Anda di halaman 1dari 26

Laporan Pendahuluan dan

Asuhan Keperawatan
Heart Failure / Gagal Jantung pada Anak

Disusun Oleh :

1. Eli Rakhmawati (13011010)


2. Ilham Maghfur S (13011015)

Prodi S1 Ilmu Keperawatan


STIKES Insan Unggul Surabaya
Jl.Raya Kletek No.04, Taman - Sidoarjo
Tahun 2015 - 2016
Kata Pengantar

Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat AllahSWT karena berkat Rahmat-
Nya lah kami di berikan nikmat dan kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan makalah laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan Heart Failure / Gagal Jantung pada Anak dalam
penulisan dan penyususnan kalimat dalam tugas ini mungkin masih banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca demi
terwujudnya kesempurnaan makalah di masa yang akan datang, untuk itu lah pada kesempatan
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dosen kami atas bimbingan yang telah
diberikan kepada kami, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca.

Sidoarjo, 10 September 2015

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi

Gagal jantung adalah pada bayi dan anak merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
oleh ketidakmampuan miokardium memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk pertumbuhan.
(Cincinnati, 2009)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
(http//:www,askepgagaljantung,com)
2.2 Anatomi dan Fisiologi

Jantung terbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-posterior :
C-II) berada dibawah dan basis (anterior-inferior ICS V) berada diatas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat
system kardiovaskuler terletak disebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh
costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, dapat memeriksa dibawah
papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram.

Fungsi jantung ialah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil
metabolisme. Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya kedalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen
dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.

Hubungan jantung dengan alat sekitarnya, yaitu :

a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta III-I.
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis, bronkus dekstra
dan bronkus sinistra
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena azigos, dan kolumna
vetebrata torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama
adalah paru-paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Faktor
yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah :
a. Umur : pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga thoraks termasuk jantung agak turun kebawah
b. Bentuk rongga dada : perubahan bentuk thoraks yang menetap (TBC) menahun batas jantung
menurun sehingga pada asma thoraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma : jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah jantung
keatas
d. Perubahan posisi jantung : proyeksi jantung normal dipengaruhi oleh posisi tubuh.

Otot jantung `terdiri atas 3 lapisan yaitu :

a. Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong pembungkus jantung yang
terletak di mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II-IV yang terdiri dari
2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara 2 lapisan jantung ini
terdapat lender sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak menganggu
jantung.
b. Tengah/miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium
yaitu :
i. Otot atria : sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan dalam
mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler : membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antrioventikuler sampai ke
apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler ; dinding pemisah antara serambi dan bilik ( atrium dan ventrikel)

c. Dalam/endokardium

Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lender endokardium kecuali auri kula dan bagian depan sinus vena kava.

Bagian-Bagian Jantung :

a. Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar
dan dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul

Permukaan Jantung

a. Fascies sternokostalis : permukaan menghadap ke depan berbatasan dengan dinding depan


toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra
b. Fascies dorsalis : permukaan jantung menghadap kebelakang berbentuk segiempat berbatas
dengan mediastinum posterior, dibentuk oleh dinding atrium sinistra, sebagian atrium sinistra
dan sebagian kecil dinding ventrikel sinistra.
c. Fascies diafragmatika : permukaan bagian bawah jantung yang berbatas dengan stentrum
tindinium diafragma dibentuk oleh dinding ventrikel sinistra dan sebagian kecil ventrikel
dekstra.

Tepi Jantung

a. Margo dekstra : bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava superior ke apeks
kordis
b. Margo sinistra : bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah muara vena
pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis

Ruang-Ruang Jantung

Jantung terdiri dari empat ruang, yaitu ;


1. Atrium dekstra ; terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya membentuk
suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari :
1. Vena kava superior
2. Vena kava inferior
3. Sinus koronarius
4. Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan : fossa ovalis dan annulus ovalis
c. Ventrikel dekstra : berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel dekstrum
dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel kanan jauh
lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari :
a. Valvula triskupidalis
b. Valvula pulmonalis
2. Atrium sinistra : terdiri dari rongga utama dan aurikula
3. Ventrikel sinistra : berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler sinistra
dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari :
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta

