Asuhan Keperawatan
Heart Failure / Gagal Jantung pada Anak
Disusun Oleh :
Alhamdulilah kami panjatkan puji syukur kehadirat AllahSWT karena berkat Rahmat-
Nya lah kami di berikan nikmat dan kesehatan, sehingga dapat menyelesaikan makalah laporan
pendahuluan dan asuhan keperawatan Heart Failure / Gagal Jantung pada Anak dalam
penulisan dan penyususnan kalimat dalam tugas ini mungkin masih banyak kekurangan, untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca demi
terwujudnya kesempurnaan makalah di masa yang akan datang, untuk itu lah pada kesempatan
ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu dosen kami atas bimbingan yang telah
diberikan kepada kami, Semoga makalah ini bermanfaat bagi kami dan pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Gagal jantung adalah pada bayi dan anak merupakan suatu sindrom klinis yang ditandai
oleh ketidakmampuan miokardium memompa darah keseluruh tubuh untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh termasuk kebutuhan untuk pertumbuhan.
(Cincinnati, 2009)
Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak mampu lagi memompakan
darah secukupnya dalam memenuhi kebutuhan sirkulasi untuk metabolisme jaringan tubuh,
sedangkan tekanan pengisian ke dalam jantung masih cukup tinggi.
(http//:www,askepgagaljantung,com)
2.2 Anatomi dan Fisiologi
Jantung terbentuk seperti pir/kerucut seperti piramida terbalik dengan apeks (superior-posterior :
C-II) berada dibawah dan basis (anterior-inferior ICS V) berada diatas. Pada basis jantung terdapat
aorta, batang nadi paru, pembuluh balik atas dan bawah dan pembuluh balik. Jantung sebagai pusat
system kardiovaskuler terletak disebelah rongga dada (cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh
costae tepatnya pada mediastinum. Untuk mengetahui denyutan jantung, dapat memeriksa dibawah
papilla mamae 2 jari setelahnya. Berat pada orang dewasa sekitar 250-350 gram.
Fungsi jantung ialah menyediakan oksigen ke seluruh tubuh dan membersihkan tubuh dari hasil
metabolisme. Jantung melaksanakan fungsi tersebut dengan mengumpulkan darah yang kekurangan
oksigen dari seluruh tubuh dan memompanya kedalam paru-paru, dimana darah akan mengambil oksigen
dan membuang karbondioksida. Jantung kemudian mengumpulkan darah yang kaya oksigen dari paru-
paru dan memompanya ke jaringan di seluruh tubuh.
a. Dinding depan berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis setinggi kosta III-I.
b. Samping berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais
c. Atas setinggi torakal IV dan servikal II berhubungan dengan aorta pulmonalis, bronkus dekstra
dan bronkus sinistra
d. Belakang alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta desendes, vena azigos, dan kolumna
vetebrata torakalis.
e. Bagian bawah berhubungan dengan diafragma
Jantung difiksasi pada tempatnya agar tidak mudah berpindah tempat. Penyokong jantung utama
adalah paru-paru yang menekan jantung dari samping, diafragma menyokong dari bawah,
pembuluh darah yang keluar masuk dari jantung sehingga jantung tidak mudah berpindah. Faktor
yang mempengaruhi kedudukan jantung adalah :
a. Umur : pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga thoraks termasuk jantung agak turun kebawah
b. Bentuk rongga dada : perubahan bentuk thoraks yang menetap (TBC) menahun batas jantung
menurun sehingga pada asma thoraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma : jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong bagian bawah jantung
keatas
d. Perubahan posisi jantung : proyeksi jantung normal dipengaruhi oleh posisi tubuh.
a. Luar/pericardium
Berfungsi sebagai pelindung jantung atau merupakan kantong pembungkus jantung yang
terletak di mediastinum minus dan di belakang korpus sterni dan rawan iga II-IV yang terdiri dari
2 lapisan fibrosa dan serosa yaitu lapisan parietal dan viseral. Diantara 2 lapisan jantung ini
terdapat lender sebagai pelicin untuk menjaga agar gesekan pericardium tidak menganggu
jantung.
b. Tengah/miokardium
Lapisan otot jantung yang menerima darah dari arteri koronaria. Susunan miokardium
yaitu :
i. Otot atria : sangat tipis dan kurang teratur, disusun oleh dua lapisan. Lapisan dalam
mencakup serabut-serabut berbentuk lingkaran dan lapisan luar mencakup kedua atria.
ii. Otot ventrikuler : membentuk bilik jantung dimulai dari cincin antrioventikuler sampai ke
apeks jantung.
iii. Otot atrioventrikuler ; dinding pemisah antara serambi dan bilik ( atrium dan ventrikel)
c. Dalam/endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri dari jaringan
endotel atau selaput lender endokardium kecuali auri kula dan bagian depan sinus vena kava.
