]
pengaruh penambahan komposisi bahan cat dan hasil ekstrak yang dioleskan
biota macrofouling pada P5. Hal tersebut serupa dengan dominasi Balanus
sehingga spesies teritip yang sama akan berkumpul dan tumbuh hingga terjadi
penumpukkan
42
cukup efektif.
besi semakin banyak pada setiap minggunya. Dari Gambar 13 diketahui bahwa
kayu, pada substrat besi ini diduga bahwa hasil olesan bahan ekstrak pada P5
tidak menempel pada besi tersebut, sehingga P5 tampak sama dengan kontrol
yang tidak mengalami perlakuan apapun. Hal tersebut terjadi karena bahan besi
yang licin dan diolesi oleh hasil ekstrak 100% tanpa ada bahan cat yang dapat
merekatkan olesan tersebut. Pada substrat besi, P1, P2, dan P5 merupakan
perlakuan tersebut.
substrat beton semakin banyak pada setiap minggunya, akan tetapi pada P3 dan
substrat beton tersebut ditemukan predator seperti bulu babi (Diadema setosum)
yang merupakan biota filter feeder dan grazing. Diduga dengan keberadaan
predator tersebut telah memakan microfouling dan larva biota yang akan
menempel,
biota setiap minggunya. Terlihat adanya tingkat kesukaan dari biota penempel
untuk tumbuh pada subsrat, terutama pada jenis kayu tampak jelas lebih
menjadi asal bahan ekstrak yang ditujukan sebagai antifouling pada penelitian
ini, yaitu Didemnum molle. Hal tersebut menandakan bahwa senyawa alkaloid
polar pada Didemnum molle kurang sesuai digunakan sebagai antifouling yang
adanya unsur-unsur tertentu dari Didemnum molle yang masih melekat pada hasil
pada substrat buatan. Hal tersebut terjadi karena Didemnum molle merupakan
hewan yang dapat berkoloni sehingga dapat mengundang jenisnya sendiri untuk
tumbuh di sekitarnya.
bersifat racun pada hewan lainnya sehingga menyebabkan suatu substrat yang
telah ditumbuhi oleh suatu koloni dari jenis ascidian akan kecil kemungkinan
untuk ditumbuhi oleh jenis biota lain. Penggunaan hasil ekstrak yang berasal
hanya jenis Didemnum molle yang tumbuh pada substrat buatan tersebut dalam
jangka waktu pengamatan 1 bulan ini.jenis Didemnum molle yang tumbuh pada
dengan taraf nyata () 0,05 (Lampiran 4). Hal ini mengindikasikan bahwa jenis
5.1. Kesimpulan
ekologi pada komunitas ascidian. Dari 5 lokasi di perairan Pulau Pramuka yang
ascidian umumnya seragam, kecuali untuk Didemnum molle yang memiliki pola
sebaran mengelompok.
ialah senyawa alkaloid dari hasil ekstrak metanol. Komposisi bahan cat dan
hasil ekstrak yang digunakan untuk uji aktivitas antifouling paling efektif
diterapkan pada substrat beton P3 (cat 50% + hasil ekstrak 50%) dan P4 (cat 25%
tersebut. Hasil uji pada substrat besi bersifat efektif untuk P1 (cat 100%), P2 (cat
75% + hasil ekstrak 25%), dan P5 (hasil ekstrak 100%) berdasarkan ketiadaan
macrofouling pada substrat tersebut, sedangkan pada substrat kayu hanya cukup
efektif untuk P1. Senyawa alkaloid polar dari Didemnum molle kurang optimal
45
46
5.2. Saran
sampel.
Allen, G. 1996. Marine Life of Southeast Asia and Pacific. Mary Chia.
Singapore.
Brower, J.E dan J.H. Zar. 1989. Field and Laboratory Methods for General
Ecology. W.M. Brown Company Publ. Dubuque Lowa.
Colin, P.L dan C. Arneson. 1995. Tropical Pacific Invertebrate. Coral Reef
Press. Beferly Hills, California.
Soedit
penerjemah. Institut Teknologi Bandung. Bandung.
McClintock, J.B dan B.J. Baker. 2001. Marine and Chemical Ecology. CRC
Press. Boca Raton.
47
48
Rinehart, K.L. 2000. Anti Tumor Compounds from Tunicate. Med. Res. Rev. 20:
1-27.
Safitri, D.R. 2010. Aktivitas Antioksidan dan Komponen Bioaktif Lili Laut
(Comaster sp.). Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Steel, R and Torrie, J. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistikan Suatu Pendekatan
Biometrik. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
- - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - -
Aplidium breviventer
- - - - - - 41 - - - - - - - - - - - - -
Clavelina cyclus
- 3 - - - - - - 1 - - - - - - - - - - -
Clavelina flava
- 7 - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Clavelina Moluccensis
- - 7 - - - - - - - - - - - - - - - - -
Clavelina obesa
- 3 1 - - - - - - - - - - - - - - - - -
Clavelina robusta
- - - - - - - - - - - - - - - - 29 - - -
Clavelina sp.