2.3 Etiologi

Penyebab gagal jantung pada kelompok usia pada anak menurut Berhman, yaitu :

a. Janin
o Anemia berat
o Takikardi supraventrikel
o Takikardi ventrikuler
b. Neonatus premature
o Kelebihan beban cairan
o Dysplasia bronkopulmonal
o Hipertensi
c. Neonatus cukup bulan
o Kardiomiopati asfiksia
o Miokarditis
d. Bayi belajar berjalan
o Hemangioma
o Kardiomiopati metabolic
o Hipertensi akut
o Takikardia supraventrikuler
o Penyakit Kawasaki
e. Anak Remaja
o Demam reumatik
o Hipertensi akut
o Miokarditis virus
o Tirotoksikosis
o Anemia sel sabit
o Endokarditis
o Kardiomiopati

Gagal jantung dapat pula disebabkan oleh kelainan jantung seperti :


1. Penyakit jantung reumatik (karditis aktif) jarang sekali dibawah umur 2 tahun
umumnya terjadi di atas umur 5 tahun
2. Berbagai macam miokarditis
3. Sebab-sebab lain (anemia, aritmia, dll)

Terjadinya gagal jantung juga dapat dapat disebabkan oleh :


a. Disfungsi miokard (kegagalan miokardial)
Ketidakmampuan miokard untuk berkontraksi dengan sempurna mengakibatkan isi
sekuncup ( stroke volume) dan curah jantung (cardiac output) menurun.
b. Beban tekanan berlebihan/pembebanan sistolik (systolic overload)
Beban sistolik yang berlebihan diluar kemampuan ventrikel (systolic overload)
menyebabkan hambatan pada pengosongan ventrikel sehingga menurunkan curah
ventrikel atau isi sekuncup.
c. Beban volume berlebihan/pembebanan diastolic (diastolic overload)
Preload yang berlebihan dan melampaui kapasitas ventrikel (diastolic overload) akan
menyebabkan volum dan tekanan pada akhir diastolic dalam ventrikel meninggi. Prinsip
Frank Starling ; curah jantung mula-mula akan meningkat sesuai dengan besarnya
regangan otot jantung, tetapi bila beban terus bertambah sampai melampaui batas tertentu,
maka curah jantung justru akan kembali.
d. Peningkatan kebutuhan metabolic-peningkatan kebutuhan yang berlebihan (demand
overload)
Beban kebutuhan metabolic meningkat melebihi kemampuan daya kerja jantung di mana
jantung sudah bekerja maksimal, maka akan terjadi keadaan gagal jantung walaupun curah
jantung sudah cukup tinggi tetapi tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sirkulasi
tubuh.

e. Gangguan pengisian (hambatan input)


Hambatan pada pengisian ventrikel karena gangguan aliran masuk ke dalam ventrikel atau
pada aliran balik vena/venous return akan menyebabkan pengeluaran atau output ventrikel
berkurang dan curah jantung menurun.
f. Kelainan Otot Jantung
Gagal jantung paling sering terjadi pada penderita kelainan otot jantung, menyebabkan
menurunnya kontraktilitas jantung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan fungsi otot
mencakup arterosklerosis koroner, hipertensi arterial dan penyakit otot degeneratif atau
inflamasi.
g. Aterosklerosis Koroner
Mengakibatkan disfungsi miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Terjadi hipoksia dan asidosis (akibat penumpukan asam laktat). Infark miokardium
(kematian sel jantung) biasanya mendahului terjadinya gagal jantung.
h. Hipertensi Sistemik / Pulmonal
Meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertropi serabut
otot jantung.
i. Peradangan dan Penyakit Miokardium
Berhubungan dengan gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut
jantung, menyebabkan kontraktilitas menurun.
j. Penyakit jantung
Penyakit jantung lain seperti stenosis katup semilunar, temponade perikardium,
perikarditis konstruktif, stenosis katup AV.
k. Faktor sistemik
Faktor sistemik seperti hipoksia dan anemia yang memerlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia atau anemia juga dapat
menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis dan abnormalitas elektrolit juga dapat
menurunkan kontraktilitas jantung.
Semua situasi diatas dapat menyebabkan gagal jantung kiri atau kanan. Penyebab yang
spesifik untuk gagal jantung kanan antara lain:
- Gagal jantung kiri
- Hipertensi paru

2.4 Klasifikasi

Ada 2 penyakit gagal jantung :