Bagian-Bagian Jantung :
a. Basis kordis : bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah besar
dan dibentuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul
Permukaan Jantung
Tepi Jantung
a. Margo dekstra : bagian jantung tepi kanan membentang mulai dari vena kava superior ke apeks
kordis
b. Margo sinistra : bagian ujung jantung sebelah tepi membentang dari bawah muara vena
pulmonalis sinistra inferior sampai ke apeks kordis
Ruang-Ruang Jantung
2.3 Etiologi
Penyebab gagal jantung pada kelompok usia pada anak menurut Berhman, yaitu :
a. Janin
o Anemia berat
o Takikardi supraventrikel
o Takikardi ventrikuler
b. Neonatus premature
o Kelebihan beban cairan
o Dysplasia bronkopulmonal
o Hipertensi
c. Neonatus cukup bulan
o Kardiomiopati asfiksia
o Miokarditis
d. Bayi belajar berjalan
o Hemangioma
o Kardiomiopati metabolic
o Hipertensi akut
o Takikardia supraventrikuler
o Penyakit Kawasaki
e. Anak Remaja
o Demam reumatik
o Hipertensi akut
o Miokarditis virus
o Tirotoksikosis
o Anemia sel sabit
o Endokarditis
o Kardiomiopati
2.4 Klasifikasi
2.5 Patofisiologi
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh aterosklerosis koroner, hipertensi arterial
dan penyakit otot degeneratif atau inflamasi. Aterosklerosis koroner mengakibatkan disfungsi
miokardium karena terganggunya aliran darah ke otot jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis
(akibat penumpukan asam laktat). Infark Miokardium biasanya mendahului terjadinya gagal
jantung. Hipertensi sistemik/ pulmonal (peningkatan afterload) meningkatkan beban kerja
jantung dan pada gilirannya mengakibatkan hipertrofi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertrofi miokard) dapat dianggap sebagai mekanisme kompensasi karena akan meningkatkan
kontraktilitas jantung. Tetapi untuk alasan tidak jelas, hipertrofi otot jantung tadi tidak dapat
berfungsi secara normal, dan akhrinya terjadi gagal jantung.
Peradangan dan penyakit miokarium degeneratif berhubungan dengan gagal jantung
karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
Ventrikel kanan dan kiri dapat mengalami kegagalan secara terpisah. Gagal ventrikel kiri
paling sering mendahului gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri murni sinonim dengan
edema paru akut. Karena curah ventrikel berpasangan/ sinkron, maka kegagalan salah satu
ventrikel dapat mengakibatkan penurunan perfusi jaringan.
Gagal jantung dapat dimulai dari sisi kiri atau kanan jantung. Sebagai contoh, hipertensi
sitemik yang kronis akan menyebabkan ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan melemah.
Hipertensi paru yang berlangsung lama akan menyebabkan ventrikel kanan mengalami hipertofi
dan melemah. Letak suatu infark miokardium akan menentukan sisi jantung yang pertama kali
terkena setelah terjadi serangan jantung.
Karena ventrikel kiri yang melemah akan menyebabkan darah kembali ke atrium, lalu ke
sirkulasi paru, ventrikel kanan dan atrium kanan, maka jelaslah bahwa gagal jantung kiri
akhirnya akan menyebabkan gagal jantung kanan. Pada kenyataanya, penyebab utama gagal
jantung kanan adalah gagal jantung kiri. Karena tidak dipompa secara optimum keluar dari sisi
kanan jantung, maka darah mulai terkumpul di sistem vena perifer. Hasil akhirnya adalah
semakin berkurangnya volume darah dalam sirkulasi dan menurunnya tekanan darah serta
perburukan siklus gagal jantung.