33 17 8 4 124 56 19 39 34 - 8 - 107 70 47 41 43 22 42 76
Didemnum molle
- - - - - - - - - 1 10 3 - - - - 1 50 - -
Didemnum mosleyi
Lampiran 1. (Lanjutan)
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 Stasiun 5
Spesies (Selatan Karang Lebar) (Selatan P.Panggang) (Utara G.Sekati) (Timur P.Pramuka) (Utara P.Pramuka)
3 m 6 m 9 m 12 m 3 m 6 m 9 m 12 m 3 m 6 m 9 m 12 m 3 m 6 m 9 m 12 m 3 m 6 m 9 m 12 m
- - - - - - - - - - 7 2 - - - - - - - -
Didemnum rubeum
1 - - - - - 5 - - - - - - - - - - 11 3 -
Didemnum sp.
- - - - - - - - - 23 24 - - - - - - - - -
Diplosoma virens
- 2 3 8 - - - - - - - - - - - - - - - -
Leptoclinides reticulatus
- - - 1 - - - - - - - - - - - - - - - -
Lissoclinum patella
- - - - - - - - - 3 - 1 - - - - - - - -
Phallusia sp.
1 - - - - - - - - 3 - 1 - - - - - - - -
Polycarpa argentata
- - - - - - - - - 1 2 - - - - - - - - -
Polycarpa captiosa
- - 1 - - - - - - - - - - - - - - - - -
Pseudodistoma fragilis
- 6 20 65 21 - 14 24 - - 15 - - - - - - - - -
Rhopalaea sp.
51
Keterangan : Mi minggu ke-, K kontrol, P1 perlakuan dengan cat 100%, P 2 perlakuan dengan komposisi cat 75% : ekstrak 25%, P3 perlakuan dengan komposisi cat 50% : ekstrak 50%, P 4 perlakuan
dengan komposisi cat 25% : ekstrak 75%, P5 perlakuan dengan ekstrak 100%, - tidak ada, Ss sangat sedikit, S sedikit, S d sedang, B banyak, Sb sangat banyak
53
3. Uji Fitokimia
Substrat beton siap dipasang Substrat kayu dan besi siap dipasang
Minggu 4 1234
perlakuan 6 K P1 P2 P3 P4 P5
Ulangan 3 123
Output tersebut menunjukan Observasi yang dilakukan software SAS, dimana terdapat 2 Perlakuan
yaitu substrat dan perlakuan dengan taraf masing-masing 3(besi,beton,kayu) dan 6(K,P1,P2,P3,P4,P5).
Respon diukur 4 kali yaitu mingdu 1,2,3,4 dengan masing-masing 3 kali ulangan.
Nilai R-Sq sebesar 0.868974 menunjukkan bahwa 86.8974% keragaman respon dijelaskan oleh faktor
dalam model, sedangkan sisanya ditunjukkan faktor di luar model.
Nilai P-value pada Substrat (<0.0001) kurang dari alpha (5%), maka dapat disimpulkan substrat
(pemberian media beton,besi,kayu ) berpengaruh nyata terhadap jumlah biota.
Nilai P-value pada Perlakuan (<0.0001) kurang dari alpha (5%), maka dapat disimpulkan perlakuan
(pemberian K,P1 s.d P5 ) berpengaruh nyata terhadap jumlah biota.
Nilai P-value pada minggu (<0.0001) kurang dari alpha (5%) maka dapat disimpulkan bahwa minggu
(1,2,3,4) berpengaruh nyata terhadap kematian rayap.
Nilai P-value pada interaksi substrat dan perlakuan (substat*perlakuan<0.0001) kurang dari alpha (5%),
maka dapat disimpulkan bahwa interaksi nyata sehingga perlu dilakukan uji lanjut.
Nilai P-value pada interaksi substrat dan minggu (substat*minggu <0.0001) kurang dari alpha (5%),
maka dapat disimpulkan bahwa interaksi nyata sehingga perlu dilakukan uji lanjut.
Tests of Hypotheses Using the Type III MS for ulang(substr*perlak) as an Error Term
Lampiran 5. (Lanjutan)
Dari table diatas r(minggu) sebagai error term, bahwa P-value minggu < alpha=0.05, yaitu sebesar
0.0063, jadi dapat disimpulkan bahwa minggu berpengaruh nyata terhadap jumlah biota.
Number of Means 2 3
A 1.89273 72 Kayu
B 1.62609 72 Besi
B 1.60944 72 Beton
Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa taraf dari faktor tersebut memberikan pengaruh yang
berbeda terhadap respon.
Huruf yang berbeda menunjukkan bahwa Substrat Kayu dengan Besi dan Beton memberikan pengaruh yang
berbeda, dimana Substrat kayu menunjukkan tingkat jumlah biota (mean) yang lebih tinggi daripada besi dan
beton. Huruf yang sama menunjukkan bahwa Substrat Besi dan Beton tidak berbeda secara signifikan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
58