1. Gagal jantung kiri


Gagal jantung kiri, di akibatkan :
Ischemia miocard yg difus, infark miocard yang luas, kardio miopati, miokarditis akut,
stenosis aorta, insufisiensi aorta, insufisiensi mitral, fistula arterio-venosus, hipertensi,
gangguan irama jantung berat, kebutuhan curah jantung yang meningkat.
Hal ini terjadi akibat :
Gagal jantung kiri atau gagal jantung ventrikel kiri terjadi karena adanya gangguan
pemompaan darah oleh ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat
tekanan akhir diastolic dalam ventrikel kiri dan volume akhir diastolic dalam ventrikel
kiri meningkat.
2. Gagal jantung kanan
Gagal jantung kanan, di akibatkan :
Hipertensi pulmonal, trombosis / emboli paru, perikarditis konstriktif, akibat sekunder
gagal jantung kiri kronik, stenosis mitral dengan tekanan pulmonal yang tinggi, kor
pulmonal, kelainan jantung kongenital dengan tekanan pulmonal yang tinggi, kelainan
katup trikuspid (insufisiensi), stenosis pulmoner & miksoma atrial.
Hal ini terjadi akibat :
Dapat terjadi karena gangguan / hambatan pada daya pompa ventrikel kanan, sehingga isi
sekuncup ventrikel kanan menurun tanpa didahului oleh adanya gagal jantung kiri
sehingga tekanan dan volume akhir diastole ventrikel kanan akan meningkat dan keadaan
menjadi beban bagi atrium kanan dalam kerjanya mengisi ventrikel kanan pada waktu
diastolik.

2.5 Patofisiologi

Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai contoh, hipertensi
sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah.
Hipertensi paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi
dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang pertama kali
terkena setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri
akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal
jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi
kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah
semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta
perburukan siklus gagal jantung.
2.6 Pathway

2.7 Manifestasi Klinis

1. Gagal jantung kiri .


Fatigue
Sesak napas terutama saat beraktifitas
Batuk
Anorexia
Berkeringat dingin
Takikardia
Ronki pada basal paru
Kardiomegali
2 . Gagal jantung kanan.
Edema ekstremitas
Bendungan pada vena jugularis (JVP meningkat)
Gangguan gastrointestinal : kembung, anorexia, nausea.
Hepatomegali
Asites
Takikardia
Nocturia

2.8 Pemeriksaan Diagnostic/Penunjang

1. EKG (elektrokardiogram): untuk mengukur kecepatan dan keteraturan denyut jantung


EKG : Hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpangan aksis, iskemia san kerusakan pola
mungkin terlihat. Disritmia mis : takhikardi, fibrilasi atrial. Kenaikan segmen ST/T persisten
6 minggu atau lebih setelah imfark miokard menunjukkan adanya aneurime ventricular.
2. Echokardiogram: menggunakan gelombang suara untuk mengetahui ukuran dan bentuk
jantung, serta menilai keadaan ruang jantung dan fungsi katup jantung. Sangat bermanfaat
untuk menegakkan diagnosis gagal jantung.
3. Foto rontgen dada: untuk mengetahui adanya pembesaran jantung, penimbunan cairan di
paru-paru atau penyakit paru lainnya.
4. Tes darah BNP: untuk mengukur kadar hormon BNP (B-type natriuretic peptide) yang pada
gagal jantung akan meningkat.
5. Sonogram : Dapat menunjukkan dimensi pembesaran bilik, perubahan dalam fungsi/struktur
katub atau are penurunan kontraktilitas ventricular.
6. Skan jantung : Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan pergerakan dinding.
7. Kateterisasi jantung : Tekanan abnormal merupakan indikasi dan membantu membedakan
gagal jantung sisi kanan verus sisi kiri, dan stenosi katup atau insufisiensi, Juga mengkaji
potensi arteri koroner. Zat kontras disuntikkan kedalam ventrikel menunjukkan ukuran
abnormal dan ejeksi fraksi/perubahan kontrktilitas.

2.9 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan gagal jantung dengan sasaran :


1. Untuk menurunkan kerja jantung
2. Untuk meningkatkan curah jantung dan kontraktilitas miokard
3. Untuk menurunkan retensi garam dan air.