2.6 Pathway
2.9 Penatalaksanaan
Penanganan secara umum meliputi istirahat, pengaturan suhu dan kelembaban, oksigen,
pemberian cairan dan diet.
a. Istirahat
Tirah baring mengurangi kerja jantung, meningkatkan tenaga cadangan jantung
dan menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume intra vaskuler melalui
induksi diuresis berbaring.
b. Suhu dan kelembaban
Neonatus sangat rentan terhafap perubahan suhu lingkungan, khususnya suhu
dingin, lebih-lebih bila ia menderita penyakit berat. Oleh karena itu neonatus
dengan gagal jantung perlu ditempatkan di inkubator dengan pengatur suhu dan
kelembaban.
c. Oksigen
Oksigen biasanya cukup dengan kateter naso-fangeal atau masker, harus secara
rutin diberikan pada setiap pasien gagal jantung
d. Pemberian cairan dan diet
Pada pasien gagal jantung seringkali masukan cairan dan makanan per oral tidak
memadai atau mengandung bahaya terjadinya aspirasi. Oleh karena itu seringkali
diperlukan pemberian cairan intravena. Mengingat terdapatnya kecenderungan
terjadinya retensi cairan dan natrium pada pasien gagal jantung dan kehilangan
kalium bila diberikan diuretik, maka diberikan cairan tanpa natrium dan jumlahnya
perlu dikurangi menjadi kira-kira 75-80% kebutuhan rumat. Namun, ini harus terus
dipantau mengingat kerja pernafasan yang meningkat akan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan cairan.
Pada pasien yang dapat masukan oral atau yang rawat jalan diperlukan diet rendah
garam namun tidak perlu terlalu ketat mengingat kelebihan natrium dapat dikontrol
dengan diuretik.
Terapi
1) Diuretik: Untuk mengurangi penimbunan cairan dan pembengkakan
2) Penghambat ACE (ACE inhibitors): untuk menurunkan tekanan darah dan
mengurangi beban kerja jantung
3) Penyekat beta (beta blockers): Untuk mengurangi denyut jantung dan
menurunkan tekanan darah agar beban jantung berkurang
4) Digoksin: Memperkuat denyut dan daya pompa jantung
5) Terapi nitrat dan vasodilator koroner: menyebabkan vasodilatasi perifer dan
penurunan konsumsi oksigen miokard.
6) Digitalis: memperlambat frekuensi ventrikel dan meningkatkan kekuatan
kontraksi, peningkatan efisiensi jantung. Saat curah jantung meningkat, volume
cairan lebih besar dikirim ke ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume
intravascular menurun.
7) Inotropik positif: Dobutamin adalah obat simpatomimetik dengan kerja beta 1
adrenergik. Efek beta 1 meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium (efek
inotropik positif) dan meningkatkan denyut jantung (efek kronotropik positif).
8) Sedatif : Pemberian sedative untuk mengurangi kegelisahan bertujuan
mengistirahatkan dan memberi relaksasi pada klien
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
2.1 Pengkajian
1. Identitas
1) Idenditas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Tanggal mrs
Tanggal pengkajian
no. Registrasi
Diagnosa medis
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Pekerjaan
Hubungan dengan pasien
2. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Kondisi yang dirasakan saat hari itu juga.
2) Riwayat penyakit sekarang
Biasanya klien mengalami demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri
otot dan sendi, nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.
3) Riwayat penyakit dahulu
Biasanya klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit ini.
4) Riwayat penyakit keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit
klien tersebut.
5) Riwayat social
Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan yang berdebu dan padat
penduduknya
3. Pengkajian ADL (Activity Daily Living)
No. ADL SMRS MRS
1. Nutrisi
(Jenisi dan jumlah makanan, frekuensi,
jumlah dan jenis cairan, gangguan dalam
. .
makan atau minum, pantangan makanan,
nafsu makan, diet khusus,dll.)
2. Eliminasi
(Frekuensi BAB/BAK, kesulitan dan cara
. .
mengatasinya, kosistensi faces, keadaan
urine, dll.)
3. Aktivitas
(Kegiatan waktu luang, bekerja atau
. .
tidak, bantuan dalam aktivitas, dll.)
4. Istirahat atau tidur
(Lama, masalah dan upaya
. .
mengatasinya, hal-hal yang
mempermudah tidur/membuat pasien
terbangun.)
5. Personal Hygine
(Pemeliharaan badan, kuku, mandi,
. .
keramas, gosok gigi, ganti pakaian,
kebiasaan lain, dll.)
4. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan per sistem
a. Breath (B1) : RR meningkat, sesak nafas, produksi sekret meningkat. Bagaimana
pernafasan klien, apa ada sumbatan pada jalan nafas atau tidak. Apakah perlu
dipasang O2. Frekuensi nafas , irama nafas, suara nafas. Ada wheezing dan ronchi
atau tidak. Gerakan otot Bantu nafas seperti gerakan cuping hidung, gerakan dada
dan perut terdapat tanda - tanda cyanosis atau tidak.
b. Blood (B2) : Meliputi denyut nadi ( takikardi/bradikardi, irama ), tekanan darah, suhu
tubuh, dan monitor jantung ( EKG).
c. Brain (B3). Hal yang dikaji adalah keadaan atau kesan umum, GCS, adanya nyeri
kepala.
d. Bladder (B4). Hal yang dikaji meliputi Frekuensi defekasi, inkontinensia alvi,
konstipasi / obstipasi, bagaimana dengan bising usus, sudah flatus apa belum, apakah
ada mual dan muntah.
e. Bowel (B5) : Disfagia, Nafsu makan turun, BB turun, apakah ada ketidaknyamanan
pada supra pubik, kandung kemih penuh. Masih ada gangguan miksi seperti retensi.
Kaji apakah ada tanda -tanda perdarahan, infeksi.
f. Bone (B6) : Bagaimana aktifitas klien sehari-hari setelah operasi
5. Pemeriksaan Penunjang dan terapi
1) Pemeriksaan Laboratorium (DL)
2) Pemeriksaan Radiologi
3) Terapi
sputum keluar dari pasien untuk posisi yang dapat ditemukan pada
jalan nafas nyaman misal penerimaan atau selama
peninggian kepala distress.
Bebas dari suara
tempat tidur, duduk
3. 3) Peninggian kepala
nafas tambahan
pada sandaran tempat tempat tidur
tidur. mempermudah fungsi
4) Dorong/bantu latihan pernafasan dengan
nafas abdomen atau menggunakan gravitasi .
bibir.
5. 5) Memberikan air
4. 4) Memberikan pasien
hangat. beberapa cara untuk
mengatasi dan mengontrol
dispnea.
5. 5) Hidrasi air membantu
menurunkan kekentalan
secret, mempermudah
pengeluaran.
1. Penurunan curah jantung 1) 1)Melakukan auskultasi nadi apical, observasi frekuensi, irama jantung
b/dperubahankontraktilitas
2. 2) Mencatat bunyi jantung.
miokardial/perubahan 3)Melakukan palpasi nadi perifer
inotropik. 4)Memantau tekanan darah
5) Mengkaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
6)Tinggikan kaki, hindari tekanan pada bawah lutut.
7)Memberikan oksigen tambahan dengan nasal kanula atau masker sesuai
indikasi.
3. Gangguan pola nafas b/d 1) 1) Memonitor kedalaman pernafasan, frekuensi, dan ekspansi dada.
sesak nafas 2) Mencatat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu nafas
3. 3)Mengkolaborasikan pemberian Oksigen dan px GDA
4) Memantau tanda vital (tekanan darah, nadi, frekuensi, pernafasan).
4. Intoleran aktivitas b/d 1)Mengkaji respon pasien terhadap aktifitas,
fatigue 2)Menginstruksikan pasien tentang teknik penghematan energi
3. 3) Memberikan dorongan untuk melakukan aktivitas/ perawatan diri bertahap jika
dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
1. Tanda-tanda vital dalam batas normal dan bebas gejala gagal jantung
Barbara C Long. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan). Yayasan IAPK Padjajaran Bandung,
September, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal ; 52 64
& 240 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A. 1982. Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura). Media Aesculapius,
Fakultas Kedokteran Universita Indonesia. Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M,. 1995. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 2, Edisi 4. Hal ;
704 705 & 753 - 763.
http://www.infopenyakit.com/2009/07/penyakit-gagal-jantung.html
http://emedicine.medscape.com/article/163062-overview
http://id.wikipedia.org/wiki/Patofisiologi_gagal_jantung_kronik
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3489/1/gizi-bahri8.pdf
http://bedah46.blogspot.com/2009/02/gagal-jantung.html
http://drlizakedokteran.blogspot.com/2008/01/gagal-jantungmudah-lelah-baru-aja-jalan.html