Penanganan secara umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen,
pemberian cairan dan diet.

a. Istirahat
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui
induksi diuresis berbaring.
b. Suhu dan kelembaban
Neonatus sangat rentan terhafap perubahan suhu lingkungan, khususnya suhu
dingin, lebih-lebih bila ia menderita penyakit berat. Oleh karena itu neonatus
dengan gagal jantung perlu ditempatkan di inkubator dengan pengatur suhu dan
kelembaban.
c. Oksigen
Oksigen biasanya cukup dengan kateter naso-fangeal atau masker, harus secara
rutin diberikan pada setiap pasien gagal jantung
d. Pemberian cairan dan diet
Pada pasien gagal jantung seringkali masukan cairan dan makanan per oral tidak
memadai atau mengandung bahaya terjadinya aspirasi. Oleh karena itu seringkali
diperlukan pemberian cairan intravena. Mengingat terdapatnya kecenderungan
terjadinya retensi cairan dan natrium pada pasien gagal jantung dan kehilangan
kalium bila diberikan diuretik, maka diberikan cairan tanpa natrium dan jumlahnya
perlu dikurangi menjadi kira-kira 75-80% kebutuhan rumat. Namun, ini harus terus
dipantau mengingat kerja pernafasan yang meningkat akan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan cairan.
Pada pasien yang dapat masukan oral atau yang rawat jalan diperlukan diet rendah
garam namun tidak perlu terlalu ketat mengingat kelebihan natrium dapat dikontrol
dengan diuretik.
Terapi
1) Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
2) Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
3) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
4) Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan
penurunan konsumsi oksigen miokard.
6) Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume
cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume
intravascular menurun.
7) Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek
inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
8) Sedatif : Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian

1. Identitas
1) Idenditas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tanggal mrs
Tanggal pengkajian
no. Registrasi
Diagnosa medis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Hubungan dengan pasien
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Kondisi yang dirasakan saat hari itu juga.
2) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
4) Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
5) Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
3. Pengkajian ADL (Activity Daily Living)
No. ADL SMRS MRS
1. Nutrisi
(Jenisi dan jumlah makanan, frekuensi,
jumlah dan jenis cairan, gangguan dalam
. .
makan atau minum, pantangan makanan,
nafsu makan, diet khusus,dll.)
2. Eliminasi
(Frekuensi BAB/BAK, kesulitan dan cara
. .
mengatasinya, kosistensi faces, keadaan
urine, dll.)
3. Aktivitas
(Kegiatan waktu luang, bekerja atau
. .
tidak, bantuan dalam aktivitas, dll.)
4. Istirahat atau tidur
(Lama, masalah dan upaya
. .
mengatasinya, hal-hal yang
mempermudah tidur/membuat pasien
terbangun.)
5. Personal Hygine
(Pemeliharaan badan, kuku, mandi,
. .
keramas, gosok gigi, ganti pakaian,
kebiasaan lain, dll.)

4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan per sistem
a. Breath (B1) : RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat. Bagaimana
pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu
dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi
atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada
dan perut terdapat tanda - tanda cyanosis atau tidak.
b. Blood (B2) : Meliputi denyut nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, dan monitor jantung ( EKG).
c. Brain (B3). Hal yang dikaji adalah keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri
kepala.
d. Bladder (B4). Hal yang dikaji meliputi Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi,
konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah
ada mual dan muntah.
e. Bowel (B5) : Disfagia, Nafsu makan turun, BB turun, apakah ada ketidaknyamanan
pada supra pubik, kandung kemih penuh. Masih ada gangguan miksi seperti retensi.
Kaji apakah ada tanda -tanda perdarahan, infeksi.
f. Bone (B6) : Bagaimana aktifitas klien sehari-hari setelah operasi
5. Pemeriksaan Penunjang dan terapi
1) Pemeriksaan Laboratorium (DL)
2) Pemeriksaan Radiologi
3) Terapi

2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas


miokardial/perubahan inotropik.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan reflek batuk,
penumpukan secret.
3. Gangguan pola nafas berhubungan dengan sesak nafas
4. Intoleran aktivitas berhubungan dengan fatigue

2.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi Rasional


1 Penurunan Setelah diberikan
1. 1) Auskultasi nadi 1. 1) Biasanya terjadi
curah jantung asuhan apical, observasi takikardi (meskipun pada
berhubungan keperawatan 3x 24 frekuensi, irama jantung saat istirahat) untuk
dengan jam diharapkan : mengkompensasi
Perubahan 1) tanda vital
2. 2) Catat bunyi jantung. penurunan kontraktilitas
kontraktilitas dalam batas yang ventrikuler.
miokardial/pe dapat diterima 2. 2) S1 dan S2 mungkin
rubahan (disritmia lemah karena menurunnya
inotropik. terkontrol atau kerja pompa. Irama gallop
hilang) umum (S3 dan S4)
2) bebas dari dihasilkan sebagai aliran
gejala 3.
gagal 3) Palpasi nadi perifer darah ke dalam serambi
jantung yang distensi. Murmur
Kriteria Hasil : dapat menunjukkan
1) Tekanan darah inkompetensi/ stenosis
dalam batas katup.
normal (120/80 3. 3) Penurunan curah
mmHg) jantung dapat
2) Nadi 80x/menit
menunjukkan menurunnya
3) Tidak terjadi
4. 4)Pantau TD nadi radial, poplitea,
eritmia
4) Denyut jantung dorsalis pedis dan
dan irama postibial. Nadi mungkin
jantung teratur5. 5) Kaji kulit terhadap cepat hilang atau tidak
pucat dan sianosis. teratur untuk dipalpasi,
dan pulsus alternan
(denyut kuat lain dengan
denyut lemah) mungkin
6. 6) Tinggikan kaki, ada.
hindari tekanan pada
bawah lutut. 4. 4) Pada GJK dini, sedang
atau kronis, TD dapat

7) Berikan oksigen meningkat sehubungan


tambahan dengan nasal dengan SVR.
kanula atau masker 5. 5) Pucat menunjukkan
sesuai indikasi.
menurunnya perfusi
perifer sekunder terhadap
tidak adekuatnya curah
jantung, vasokontriksi,
dan anemia. Sianosis
dapat terjadi sebagai
refraktori GJK.
6. 6) Menurunkan stasis vena
dan dapat menurunkan
insiden thrombus atau
pembentukan embolus.
7. 7) Meningkatkan sediaan
oksigen untuk kebutuhan
miokard untuk melawan
efek hypoxia atau
iskemia.

2 Bersihan jalan Setelah diberikan 1)Auskultasi bunyi nafas.


1.) 1) Beberapa derajat
nafas tidak asuhan Catat adanya bunyi spasme bronkus terjadi
efektif keperawatan 3x 24 nafas, missal mengi, dengan obstruksi jalan
berhubungan jam diharapkan : krekels, ronki. nafas dan dapat/ tak
dengan kepatenan jalan dimanifestasikan adanya
penurunan nafas pasien bunyi nafas adventisius,
reflek batuk, terjaga dengan misal penyebaran, krekels
penumpukan Kriteria hasil : basah (bronchitis) ; bunyi
secret. RR dalam batas nafas redup dengan
normal 2) Pantau frekuensi ekspirasi mengi
Irama nafas pernafasan. Catat rasio (emfisema) atau tak nya
dalam batas inspirasi dan ekspirasi. bunyi nafas (asma berat).

normal 2. 2) Takipnea biasanya ada

Pergerakan 3) Diskusikan dengan pada beberapa derajat dan

sputum keluar dari pasien untuk posisi yang dapat ditemukan pada
jalan nafas nyaman misal penerimaan atau selama
peninggian kepala distress.
Bebas dari suara
tempat tidur, duduk
3. 3) Peninggian kepala
nafas tambahan
pada sandaran tempat tempat tidur
tidur. mempermudah fungsi
4) Dorong/bantu latihan pernafasan dengan
nafas abdomen atau menggunakan gravitasi .
bibir.
5. 5) Memberikan air
4. 4) Memberikan pasien
hangat. beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol
dispnea.
5. 5) Hidrasi air membantu
menurunkan kekentalan
secret, mempermudah
pengeluaran.

3 Gangguan Setelah diberikan


1. 1) Monitor kedalaman 1. 1)Mengetahui pergerakan
pola nafas asuhan pernafasan, frekuensi, dada simetris atau
berhubungan keperawatan 3x 24 dan ekspansi dada. tidak.pergerakan dada
dengan sesak jam diharapkan : tidak simetris
nafas 2. 2) Catat upaya mengindikasikan
Pola nafas efektif
pernafasan termasuk terjadinya gangguan pola
dengan kriteria
penggunaan otot bantu nafas.
hasil :
nafas 2. 2)Penggunaan otot bantu

1. RR Normal 3. nafas mengindikasikan


4. 3)Kolaborasi pemberian bahwa suplai O2 tidak
2. Tak ada bunyi Oksigen dan px GDA adekuat.
nafas tambahan 3. 3) Pasien dengan
dan penggunaan gangguan nafas
otot bantu membutuhkan oksigen
5. 5) Pantau tanda vital
pernafasan. yang adekuat.GDA untuk
(tekanan darah, nadi,
frekuensi, pernafasan). mengetahui konsentrasi
3. GDA normal.
O2 dalam darah.
5. 5) Tanda vital
menunjukan keadaan
umum pasien. Pada pasien
dengan gangguan
pernafasan TTV
meningkat maka perlu
dilakukan tindakan segera.
an
4 Intoleran Setelah diberikan
1. 1)Kaji respon pasien 1. 1) Menyebutkan parameter
aktivitas asuhan terhadap aktifitas, membantu dalam
berhubungan keperawatan perhatikan frekuensi mengkaji respon fisiologi
dengan diharapkan nadi lebih dari 20 kali terhadap stres aktivitas
fatigue Terjadi permenit diatas dan, bila ada merupakan
peningkatan frekuensi istirahat ; indikator dari kelebihan
toleransi pada peningkatan TD yang kerja yang berkaitan
klien setelah nyata selama/ sesudah dengan tingkat aktifitas.
dilaksanakan aktifitas (tekanan
tindakan sistolik meningkat 40
keperawatan mmHg atau tekanan
selama di RS diastolik meningkat 20
Kriteria hasil : mmHg) ; dispnea atau 2. 2)Teknik menghemat
frekuensi jantung nyeri dada;keletihan dan energi mengurangi
60-100 x/ menit kelemahan yang penggunaan energi, juga
TD 120-80 mmHg berlebihan; diaforesis; membantu keseimbangan
pusing atau pingsan. antara suplai dan
2) Instruksikan pasien kebutuhan oksigen
tentang tehnik
penghematan energi,
mis; menggunakan kursi3. 3) Kemajuan aktivitas
saat mandi, duduk saat bertahap mencegah
menyisir rambut atau peningkatan kerja jantung
menyikat gigi, tiba-tiba. Meberikan
melakukan aktifitas bantuan hanya sebatas
dengan perlahan. kebutuhan akan
3. 3) Berikan dorongan mendorong kemandirian
untuk melakukan dalam melakukan
aktivitas/ perawatan diri aktivitas
bertahap jika dapat
ditoleransi, berikan
bantuan sesuai
kebutuhan

2.4 Implementasi Keperawatan


No. Dx Keperawatan Implementasi

1. Penurunan curah jantung 1) 1)Melakukan auskultasi nadi apical, observasi frekuensi, irama jantung
b/dperubahankontraktilitas
2. 2) Mencatat bunyi jantung.
miokardial/perubahan 3)Melakukan palpasi nadi perifer
inotropik. 4)Memantau tekanan darah
5) Mengkaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
6)Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut.
7)Memberikan oksigen tambahan dengan nasal kanula atau masker sesuai
indikasi.

2. Bersihan jalan nafas tidak


1) Melakukan auskultasi bunyi nafas dan mencatat adanya bunyi nafas, missal
efektif b/d mengi, krekels, ronki.
2) Memantau frekuensi pernafasan dan mencatat rasio inspirasi dan ekspirasi.
penurunan reflek batuk,
3) Mendiskusikan dengan pasien untuk posisi yang nyaman misal peninggian
penumpukan secret.
kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.
4) Mendorong/bantu latihan nafas abdomen atau bibir.
7) Memberikan air hangat.

3. Gangguan pola nafas b/d 1) 1) Memonitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
sesak nafas 2) Mencatat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas
3. 3)Mengkolaborasikan pemberian Oksigen dan px GDA
4) Memantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan).
4. Intoleran aktivitas b/d 1)Mengkaji respon pasien terhadap aktifitas,
fatigue 2)Menginstruksikan pasien tentang teknik penghematan energi
3. 3) Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan

2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam
pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

1. Tanda-tanda vital dalam batas normal dan bebas gejala gagal jantung

2. Kepatenan jalan nafas pasien terjaga

3. Pola nafas efektif

4. Terjadi peningkatan toleransi aktifitas pada pasien setelah dilaksanakan tindakan


keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Barbara C Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal ; 52 64
& 240 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A. 1982. Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura). Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universita Indonesia. Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M,. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, Edisi 4. Hal ;
704 705 & 753 - 763.
http://www.infopenyakit.com/2009/07/penyakit-gagal-jantung.html
http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview
http://id.wikipedia.org/wiki/Patofisiologi_gagal_jantung_kronik
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3489/1/gizi-bahri8.pdf
http://bedah46.blogspot.com/2009/02/gagal-jantung.html
http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/gagal-jantungmudah-lelah-baru-aja-jalan.html

Anda mungkin juga menyukai